Negara: Israel

  • Isi Pasal 99 Piagam PBB, Disebut di Surat Sekjen PBB Terkait Situasi Gaza

    Isi Pasal 99 Piagam PBB, Disebut di Surat Sekjen PBB Terkait Situasi Gaza

    Jakarta

    Isi Pasal 99 Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menjadi sorotan. Hal ini disinggung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres dalam suratnya kepada Presiden Dewan Keamanan (DK) PBB Jose Javier de la Gasca Lopez Dominguez terkait situasi di Gaza, Palestina.

    Guterres meminta anggota Dewan Keamanan PBB mendesak gencatan senjata di Gaza. Seperti dilansir situs PBB, Kamis (7/12/2023), surat yang tertanggal 6 Desember 202 tersebut dikirim oleh Sekjen PBB Antonio Guterres kepada Presiden DK PBB Jose Javier de la Gasca Lopez Dominguez.

    Dalam surat itu, Guterres menyampaikan kecemasannya terkait situasi Gaza yang memprihatinkan sambil mengingatkan Pasal 99 Piagam PBB. Menurut Guterres, permusuhan selama lebih dari delapan minggu di Gaza dan Israel telah menciptakan penderitaan manusia yang mengerikan, kehancuran fisik, dan trauma kolektif di seluruh Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina.

    “Saya menulis berdasarkan Pasal 99 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyampaikan kepada Dewan Keamanan suatu permasalahan yang, menurut pendapat saya, dapat memperburuk ancaman yang ada terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional,” ujar Guterres dalam suratnya ke DK PBB.

    Lantas, seperti apa isi Pasal 99 Piagam PBB, seperti yang disorot dan disinggung dalam surat Sekjen PBB Antonio Guterres kepada Presiden DK PBB Jose Javier de la Gasca Lopez Dominguez terkait situasi di Gaza? Simak informasinya berikut ini:

    Piagam PBB disebut The Charter of the United Nation atau United Nations Charter. Piagam PBB adalah dokumen pendirian PBB yang ditandatangani pada tanggal 26 Juni 1945, di San Francisco, pada akhir Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Organisasi Internasional, dan mulai berlaku pada tanggal 24 Oktober 1945, hingga saat ini.

    PBB dapat mengambil tindakan terhadap berbagai macam isu karena karakter internasionalnya yang unik dan kekuasaan yang diberikan dalam Piagamnya, yang dianggap sebagai perjanjian internasional. Dengan demikian, Piagam PBB adalah instrumen hukum internasional, dan Negara-negara Anggota PBB terikat olehnya.

    Sejak berdirinya PBB pada tahun 1945, misi dan kerja organisasi ini telah dipandu oleh tujuan dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Piagam pendiriannya, yang telah diamandemen sebanyak tiga kali pada tahun 1963, 1965, dan 1973.

    Berikut ini isi Pasal 99 dalam Piagam PBB yang dikutip dari situs PBB:

    Article 99
    The Secretary-General may bring to the attention of the Security Council any matter which in his opinion may threaten the maintenance of international peace and security.

    Artinya:

    Pasal 99
    Sekretaris Jenderal dapat menyampaikan kepada Dewan Keamanan segala hal yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

    (wia/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Paksa 1,8 Juta Pengungsi Gaza ke Area Seukuran Bandara

    Israel Paksa 1,8 Juta Pengungsi Gaza ke Area Seukuran Bandara

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Agresi Israel di Jalur Gaza kini mulai intens menyasar wilayah selatan setelah menghancurkan wilayah utara.

    Warga sipil pun saat ini diminta mengungsi ke sebuah bagian kota yang luasnya lebih kecil dari Bandara Heathrow, Inggris.

    Dilansir dari Al Jazeera, militer Israel memaksa warga Palestina di Gaza untuk mengungsi ke bagian Kota Al-Mawasi di selatan daerah kantong itu. Mereka menetapkannya sebagai tempat yang aman dari serangan.

