Negara: Israel

  • Pemimpin Dunia-Jihad Islam Bersuara Respons Usulan Damai Trump di Gaza

    Pemimpin Dunia-Jihad Islam Bersuara Respons Usulan Damai Trump di Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjadi sorotan usai menyerukan agar Israel menghentikan pengebomannya di Gaza. Seruan itu muncul setelah Hamas menyatakan kesediaannya untuk membebaskan sandera dan menerima beberapa poin dari rencana perdamaian 20 butir Presiden AS.

    Dukungan untuk langkah Trump telah mengalir dari berbagai pemimpin dunia.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memandang perkembangan ini sebagai sinyal positif. “Kesiapan Hamas untuk membebaskan sandera dan terlibat berdasarkan proposal terbaru @POTUS sangat menggembirakan. Momen ini harus dimanfaatkan. Gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan semua sandera sudah di depan mata,” ujarnya, melansir dari Reuters, dikutip Sabtu (4/10/2025).

    Presiden Prancis Emmanuel Macron

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut momen ini bersejarah. “Pembebasan semua sandera dan gencatan senjata di Gaza sudah di depan mata! Komitmen Hamas harus segera ditindaklanjuti… Saya ingin berterima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump dan memuji mereka atas komitmen mereka terhadap perdamaian,” kata Macron.

    Kanselir Jerman Friedrich Merz

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyuarakan hal yang sama. “Para sandera harus dibebaskan. Hamas harus melucuti senjata. Pertempuran harus segera dihentikan. Setelah hampir dua tahun, ini adalah kesempatan terbaik untuk perdamaian. Jerman akan terus terlibat,” ujarnya.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer

    Dukungan juga datang dari Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang menganggap tanggapan Hamas sebagai “langkah maju yang signifikan.” Ia menambahkan, “Kami sangat mendukung upaya Presiden Trump, yang telah membawa kita lebih dekat kepada perdamaian daripada sebelumnya.”

    Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Harris

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Harris menyerukan penghentian kekerasan. “Momen untuk mengakhiri penderitaan manusia yang tidak manusiawi ini harus dimanfaatkan oleh semua orang. Hentikan pengeboman, bebaskan senjata, akhiri kelaparan, dan izinkan gelombang bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza,” ujarnya melalui X.

    Perdana Menteri India Narendra Modi

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, “Kami menyambut kepemimpinan Presiden Trump seiring upaya perdamaian di Gaza mencapai kemajuan yang signifikan. Indikasi pembebasan sandera menandai langkah maju yang signifikan. India akan terus mendukung semua upaya menuju perdamaian yang langgeng dan adil,” tulisnya di X.

    Yordania dan Kanada juga ikut menyambut baik tanggapan positif Hamas terhadap rencana Trump, melalui Kementerian Luar Negerinya, menyebut langkah ini sebagai langkah penting untuk mengakhiri perang Gaza.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese 

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyampaikan negaranya menyambut baik kemajuan rencana Presiden Trump untuk membawa perdamaian ke Gaza. “Bersama mitra kami, Australia akan terus mendukung upaya untuk mengakhiri perang dan berupaya mewujudkan solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan,” tulisnya di X.

    Serta Perdana Menteri Belanda Dick Schoof yang ikut memberikan komentarnya terhadap seruan Trump. “Langkah penting menuju gencatan senjata di Gaza berkat rencana perdamaian Presiden Trump. Kesediaan Hamas untuk membebaskan para sandera dan kesediaannya untuk memasuki negosiasi langsung mengenai rencana perdamaian tersebut merupakan tanda positif. Akhir dari perang mengerikan ini sudah dekat,” ucapnya.

    Jihad Islam Palestina Dukung Hamas

    Tak hanya dukungan dari luar, langkah Hamas juga didukung oleh kelompok sekutunya, Jihad Islam Palestina, yang menegaskan kesepakatan itu mencerminkan posisi bersama faksi-faksi perlawanan Palestina.

