Negara: Israel

  • 2 Turis Israel-Pemandu Wisata Tewas Ditembak di Mesir

    2 Turis Israel-Pemandu Wisata Tewas Ditembak di Mesir

    Kairo

    Sedikitnya dua turis asal Israel, bersama seorang pemandu wisata mereka yang berkewarganegaraan Mesir, tewas ditembak di kota Alexandria, Mesir. Pelaku penembakan, yang dilaporkan menembak secara acak, telah ditangkap di lokasi kejadian.

    Seperti dilansir BBC, Senin (9/10/2023), Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya melaporkan bahwa penembakan yang menewaskan warganya di Mesir itu dilakukan oleh seorang ‘warga lokal’.

    Selain dua turis Israel yang tewas, Kementerian Luar Negeri Israel juga menyebut bahwa satu warganya yang lain mengalami luka-luka dalam serangan yang terjadi di Alexandria pada Minggu (8/10) waktu setempat.

    Otoritas Mesir belum memberikan pernyataan resmi soal penembakan mematikan itu.

    Namun televisi swasta setempat, Extra News, melaporkan bahwa seorang polisi melepas tembakan ke arah sekelompok orang yang sedang mengunjungi situs Romawi kuno yang dikenal sebagai Pilar Pompey tersebut.

    Disebutkan juga oleh sumber keamanan setempat bahwa pelaku melepaskan tembakan ‘secara acak’ dengan menggunakan senjata pribadinya. Menurut sumber keamanan itu, pelaku penembakan telah ditangkap di lokasi kejadian.

    Rekaman video yang menunjukkan penembakan itu diposting ke media sosial dan menunjukkan setidaknya dua orang yang tewas dalam posisi tergeletak di tanah yang ada di situs arkeologi kuno tersebut.

  • Bagaimana Bisa Serangan Hamas Tak Terendus Intelijen Israel?

    Bagaimana Bisa Serangan Hamas Tak Terendus Intelijen Israel?

    Dia menolak menjelaskan soal kegagalan yang dimaksudnya, dan mengatakan bahwa pelajaran harus diambil ketika konflik sudah mereda.

    Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengakui bahwa militer berutang penjelasan kepada publik. Namun menurutnya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan. “Pertama, kita bertempur, lalu kita menyelidiki,” cetusnya.

    Beberapa pihak lainnya mengatakan terlalu dini untuk menyalahkan intelijen semata atas serangan Hamas yang terjadi, dengan sejumlah faktor dinilai turut berkontribusi. Mulai dari pengalihan sumber daya militer Israel dari Gaza ke Tepi Barat karena adanya gelombang kekerasan hingga kekacauan politik akibat langkah pemerintah Netanyahu merombak sistem peradilan disebut berkontribusi dalam mengikis kohesi kekuatan militer Israel.

    Namun demikian, kurangnya pengetahuan secara dini soal rencana serangan Hamas kemungkinan besar akan tetap dianggap sebagai penyebab utama dari serangkaian peristiwa yang memicu serangan paling mematikan terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir.

    Bagaimana Bisa Serangan Hamas Tak Terdeteksi Intelijen Israel?

    Selama ini, Israel mengklaim mengetahui secara pasti lokasi pemimpin Hamas dan tampaknya membuktikannya melalui pembunuhan beberapa pemimpin militan radikal itu dalam sejumlah serangan, terkadang saat mereka sedang tidur di kamar mereka. Israel juga mengetahui di mana tepatnya harus menyerang terowongan bawah tanah yang digunakan Hamas untuk memindahkan para petempur dan persenjataan mereka.

    Tapi kali ini, serangan ganas yang kemungkinan membutuhkan perencanaan selama berbulan-bulan dan pelatihan yang cermat, serta melibatkan koordinasi di antara berbagai kelompok militan, tampaknya tidak terdeteksi oleh radar intelijen Israel.

    “Pihak lain belajar menghadapi dominasi teknologi kita dan mereka berhenti menggunakan teknologi yang bisa mengungkapkannya. Mereka kembali ke Zaman Batu,” sebut Avivi yang sebelumnya bertugas menyalurkan materi intelijen di bawah mantan kepala staf militer Israel.

    Avivi mengatakan bahwa kegagalan itu lebih dari sekadar pengumpulan intelijen dan badan keamanan Israel gagal memberikan gambaran akurat dari informasi intelijen yang mereka terima, berdasarkan apa yang menurutnya merupakan kesalahpahaman seputar rencana Hamas.