    Perintah evakuasi ini sendiri dikeluarkan setelah Israel mengumumkan bakal mulai menyerbu Gaza selatan, terutama Kota Khan Younis. Militer Israel mengklaim para pemimpin Hamas berlindung di dalam kota tersebut.

    Al-Mawasi adalah kota Badui pesisir yang kecil dan sempit dengan lebar sekitar 1 kilometer dan panjang 14 kilometer. Kota ini sebelumnya dikelilingi permukiman Israel, sampai eks Perdana Menteri Zionis Ariel Sharon membubarkan permukiman pada 2005 silam.

    Menurut Israel, 6,5 kilometer persegi kota ini bisa menjadi tempat aman bagi warga sipil untuk berlindung dari serangan.

    Area ini setara dengan setengah ukuran Bandara Heathrow London, yang dikunjungi 61 juta penumpang pada 2022 atau sekitar 167 ribu penumpang per hari.

    Dengan kata lain, jika warga sipil berada di wilayah tersebut, kepadatan penduduknya akan lebih dari 20 kali lipat Heathrow, bahkan jika semua penumpang harian bandara hadir dalam satu waktu.

    Seberapa aman Al-Mawasi?

    Peningkatan serbuan Israel di Gaza selatan usai gencatan senjata berakhir Jumat (1/12) pekan lalu telah membuat zona aman bagi warga Gaza kian menipis.

    Pasalnya, Kota Khan Younis yang kini diserang Israel, sebelumnya dianggap sebagai zona aman sehingga banyak warga dari utara berbondong-bondong mengevakuasi diri ke sana.

    Masyarakat sipil pun sangsi bahwa masih ada zona aman di Gaza untuk mereka hidup di tengah bayang-bayang gempuran.

    Para ahli juga menilai kawasan bagian dari Al-Mawasi itu terlalu kecil untuk menampung populasi yang jumlahnya jauh lebih besar.

    Masalah kesehatan

    Pakar hukum yang berbasis di Ramallah, Bushra Khalidi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Gaza saat ini “sudah kelebihan penduduk.”

    Jumlah yang padat ini bisa memicu risiko kolera dan gastroenteritis menyebar dengan cepat di antara warga.

    “Orang-orang tidak menjadi lebih baik karena kondisinya tidak memungkinkan mereka untuk menjadi lebih baik,” ucapnya.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyebut rencana Israel menyediakan ruang aman bagi warga Gaza hanyalah resep untuk menciptakan bencana.

    “Mencoba menjejalkan begitu banyak orang ke daerah sekecil itu dengan infrastruktur atau layanan yang begitu sedikit akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ‘tepi jurang’,” kata Tedros.

    Apakah Al-Mawasi memadai?

    Sebuah tim dari Sky News mengunjungi Al-Mawasi untuk menyelidiki situasi di sana.

    Ketika tiba, mereka tidak menemukan pemetaan untuk tempat penampungan, seperti tenda atau dapur makanan. Daerah ini punya fasilitas kesehatan yang begitu mengenaskan.

    (blq/bac)

  • Viral Tentara Israel Tangkap-Telanjangi Puluhan Pria di Gaza

    Viral Tentara Israel Tangkap-Telanjangi Puluhan Pria di Gaza

    Gaza City

    Tentara-tentara Israel yang dikerahkan ke Jalur Gaza dilaporkan menangkap puluhan pria Palestina lalu menelanjangi mereka, sebelum membawa mereka ke sebuah lokasi yang dirahasiakan. Sejumlah foto yang viral di media sosial menunjukkan pria-pria dilucuti pakaiannya dengan mata ditutup dan tangan diikat ke belakang.

    Laporan sejumlah media Israel menyebut pria-pria yang ditangkap itu ‘kemungkinan’ merupakan anggota Hamas. Namun orang-orang yang mengenali kerabat dan teman mereka dalam foto yang beredar, membantah tuduhan keterlibatan dengan kelompok militan Palestina tersebut.