    “(Reaksi) Hamas terhadap rencana Trump mencerminkan posisi faksi-faksi perlawanan Palestina, dan Jihad Islam berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam konsultasi yang menghasilkan keputusan ini,” tulis kelompok tersebut.

    Sikap itu memunculkan harapan baru di tengah penderitaan berkepanjangan warga Gaza yang telah dua tahun dilanda perang.

    “Ini kabar bahagia, menyelamatkan rakyat, dan syukurlah mereka (Hamas) setuju. Ini sudah cukup, orang-orang baik. Kami lelah, demi Tuhan, kami lelah sekali,” ujar Saoud Qarneyta, warga Gaza.

    Namun demikian, di balik seruan dan dukungan itu, sebagian warga Palestina masih waspada. “Yang penting adalah Netanyahu tidak menyabotase ini, karena sekarang Hamas sudah setuju, Netanyahu akan tidak setuju, seperti biasanya,” kata Jamal Shihada, salah seorang warga lainnya.

    Meski Trump mendesak Israel menghentikan pengeboman, serangan udara tetap berlangsung pada Sabtu pagi. Otoritas Gaza melaporkan enam korban jiwa akibat tembakan Israel, empat di antaranya tewas di Kota Gaza, sementara dua lainnya di Khan Younis.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pihaknya tengah mempersiapkan “implementasi segera” tahap pertama rencana Trump untuk pembebasan sandera. Media Israel juga melaporkan bahwa militer telah diarahkan mengurangi operasi ofensif di Gaza.

    Trump, yang menampilkan diri sebagai figur kunci perdamaian Timur Tengah, menegaskan, “Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza, agar kita dapat mengeluarkan para sandera dengan aman dan cepat!” tulisnya di Truth Social.

    Namun di sisi lain, Netanyahu menghadapi tekanan politik besar di dalam negeri. Ia terjepit antara desakan publik dan keluarga sandera untuk segera mengakhiri perang, serta tekanan dari koalisi sayap kanan yang menolak penghentian operasi militer.

    Kampanye militer Israel yang dimulai setelah serangan Hamas 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 66.000 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut otoritas kesehatan setempat. Sementara Israel mencatat masih ada 48 sandera, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.

    Sebelumnya, Hamas telah menyatakan menerima sebagian besar poin dalam rencana perdamaian 20 butir yang diajukan Donald Trump, termasuk pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel. Namun, kelompok itu ingin menegosiasikan beberapa aspek lain, seperti pelucutan senjata dan pemerintahan sementara yang diusulkan Trump bersama mantan PM Inggris Tony Blair.

    Trump menyambut baik tanggapan Hamas dan menilai langkah itu sebagai awal menuju perdamaian yang telah lama dicari di Timur Tengah.

    Saat ini banyak hal yang bergantung pada seberapa jauh Trump bersedia untuk memelintir lengan Netanyahu dan memaksanya untuk menyetujui kesepakatan

    Sementara itu, Israel terus membombardir Gaza, dengan fokus utama pada Kota Gaza. Sedikitnya 72 warga Palestina telah terbunuh oleh Israel sejak fajar pada hari Jumat, menurut sumber-sumber medis.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ratusan Lembaga Budaya Belanda-Belgia Umumkan Boikot ke Israel

    Ratusan Lembaga Budaya Belanda-Belgia Umumkan Boikot ke Israel

    JAKARTA –  Lebih dari 300 museum, organisasi seni, dan budaya di Belanda dan Belgia telah mengumumkan boikot budaya terhadap Israel.

    Mereka menyatakan akan memutuskan hubungan dengan lembaga-lembaga Israel atas perang di Gaza dan pendudukan Tepi Barat.

    Deklarasi yang ditandatangani oleh 302 lembaga dan 878 seniman individu menyatakan sektor budaya tidak bisa lagi berdiam diri dalam menghadapi “kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida yang diakui oleh semua otoritas yang berwenang.”

