Negara: Israel

  • Seruan Trump agar Israel Setop Mengebom Gaza Menggembirakan

    Seruan Trump agar Israel Setop Mengebom Gaza Menggembirakan

    Jakarta

    Hamas menyebut pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyerukan Israel untuk menghentikan pengeboman Gaza menggembirakan. Hamas menyatakan kesiapan untuk segera bernegosiasi demi pembebasan sandera dan mengakhiri perang.

    “Pernyataan Presiden Trump tentang penghentian segera pengeboman Israel di Jalur Gaza menggembirakan,” kata juru bicara Hamas, Taher al-Nounou, seperti dilansir AFP, Sabtu (4/10/2025).

    Hamas mengaku siap untuk mulai bernegosiasi soal proposal damai yang diajukan Trump. Hamas juga meminta pasukan Israel ditarik dari Gaza.

    “Dan Hamas siap untuk segera memulai negosiasi guna mencapai pertukaran tahanan, mengakhiri perang, dan memastikan penarikan tentara (Israel) dari Jalur Gaza,” tutur dia.

    Trump sebelumnya merespons Hamas yang siap bernegosiasi. Trump meminta Israel berhenti menyerang Gaza agar perdamaian segera tercapai.

    Trump mengatakan telah berdiskusi tentang detail perdamaian. Trump menyinggung bahwa perdamaian di Timur Tengah telah lama dinantikan.

    “Saat ini, terlalu berbahaya untuk melakukan itu. Kami sudah berdiskusi tentang detail yang akan diselesaikan. Ini bukan hanya tentang Gaza, ini tentang perdamaian yang telah lama dinantikan di Timur Tengah,” katanya.

    (lir/lir)

  • Israel Harus Berhenti Mengebom Gaza

    Israel Harus Berhenti Mengebom Gaza

    Jakarta

    Hamas menyatakan siap membahas proposal damai di Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Merespons hal itu, Trump meminta Israel berhenti menyerang Gaza agar perdamaian segera tercapai.

    “Berdasarkan pernyataan yang baru saja dikeluarkan Hamas, saya yakin mereka siap untuk perdamaian abadi. Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza, agar kita dapat membebaskan para sandera dengan aman dan cepat!” tulis Trump di akun Truth Social miliknya, seperti dilansir Aljazeera, Sabtu (4/10/2025).

    Trump mengatakan telah berdiskusi tentang detail perdamaian. Trump menyinggung bahwa perdamaian di Timur Tengah telah lama dinantikan.

    “Saat ini, terlalu berbahaya untuk melakukan itu. Kami sudah berdiskusi tentang detail yang akan diselesaikan. Ini bukan hanya tentang Gaza, ini tentang perdamaian yang telah lama dinantikan di Timur Tengah,” katanya.

    Kelompok militan Palestina, Hamas, sebelumnya menyatakan siap mengakhiri perang di Gaza. Hamas mengatakan siap membahas proposal damai yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pembebasan semua sandera hingga penarikan pasukan Israel di Gaza.

    Mereka juga menyatakan setuju untuk menyerahkan pemerintahan Gaza kepada badan independen yang terdiri dari para teknokrat Palestina, “berdasarkan konsensus nasional Palestina dan dukungan Arab dan Islam”.

    “Isu-isu lain yang disebutkan dalam proposal Presiden Trump mengenai masa depan Jalur Gaza dan hak-hak sah rakyat Palestina terkait dengan posisi nasional yang bersatu serta hukum dan resolusi internasional yang relevan,” kata Hamas.

    (lir/lir)

  • Hamas Siap Bahas Rencana Damai Trump di Gaza-Bebaskan Sandera Israel

    Hamas Siap Bahas Rencana Damai Trump di Gaza-Bebaskan Sandera Israel

    Jakarta

    Kelompok militan Palestina, Hamas, menyatakan siap mengakhiri perang di Gaza. Hamas mengatakan siap membahas proposal damai yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pembebasan semua sandera hingga penarikan pasukan Israel di Gaza.

    “Dalam konteks ini, gerakan ini menegaskan kesiapannya untuk segera berunding melalui para mediator guna membahas detail perjanjian ini,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di Telegram, seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (4/10/2025).