    Seperti dilansir Middle East Eye dan TRT World, Jumat (8/12/2023), pria-pria itu ditangkap dari rumah-rumah dan sekolah-sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi dari perang di Jalur Gaza bagian utara.

    Salah satu penangkapan dilaporkan terjadi ketika pasukan Israel, pada Kamis (7/12) waktu setempat, menyerbu sekolah-sekolah Khalifa bin Zayed al-Nahyan dan Aleppo di area Beit Lahia setelah mengepungnya selama berhari-hari.

    Beberapa rekaman video yang diambil penduduk setempat dan wartawan menunjukkan para penembak jitu Israel mengambil posisi di atap-atap rumah dekat sekolah Khalifa. Video lainnya menunjukkan sejumlah mayat berjenis kelamin laki-laki tergeletak di halaman sekolah Aleppo.

    Middle East Eye menyatakan tidak bisa memverifikasi secara independen rekaman video itu.

    Setelah memaksa semua orang keluar dari sekolah, tentara Israel menangkap para pria yang bergerak keluar dan membiarkan para wanita juga anak-anak melarikan diri dengan berlari.

    Menurut Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, para pria di Jalur Gaza itu ditangkap secara sewenang-wenang dan dipukuli oleh tentara Israel.

    Rekaman video yang dirilis sejumlah akun Telegram dan media lokal Israel menunjukkan puluhan pria ditangkap, dengan pakaian mereka dilucuti, mata ditutup dan tangan diikat ke belakang. Sejumlah video menunjukkan pria-pria itu berlutut dalam keadaan telanjang di area permukiman sebelum diangkut dengan truk.

    Salah satu foto yang beredar menunjukkan pria-pria yang dilucuti pakaiannya dan hanya mengenakan celana dalam itu berbaris di area terbuka di semacam gurun pasir. Tidak diketahui secara jelas ke mana pria-pria itu dibawa.

    Militer Israel tidak memberikan pernyataan resmi atas penangkapan massal tersebut.

    Penuturan seorang saksi mata, yang dilaporkan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, menyebut dirinya melihat sedikitnya tujuh pria ditembak mati oleh tentara Israel karena tidak segera mematuhi perintah yang diberikan, termasuk melucuti pakaian mereka.

    Warga Palestina Bantah Kerabat Mereka yang Ditangkap terkait Hamas

    Sejumlah media Israel menyebut pria-pria yang ditangkap ‘kemungkinan’ adalah anggota Hamas. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari, ketika dimintai komentar soal foto-foto yang beredar, mengklaim bahwa ‘para teroris telah menyerah’. Israel biasanya menggunakan istilah ‘teroris’ untuk menyebut anggota Hamas.

    Namun sejumlah warga Palestina yang mengenali kerabat mereka dalam foto-foto yang beredar, membantah mereka terkait Hamas atau militan lainnya.

    Salah satunya Hani Almadhoun, seorang warga Amerika keturunan Palestina yang tinggal di Virgina, yang mengenali kerabatnya dalam foto itu dan menegaskan kepada Reuters bahwa mereka adalah ‘warga sipil tidak bersalah yang tidak ada kaitannya dengan Hamas atau faksi lainnya’.

    “Mereka membawanya dari sebuah rumah milik keluarga, di area pasar. Mereka menahan saudara laki-laki saya, Mahmoud (32), putranya Omar (13), keponakan saya lainnya Aboud (27), dan ayah saya yang berusia 72 tahun, dan beberapa saudara ipar saya,” tutur Almadhoun.

    Outlet media berbasis di London, Al-Araby al-Jadeed atau The New Arab, menyatakan salah satu jurnalis mereka bernama Diaa al-Kahlout, yang menjadi koresponden di Jalur Gaza, ada di antara pria-pria Palestina yang ditangkap tentara Israel. Bahkan beberapa anggota keluarga Al-Kahlout juga ikut ditangkap.

