Negara: Israel

  • VIDEO: Pasukan Israel Tahan Anak 12 Tahun di Kamp Pengungsi Tepi Barat

    VIDEO: Pasukan Israel Tahan Anak 12 Tahun di Kamp Pengungsi Tepi Barat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel menahan seorang anak berusia 12 tahun di Jericho, Tepi Barat, Palestina, pada Rabu (29/11).

    Hal itu dilakukan pasukan Israel agar ayahnya menyerahkan diri.

    Menurut Al Jazeera, Israel telah menahan lebih dari 12 ribu anak-anak Palestina dalam dua dekade terakhir. Sebanyak 500-700 anak-anak Palestina ditahan Israel setiap tahun tanpa pengadilan yang jelas.

  • Tentara Israel Ubah Bangunan Warga di Gaza Jadi Sinagoge Yahudi

    Tentara Israel Ubah Bangunan Warga di Gaza Jadi Sinagoge Yahudi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan militer Israel dilaporkan mengubah bangunan warga di Jalur Gaza, Palestina, menjadi sebuah sinagoge untuk mereka ibadah.

    The Jerusalem Post melaporkan militer Negeri Zionis mendirikan sebuah sinagoge di jantung Gaza kala mereka meluncurkan invasi darat di daerah kantong ini.

    Rumah ibadah itu dibangun dari salah satu bangunan di Gaza. Bahkan mereka turut menambahkan bangku dan meja untuk keperluan doa.

    Menurut dokumentasi kantor pers pemerintah Israel, bangunan itu sebelumnya adalah Abraham Temple. Bangunan itu memiliki tanda yang menunjukkan waktu berdoa yang diperbarui setiap hari.

    Pada awal November, tentara Israel disebut pernah berdoa di sebuah sinagoge abad ke-6 di Gaza, ibadah pertama yang diizinkan untuk orang Yahudi di tempat suci tersebut.

    Sinagoge kuno yang berasal dari tahun 508 masehi itu ditemukan pada 1965.

    “Terletak di tempat yang dulunya merupakan kota pelabuhan Gaza yang ramai, yang dikenal sebagai ‘Maiuma’ atau El Mineh (pelabuhan) pada saat itu, situs bersejarah ini sekarang berada di distrik Rimal Kota Gaza,” tulis The Jerusalem Post.

    Sejak Israel meluncurkan agresi merespon serangan Hamas 7 Oktober lalu, pasukan militer Negeri Zionis membombardir segala fasilitas sipil mulai dari rumah sakit, sekolah, hingga tempat ibadah.

    Banyak masjid hingga gereja yang hancur karena gempuran Israel. Salah satunya Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius.

    (blq/bac)

  • Ahed Tamimi Dibebaskan, Ungkap Kondisi Penjara Israel Tak Manusiawi

    Ahed Tamimi Dibebaskan, Ungkap Kondisi Penjara Israel Tak Manusiawi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Aktivis terkenal Palestina, Ahed Tamimi, dibebaskan bebas dari penjara Israel jelang berakhirnya perpanjangan gencatan senjata di Gaza pada Rabu (29/11) malam.

    Tamimi termasuk dalam daftar 30 tahanan Palestina yang dibebaskan Israel saat gencatan senjata sebelum diperpanjang lagi untuk kedua kalinya.

    Usai bebas, Tamimi menjelaskan kondisi di dalam penjara Israel yang digambarkan tidak manusiawi.

    “Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada pakaian. Kami tidur di lantai,” ujarnya.

    Selain itu, dia juga mengatakan ayahnya, Bassem Tamimi, juga masih mendekam di dalam penjara. Ayahnya juga merupakan seorang aktivis dan pemimpin aksi protes atas kependudukan Israel di Tepi Barat.

    “Mereka mengancam untuk membunuh ayah saya yang mendekam di dalam penjara Israel,” tambah Ahed Tamimi.