    Mereka juga menyatakan setuju untuk menyerahkan pemerintahan Gaza kepada badan independen yang terdiri dari para teknokrat Palestina, “berdasarkan konsensus nasional Palestina dan dukungan Arab dan Islam”.

    “Isu-isu lain yang disebutkan dalam proposal Presiden Trump mengenai masa depan Jalur Gaza dan hak-hak sah rakyat Palestina terkait dengan posisi nasional yang bersatu serta hukum dan resolusi internasional yang relevan,” kata Hamas.

    Isu-isu tersebut “akan ditangani melalui kerangka kerja nasional Palestina yang komprehensif, di mana Hamas akan berpartisipasi dan berkontribusi secara bertanggung jawab”.

    Hamas menambahkan bahwa pihaknya siap membebaskan sandera Israel.

    (lir/lir)

  • Menteri Sayap Kanan Israel Desak Aktivis Global Sumud Flotilla Dipenjara daripada Dideportasi

    Menteri Sayap Kanan Israel Desak Aktivis Global Sumud Flotilla Dipenjara daripada Dideportasi

    JAKARTA – Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menyatakan Israel seharusnya memenjarakan aktivis armada kemanusiaan yang ditahan selama beberapa bulan, alih-alih mendeportasi mereka kembali ke negara asal.

    Lebih dari 470 aktivis ditahan oleh Angkatan Laut Israel di atas 42 kapal yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla (GSF) pada Rabu malam hingga Kamis.

    Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya menyatakan, empat orang telah dideportasi, sementara sisanya sedang dalam proses deportasi.

    Ben Gvir, yang memimpin partai ultranasionalis Otzma Yehudit, mengatakan dalam sebuah pernyataan video, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah membuat “kesalahan” dengan mendeportasi mereka.

    “Saya pikir mereka harus ditahan di sini selama beberapa bulan di penjara Israel, agar mereka terbiasa dengan bau sayap teroris,” ujarnya, dikutip dari The Times of Israel 3 Oktober.

    Ia berpendapat, PM Netanyahu tidak bisa terus-menerus memulangkan mereka ke negara asal, “karena ini membuat mereka kembali lagi dan lagi.”

    Dikutip dari Daily Sabah, politisi sayap kanan Israel itu mengkonfrontasi beberapa dari mereka secara langsung, menyebut kelompok itu “teroris”, tetapi suaranya tenggelam oleh teriakan “Kebebasan untuk Palestina” dari para aktivis.

    Adapun empat aktivis yang dideportasi berasal dari Italia, sedangkan ratusan lainnya masih ditahan, dikutip dari Anadolu.

    Dalam sebuah pernyataan di perusahaan media sosial X kementerian menuliskan “prosedur sedang berlangsung untuk menyelesaikan deportasi para peserta”, tanpa mengungkapkan nama-nama mereka yang telah dideportasi.

    החלטת ראש הממשלה לאפשר לתומכי הטרור שבמשט לחזור לארצותיהם – בטעות יסודה.

    אני חושב שחייבים להשאיר אותם כמה חודשים כאן בכלא הישראלי, כדי שהם יריחו את הריח של אגף המחבלים.

    הרי לא יכול להיות מצב שבו ראש הממשלה שולח אותם עוד פעם ועוד פעם ועוד פעם לארצותיהם – והשליחה הזו גורמת לכך… pic.twitter.com/2jnz04QwZ5

    — איתמר בן גביר (@itamarbengvir) October 3, 2025

  • Pasokan Air Kembali Masuk Gaza Tengah Usai Terputus 9 Bulan Diserang Israel

    Pasokan Air Kembali Masuk Gaza Tengah Usai Terputus 9 Bulan Diserang Israel

    Gaza

    Otoritas Air Palestina yang berbasis di Ramallah mengatakan bahwa air bersih akan kembali mengalir ke Gaza tengah. Kerusakan pada jalur pasokan air akibat serangan Israel di wilayah tersebut memutus akses selama lebih dari sembilan bulan.