    Pemerintah Israel Dinilai Remehkan Ancaman dari Gaza

    Negara-negara sekutu yang berbagi informasi intelijen dengan Israel menyebut badan-badan keamanan Tel Aviv telah salah membaca realitas. Seorang pejabat intelijen Mesir mengungkapkan bahwa Kairo, yang sering menjadi mediator antara Israel dan Hamas, berulang kali berbicara dengan Tel Aviv soal ‘sesuatu yang besar’, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Pejabat intelijen Mesir, yang enggan disebut namanya ini, menyebut bahwa para pejabat Israel lebih fokus pada Tepi Barat dan meremehkan ancaman dari Gaza.

    Pemerintah Netanyahu yang terdiri atas pendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat diketahui menuntut tindakan keamanan yang keras terhadap gelombang kekerasan yang meningkat selama 18 bulan terakhir.

    “Kami telah memperingatkan mereka bahwa ledakan situasi akan terjadi, dan akan segera terjadi, dan itu akan menjadi besar. Tapi mereka meremehkan peringatan tersebut,” ungkap pejabat intelijen Mesir itu.

    (nvc/ita)

  • Korban Tewas Bertambah, Israel: Hamas Lakukan Kejahatan Perang!

    Korban Tewas Bertambah, Israel: Hamas Lakukan Kejahatan Perang!

    Jakarta

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan rapat darurat secara tertutup terkait krisis Israel-Hamas, tanpa mengambil tindakan segera.

    Amerika Serikat (AS) mendesak 15 anggota DK PBB untuk mengutuk “serangan teroris keji yang dilakukan oleh Hamas.” Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan, “ada banyak negara yang mengutuk serangan Hamas, tetapi ada juga yang tidak.”

    Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyebut AS menilai bahwa Rusia tidak mengutuk serangan tersebut. Kepada kantor berita Associated Press (AP), Vassily membantah hal itu, seraya menambahkan bahwa “itu tidak benar.”

    “(Kecaman serangan Hamas) itu ada dalam komentar saya,” tambah Vassily. “Kami mengutuk semua serangan terhadap masyarakat sipil.”

    “Penting untuk segera menghentikan pertempuran, melakukan gencatan senjata, dan melakukan negosiasi yang berarti, setelah terhenti selama beberapa dekade,” ujarnya.

    Sesaat sebelum pertemuan dimulai, Duta Besar Cina untuk PBB, Zhang Jun, juga menyerukan deeskalasi.

    “Yang terpenting adalah untuk mencegah adanya eskalasi situasi lebih lanjut dan jatuhnya korban lebih banyak lagi dari masyarakat sipil,” kata Zhang Jun, “Dan yang sangat penting adalah kembali ke solusi dua negara.”

    Menhan AS janjikan bantuan kepada Israel

    “Saya baru saja berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel Gallant untuk memastikan kembali bantuan yang tidak tergoyahkan dari AS untuk Israel agar dapat bertahan,” katanya. “Saya juga menyampaikan perkembangan terbaru soal sumber daya, termasuk amunisi, yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju Israel untuk membantu memenuhi kebutuhan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Force/IDF).”

    AS juga mengirimkan kapal perang dan kapal induknya ke perairan dekat Israel. Sementara itu, Presiden AS Joe Biden telah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan “mengungkap bahwa bantuan tambahan untuk Pasukan Pertahanan Israel dalam perjalanan menuju Israel, pasukan tambahan bakal tiba dalam beberapa hari ke depan.”

    Washington menyatakan, “beberapa” warga AS ikut terbunuh dalam serangan Hamas. “Kami telah memastikan bahwa beberapa warga AS turut menjadi korban tewas,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional White House.

    “Kami menyampaikan rasa belasungkawa terhadap para korban dan keluarga yang ditinggalkan.”

    Israel kecam “kejahatan perang” Hamas

    Serangan yang menyasar warga Israel di Gaza merupakan kejahatan perang, sebuah klaim yang disampaikan oleh Utusan Tetap Israel untuk PBB pada Minggu (08/10).

    Menjelang pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB, Utusan Israel Gilad Erdan juga menyebut sudah waktunya untuk “menghancurkan” infrastruktur militer Hamas.

    “Waktu untuk berunding dengan orang-orang seperti ini sudah berakhir,” katanya. “Sekarang waktunya untuk melenyapkan infrastruktur teror Hamas, menghancurkan sepenuhnya sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.”