    Layanan Penjara Israel merilis daftar warga Palestina yang dibebaskan pada Rabu ke situs webnya. Di situs tersebut, terdapat nama Ahed Tamimi di antara puluhan tahanan lain.

    Seorang pejabat Palestina juga mengatakan Tamimi dibebaskan setelah dipenjara di Penjara Damon, dekat kota Haifa, Israel.

    Dilansir dari Reuters, pasukan Israel menangkap Ahed Tamimi 6 November lalu karena dituduh menghasut kekerasan. Ibunya membantah tudingan tersebut dan mengatakan tuduhan itu didasarkan pada unggahan media sosial palsu.

    Tamimi merupakan perempuan berusia 22 tahun yang terkenal sebagai seorang aktivis. Ketika usianya masih 16 tahun pada 2017, ia berani menampar seorang tentara Israel yang menyerbu Nabi Saleh yang merupakan desanya di Tepi Barat.

    Dia dan para aktivis lain sejak lama memang memprotes pendudukan Israel di daerah tersebut.

    Akibat insiden tamparan itu, Tamimi akhirnya dijatuhi hukuman delapan bulan penjara usai mengaku bersalah atas pengurangan dakwaan termasuk penyerangan.

    Ahed Tamimi merupakan satu dari ratusan orang di Tepi Barat yang ditangkap ketika kekerasan berkobar di wilayah itu kala konflik di Gaza juga memanas.

    Israel beralasan penangkapan Tamimi di Tepi Barat ditujukan untuk menggagalkan potensi serangan di wilayah itu.

    Pembebasan Tamimi ini terjadi pada hari ini, Rabu (29/11), beberapa jam menjelang berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diperpanjang pada hari ini, Kamis (30/11).

    Israel dan Hamas telah melangsungkan gencatan senjata sejak 24 November dan membebaskan ratusan orang baik warga Palestina, Israel, maupun warga asing.

    (pra/pra)

  • Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang Lagi hingga Jumat

    Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang Lagi hingga Jumat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina, akan diperpanjang hingga Jumat (1/12) setelah Israel dan kelompok Hamas menemui kesepakatan.

    Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata diperpanjang untuk kedua kalinya setelah ditengahi oleh Qatar yang menjadi mediator.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari mengatakan Israel dan Hamas sepakat untuk memberikan jeda kemanusiaan di Gaza.

    “Pihak Palestina dan Israel mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza selama satu hari tambahan dengan kondisi yang sama sebelumnya,” kata Majed Al Ansari dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Kamis (30/11).

    “Yaitu, gencata senjata dan masuknya bantuan kemanusiaan dalam kerangka mediasi bersama Qatar,” lanjutnya.

    Di detik-detik terakhir berakhirnya gencatan senjata tambahan, perpanjangan akhirnya disepakati oleh Israel dan Hamas pada hari ini, Kamis (30/11).

    Militer Israel akhirnya mengumumkan bahwa gencatan senjata dengan Hamasakan berlanjut jelang menit-menit masa jeda pertempuan keduanya berakhir pada Kamis pagi pukul 07.00 waktu lokal atau 12.00 WIB.

    “Gencatan senjata akan berlanjut mengingat upaya para mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera, dan bentuk patuhi ketentuan perjanjian,” bunyi pernyataan militer Israel (IDF) seperti dikutip Al Jazeera.

    Sebelumnya, Israel dan Hamas dikabarkan sepakat memperpanjang gencatan senjata untuk setidaknya 24 jam ke depan hingga Jumat (1/12).

    Pada Senin (27/11), kedua belah pihak sepakat memperpanjang gencatan senjata selama dua hari hingga akhirnya diperpanjang lagi hari ini.

    Dalam perjanjian, Hamas sepakat membebaskan ratusan sandera yang ditahan secara bertahap, sementara Israel juga sepakat membebaskan warga Palestina yang telah ditahan bertahun-tahun di penjara.

    Perpanjangan gencatan senjata yang kedua kali ini sempat terancam batal setelah Hamas mengklaim Israel menolak tawaran pembebasan sandera tambahan.