    Sosok Al-Kahlout juga dikenali oleh sahabatnya, Ramy Abdu, yang merupakan pendiri dan direktur Euro-Mediterranean Human Rights Monitor. Abdu bahkan menyebut dirinya juga mengenali seorang kepala sekolah dan seorang pegawai PBB di antara pria-pria yang ditangkap Israel tersebut.

    Disebutkan juga oleh Euro-Mediterranean Human Rights Monitor dalam laporannya bahwa terdapat sejumlah dokter, akademisi, jurnalis dan warga lanjut usia di antara pria-pria Palestina yang ditangkap pasukan Israel tersebut.

    Hamas Kecam Penangkapan Massal Warga Sipil Gaza oleh Israel

    Osama Hamdan, salah satu pejabat biro politik Hamas, membantah penangkapan massal telah dilakukan oleh pasukan Israel terhadap anggota kelompoknya.

    Dia menegaskan kepada Al Araby TV bahwa rekaman dan foto yang beredar menunjukkan ‘penangkapan dan penganiayaan terhadap warga sipil tidak bersenjata yang tidak ada hubungannya dengan operasi militer’.

    Hamdan juga menyamakan penangkapan massal oleh Israel di Jalur Gaza itu dengan ‘kamp konsentrasi Nazi’.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Bantai 18 Anggota Keluarga Dirjen Kemenkes Gaza

    Israel Bantai 18 Anggota Keluarga Dirjen Kemenkes Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan militer Israel menyerang area kediaman keluarga Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza, Munir Al-Bursh, pada Rabu (6/12) malam.

    Setidaknya 18 anggota keluarga Al-Bursh meninggal dunia dalam serangan sepanjang malam tersebut.

    Kemenkes Gaza menyatakan beberapa jenazah tiba di rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara ketika Al-Bursh sedang shift di sana pada Kamis (7/12) pagi.

    Al-Bursh mengatakan kepada CNN bahwa cucunya yang berusia 1 minggu termasuk di antara anggota keluarganya yang tewas.

    Dalam video yang diambil dari rumah sakit, Al-Bursh tampak berlutut di tanah di depan jenazah-jenazah anggota keluarganya yang telah terbungkus seprai. Setidaknya lima jenazah yang telah dikafani dapat terlihat dalam video.

    Al-Bursh lalu tampak menyingkap wajah salah satu jenazah yang merupakan seorang pria dewasa.

    Dia menyentuh wajah keponakannya, yang bekerja sebagai profesor hukum di universitas. Keponakannya kini meninggal dunia beberapa hari sebelum meraih gelar doktor dalam hukum internasional.

    “Israel ingin membunuh harapan dalam diri kami. Mereka ingin mengurangi kaum muda, anak-anak, dan perempuan kita. Mereka menghancurkan rumah-rumah, tidak membedakan antara tua dan muda,” kata Al Bursh dalam video tersebut.

    Israel meluncurkan agresi di Gaza sejak 7 Oktober lalu imbas serbuan Hamas. Hingga kini, sedikitnya 17.177 warga Palestina tewas imbas serangan Israel.

    Foto: Dok. CNNIndonesia

    Gempuran Israel saat ini fokus pada selatan Jalur Gaza, terutama Kota Khan Younis, setelah sebelumnya membumihanguskan wilayah utara.

    Kamp-kamp pengungsian, rumah sakit, hingga rumah ibadah terus menjadi target serangan Negeri Zionis.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Presiden Iran Tuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza

    VIDEO: Presiden Iran Tuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza

    00:35

    VIDEO: Presiden Iran Tuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza

    Internasional
    • 11 bulan yang lalu

  • Pilu Anak-anak Gaza Terluka Akibat Serangan Israel-Jadi Yatim Piatu

    Pilu Anak-anak Gaza Terluka Akibat Serangan Israel-Jadi Yatim Piatu

    Jakarta

    Para pekerja medis yang bekerja di Jalur Gaza menggunakan istilah khusus untuk merujuk kategori korban perang secara spesifik.