    Dilansir AFP, Jumat (3/10/2025), otoritas tersebut mengatakan bahwa selama uji coba, timnya memulihkan aliran air ke komunitas yang terhubung ke saluran air utama, yang mencakup hampir satu juta orang yang tinggal atau mengungsi di Al-Maghazi, Al-Bureij, Nuseirat, dan Deir Al-Balah.

    Hampir semua warga Gaza telah mengungsi selama hampir dua tahun perang di wilayah Palestina. Ini meningkatkan kepadatan penduduk di Gaza tengah, yang tidak terlalu terdampak oleh serangan udara.

    Otoritas Air Palestina mengatakan perbaikan pipa air utama membutuhkan waktu, karena aktivitas militer dan kehadiran pasukan Israel. Perbaikan harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan otoritas Israel.

    Berdasarkan Kantor statistik Palestina, saluran air tersebut dipasok oleh Mekorot, perusahaan milik negara Israel yang memasok 22 persen air di Gaza dan Tepi Barat. Sementara Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah menanggung biayanya.

    Otoritas Palestina, yang mengawasi Otoritas Air, masih beroperasi dalam urusan sipil tertentu di Jalur Gaza, meskipun kendali wilayah tersebut direbut oleh rivalnya, Hamas, pada tahun 2007.

    “Kami memperbaiki, tetapi kami tidak tahu kapan akan hancur lagi,” kata sumber itu.

    Memperbaiki pipa air utama di Gaza tengah tidak akan mengembalikan air ke seluruh wilayah, karena sumber-sumber kemanusiaan memperkirakan 80 persen jaringan distribusi rusak, dan kebocoran sering terjadi.

    Perang memperburuk krisis air yang sudah ada sebelumnya di Gaza, dengan air yang dipompa dari akuifer yang menyusut seringkali menjadi payau dan tidak aman untuk dikonsumsi manusia.

    WASH Cluster yang dipimpin PBB, sebuah kelompok organisasi kemanusiaan yang menangani masalah air dan kebersihan di Gaza, mengatakan bahwa sebagian besar pipa air telah rusak selama serangan militer. Banyak warga Gaza yang tinggal di bawah serangan udara atau di kamp-kamp pengungsian tidak memiliki tempat penyimpanan air.

    Bagi warga Gaza yang mengungsi yang tinggal di tempat penampungan dan kamp-kamp darurat di daerah dekat pantai Gaza, seringkali satu-satunya sumber air adalah lokasi distribusi sementara yang didirikan oleh kelompok-kelompok kemanusiaan, atau truk air.

    Serangan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 66.288 warga Palestina, menurut data Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas tersebut, yang dianggap dapat diandalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    (lir/idn)

  • Video: 1 Kapal Flotilla Sejengkal Lagi Sampai Gaza, Lolos Dari Israel

    Video: 1 Kapal Flotilla Sejengkal Lagi Sampai Gaza, Lolos Dari Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Satu-satunya kapal yang tersisa dari The Global Sumud Flotilla atau Armada Global Sumud yang membawa bantuan ke Gaza dilaporkan sejengkal lagi menuju Gaza, Palestina.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Closing Bell CNBC Indonesia (Jumat 03/10/2025) berikut ini.

  • Video Menteri Israel Kata-katai Aktivis Flotilla Teroris & Pendukung Pembunuh

    Video Menteri Israel Kata-katai Aktivis Flotilla Teroris & Pendukung Pembunuh

    Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir, mengunjungi para aktivis armada Global Sumud Flotilla yang ditangkap di Ashdod, Kamis (2/10). Di situ, Gvir menyebut para aktivis tersebut adalah teroris dan pendukung para pembunuh.

    Ben Gvir juga masuk ke salah satu perahu armada Flotilla, dan menuding para aktivis tidak membawa bantuan kemanusiaan. Para aktivis ini nantinya akan dibawa ke Penjara Ktzi’ot di Israel selatan sebelum dideportasi.