    Hamas juga telah memerintahkan pasukannya untuk siaga tempur menyusul belum ada tanda dari Israel menyetujui perpanjangan gencatan senjata.

    Kesepakatan gencatan senjata ini muncul usai puluhan hari Israel melancarkan agresi ke Palestina sejak 7 Oktober.

    Selama agresi, Israel menggempur warga dan objek sipil seperti rumah sakit dan sekolah. Imbas serangan mereka, lebih dari 15.000 warga Palestina meninggal dunia, termasuk 6 ribu anak-anak dan 4 ribu perempuan.

    (pra/pra)

  • Presiden Iran Raisi Batal Temui Erdogan di Turki Buat Bahas Palestina

    Presiden Iran Raisi Batal Temui Erdogan di Turki Buat Bahas Palestina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Iran Ebrahim Raisi tak hadir untuk menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara pada Selasa (28/11).

    Dikutip dari AFP, Kantor Presiden Turki menyatakan Erdogan tak punya jadwal rapat di hari tersebut. Namun, mereka tak menerangkan lebih lanjut apakah kunjungan Raisi dibatalkan atau ditunda.

    Hingga saat ini, Iran belum secara resmi memberi pernyataan terkait tak ada pertemuan dengan Erdogan. Namun, media semi pemerintah, Tasnim, melaporkan kunjungan Raisi ke Turki “ditunda.”

    Mereka tak menyediakan informasi lebih jauh terkait alasan penundaan pertemuan antara Raisi dan Erdogan ini.

    Erdogan sebelumnya mengumumkan Raisi untuk pertama kali akan berkunjung ke Turki.

    “Presiden Iran Ebrahim Raisi akan mengunjungi kami pada tanggal 28 bulan ini,” kata Erdogan ke reporter.

    Rencana kunjungan ini menjadi sorotan di media Turki. Namun, tak ada konfirmasi atau laporan media pemerintah Iran soal lawatan Raisi.

    Erdogan merupakan salah satu pemimpin yang vokal mengkritik gempuran Israel di Gaza pada 7 Oktober lalu.

    Dia bahkan menyematkan Israel sebagai “negara teroris” dan menyebut kelompok yang didukung Iran, Hamas, sebagai “kelompok pembebasan”.

    Sejumlah pengamat menilai lawatan Raisi ke Turki untuk mengajak pemerintah Ankara memboikot Israel. Iran berulang kali menyerukan agar dunia memboikot hingga melancarkan sanksi ke pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    “Iran berharap Turki mengakhiri secara langsung dan tidak langsung hubungan perdagangan dengan Israel,” kata pengamat Studi Iran di Istanbul, Hakki Uygur.

    Namun, Turki telah mengambil sikap untuk memisahkan masalah politik dan komersial.

    Rencana pertemuan Raisi dan Erdogan menjadi pembicaraan karena Turki-Iran memiliki hubungan yang kompleks.

    Turki disebut-sebut memberi dukungan ke kelompok yang berusaha menjatuhkan pemerintah Iran dan Suriah.

    Dukungan Turki ke Azerbaijan terkait sengketa Nagorno-Karabakh juga menyisakan kegelisahan yang mendalam bagi Iran.

    Iran khawatir kebangkitan Baku di wilayah Kaukasus dapat mendukung ambisi separatis etnis minoritas Azerbaijan di Iran.

    Iran juga cemas dengan usulan jalur perdagangan di sepanjang perbatasan utara antara Azerbaijan dan Turki yang berpotensi mempersulit akses mereka ke Armenia.

    (isa/pra)

  • Cerita Remaja Palestina Tahanan Israel: Disiksa-Disemprot Gas Air Mata

    Cerita Remaja Palestina Tahanan Israel: Disiksa-Disemprot Gas Air Mata

    Jakarta, CNN Indonesia

    Seorang perempuan Palestina, Zeina Abdo, menceritakan kengerian mendekam di penjara Israel selama kurang lebih dua tahun terakhir.

