Negara: Israel

  • Efek Domino Boikot, UMKM dan Pekerja Bisa Terdampak

    Efek Domino Boikot, UMKM dan Pekerja Bisa Terdampak

    Jakarta

    Pascagencatan senjata permanen antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, perhatian dunia kini bergeser ke upaya pemulihan kemanusiaan dan ekonomi. Di Indonesia, semangat solidaritas untuk Palestina terus menguat, namun sejumlah pihak mengingatkan agar gerakan tersebut tidak berdampak negatif terhadap ekonomi nasional.

    Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai boikot produk yang dilakukan tanpa dasar jelas dapat menimbulkan efek domino terhadap rantai pasok lokal. Peneliti CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan, banyak perusahaan besar di Indonesia justru memiliki keterkaitan kuat dengan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), petani, dan tenaga kerja lokal.

    “Jika perusahaan besar dengan rantai pasok lokal kehilangan dukungan pasar domestik, risikonya sangat besar. Kontrak dengan pemasok bisa terputus, UKM kehilangan pendapatan, terjadi PHK, dan ekonomi lokal ikut melemah,” ujar Yusuf, Selasa (14/10/2025).

    Ia menambahkan, dukungan terhadap Palestina seharusnya tidak membuat pelaku usaha dalam negeri menjadi korban. Menurutnya, semangat kemanusiaan dapat disalurkan secara produktif dengan memperkuat ekonomi umat dan meningkatkan kemandirian bangsa.

    Sementara itu, Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengimbau masyarakat agar menyalurkan solidaritas dengan cara yang bijak dan konstruktif. Wakil Ketua DMI

    Imam Addaruqutni menilai semangat membela Palestina merupakan bentuk empati yang mulia, namun perlu disertai kehati-hatian agar tidak salah sasaran.

    Untuk mencegah kesalahpahaman, DMI bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah menyusun panduan klasifikasi produk berdasarkan Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023. Panduan ini diharapkan menjadi pedoman masyarakat dalam menentukan langkah boikot yang tepat tanpa melemahkan ekonomi nasional.

    (rrd/rir)

  • Prabowo Pastikan RI Terus Terlibat Aktif dalam Upaya Perdamaian Palestina-Israel

    Prabowo Pastikan RI Terus Terlibat Aktif dalam Upaya Perdamaian Palestina-Israel

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar hadir dalam diplomasi internasional, tetapi juga berperan nyata dalam aksi kemanusiaan untuk rakyat Palestina.

    Pernyataan itu disampaikannya saat memberikan keterangan pers di Base Ops Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (14/10/2025), usai tiba dari kunjungan kerja menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di Republik Arab Mesir.

    “Saya kira itu intinya ya, jadi Indonesia tentunya selalu diajak untuk ikut mendukung proses besar ini dan memang ini tekad kita sebagai bangsa. Tekad saya, puluhan tahun saya membela Palestina, puluhan tahun sejak saya masih muda, kita terus-menerus mendukung kemerdekaan Palestina, rakyat Palestina,” ujar Presiden Prabowo.

    Dari bantuan kemanusiaan hingga komitmen perdamaian, orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan bahwa pemerintahannya selalu aktif dalam mengirimkan bantuan guna meredam ekskalasi yang terjadi antara Palestina dan Israel.

    “Alhamdulillah, kita bisa berbuat. Indonesia selama ini aktif, kita kirim bantuan, kita kirim kapal, kita kirim Hercules berkali-kali. Saya kira rakyat Palestina dan rakyat Timur Tengah melihat bagaimana komitmen Indonesia,” ungkapnya.

    Menurut Prabowo, bantuan kemanusiaan ini menjadi wujud nyata solidaritas rakyat Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina, sekaligus mempertegas posisi Indonesia di antara negara-negara yang aktif menyerukan perdamaian permanen di kawasan tersebut.

    Presiden Ke-8 RI itu juga menyebut bahwa Indonesia telah mengirim bantuan pangan dalam jumlah besar, termasuk ribuan ton beras, ke wilayah-wilayah terdampak konflik di Gaza dan sekitarnya.

    “Kami juga kirim bantuan pangan cukup besar, ribuan ton beras dan kita terus komit untuk mendukung ini,” pungkas Prabowo.