    Informasi soal “perang” Israel-Hamas

    Israel menggempur Jalur Gaza lewat serangan udara pada Minggu (08/10), sehari setelah serangan mendadak dari militan Hamas yang disebut menewaskan ratusan warga Israel.

    Setidaknya 700 orang dilaporkan tewas di Israel dan lebih dari 400 orang tewas di Gaza. Militer Israel sendiri mengaku telah menyerang 800 target di Gaza sejauh ini.

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, kampanye Israel di Gaza bakal “mengubah kenyataan untuk beberapa generasi.” Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Tepi Barat, mengutuk serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai “kampanye kematian dan kehancuran yang biadab.”

    Lebih dari 40 jam usai Hamas melancarkan serangan mendadak, pasukan Israel masih bertempur dengan Hamas di sejumlah lokasi di Israel.

    Militer Israel juga terus melanjutkan evakuasi di lima daerah yang berada di dekat Jalur Gaza.

    Hamas dan kelompok Islamic Jihad mengaku telah menawan 130 orang dari kawasan Israel ke daerah Gaza. Mereka menyebut para sandera nantinya akan ditukar demi membebaskan warga Palestina yang dipenjara pihak Israel.

    Untuk diketahui, dua organisasi tersebut diklasifikasikan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Jerman, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

    Kepada kantor berita ABC, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut setidaknya ada 1.000 militan Hamas yang terlibat dalam serangan tersebut.

    mh/ha/as (Reuters, AFP, AP, dpa)

    Lihat Video ‘Lebih dari Seribu Orang Tewas Akibat Hamas-Israel Memanas’:

    (ita/ita)

  • Gempa Afghanistan Tewaskan 2.000 Orang, Warga Tunggu Bantuan

    Gempa Afghanistan Tewaskan 2.000 Orang, Warga Tunggu Bantuan

    Jakarta

    Orang-orang menggali reruntuhan dengan tangan kosong dan sekop di Afganistan barat pada hari Minggu (08/10) kemarin, sebuah upaya untuk mencari para korban di bawah reruntuhan akibat gempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

    Seluruh desa rata dengan tanah, sejumlah jasad terjebak di bawah reruntuhan rumah, dan penduduk setempat menunggu bantuan.

    “Banyak orang yang terkejut… beberapa bahkan tak mampu berkata-kata. Namun, ada juga beberapa yang tidak bisa berhenti menangis dan berteriak,” kata seorang fotografer bernama Omid Haqjoo kepada kantor berita AP lewat sambungan telepon. Omid Haqjoo, yang tinggal di Kota Herat, sempat mendatangi empat desa yang terdampak pada Minggu (08/10).

    Gempa bermagnitudo 6,3 pada Sabtu (07/10) itu menghantam daerah padat penduduk di dekat Herat. Gempa tersebut juga diikuti dengan gempa susulan yang kuat.

    Seorang juru bicara pemerintah Taliban pada Minggu (08/10) menginformasikan jumlah korban tewas akibat gempa ini. Jika dikonfirmasi, gempa itu bakal menjadi paling mematikan yang menghantam Afganistan dalam dua dekade terakhir.

    Survei Geologi Amerika Serikat (U.S Geological Survey/USGS) menyebut bahwa pusat gempa berada sekitar 40 kilometer barat laut Herat. Gempa itu juga diikuti oleh tiga gempa susulan yang sangat kuat, yang masing-masing bermagnitudo 6,3, 5,9, dan 5,5, serta guncangan yang lebih kecil lainnya.

    Ketika sebagian besar dunia mewaspadai berurusan dengan pemerintah Taliban dan fokus dengan konflik Israel-Palestina, Afganistan belum menerima respons cepat dari dunia. Hampir 36 jam setelah gempa bumi pertama menerjang Herat, belum ada pesawat bantuan yang datang, dan tidak ada dokter spesialis yang dikirim.

    Situasi terkini hingga bantuan untuk Afganistan

    Setidaknya lebih dari 1.200 orang terluka akibat bencana ini, kata juru bicara tersebut.

    Pada Minggu (08/10) malam, media Afganistan mengutip pihak berwenang yang menyatakan bahwa jumlah korban tewas sudah mencapai lebih dari 2.500 orang. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) menyatakan lebih dari 11.000 orang terdampak akibat gempa bumi.

    Setidaknya, setiap rumah di kurang lebih 11 desa di Afganistan telah hancur akibat gempa, kata OCHA pada Minggu (08/10) malam, jumlah korban tewas mencapai 1.000 orang. “Jumlah korban dan rumah tangga yang terdampak diperkirakan bakal meningkat seiring dengan terjangkaunya beberapa daerah terpencil dan dilakukannya penilaian,” tambah OCHA.