    “Ada akronim yang berbeda di Jalur Gaza, yaitu WCNSF (Wounded Child, No Surviving Family), yang berarti anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat,” kata Tanya Haj-Hassan, dokter yang selama satu dekade terakhir bekerja dengan Doctors Without Borders di Gaza.

    “Akronim ini sering digunakan,” ujarnya kepada BBC News.

    Istilah di kalangan pekerja medis ini menggambarkan kengerian yang dialami banyak anak di Gaza. Hidup mereka berubah dalam sekejap: orang tua, saudara kandung, dan kakek-nenek mereka terbunuh. Bagi mereka segalanya tidak akan lagi sama.

    Perang dimulai setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu menewaskan 1.200 orang, kemudian dibalas oleh Israel melalui operasi militernya. Saat ini lebih dari 15.500 orang di Gaza tewas, termasuk sekitar 6.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

    Ahmed Shabat adalah salah satu anak di Gaza yang masuk kategori anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat. Pekerja medis mengetahui nasib Ahmed saat dia tiba dalam keadaan terluka dan menangis di Rumah Sakit Indonesia di kawasan utara Gaza.

    Ahmed, yang berusia tiga tahun, selamat dari serangan udara Israel di rumahnya di Beit Hanoun, pada pertengahan November lalu. Namun ayah, ibu dan kakak laki-lakinya tewas akibat serangan tersebut.

    “Setelah pengeboman, kami mengetahui ada seorang anak di Rumah Sakit Indonesia yang tidak ditemani satupun anggota keluarganya, jadi kami segera pergi ke sana,” kata paman Ahmed, Ibrahim Abu Amsha.

    Ahmed saat itu tengah bersama orang asing. Ibrahim berkata, akibat serangan udara Israel, Ahmed terlempar ke udara dan ditemukan terluka sekitar 20 meter dari rumahnya.

    Ahmed dan Omar kini menjadi yatim piatu sekaligus tunawisma. Keduanya tidak memiliki tempat berlindung dari serangan Israel yang berlangsung terus-menerus. Mempertimbangkan situasi itu, Ibrahim memutuskan untuk menjaga dan merawat dua anak itu bersama keluarganya.

    Ibrahim dan keluarganya sempat membawa Ahmed dan Omar ke permukiman Sheikh Radwan di barat daya Gaza. Namun mereka kemudian mengungsi dari kawasan itu setelah Ahmed terkena pecahan kaca akibat sebuah ledakan.

    Mereka kemudian pergi ke kamp Nuseirat untuk tinggal di sekolah yang berafiliasi dengan PBB. Namun bahkan di lokasi barunya, mereka kembali menghadapi serangan Israel. Ini memicu konsekuensi yang sangat buruk bagi Ahmed.

    “Saya berlari keluar dari pintu sekolah dan melihat Ahmed di depan saya tergeletak di tanah, kedua kakinya hilang. Dia merangkak ke arah saya, membuka tangannya, mencari bantuan,” kata Ibrahim.

    Seorang anggota keluarga, yang bersama Ahmed pada saat ledakan terjadi, tewas.

    Ibrahim, yang masih mengungsi bersama keluarganya serta anak-anak saudara perempuannya, mengatakan dia bermimpi bisa mengirim Ahmed untuk berobat ke luar Gaza.

    “Dia bermimpi bisa melakukan banyak hal,” kata Ibrahim. Dia bertutur dalam kesedihan.

    “Saat kami pergi bersama untuk menonton pertandingan sepak bola, Ahmed berkata ingin menjadi pemain sepak bola terkenal,” ujar Ibrahim.

    Menangis, memanggil ibu

    Sama seperti Ahmed, Muna Alwan juga merupakan anak yang menjadi yatim piatu. Dia diberi status sebagai anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat ketika tiba di Rumah Sakit Indonesia.

    Muna yang berusia dua tahun itu terus-menerus menangis. Dia berteriak memanggil ibunya, “Mama!”. Namun ibunya sudah meninggal.