    Abdo merupakan salah satu warga Palestina tahanan Israel yang dibebaskan baru-baru ini dari penjara sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas di Jalur Gaza Palestina.

    Abdo mengatakan dua tahun terakhir layaknya mimpi paling buruk dalam hidupnya. Selama dipenjara, perempuan berusia 18 tahun itu mengaku mendapat penyiksaan hampir setiap harinya.

    “Mereka (militer Israel) mengepung kami dan menyemprotkan gas air mata kepada kami. Mereka pukuli dan habisi perempuan, anak perempuan. Maksud saya, kami itu anak perempuan. Kami hanya anak-anak. Bagaimana kalian (militer Israel) menyiksa kami?” kata Abdo dalam wawancaranya dengan Al Jazeera pada Rabu (29/11).

    Abdo menuturkan dia dan tahanan anak-anak Palestina lainnya kerap menjadi target penyiksaan verbal dan non-verbal oleh petugas sipir. Ia mengaku kerap tidak diberikan makanan dan minuman selama beberapa hari.

    “Mereka (aparat Israel) memukuli kami, bersumpah serapah terhadap kami, dan menyiksa kami. Saya menghabiskan enam hari di penjara tanpa tidur, tidak ada makanan, dan tanpa air minum bersama empat personel militer yang menyiksa saya,” kata Abdo.

    “Mereka mengancam akan membunuh saya dengan menyetrum saya sampai mati. mereka menargetkan kepala saya,” paparnya menambahkan.

    Abdo ditahan Israel sejak 2021 ketika masih berusia 16 tahun setelah didakwa atas tuduhan penghasutan melalui media sosial karena mengunggah foto bendera Palestina.

    “Saya mengunggah foto-foto bendera Palestina sama seperti warga Palestina pada umumnya. Ini adalah tanah air kami dan di hari akhir pun ini tetap menjadi tanah kami. Mereka mengunggah bendera Israel dan menganggapnya normal,” ucap Abdo.

    [Gambas:Twitter]

    “Tapi ketika kami datang untuk membela tanah air kami dengan hanya mengunggah sesuatu di media sosial, mereka menuduh orang ini melanggar hukum dan menuding tengah merencanakan sesuatu yang jahat,” katanya lagi.

    Abdo merupakan satu dari total 150 warga Palestina tahanan Israel yang dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata di Gaza. Sebanyak 117 tahanan yang dibebaskan ini merupakan anak-anak, sementara sisanya adalah perempuan.

    Menurut Al Jazeera, Israel telah menahan lebih dari 12 ribu anak-anak Palestina dalam dua dekade terakhir. Sebanyak 500-700 anak-anak Palestina ditahan Israel setiap tahun tanpa pengadilan yang jelas.

    Anak-anak Palestina yang menjadi tahanan Israel ini kerap menerima penyiksaan selama di penjara.

    Para analis menganggap pemenjaraan sewenang-wenang dan sistematik seperti ini merupakan bentuk hukuman kolektif yang diterapkan Israel secara tak manusiawi.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • RI soal Agresi Israel ke Gaza di DK PBB: Apakah Gencatan Saja Cukup?

    RI soal Agresi Israel ke Gaza di DK PBB: Apakah Gencatan Saja Cukup?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebut gencatan senjata yang berlangsung antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza tidak lah cukup menghentikan penderitaan yang dialami warga Palestina.

    Pernyataan itu muncul saat Retno hadir dalam pertemuan tingkat tinggi debat terbuka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Rabu (29/11).

    “Indonesia menyambut baik truce (gencatan senjata) yang berlangsung saat ini. Namun, pertanyaannya apakah ini cukup? Indonesia berpendapat bahwa ini tidak cukup,” kata Retno.

    Ia juga mengatakan jeda kemanusiaan ini tak membuat Gaza lebih baik.