    “Sebagai anggota sektor budaya Belanda dan Belgia, kami menolak untuk berdiam diri dalam menghadapi genosida terhadap rakyat Palestina,” menurut pernyataan tersebut dilansir ANTARA dari Anadolu, Jumat, 3 Oktober.

    Mereka menekankan boikot tersebut ditujukan kepada badan-badan negara Israel dan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, bukan individu Yahudi atau warga Israel secara umum.

    Langkah tersebut menyusul seruan yang telah lama disuarakan oleh para seniman dan masyarakat sipil Palestina. Deklarasi tersebut menambahkan bahwa lembaga-lembaga yang secara terbuka menentang praktik genosida, pendudukan, dan apartheid akan dikecualikan.

    Boikot tersebut mencakup lembaga-lembaga besar seperti Museum Bonnefanten di Maastricht, Museum Seni Rupa di Ghent, Festival Film Belanda, Holland Opera, dan Teater Kerajaan Flemish.

    Tokoh-tokoh ternama termasuk pelukis Marlene Dumas, penulis Tom Lanoye, sejarawan David Van Reybrouck, penulis Ramsey Nasr, dansosiolog Sinan Cankaya juga turut menandatangani pernyataan boikot budaya itu.

    Deklarasi tersebut mengutuk serangan Israel terhadap situs-situs keagamaan, sekolah, perpustakaan, dan warisan budaya di Gaza, dengan menyatakan jurnalis, pekerja bantuan, staf medis, dan seniman juga menjadi sasaran.

    Deklarasi itu menyebutkan warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur menghadapi kondisi yang “semakin mustahil” di bawah penindasan dan penggusuran selama puluhan tahun.

    Pernyataan tersebut mengingatkan kembali boikot budaya berkontribusi pada berakhirnya apartheid di Afrika Selatan, dengan mencatat lebih dari 5.000 profesional film dan 400 musisi baru-baru ini mengambil langkah serupa terhadap lembaga-lembaga Israel.

    “Boikot budaya ini saja tidak akan menghentikan genosida dan pendudukan. Itulah sebabnya kami menyerukan kepada dunia olahraga, akademisi, bisnis, dan politik untuk juga memutuskan hubungan. Hanya bersama-sama kita dapat memaksa Israel untuk mematuhi hukum internasional,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

  • Sejalan dengan Israel, Hamas Setujui Proposal Perdamaian Trump!

    Sejalan dengan Israel, Hamas Setujui Proposal Perdamaian Trump!

    Hamas memberikan pernyataan setuju atas proposal perdamaian Gaza yang diinisiasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sebelumnya proposal ini juga disetujui oleh Israel.

    Diketahui proposal tersebut terdiri dari 20 poin tentang syarat terciptanya perdamaian. Sejumlah poin di antaranya membahas pembebasan sandera dan pembangunan kembali Gaza.

  • Abaikan Seruan Trump, Israel Terus Gempur Gaza

    Abaikan Seruan Trump, Israel Terus Gempur Gaza

    Jakarta

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan bahwa pasukan Israel melancarkan puluhan serangan udara dan serangan artileri di Kota Gaza pada hari Sabtu (4/10). Serangan terus dilakukan meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah meminta penghentian serangan setelah Hamas menerima kesepakatan gencatan senjata.

    “Ini malam yang sangat keras, di mana (tentara Israel) melancarkan puluhan serangan udara dan serangan artileri di Kota Gaza dan wilayah lain di Jalur Gaza, meskipun Presiden Trump telah meminta penghentian gempuran,” kata juru bicara pertahanan sipil Mahmud Bassal, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (4/10/2025).

    Bassal menambahkan bahwa 20 rumah hancur dalam gempuran terbaru Israel itu.

    Rumah Sakit Baptis Kota Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka menerima para korban dari serangan terhadap sebuah rumah di kawasan Tuffah di kota itu, termasuk empat orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka.

    Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza, mengatakan dua anak tewas dan delapan orang luka-luka dalam serangan drone terhadap sebuah tenda di kamp pengungsian warga Gaza.