    Muna berhasil dikeluarkan dari reruntuhan setelah serangan udara Israel menghantam rumah tetangganya di wilayah Jabal al-Rais, di Gaza utara. Orang tua Muna, kakak dan kakeknya tewas. Mata Muna terluka parah. Rahangnya patah.

    Dari Rumah Sakit Indonesia, Muna kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain. Di situlah dia dikenali dan ditemukan oleh bibinya, Hanaa.

    “Kami mengetahui melalui internet bahwa Muna berada di Rumah Sakit Nasser. Kami datang dan kami mengenalinya,” ujar Hanaa.

    Hanna berkata, keponakannya itu sangat menderita.

    “Dia hanya ingin berteriak, selalu takut, apalagi jika ada yang mendekatinya,” kata Hanaa.

    Muna mempunyai kakak perempuan yang masih hidup. Kakaknya itu berada di pusat kota Gaza.

    “Mereka terjebak dan tidak ada cara untuk membawa mereka ke selatan,” kata Hanaa.

    “Saya terus-menerus bertanya pada diri sendiri, apa yang akan kami lakukan? Bagaimana kami bisa menggantikan peran ibunya?” ujar Hanaa.

    Baca juga:

    ‘Saya kehilangan kaki dan keluarga saya’

    Di ranjang logam di sudut sebuah ruangan di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan, Dunya Abu Mehsen yang berusia 11 tahun melihat sisa-sisa kaki kanannya yang dibalut perban putih.

    Anak perempuan dengan rambut keriting panjang itu duduk di tepi tempat tidur, mengenakan baju panjang berwarna merah. Hampir sepanjang waktu dia diam. Dia terlihat sangat sedih.

    Dunya selamat dari serangan udara Israel bersama saudara laki-lakinya, Yusuf, dan adik perempuannya. Serangan udara itu terjadi ketika mereka semua sedang tidur di rumah mereka di permukiman al-Amal di Khan Yunis.

    Akibat serangan udara itu, orang tua Dunya, saudara laki-laki dan saudara perempuannya terbunuh. Dunya juga kehilangan kaki kanannya.

    “Saat saya melihat ayah saya, saya takut karena dia berlumuran darah dan tertutup batu. Orang-orang berdiri di sekitar kami. Saudara perempuan saya berteriak,” ujar Dunya mengenang peristiwa itu.

    “Saya melihat diri saya sendiri dan saya sadar saya tidak punya kaki. Saya merasakan sakit dan satu-satunya pikiran saya adalah ‘Bagaimana saya bisa kehilangan kaki saya?’”

    “Dunya tidak ingat bagaimana dan kapan dia tiba di rumah sakit, tapi dia ingat berada di sana sendirian, dan pekerja medis berulang kali bertanya dalam upaya untuk mengidentifikasi keluarganya,” kata bibinya, Fadwa Abu Mehsen.

    “Dunya berkata kepada saya: ‘Saya mendengar perawat berkata, ‘semoga Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan mereka’. Saya tahu yang dia maksud adalah ibu dan ayah saya sudah meninggal.’”

    Fadwa yang duduk di samping Dunya di kamar rumah sakit. Dia menemani anak perempuan yang duduk di kursi roda itu.

    Fadwa kini menjadi satu-satunya orang yang membawa anak itu untuk keluar ruangan dan menghirup udara segar.

    “Dunya dulunya ceria, kuat, dan sangat aktif sebelum mengalami ini,” ujar Fadwa.

    Dunya kemudian menimpali dengan berkata, “Hari ini saya kehilangan kaki dan keluarga saya, namun saya masih mempunyai mimpi.”

    “Saya ingin mendapatkan kaki palsu, bepergian, menjadi dokter. Saya berharap perang ini berakhir dan anak-anak seperti kami bisa hidup damai,” ujarnya.

    Menentukan jumlah pasti anak-anak yang menjadi yatim piatu di Jalur Gaza merupakan suatu pekerjaan sulit. Alasannya adalah intensitas operasi militer dan situasi yang berkembang pesat di lapangan, kata Ricardo Pires, Manajer Komunikasi UNICEF.