    PBB sendiri telah mengucurkan dana darurat sebesar 5 juta USD (sekitar Rp78 triliun) pada Minggu (08/10) dan segera mengumumkan permohonan sumbangan setelah menilai kebutuhan yang diperlukan.

    Berdasarkan data OCHA, rumah sakit daerah Herat saja saat ini tengah merawat setidaknya 550 orang korban, 230 di antaranya anak kecil. Pasokan bantuan awal saat ini telah dibagikan, termasuk barang-barang kebersihan, makanan, dan air minum.

    Palang Merah Cina telah menawarkan bantuan uang tunai darurat kepada Palang Merah Afganistan sebesar 200.000 USD (sekitar Rp3,1 miliar) untuk penyelamatan gempa bumi dan bantuan bencana. Informasi itu diungkap oleh stasiun televisi China Central (CCTV) pada Minggu (08/10).

    mh/ha (AP, dpa, Reuters)

    (ita/ita)

  • Mencengangkan! Serangan Hamas Bukti Kegagalan Intelijen Besar-besaran

    Mencengangkan! Serangan Hamas Bukti Kegagalan Intelijen Besar-besaran

    Jakarta

    Serangan mendadak Hamas terhadap Israel disebut menunjukkan kegagalan intelijen besar-besaran, ketika pemerintah Israel tampak tidak berdaya dengan infiltrasi Hamas yang melintasi perbatasan selatan dan peluncuran ribuan roket.

    Para ahli dan mantan pejabat intelijen mengatakan, serangan Hamas melalui udara, darat dan laut juga menimbulkan pertanyaan tentang mengapa badan-badan intelijen Amerika Serikat tampaknya tidak memperkirakan hal itu akan terjadi.

    Kini, para pejabat AS sedang membahas peningkatan pembagian intelijen dengan Israel untuk mendukung pemerintah Israel dalam menanggapi serangan Hamas tersebut, kata seorang pejabat AS dan sumber yang mengetahui pembahasan tersebut.

    Serangan mendadak Hamas ini terjadi sehari setelah peringatan 50 tahun perang Arab-Israel tahun 1973. Serangan besar-besaran Hamas ini mengingatkan kembali konflik 1973 tersebut, ketika Israel dikepung oleh serangan serentak oleh negara-negara Arab tetangganya, yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.

    “Ini adalah peristiwa 9/11 di Israel. Sejak tahun 1973, belum pernah terjadi kegagalan intelijen yang begitu besar di Israel,” kata Marc Polymeropoulos, yang bekerja selama 26 tahun untuk CIA, dengan spesialisasi dalam kontraterorisme, Timur Tengah dan Asia Selatan.

    Badan intelijen Israel telah lama dipandang sebagai yang paling mampu di dunia, dengan serangkaian intelijen manusia, penyadapan, dan sarana teknis lainnya yang mencakup Tepi Barat dan Gaza.

    “Hampir tidak terbayangkan bagaimana mereka melewatkan hal ini,” ujar Polymeropoulos, dikutip NBC, Senin (9/10/2023).

    Colin Clarke, peneliti senior di Soufan Center, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada masalah keamanan global, mengatakan Israel harus memikul tanggung jawab utama karena gagal mengantisipasi serangan Hamas.

  • Gempuran Israel di Gaza Tewaskan 436 Orang, Lebih dari 2.200 Terluka

    Gempuran Israel di Gaza Tewaskan 436 Orang, Lebih dari 2.200 Terluka

    Gaza City

    Jumlah korban tewas dalam serangan yang dilancarkan militer Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza bertambah menjadi sedikitnya 436 orang, yang mencakup puluhan anak-anak. Lebih dari 2.200 orang lainnya mengalami luka-luka di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir CNN, Senin (9/10/2023), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza dalam pernyataan terbaru melaporkan bahwa 436 orang yang tewas itu termasuk 81 anak-anak dan 61 wanita.

    Disebutkan juga oleh Kementerian Kesehatan Palestina bahwa sekitar 2.271 orang lainnya mengalami luka-luka, yang mencakup 244 anak-anak dan 151 wanita.

    Militer Israel menggempur Jalur Gaza dengan rentetan serangan udara, dan secara resmi menyatakan perang terhadap Hamas pada Minggu (8/10) waktu setempat.