    Rencana perdamaian untuk Gaza, yang diajukan oleh Trump minggu ini dan didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera dalam waktu 72 jam, perlucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza.

    (ita/ita)

  • Video: Hamas Setuju Proposal Perdamaian Trump, tapi Ada Syaratnya

    Video: Hamas Setuju Proposal Perdamaian Trump, tapi Ada Syaratnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, mengatakan kepada Al Jazeera dalam wawancara eksklusif pada Jumat (3/10) bahwa Hamas tidak akan melucuti senjata sebelum “pendudukan” Israel berakhir.

    Mousa menyebut isu terkait masa depan Gaza harus dibahas dalam kerangka nasional Palestina yang komprehensif, di mana Hamas akan menjadi bagiannya.

  • Iran Eksekusi Mati 6 Anggota Kelompok Teroris

    Iran Eksekusi Mati 6 Anggota Kelompok Teroris

    Jakarta

    Pengadilan Iran mengatakan bahwa mereka telah mengeksekusi mati enam anggota kelompok “teroris” yang dihukum karena melancarkan serangan bersenjata di provinsi Khuzestan di barat daya Iran.

    “Hukuman mati untuk enam elemen teroris separatis, yang dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan serangkaian operasi bersenjata dan pengeboman yang menargetkan keamanan di provinsi Khuzestan, dilaksanakan pada dini hari ini,” kata pengadilan di situs web Mizan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (4/10/2025).

    Identitas mereka yang dieksekusi mati dan detail penangkapan serta hukuman mereka belum jelas.

    Namun, Mizan melaporkan bahwa mereka terlibat dalam pembunuhan empat personel keamanan, termasuk dua petugas polisi dan dua anggota pasukan paramiliter Basij, pada tahun 2018 dan 2019.

    Laporan itu juga menyatakan bahwa mereka “mengaku merencanakan dan melaksanakan tindakan sabotase seperti membuat dan menanam bom, serta meledakkan SPBU Khorramshahr”.

    Otoritas Iran biasanya mengaitkan apa yang disebutnya kelompok separatis dan teroris dengan musuh bebuyutannya, Israel, yang disebutnya “rezim Zionis”.

    Dalam eksekusi terpisah pada hari Sabtu, otoritas Iran menghukum gantung Saman Mohammadi setelah menghukumnya atas tuduhan “Moharebeh” — mengobarkan perang melawan Tuhan — atas dugaan keanggotaannya dalam kelompok teroris.

    Mohammadi, yang ditangkap pada tahun 2013, dilaporkan terlibat dalam pembunuhan imam salat Jumat di kota Sanandaj, Iran barat, pada tahun 2009, serta dalam perampokan bersenjata dan penculikan, termasuk pembunuhan seorang wajib militer.

    Eksekusi tersebut terjadi kurang dari seminggu setelah Iran mengatakan telah menghukum gantung seorang pria yang digambarkannya sebagai salah satu mata-mata utama Israel.

    Republik Islam Iran, yang melakukan eksekusi mati dengan cara digantung, adalah algojo paling produktif kedua di dunia setelah China, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia termasuk Amnesty International.

    Lihat juga Video ‘Ayatollah Khamenei Bersumpah Iran Tak Akan Tunduk Terhadap AS’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hamas Siap Berunding, Israel Segera Wujudkan Pembebasan Sandera

    Hamas Siap Berunding, Israel Segera Wujudkan Pembebasan Sandera

    Jakarta

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel sedang mengupayakan “implementasi segera” rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membebaskan para sandera Israel di Gaza. Hal ini disampaikan setelah Hamas menyatakan siap untuk perundingan damai.

    “Menyusul tanggapan Hamas, Israel sedang mempersiapkan implementasi segera tahap pertama rencana Trump untuk pembebasan semua sandera,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (4/10/2025).