  • Trump Ultimatum Hamas Sampai Minggu Sepakati Damai, Ancam Neraka Total

    Trump Ultimatum Hamas Sampai Minggu Sepakati Damai, Ancam Neraka Total

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan Hamas waktu hingga Minggu (5/10) untuk menyetujui 20 poin rencana perdamaian di Gaza, Palestina. Ia mengancam akan memberikan ‘Neraka’ jika Hamas tidak setuju sampai batas waktu tersebut.

    Dilansir AFP, Jumat (3/10/2025), Trump memastikan Hamas akan menerima ‘Neraka total’, jika tidak memberikan jawaban sampai waktu yang ditentukan.

    “Militan Palestina memiliki waktu hingga Minggu Malam pukul 18.00 waktu Washington, D.C,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    “Jika kesepakatan KESEMPATAN TERAKHIR ini tidak tercapai, NERAKA total, yang belum pernah terjadi sebelumnya, akan melanda Hamas,” lanjutnya.

    Trump memastikan pihaknya akan memburu dan membunuh pasukan Hamas jika kesepakatan tidak juga dijawab. Ia mengaku hanya tinggal memberikan perintah untuk melakukan itu.

    “Sebagian besar pejuang Hamas terkepung dan terperangkan secara milier, hanya menunggu saya memberi perintah, ‘pergi,’ agar nyawa mereka segera dihabisi. Sedangkan sisanya, kami tahu di mana dan siapa Anda, dan Anda akan diburu, dan dibunuh,” kata Trump.

    Dalam unggahannya, Trump juga mengatakan warga Palestina yang tidak bersalah harus mengungsi dari area yang tidak ditentukan untuk mengantisipasi potensi serangan terhadap pasukan Hamas yang tersisa.

    “Saya meminta agar semua warga Palestina yang tidak bersalah segera meninggalkan daerah yang berpotensi menjadi tempat kematian besar di masa depan ini dan menuju wilayah Gaza yang lebih aman. Semua orang akan dirawat dengan baik oleh mereka yang siap membantu. Untungnya bagi Hamas, mereka akan diberi satu kesempatan terakhir!” tutur Trump.

    Seperti diketahui, Trump mengeluarkan 20 poin rencana untuk mengakhiri perang di Gaza. Poin-poin tersebut menguraikan masa depan wilayah Palestina.

    Rencana perdamaian yang disampaikan Trump ini juga menuntut penggulingan Hamas, serta komitmen dari Hamas untuk melucuti senjatanya.

    Selain itu, ada tuntutan reformasi terhadap Otoritas Palestina, dan janji dari Israel untuk tidak melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Qatar, yang telah berusaha berperan sebagai mediator dalam konflik tersebut.

    Dilansir DW, Selasa (30/9/2025), poin lainnya mencakup rencana ekonomi untuk pertumbuhan Gaza, jaminan keamanan untuk Gaza yang dijaga oleh AS dan negara-negara kawasan, kesempatan bagi warga yang telah meninggalkan Gaza untuk kembali, tanpa ada pemaksaan bagi siapa pun yang masih tinggal di sana untuk pergi.

    Gaza nantinya akan dikelola oleh pemerintahan transisi. Mantan anggota Hamas bisa memilih untuk tetap tinggal dan ikut serta dalam rencana baru ini, atau diberi jalan aman untuk pindah ke negara lain yang tidak disebutkan.

    Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus segera menghentikan semua operasinya setelah kesepakatan dan menyerahkan wilayah yang telah direbut. Israel juga harus berjanji tidak akan menduduki atau mencaplok wilayah Gaza. Komisi Penyelidikan di bawah Dewan HAM PBB baru-baru ini menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina.

    Rencana ini juga mencakup jaminan bahwa bantuan dari lembaga internasional bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan dari kedua pihak, meskipun tidak disebutkan soal Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung oleh Israel dan AS.

    Lihat Video ‘Menteri Israel Kata-katai Aktivis Flotilla Teroris & Pendukung Pembunuh’:

    Halaman 2 dari 2

    (maa/idn)

  • Sempat Ditahan, 4 Aktivis Global Sumud Flotilla Asal Italia Dideportasi Israel

    Sempat Ditahan, 4 Aktivis Global Sumud Flotilla Asal Italia Dideportasi Israel

    Jakarta

    Israel mendeportase empat aktivis Italia yang ditahan dari armada bantuan untuk Gaza, Global Sumud Flotilla. Warga Italia itu menjadi yang pertama dibebaskan dari ratusan orang yang ditahan Israel.