    Pires berkata, organisasinya berupaya menjangkau rumah sakit dan para pekerja kesehatan di Gaza untuk mengidentifikasi dan mendata anak-anak yang terdampak. Namun dia menyebut upaya tersebut berjalan sangat lambat karena kondisi yang “sangat menantang”.

    Menurut Pires, upaya mengatur pengasuhan anak-anak yang terdampak perang di Gaza mustahil dilakukan karena tempat penampungan dan rumah sakit yang kacau dan penuh sesak.

    Lebih dari itu, dia menyebut sistem yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi, melacak dan menyatukan kembali anak-anak dengan kerabatnya hampir tidak berfungsi.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO: Israel Serang Khan Younis, Tangis Anak-anak Pecah di RS Nasser

    VIDEO: Israel Serang Khan Younis, Tangis Anak-anak Pecah di RS Nasser

    Jakarta, CNN Indonesia

    Ini adalah situasi di RS Nasser tak lama setelah Israel membombardir wilayah Khan Younis, Kamis (7/12).

    Para petugas kesehatan tampak kewalahan lantaran banyak pasien yang harus mereka tangani.

    Di antara para pasien itu ada anak-anak yang juga jadi korban serangan Israel.

    Mereka hanya bisa menangis kesakitan sambil menanti penanganan dari perawat.

    Agresi Israel ke Palestina sudah berlangsung selama dua bulan.

    Dan hingga Kamis, jumlah korban tewas akibat perang itu sudah mencapai 17 ribu.

  • Hizbullah Serang 3 Pos Militer Israel di Dekat Perbatasan Lebanon

    Hizbullah Serang 3 Pos Militer Israel di Dekat Perbatasan Lebanon

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok milisi Hizbullah Lebanon menyerang tiga pos militer Israel di dekat perbatasan kedua negara pada Kamis (7/12).

    Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengaku menargetkan situs Israel Marj dan Harej Rameem di desa Hunin Lebanon “dengan senjata yang sesuai.”

    Mereka juga menargetkan situs Israel Ma’ayan Baruch dengan “senjata yang sesuai” hingga mengenai langsung situs tersebut.

    Dilansir dari Anadolu Agency, pasukan militer Israel juga menggempur Lebanon selatan dengan menyasar area sekitar gedung Cooperative of Carpets di Kota Kounine hingga merusak bangunan.

    Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan seorang warga Lebanon juga terluka usai terkena tembakan Israel di Bukit Hamams. Kondisinya stabil setelah dibawa ke rumah sakit pemerintah di Marjayoun.

    Lebih jauh, NNA mengabarkan tembakan artileri Israel juga menargetkan pinggiran Kota Houla, Markaba, dan Wadi al-Salouqi di Lebanon selatan.

    Kota-kota Alma al-Shaab, Tyre Harfa, dan Dahirah di bagian barat perbatasan juga menjadi sasaran tembak artileri Zionis. Sejauh ini tak ada kerusakan yang dilaporkan.

    Ketegangan di perbatasan Lebanon dan Israel memang kian membara dalam beberapa waktu terakhir. Pasukan militer Israel dan Hizbullah terlibat baku tembak intens sejak kedua belah pihak berperang skala penuh pada 2006 silam.

    Ketegangan ini sendiri terjadi di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza sebagai respons atas serbuan Hamas 7 Oktober lalu.

    Hamas dan Hizbullah merupakan sekutu yang sama-sama memusuhi Israel.

    Berdasarkan perhitungan AFP, lebih dari 110 orang tewas di sisi perbatasan Lebanon sejak Oktober. Sebagian besar korban adalah anggota Hizbullah.