    “Kami akan terus bekerja sama sepenuhnya dengan Presiden dan timnya untuk mengakhiri perang sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Israel, yang sejalan dengan visi Presiden Trump.”

    Sebelumnya, Hamas menyatakan siap membahas proposal damai di Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Merespons hal itu, Trump meminta Israel berhenti menyerang Gaza agar perdamaian segera tercapai.

    “Berdasarkan pernyataan yang baru saja dikeluarkan Hamas, saya yakin mereka siap untuk perdamaian abadi. Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza, agar kita dapat membebaskan para sandera dengan aman dan cepat!” tulis Trump di akun Truth Social miliknya, seperti dilansir Aljazeera, Sabtu (4/10/2025).

    Trump mengatakan telah berdiskusi tentang detail perdamaian. Trump menyinggung bahwa perdamaian di Timur Tengah telah lama dinantikan.

    “Saat ini, terlalu berbahaya untuk melakukan itu. Kami sudah berdiskusi tentang detail yang akan diselesaikan. Ini bukan hanya tentang Gaza, ini tentang perdamaian yang telah lama dinantikan di Timur Tengah,” katanya.

    Kelompok Hamas sebelumnya menyatakan siap mengakhiri perang di Gaza. Hamas mengatakan siap membahas proposal damai yang diajukan Trump terkait pembebasan semua sandera hingga penarikan pasukan Israel di Gaza.

    “Dalam konteks ini, gerakan ini menegaskan kesiapannya untuk segera berunding melalui para mediator guna membahas detail perjanjian ini,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di Telegram, seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (4/10).

    Mereka juga menyatakan setuju untuk menyerahkan pemerintahan Gaza kepada badan independen yang terdiri dari para teknokrat Palestina, “berdasarkan konsensus nasional Palestina dan dukungan Arab dan Islam”.

    “Isu-isu lain yang disebutkan dalam proposal Presiden Trump mengenai masa depan Jalur Gaza dan hak-hak sah rakyat Palestina terkait dengan posisi nasional yang bersatu serta hukum dan resolusi internasional yang relevan,” kata Hamas.

    Lihat Video ‘Menteri Israel Kata-katai Aktivis Flotilla Teroris & Pendukung Pembunuh’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kemlu Pastikan WNI di Global Sumud Flotilla Tak Ditahan Israel: Semua Aman

    Kemlu Pastikan WNI di Global Sumud Flotilla Tak Ditahan Israel: Semua Aman

    Jakarta

    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memastikan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi relawan Global Sumud Flotilla dalam kondisi aman. Kemlu menyatakan tak ada WNI yang ditahan oleh Israel.

    “Dapat kami sampaikan bahwa dalam catatan kami tidak ada WNI di dalam kapal yang dimaksud,” kata Juru Bicara Kemlu Vahd Nabyl Achmad Mulachela, kepada wartawan, Sabtu (4/10/2025).

    Nabyl mengatakan terdapat tiga WNI yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla. Di antaranya, Wanda Hamidah, Fathur Harits, dan Muhammad Husein.

    “Semua dalam keadaan aman. Hingga kemarin, Wanda Hamidah dan Fathur Harits berada di Sicilia dan Muhammad Husein di Siprus,” ujarnya.

    Meski begitu, dia mengatakan Kemlu tetap berkoordinai dengan KBRI tempat para WNI berada. Hal itu untuk memastikan keselamatan WNI.

    Sebelumnya, angkatan laut Israel mencegat armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan ke Gaza. Pencegatan armada tersebut mengakhiri upaya kapal-kapal internasional menembus blokade Israel atas wilayah Palestina yang dilanda perang.

    Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa para aktivis yang ditahan itu akan dideportasi ke Eropa setelah dibawa ke pelabuhan Ashdod.

    Marinette menjadi kapal terakhir yang dicegat setelah sebelumnya bertekad untuk melanjutkan perjalanan ke Jalur Gaza. Israel sebelumnya menyebut kapal itu berlayar di posisi yang jauh dari pasukan mereka, dan bersumpah akan mencegahnya mendekati Jalur Gaza.