    Dilansir AFP, Jumat (3/10/2025), armada Global Sumud Flotilla berlayar bulan lalu menuju Gaza. Kapal-kapal ini mengangkut bantuan serta para politisi dan aktivis, termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg.

    Angkatan Laut Israel mulai mencegat kapal-kapal tersebut pada hari Rabu lalu. Seorang pejabat Israel mengatakan keesokan harinya Kamis (2/10), bahwa kapal-kapal dengan lebih dari 400 orang di dalamnya telah dicegah mencapai Jalur Gaza.

    Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa mereka telah mendeportasi empat aktivis Italia yang berada di dalam armada tersebut hari ini. Kemlu Israel menambahkan bahwa “sisanya sedang dalam proses deportasi”.

    Polisi Israel mengatakan “lebih dari 470 peserta armada telah ditahan oleh polisi militer, menjalani pemeriksaan ketat, dan dipindahkan ke administrasi penjara”.

    “Marinette, kapal terakhir dari Global Sumud Flotilla, dicegat pada pukul 10.29 pagi (07.29 GMT) waktu setempat, sekitar 42,5 mil laut dari Gaza,” kata pihak Flotilla di Telegram.

    “(Pasukan angkatan laut Israel telah) secara ilegal mencegat semua 42 kapal kami — masing-masing membawa bantuan kemanusiaan, relawan, dan tekad untuk mematahkan pengepungan ilegal Israel di Gaza,” jelasnya.

    “Menangkap jurnalis dan mencegah mereka melakukan pekerjaan mereka merupakan pelanggaran serius terhadap hak untuk memberi informasi dan menerima informasi,” kata kepala bagian krisis RSF, Martin Roux.

    (lir/idn)

  • Kecaman dari Mana-mana Usai Israel Cegat Kapal Global Sumud Flotilla

    Kecaman dari Mana-mana Usai Israel Cegat Kapal Global Sumud Flotilla

    Jakarta

    Israel mencegat armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Aksi penghadangan ini menuai kecaman keras dari berbagai negara.

    Dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (3/10/2025), puluhan kapal dicegat oleh Israel. Termasuk kapal bernama Marinette, yang merupakan kapal terakhir dalam rombongan misi tersebut.

    “Marinette, kapal terakhir yang tersisa dari Global Sumud Flotilla, telah dicegat pada pukul 10.29 pagi waktu setempat (sekitar pukul 07.29 GMT), sekitar 42.5 mil laut dari Gaza,” demikian pernyataan Global Sumud Flotilla.

    Global Sumud Flotilla menyebut para penumpang kapal-kapal itu “diculik dengan cara yang melanggar hukum”.

    Misi Global Sumud Flotilla melibatkan lebih dari 40 kapal. Di mana, kapal-kapal itu membawa politisi dan aktivis dari berbagai negara. Akibat aksinya, Israel menuai kecaman internasional.

    Israel Dinilai Langgar Hukum Internasional

    Anggota Komisi I DPR RI, Syamsu Rizal, mengecam tindakan Israel mencegat sejumlah armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Syamsu Rizal meminta Indonesia untuk mengajak negara-negara yang tergabung dalam BRICS hingga Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk memutus diplomasi dengan Israel sebagai langkah tegas.

    “Apa yang dilakukan oleh Israel itu dengan memblokade, kemudian menghambat, bahkan menangkap aktivis internasional itu, pada dasarnya itu adalah pelanggaran hukum internasional. Karena Israel ini melanggar konvensi Jenewa, melanggar hukum humaniter internasional bahkan melanggar piagam PBB bahkan melanggar Surat Ketetapan Dewan Keamanan,” kata Syamsu Rizal saat dihubungi, Jumat (3/10).

    Syamsu Rizal mengatakan, jika negara-negara di dunia serempak memutus hubungan diplomatik dengan Israel maka sikap kesewenangan Israel bisa dihentikan. Ia menyebut tindakan yang dilakukan Israel mengganggu pola relasi internasional.