    Gempuran Israel itu dilancarkan untuk membalas serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10) waktu setempat, di mana ribuan roket ditembakkan ke wilayah Israel dan para petempur Hamas menyusup ke kota-kota Israel via jalur darat, serta memasuki area permukiman Israel.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, militer Israel menyebut serangannya menghantam lebih dari 500 target militan Hamas dan Jihad Islam di Jalur Gaza.

    Milite Israel menyebut serangannya menghantam sejumlah gedung bertingkat di Gaza, termasuk rumah milik seorang anggota biro politik Hamas bernama Rawhi Mushtaha. “Kediaman itu berisi pusat komando teror Hamas di mana dia membantu mengarahkan infiltrasi ke Israel,” sebut militer Israel.

    Lihat Video ‘Lebih dari Seribu Orang Tewas Akibat Hamas-Israel Memanas’:

  • Anggota Parlemen Israel Salahkan Netanyahu Atas Serangan Hamas!

    Anggota Parlemen Israel Salahkan Netanyahu Atas Serangan Hamas!

    Militan Hamas yang berkuasa di Gaza melancarkan rentetan serangan pada Sabtu (7/10) lalu, dengan ribuan roket ditembakkan ke wilayah Israel dan para petempur Hamas menyusup ke kota-kota Israel via jalur darat, serta memasuki area permukiman Israel.

    Laporan media-media Israel, secara terpisah, menyebut sedikitnya 700 orang, termasuk anak-anak, tewas di wilayah Israel akibat serangan Hamas. Sementara Kementerian Kesehatan Palestina menyebut sedikitnya 413 warga Palestina, termasuk 78 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel.

    Konflik antara Israel dan Hamas sudah beberapa kali terjadi dalam beberapa tahun terakhir, namun konflik terbaru ini dinilai lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya dengan pemerintah sayap kanan Israel menghadapi pelanggaran keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di sisi lain, warga Palestina semakin terperosok ke dalam keputusasaan akibat pendudukan Israel yang terus berlangsung di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

    Lebih lanjut, Cassif menuding Netanyahu sebenarnya tidak peduli dengan warga Israel dan hanya peduli pada dirinya sendiri.

    “Satu-satunya hal yang menjadi perhatian Netanyahu bukanlah kesejahteraan warga Israel, apalagi warga Palestina di wilayah pendudukan. Dia hanya tertarik untuk bertahan. Dia hanya ingin keluar dari penjara. Itulah satu-satunya motivasi dan insentif yang mendorong dirinya,” sebutnya.

    Netanyahu diketahui menghadapi banyak masalah hukum di dalam negeri, setelah Jaksa Agung Israel menjeratkan beberapa dakwaan terhadap dirinya, termasuk penipuan, pelanggaran kepercayaan, dan korupsi. Netanyahu telah membantah keras tuduhan tersebut.

    (nvc/ita)

  • Perang Hamas Vs Israel, 12 Warga Thailand Tewas-11 Disandera

    Perang Hamas Vs Israel, 12 Warga Thailand Tewas-11 Disandera

    Jakarta

    Pemerintah Thailand menyampaikan bahwa 12 warganya tewas dalam perang yang tengah berkobar antara Israel dan kelompok Hamas. Thailand saat ini tengah mempersiapkan rencana untuk mengevakuasi warganya.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Kanchana Patarachoke mengatakan Kedutaan Besar Thailand di Israel mengetahui kematian mereka dari pihak-pihak yang mempekerjakan para korban.

    Dia mengatakan delapan warga Thailand lainnya terluka dan 11 orang disandera sejak perang meletus, ketika Hamas melancarkan serangan besar-besaran pada hari Sabtu (7/10) lalu.

    Menurut Kementerian Tenaga Kerja Thailand, dikutip kantor berita AFP, Senin (9/10/2023), ada sekitar 30.000 pekerja Thailand di Israel, banyak dari mereka bekerja di bidang pertanian.

    Menteri Tenaga Kerja Phiphat Ratchakitprakarn mengatakan pasukan Israel mulai memindahkan para pekerja dari zona bahaya.

    “Ada 1.099 orang yang mendaftar untuk pulang,” kata Phiphat dalam wawancara di televisi Thailand.

    “Kami memiliki sekitar 5.000 pekerja yang bekerja di zona pertempuran,” imbuhnya.