    (amw/dhn)

  • Trump soal Perundingan Damai Gaza: Semua Akan Diperlakukan Adil

    Trump soal Perundingan Damai Gaza: Semua Akan Diperlakukan Adil

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji bahwa semua pihak akan diperlakukan adil dalam perundingan Gaza. Dia juga memuji kesepakatan Hamas untuk membebaskan para sandera.

    “Semua orang akan diperlakukan adil,” kata Trump dalam pesan video berdurasi lebih dari satu menit, yang diunggah di jejaring sosial Truth Social miliknya, seperti dilansir AFP, Sabtu (4/10/2025).

    Trump menyebut apa yang terjadi terkait perundingan Gaza ini sangat istimewa. Dia menyebut hal ini belum pernah terjadi.

    “Ini adalah hari yang sangat istimewa, mungkin belum pernah terjadi sebelumnya,” jelasnya.

    Hamas telah menyatakan kesiapan untuk segera bernegosiasi demi pembebasan sandera dan mengakhiri perang. Hamas juga merespons pernyataan Presiden Trump yang menyerukan Israel untuk menghentikan pengeboman Gaza menggembirakan.

    Hamas mengaku siap untuk mulai bernegosiasi soal propodam damai yang diajukan Trump. Hamas juga meminta pasukan Israel ditarik dari Gaza.

    “Dan Hamas siap untuk segera memulai negosiasi guna mencapai pertukaran tahanan, mengakhiri perang, dan memastikan penarikan tentara (Israel) dari Jalur Gaza,” tutur dia.

    (lir/lir)

  • Syarat Putin Terkait Rencana Damai Gaza yang Diusulkan Trump

    Syarat Putin Terkait Rencana Damai Gaza yang Diusulkan Trump

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin merespons rencana damai di Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Putin mendukung, tapi dengan beberapa syarat.

    Seperti diketahui, Presiden Trump mengusulkan 20 poin terkait perdamaian di Gaza, Palestina. Ke-20 poin itu mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan semua sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam usai gencatan disepakati, pembebasan tahanan Palestina oleh Israel, perlucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza.

    Beberapa poin penting lainnya mencakup pengerahan “pasukan stabilisasi internasional sementara”, dan pembentukan otoritas transisi bernama “Board of Peace” atau Dewan Perdamaian yang dipimpin oleh Trump sendiri, dengan anggota beberapa tokoh lainnya termasuk mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair.

    Selain itu, ada tuntutan reformasi terhadap Otoritas Palestina, dan janji dari Israel untuk tidak melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Qatar, yang telah berusaha berperan sebagai mediator dalam konflik tersebut.

    Dilansir DW, Selasa (30/9), poin lainnya mencakup rencana ekonomi untuk pertumbuhan Gaza, jaminan keamanan untuk Gaza yang dijaga oleh AS dan negara-negara kawasan, kesempatan bagi warga yang telah meninggalkan Gaza untuk kembali, tanpa ada pemaksaan bagi siapa pun yang masih tinggal di sana untuk pergi.

    Gaza nantinya akan dikelola oleh pemerintahan transisi. Mantan anggota Hamas bisa memilih untuk tetap tinggal dan ikut serta dalam rencana baru ini, atau diberi jalan aman untuk pindah ke negara lain yang tidak disebutkan.

    Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus segera menghentikan semua operasinya setelah kesepakatan dan menyerahkan wilayah yang telah direbut. Israel juga harus berjanji tidak akan menduduki atau mencaplok wilayah Gaza. Komisi Penyelidikan di bawah Dewan HAM PBB baru-baru ini menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina.

    Rencana ini juga mencakup jaminan bahwa bantuan dari lembaga internasional bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan dari kedua pihak, meskipun tidak disebutkan soal Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung oleh Israel dan AS.