  • Peraih Nobel Ekonomi 2025 Peter Howitt Ingatkan Bahaya AI ke Lapangan Kerja – Page 3

    Peraih Nobel Ekonomi 2025 Peter Howitt Ingatkan Bahaya AI ke Lapangan Kerja – Page 3

    Sementara itu, Joel Mokyr, ekonom Amerika-Israel yang juga menerima Nobel tahun ini, justru lebih optimistis terhadap dampak AI. Ia berpendapat bahwa mesin tidak menggantikan manusia, melainkan mendorong pekerja menuju peran yang lebih menantang.

    “Perubahan teknologi tidak hanya menggantikan manusia, tetapi juga menciptakan tugas-tugas baru,” ujar Mokyr dalam konferensi pers dari Universitas Northwestern.

    Mokyr menilai tantangan terbesar ke depan bukanlah pengangguran akibat AI, melainkan kelangkaan tenaga kerja karena populasi menua dan jumlah pekerja muda yang menurun.

    Sementara itu, Howitt mengenang perjalanan panjang risetnya bersama Aghion.

    “Philippe selalu yakin kami akan mendapatkan Hadiah Nobel suatu hari nanti,” katanya sambil tersenyum. “Dan sekarang, waktu itu akhirnya tiba. Luar biasa.”

  • Iran Sindir Seruan Perdamaian Trump di Depan Parlemen Israel

    Iran Sindir Seruan Perdamaian Trump di Depan Parlemen Israel

    Teheran

    Pemerintah Iran menyindir seruan perdamaian yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat berpidato di hadapan parlemen Israel. Teheran menilai seruan perdamaian dari Trump itu tidak konsisten dengan tindakan-tindakan Washington, merujuk pada serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni lalu.

    “Keinginan untuk perdamaian dan dialog yang disampaikan Presiden AS bertentangan dengan perilaku bermusuhan dan perilaku kriminal Amerika Serikat terhadap rakyat Iran,” kata Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (14/10/2025).

    Pada pertengahan Juni lalu, Israel melancarkan operasi pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menghantam fasilitas nuklir dan militer serta kawasan permukiman hingga menewaskan lebih dari 1.000 orang.

    Perang selama 12 hari dengan Israel itu diwarnai keterlibatan AS yang melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir utama Iran. Perang itu menggagalkan perundingan nuklir tingkat tinggi yang pada saat itu berlangsung antara Teheran dan Washington.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang di Israel. Pertempuran itu diakhiri dengan gencatan senjata yang berlaku sejak 24 Juni lalu.

    Dalam pidato di Knesset, parlemen Israel, pada Senin (13/10) waktu setempat, Trump mengatakan dirinya menginginkan kesepakatan damai dengan Iran. Trump bahkan menyebut keputusan akhir berada di tangan Teheran untuk mencapai kesepakatan apa pun.

    “Kami siap ketika Anda siap, dan ini akan menjadi keputusan terbaik yang pernah dibuat Iran, dan itu akan terjadi,” kata Trump merujuk pada kesepakatan dengan Iran, seperti dilansir Reuters.

    “Tangan persahabatan dan kerja sama terbuka. Saya mengatakan kepada Anda, mereka (Iran-red) ingin membuat kesepakatan… akan sangat bagus jika kita bisa membuat kesepakatan,” ucapnya dalam pidato di hadapan anggota Knesset.

    Pemerintah Iran, dalam sebuah pernyataan menanggapi seruan Trump tersebut.

    “Bagaimana mungkin satu pihak menyerang wilayah permukiman dan fasilitas nuklir suatu negara di tengah negosiasi politik, menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah, lalu menuntut perdamaian dan persahabatan?” tanya Kementerian Luar Negeri Iran.

    Trump juga mengatakan bahwa “tidak ada yang lebih bermanfaat” bagi kawasan selain para pemimpin Iran “menolak teroris, berhenti mengancam tetangga mereka, berhenti mendanai proksi militan mereka, dan akhirnya mengakui hak Israel untuk eksis”.

    Teheran membalas dengan menyebut pernyataan Trump itu “tidak bertanggung jawab dan memalukan”, serta menuduh AS sebagai “produsen utama terorisme dan pendukung rezim Zionis yang merupakan teroris dan pelaku genosida”.