    “Karena jeda kemanusiaan masih terlalu sempit dan rapuh untuk betul-betul membuat situasi Gaza lebih baik secara berkesinambungan,” ujar Retno.

    Retno lantas meminta DK PBB untuk mengambil langkah baru dan nyata, termasuk gencatan senjata permanen.

    Gencatan senjata permanen berulang kali diserukan komunitas internasional menyusul konflik di Gaza. Namun, hingga kini seruan itu belum terlaksana.

    “Pentingnya gencatan senjata permanen untuk mengakhiri semua kekejaman,” ungkap Retno.

    Israel dan kelompok Hamas sepakat gencatan senjata empat hari pada 24-28 November.

    Perjanjian itu kemudian diperpanjang dua hari pada 28-30 November. Namun, hingga kini belum ada informasi lebih lanjut soal perpanjangan kembali gencatan senjata.

    Namun, Israel dan Hamas dikabarkan terus bernegosiasi melalui mediator Qatar untuk kemungkinan perpanjangan gencatan senjata lagi.

    Kesepakatan gencatan senjata ini mencakup pertukaran sandera, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk, hingga jeda pertempuran.

    Namun, sepanjang gencatan senjata pasukan Israel masih menyerang warga Gaza dan Tepi Barat.

    Penerapan gencatan senjata muncul setelah puluhan hari pasukan Israel melancarkan agresi ke Palestina. Imbas operasi ini, 15.000 warga meninggal.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • 30 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Jelang Akhir Gencatan Senjata

    30 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Jelang Akhir Gencatan Senjata

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sebanyak 30 tahanan Palestina dibebaskan oleh pasukan militer Israel di hari terakhir perpanjangan gencatan senjata pada Rabu (29/11) malam waktu setempat.

    Dikutip dari Al Jazeera, layanan Penjara Israel (Israeli Prison Service/IPS) mengatakan tahanan Palestina itu dibebaskan dari Penjara Ofer yang berada di dekat kota Ramallah.

    Salah satu tahanan yang dibebaskan pada malam itu termasuk aktivis Ahed Tamimi. Ia merupakan aktivis berusia 22 tahun yang ditangkap oleh Israel di Tepi Barat pada 6 November lalu.

    Para tahanan Palestina itu langsung disambut oleh anggota keluarganya saat tiba di Ramallah yang diantar menggunakan bus dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

    Keluarga tahanan itu memeluk hingga menangis ketika menyambut kepulangan anggota keluarga mereka.

    Sebelum para tahanan Palestina itu dibebaskan, sempat ada penundaan selama beberapa jam karena adanya bentrokan di luar penjara.

    Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar selaku mediator kesepakatan mengungkapkan terdapat 16 sandera yang dibebaskan dari Gaza oleh kelompok Hamas.

    Sepuluh sandera di antaranya merupakan satu anak warga negara Belanda, tiga warga negara Jerman, satu warga negara Amerika Serikat, dan warga Israel.

    Selain 10 sandera tersebut, empat warga negara Thailand juga turut dilepaskan kelompok Hamas.

    Dilansir Al Jazeera, militer Israel mengatakan pasukannya telah menerima pelepasan sandera tersebut di perbatasan Kerem Shalom. Palang Merah juga telah mengonfirmasi pembebasan sandera ini.

    “Tim kami telah memindahkan dan menyerahkan [sandera] kepada pihak berwenang Israel,” demikian laporan Al Jazeera.

    Sebelum 14 sandera di atas, Hamas juga sudah membebaskan dua perempuan warga negara Rusia. Keduanya tidak termasuk dalam kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan Hamas dengan Israel.

    Nasib gencatan senjata di Gaza belum diketahui setelah perpanjangan dua hari tambahan berakhir pada Kamis (29/11) pukul 07.00 waktu setempat.

    Perundingan yang melibatkan Israel-Hamas serta mediator utama Qatar dengan AS dan Mesir, difokuskan pada lamanya perpanjangan dan pertukaran sandera dengan tahanan Israel.