    Sejauh ini, lebih dari 1.100 orang tewas di Israel dan Gaza sejak Hamas meluncurkan serangan besar-besaran pada Sabtu (7/10). Seperti dilansir Reuters dan Alarabiya News, Senin (9/10/2023), Israel balas menggempur wilayah Jalur Gaza setelah rentetan serangan dilancarkan militan Hamas ke wilayahnya, yang tercatat sebagai salah satu serangan paling berdarah dalam sejarah Israel.

  • Israel Gempur 500 Target Hamas-Jihad Islam di Gaza

    Israel Gempur 500 Target Hamas-Jihad Islam di Gaza

    Gaza City

    Serangan udara dan tembakan artileri yang dilancarkan militer Israel disebut menghantam lebih dari 500 target kelompok Hamas dan Jihad Islam di wilayah Jalur Gaza. Gempuran itu membalas rentetan serangan Hamas di wilayah Israel pada akhir pekan, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 700 orang di Israel.

    Seperti dilansir AFP, Senin (9/10/2023), militer Israel dalam pernyataannya menyebut Hamas dan Jihad Islam sebagai ‘teroris’, serta menegaskan bahwa serangan-serangan itu dilancarkan terhadap posisi militan-militan Palestina di wilayah Jalur Gaza.

    “Semalam, jet-jet tempur, helikopter, pesawat dan artileri IDF (Angkatan Bersenjata Israel) menyerang lebih dari 500 target Hamas dan Jihad Islam di Jalur Gaza,” demikian pernyataan militer Israel.

    Kepulan asap tebal menjulang dari Jalur Gaza ketika serangan udara Israel berlanjut hingga Senin (9/10) dini hari waktu setempat.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut serangannya menghantam sejumlah gedung bertingkat di Gaza, termasuk rumah milik seorang anggota biro politik Hamas bernama Rawhi Mushtaha.

    “Kediaman itu berisi pusat komando Hamas yang membantu mengarahkan infiltrasi ke Israel,” sebut militer Israel.

    Laporan CNN, secara terpisah, menyebut militer Israel mengklaim bahwa serangan udara yang dilancarkan pasukannya itu telah ‘sangat menurunkan kemampuan’ Hamas.

  • AS Kirim Kapal Induk untuk Dukung Israel, Hamas Bilang Gini

    AS Kirim Kapal Induk untuk Dukung Israel, Hamas Bilang Gini

    Gaza City

    Kelompok Hamas memberikan reaksi keras atas langkah Amerika Serikat (AS) mengirimkan salah kapal induknya ke Laut Mediterania bagian timur untuk mendukung Israel, sekutunya, usai digempur serangan mengejutkan. Hamas terang-terangan menuduh AS terlibat dalam ‘agresi terhadap rakyat Palestina’.

    “Gerakan-gerakan ini tidak membuat takut rakyat kami atau perlawanan mereka, yang akan terus membela rakyat kami dan tempat-tempat suci kami,” tegas juru bicara Hamas Hazem Kassem dalam pernyataannya, seperti dilansir CNN, Senin (9/10/2023).

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, seperti dilansir Associated Press, memerintahkan kapal induk USS Gerald R Ford, sebuah kapal induk bertenaga nuklir, untuk berlayar ke perairan Mediterania Timur dan bersiap membantu Israel setelah rentetan serangan Hamas menghantam negara Yahudi itu.

    Dilaporkan lebih dari 1.100 orang, yang terdiri atas lebih dari 400 warga Palestina dan sedikitnya 700 warga Israel, tewas sejauh ini. Beberapa warga AS juga dilaporkan ada di antara korban tewas dan korban hilang usai perang pecah antara Israel dan Hamas.

    USS Gerald R Ford yang merupakan kapal induk terbaru dan tercanggih milik Angkatan Laut AS, membawa sekitar 5.000 pelaut dan dilengkapi oleh dek untuk jet-jet tempur AS. Kapal induk AS itu akan didampingi oleh sejumlah kapal perusak dan kapal penjelajah yang dilengkapi peluru kendali.

    AS juga memposisikan beberapa jet tempur milik Angkatan Udara AS, mulai dari jet tempur siluman F-35, jet tempur F-15, F-16 dan A-10, di kawasan Timur Tengah, sebagai pencegahan terhadap Hizbullah di Lebanon dan kelompok militan lainnya yang bersekutu melawan Israel.

    Pengerahan itu dinilai sebagai aksi unjuk kekuatan oleh AS dan dimaksudkan untuk siap merespons apapun, dari kemungkinan mencegah senjata tambahan mencapai Hamas di Gaza dan melakukan pengintaian di lautan.