    “Amerika Serikat… tidak memiliki wewenang moral untuk menuduh pihak lainnya,” tegas Kementerian Luar Negeri Iran.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tiba dari Mesir, Prabowo Sebut Gencatan Senjata Israel-Palestina Sudah Berjalan

    Tiba dari Mesir, Prabowo Sebut Gencatan Senjata Israel-Palestina Sudah Berjalan

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto, menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung upaya perdamaian di Timur Tengah, khususnya terkait konflik antara Israel dan Palestina.

    Hal ini disampaikan Presiden Prabowo saat memberikan keterangan pers setibanya di Tanah Air usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian di Syarm al-Sheikh, Mesir, Selasa (14/10/2025).

    “Terima kasih saudara-saudara. Saya baru saja tiba dari Mesir, dari Syarm al-Sheikh, di mana banyak tokoh dunia berkumpul untuk menyaksikan penandatanganan pokok-pokok persetujuan menuju rencana gencatan senjata dan perdamaian menyeluruh,” ujar Presiden Prabowo di Base Ops, Halim Perdanakusuma.

    Kepala negara menyebut pertemuan tersebut sebagai langkah awal yang baik dalam upaya menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan yang telah lama dilanda konflik.

    “Gencatan senjata sudah berjalan. Segera pasukan Israel akan ditarik secara bertahap. Beberapa sandera juga telah dibebaskan, meskipun masih ada yang belum ditemukan, termasuk yang diperkirakan telah gugur,” jelasnya.

    Presiden Ke-8 RI itu juga menegaskan bahwa Indonesia selama ini aktif dalam memberikan dukungan kepada rakyat Palestina, baik dalam bentuk diplomasi, bantuan kemanusiaan, maupun logistik. 

    Dia menyebut Indonesia telah mengirimkan berbagai bentuk bantuan, termasuk kapal bantuan dan pesawat Hercules yang membawa ribuan ton beras.

    “Alhamdulillah, kita bisa berbuat. Rakyat Palestina dan masyarakat Timur Tengah melihat komitmen Indonesia,” ujarnya.

    Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah diminta oleh sejumlah negara mediator seperti Amerika Serikat, Turki, Qatar, dan Mesir untuk menunjukkan kesiapan dalam kontribusi lebih lanjut, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan penjaga perdamaian.

    “Kalau diminta pasukan peacekeeping, Indonesia siap. Itu sudah saya tegaskan. Sekarang kita akan bicara lebih detil. Ini tidak gampang, tapi kita mulai kerja,” katanya.

    Prabowo menutup pernyataannya dengan kembali menekankan tekad Indonesia dalam membela Palestina yang telah ia pegang sejak lama.

    “Puluhan tahun saya membela Palestina sejak saya masih muda. Ini adalah tekad kita sebagai bangsa,” tegas Prabowo.

  • Prabowo Ungkap RI Kirim Ribuan Ton Beras buat Bantuan ke Palestina

    Prabowo Ungkap RI Kirim Ribuan Ton Beras buat Bantuan ke Palestina

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto hari ini telah kembali tiba di Jakarta usai menghadiri KTT Sharm El-Sheikh di Mesir. KTT itu membahas soal upaya perdamaian perang antara kelompok Hamas Palestina dan Israel.

    Prabowo mengatakan selama ini Indonesia cukup banyak memberikan bantuan kepada Palestina yang diinvasi Israel. Salah satunya adalah bantuan pangan. Dia bilang saat ini sudah ada ribuan ton beras yang dikirim Indonesia ke Palestina.

    Menurutnya, rakyat Palestina dan juga kawasan timur tengah melihat Indonesia sangat serius berkomitmen mewujudkan perdamaian di Gaza.

    “Alhamdulillah kita bisa berbuat, Indonesia selama ini aktif. Kita kirim bantuan, kita kirim kapal, kita kirim Hercules berkali-kali. Saya kira rakyat Palestina dan timur tengah melihat komitmen Indonesia. Kita kirim juga bantuan pangan cukup besar, ribuan ton beras. Kita terus komitmen mendukung ini,” ungkap Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (14/10/2025).

    Selain bantuan pangan, Prabowo menjelaskan dirinya sempat diajak berdiskusi dengan beberapa pimpinan negara yang jadi mediator kunci langkah perdamaian Perang Gaza. Seperti Amerika Serikat, Turki, Qatar Mesir.