    Putin Minta Pembentukan Negara Palestina

    Putin lantas bereaksi atas usulan Trump tersebut. Ia mendukung asalkan rencana tersebut mengarah pada pembentukan negara Palestina berdampingan dengan Israel.

    Putin juga menyatakan optimismenya yang hati-hati terhadap 20 poin usulan Trump untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Presiden Rusia tersebut bahkan memuji usulan yang digagas oleh sang Presiden AS itu sebagai “cahaya di ujung terowongan”.

    Pernyataan tersebut disampaikan Putin saat berbicara dalam Klub Diskusi Valdai, yang merupakan forum para pakar Rusia, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, Jumat (3/10/2025). Forum diskusi tersebut digelar di kota Sochi, Rusia, pada Kamis (2/10) waktu setempat.

    Dalam forum tersebut, salah satu isu yang dibahas oleh Putin adalah rencana perdamaian untuk Jalur Gaza yang diusulkan Trump, yang telah mendapat dukungan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan negara-negara Arab, Muslim hingga Eropa. Kelompok Hamas sejauh ini masih mendiskusikan respons untuk usulan Trump tersebut.

    “Secara umum, Rusia siap mendukungnya. Tentu saja, asalkan mengarah pada tujuan akhir yang selalu kita bahas. Rusia selalu … menyokong pembentukan dua negara — baik Israel dan negara Palestina. Dan hal ini, menurut saya, adalah kunci solusi akhir bagi konflik Palestina-Israel,” tegas Putin.

    Namun Putin juga memperingatkan bahwa diplomasi unilateral Barat secara tradisional, yang seringkali “mengabaikan sejarah, tradisi, identitas, dan budaya masyarakat yang tinggal di sana”, tidak akan membawa perdamaian ke kawasan tersebut.

    Putin juga mengingatkan bahwa pandangan Palestina, negara-negara regional, dan Hamas harus menjadi pertimbangan dalam perjanjian apa pun.

    “Penting bagi kami bahwa Hamas juga mendukungnya, bahwa pemerintahan Palestina mendukungnya,” tegas Putin seperti dilansir TASS.

    Trump Beri Waktu Sampai Minggu

    Tak berhenti sampai di situ, Trump ternyata juga sudah mendesak agar rakyat Palestina dan Hamas menyetujui usulannya. Trump memberi mereka waktu hingga hari Minggu (5/10) mendatang.

    “Militan Palestina memiliki waktu hingga Minggu Malam pukul 18.00 waktu Washington, D.C,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, dilansir AFP, Jumat (3/10/2025).

    Trump mengancam akan memberi neraka total kepada Hamas jika menolak usulannya. “Jika kesepakatan KESEMPATAN TERAKHIR ini tidak tercapai, NERAKA total, yang belum pernah terjadi sebelumnya, akan melanda Hamas,” imbuhnya.

    Trump memastikan pihaknya akan memburu dan membunuh pasukan Hamas jika kesepakatan tidak juga dijawab. Ia mengaku hanya tinggal memberikan perintah untuk melakukan itu.

    “Sebagian besar pejuang Hamas terkepung dan terperangkan secara milier, hanya menunggu saya memberi perintah, ‘pergi,’ agar nyawa mereka segera dihabisi. Sedangkan sisanya, kami tahu di mana dan siapa Anda, dan Anda akan diburu, dan dibunuh,” kata Trump.

    Dalam unggahannya, Trump juga mengatakan warga Palestina yang tidak bersalah harus mengungsi dari area yang tidak ditentukan untuk mengantisipasi potensi serangan terhadap pasukan Hamas yang tersisa.

    “Saya meminta agar semua warga Palestina yang tidak bersalah segera meninggalkan daerah yang berpotensi menjadi tempat kematian besar di masa depan ini dan menuju wilayah Gaza yang lebih aman. Semua orang akan dirawat dengan baik oleh mereka yang siap membantu. Untungnya bagi Hamas, mereka akan diberi satu kesempatan terakhir!” tutur Trump.

    Halaman 2 dari 3

    (maa/lir)