    “Sekarang tinggal seperti lembaga internasional seperti PBB dan beberapa lembaga lainnya itu bukan hanya sekadar mengecam, kalau kami secara pribadi atau di komisi ini mengecam. Pemerintah Republik Indonesia, harusnya mengecam,” ujar Legislator PKB ini.

    Anwar Ibrahim Desak Aktivis Malaysia Dibebaskan

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim juga turut mengecam tindakan Israel. Anwar menghubungi sejumlah pemimpin dunia. Hal ini dalam upaya menuntut pembebasan relawan dan aktivis Malaysia yang tergabung dalam kapal bantuan untuk Gaza, Global Sumud Flotilla.

    Pemimpin dunia yang dihubungi Anwar antara lain Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hingga Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

    “Hingga sore ini, saya telah berdiskusi langsung dengan Perdana Menteri Qatar, Presiden Turki, dan Presiden Mesir untuk mendapatkan dukungan mereka dalam menuntut pembebasan segera para relawan dan aktivis Malaysia yang ditahan secara tidak adil,” kata Anwar Ibrahim dalam keterangannya di Kuala Lumpur, dilansir Antara, Jumat (3/10).

    Anwar bersama tim juga terus berkomunikasi erat dengan mitra-mitra kunci lainnya. Termasuk dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio, untuk mendesak intervensi segera tanpa penundaan.

    “Saya tegaskan kembali, dengan sekeras-kerasnya, bahwa kekejaman dan tindakan agresi yang dilakukan oleh rezim Israel harus segera dihentikan,” kata Anwar.

    Malaysia, kata Anwar, menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat semua tahanan. Ia juga meminta agar bantuan kemanusiaan dapat menjangkau rakyat Gaza dengan cepat dan tanpa hambatan.

    Cucu Nelson Mandela Turut Ditahan

    Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa juga mendesak Israel untuk membebaskan para aktivis yang ditahan. Terdapat cucu mantan Presiden Nelson Mandela di antara para aktivis yang ditahan Israel.

    Ramaphosa mengecam pencegatan yang dilakukan pasukan Israel terhadap puluhan kapal itu sebagai pelanggaran hukum internasional.

    “Pencegatan Global Sumud Flotilla merupakan pelanggaran berat lainnya yang dilakukan oleh Israel terhadap solidaritas dan sentimen global yang bertujuan untuk meringankan penderitaan di Gaza dan memajukan perdamaian di kawasan tersebut,” kata Ramaphosa dalam pernyataannya pada Kamis (2/10).

    Afrika Selatan telah menggugat Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ), menuduh negara Yahudi itu melakukan genosida atas perang yang menghancurkan di Jalur Gaza. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Israel.

    Turki Nilai Aksi Israel Bentuk Kejahatan

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut pencegatan kapal bantuan masuk Gaza oleh tentara Israel sebagai tindakan pembajakan. Dalam pidatonya di Turki, Erdogan mengatakan bahwa tindakan itu sebagai bukti bahwa Israel dalam kondisi yang sangat panik untuk menyembunyikan kejahatannya.

    “Pemerintah Netanyahu yang melakukan genosida tidak dapat menoleransi sekecil apa pun peluang perdamaian untuk terwujud,” kata Erdogan dilansir Al Jazeera, Kamis (2/10)

    Erdogan mengatakan tindakan itu menjadi contoh kesekian dalam kejahatan Israel di Gaza. Dia menyebut pencegatan kapal bantuan masuk ke Gaza sebagai wujud dari kebrutalan Israel.

    “Armada Sumud Global sekali lagi menunjukkan kepada dunia kebrutalan di Gaza dan wajah pembunuh Israel. Kami tidak akan meninggalkan saudara-saudari Palestina kami dan akan bekerja sekuat tenaga untuk mengamankan gencatan senjata dan memulihkan perdamaian,” tambahnya.

    Lihat Video ‘Israel Cegat Kapal Terakhir Flotilla yang Masih Berlayar ke Gaza’:

    Halaman 2 dari 5

    (amw/lir)