    Sedangkan Israel menyatakan enam tentaranya dan tiga warga sipil Israel tewas di daerah tersebut.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Wabah Serius Menerpa Tentara Israel di Gaza, Dokter Bilang Gini

    Wabah Serius Menerpa Tentara Israel di Gaza, Dokter Bilang Gini

    Gaza City

    Tentara-tentara Israel yang ada di bagian selatan negara itu, dan khususnya yang dikerahkan ke Jalur Gaza, mengalami wabah penyakit pencernaan dan keracunan makanan yang serius. Wabah yang disebabkan oleh bakteri itu memicu diare parah pada kalangan tentara Israel, terutama yang dikirim bertempur di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Middle East Monitor, Jumat (8/12/2023), sejak awal perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober lalu, banyak restoran, jaringan pemasok makanan, dan individu-individu menyumbangkan makanan kepada para tentara Israel.

    Namun, menurut para dokter Israel seperti dilaporkan surat kabar Yediot Ahronoth, kondisi penyimpanan makanan yang buruk, ditambah penyaluran dan persiapan yang tidak maksimal, telah menyebabkan peningkatan penyakit pencernaan, diare parah dan demam tinggi di kalangan tentara Israel.

    “Diare telah menyebar di kalangan tentara di wilayah selatan (Israel), di berbagai wilayah konsentrasi, dan kemudian menyebar di antara tentara-tentara yang berperang di Gaza,” tutur Kepala Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit Universitas Assuta Ashdod, Dr Tal Bros, dalam penjelasannya.

    “Kami mendiagnosis infeksi bakteri Shigella yang menyebabkan disentri, penyakit sangat berbahaya yang telah menyebar di kalangan petempur di Gaza,” ucapnya.

    Disebutkan juga bahwa mewabahnya penyakit yang dipicu bakteri ini berdampak pada kondisi para tentara Israel dan pelaksanaan operasi tempur.

    “Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara dalam satu kompi infanteri, dan mereka mengalami demam setelah suhu tubuh mencapai 40 derajat Celsius, dan mereka mulai mengalami diare setiap 20 menit, maka mereka tidak sehat lagi untuk berperang dan mereka membuat diri mereka terkena risiko kematian,” ujarnya memperingatkan.

    Lihat Video ‘Israel Ogah Disalahkan Usai Bunuh Jurnalis Reuters, AS Tuntut Investigasi’:

    Pertempuran di Jalur Gaza kembali pecah setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pekan lalu setelah berlangsung selama tujuh hari. Pekan ini, militer Israel mengatakan pasukannya di Jalur Gaza kini beroperasi “di jantung Khan Younis” untuk pertama kalinya.

    Disebutkan bahwa pasukan Israel “tiba di pusat Khan Younis dan memulai serangan yang ditargetkan di jantung kota tersebut,” yang diidentifikasi sebagai simbol pemerintahan militer dan administratif Hamas.

    “Para tentara melenyapkan teroris, menghancurkan infrastruktur teroris dan menemukan senjata,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (7/12).

    Sebagian besar wilayah Gaza utara telah menjadi puing-puing akibat pertempuran sengit dan bombardir Israel, yang menyebabkan 1,9 juta orang mengungsi menurut angka PBB.

    Ketika Israel kini fokus ke wilayah selatan, jalan-jalan di Khan Younis hampir kosong pada Rabu pagi waktu setempat ketika penduduk mencari perlindungan dari serangan artileri, demikian laporan AFP. Sementara itu, korban tewas dan terluka terus berdatangan ke rumah sakit di kota tersebut.

    Israel mengumumkan perang terhadap Hamas setelah serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

    Sementara jumlah korban terbaru dari kantor media pemerintah Hamas menyebutkan bahwa 16.248 orang di Jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, tewas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO: Netanyahu Ancam Ubah Beirut Seperti Gaza jika Hizbullah Berulah

    VIDEO: Netanyahu Ancam Ubah Beirut Seperti Gaza jika Hizbullah Berulah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Beirut akan bernasib sama seperti Gaza, jika Hizbullah memulai perang.

    Pernyataan itu diungkap Netanyahu saat bertemu tentara IDF di utara Israel pada Kamis (7/12).