    (pra/pra)

  • VIDEO: Momen Hamas Bebaskan 16 Sandera Tambahan Jelang Akhir Gencatan

    VIDEO: Momen Hamas Bebaskan 16 Sandera Tambahan Jelang Akhir Gencatan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Hamas merilis video yang menunjukkan sandera yang ditahan dibebaskan pada Kamis (30/11).

    Sandera tahanan itu diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (IRC).

    Setidaknya enam belas orang yang disandera di Gaza diserahkan kepada pejabat Israel pada Rabu (29/11).

    Selain pembebasan sandera, saat ini nasib gencatan senjata di Gaza mendekati waktu-waktu terakhir.

    Mediator kesepakatan disebut masih berupaya mencari perpanjangan kedua gencatan senjata.

  • RI Respons Ancaman Israel soal Lanjutkan Perang di Gaza usai Gencatan

    RI Respons Ancaman Israel soal Lanjutkan Perang di Gaza usai Gencatan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengkritik keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengancam bahwa Israel akan melanjutkan perangnya di Jalur Gaza Palestina ketika gencatan senjata berakhir.

    Komentar itu diutarakan Retno saat berpidato di debat terbuka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) di New York, Amerika Serikat, Rabu (29/11).

    “PM (Israel Benjamin) Netanyahu mengatakan bahwa dia akan memulai lagi operasi militer penuh saat jeda kemanusiaan berakhir,” kata Retno di forum itu.

    Dia lalu berujar, “Saya tak bisa memahami pernyataan dia. Dan, Saya juga tidak bisa memahami jika DK PBB membiarkan ancaman terhadap kemanusiaan ini terjadi.”

    Retno lantas menegaskan DK PBB harus bertindak untuk mencegah agar kekerasan tak terulang kembali di Gaza.

    Dia juga menyerukan badan tersebut melakukan aksi baru mencakup berbagai langkah.

    Pertama, soal bantuan kemanusiaan tanpa hambatan yang masuk ke Gaza. Selama ini, Israel sangat membatasi bantuan yang masuk usai memblokade total wilayah itu.

    Bantuan yang masuk ke Gaza juga melewati pemeriksaan yang sulit dan rumit.

    Kedua, Retno mengatakan penghormatan terhadap hukum internasional. Ketiga, betapa penting gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

    “Pentingnya gencatan senjata permanen untuk mengakhiri semua kekejaman,” ungkap dia.

    Seruan gencatan senjata permanen menjadi sorotan komunitas internasional di tengah jeda kemanusiaan yang hanya beberapa hari.

    Jeda kemanusiaan ini berlaku pada 24-17 November dan diperpanjang selama dua hari. Perjanjian ini mencakup jeda pertempuran dan pertukaran tahanan Palestina di Israel dan sandera Hamas.

    Namun, di tengah gencatan senjata itu Israel masih menyerang Gaza dan Tepi Barat.

    Netanyahu juga menegaskan Israel akan melanjutkan perangnya di Gaza usai gencatan senjata selesai. 

    “Selama beberapa hari terakhir saya telah mendengar pertanyaan ‘akan kah Israel kembali berperang setelah memaksimalkan fase pembebasan warga kami yang disandera? Jadi jawaban saya tegas: Ya,” kata Netanyahu pada Rabu (29/11).

    “Ini adalah kebijakan saya, seluruh kabinet mendukungnya, seluruh pemerintah Israel mendukungnya, tentara Israel mendukungnya, rakyat pun mendukungnya. Itu lah yang akan kami lakukan,” paparnya menambahkan seperti dikutip CNN.

    Israel melancarkan agresi brutal ke Palestina pada 7 Oktober imbas serangan dadakan Hamas ke negara tersebut.

    Selama agresi, pasukan Israel menyerang warga dan objek sipil seperti sekolah dan rumah sakit. Imbas gempuran ini, lebih dari 15.000 warga Palestina meninggal dunia, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan lebih dari 4 ribu perempuan.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]