    Indonesia diminta untuk memberikan bantuan pasukan penjaga perdamaian atau peacekeeper. Prabowo menyambut baik permintaan itu.

    “Mereka bertanya bagaimana kesiapan Indonesia. Saya katakan kami siap kalau diminta untuk memberikan pasukan penjaga perdamaian peacekeeping kita siap. Itu sudah saya tegaskan kita akan bicara detailnya lah ini rumit dan tidak gampang. Tapi ya kita mulai kerja,” sebut Prabowo.

    (kil/kil)

  • Prabowo Disebut Emoh Pasang Badan soal Dugaan Ijazah Palsu, Dian Sandi PSI: Tidak Perlu, Sudah Jelas Pak Jokowi Menang

    Prabowo Disebut Emoh Pasang Badan soal Dugaan Ijazah Palsu, Dian Sandi PSI: Tidak Perlu, Sudah Jelas Pak Jokowi Menang

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Seolah tak mau kalah dengan isu perdamaian Palestina-Israel, isu soal dugaan ijazah palsu yang menyeret nama mantan Presiden Jokowi terus bergulir dan menjadi perbincangan hangat bagi publik.

    Terbaru, beredar kabar bahwa Presiden Prabowo Subianto memang tidak ingin campur atau “pasang badan” dalam polemik tersebut.

    Merespons kabar itu, Ketua Direktorat Diseminasi Informasi dan Sosial Media DPP PSI, Dian Sandi Utama, menegaskan bahwa posisi hukum terkait kasus ini sudah sangat jelas dan tidak membutuhkan pembelaan politik.

    “Presiden tidak perlu pasang badan, semua sudah jelas dan terang benderang,” ujar Dian di X @DianSandiU (14/10/2025).

    Ia menekankan, seluruh proses hukum sebaiknya tetap berjalan tanpa ada tekanan politik dari pihak mana pun.

    Dikatakan Dian, mantan Presiden Jokowi sudah berada di jalur yang benar dan akan memenangkan perkara tersebut.

    “Kita biarkan semua proses hukum berjalan tanpa intervensi. Pak Jokowi pasti menang!,” tegasnya.

    Dian juga menyinggung lemahnya substansi gugatan yang dilayangkan terhadap Jokowi.

    Ia menilai, para penggugat tidak memiliki bukti kuat, bahkan tidak satu pun saksi yang bisa dihadirkan di pengadilan.

    “Penggugat tidak punya satu saksi sekalipun untuk dihadirkan di pengadilan. Semua berbasis opini dan asumsi, lemah!,” tandasnya.

    Tidak berhenti di situ, Dian mengaku ada yang perlu menemukan jawaban sepanjang perdebatan ini berjalan.

    Dian bilang, pihak yang menyerang Jokowi merupakan sosok yang sama dengan yang membela mantan Menteri Nadiem Makarim dari kasus chromebook.

  • 2
                    
                        Ironi Diplomasi Prabowo, antara Perdamaian Gaza dan Terkuburnya Solusi Dua Negara
                        Nasional

    2 Ironi Diplomasi Prabowo, antara Perdamaian Gaza dan Terkuburnya Solusi Dua Negara Nasional

    Ironi Diplomasi Prabowo, antara Perdamaian Gaza dan Terkuburnya Solusi Dua Negara
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    KEHADIRAN
    Presiden Prabowo Subianto di Sharm El-Sheikh, Mesir, dalam Konferensi Perdamaian Gaza (Gaza Peace Summit) menjadi salah satu momen penting dalam diplomasi luar negeri Indonesia.
    Dalam forum internasional yang dihadiri puluhan pemimpin dunia tersebut, Prabowo tampil di panggung bersama tokoh-tokoh besar seperti Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta sejumlah pemimpin negara Timur Tengah lainnya.
    Bagi publik dalam negeri, penampilan tersebut dipandang sebagai kelanjutan dari pidato tegasnya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa waktu lalu, ketika Prabowo menyerukan agar perdamaian di Gaza segera diwujudkan dan solusi dua negara dijadikan patokan utama penyelesaian konflik Israel-Palestina.
    Namun, di balik kemeriahan diplomasi dan tepuk tangan di ruang konferensi Mesir tersebut, terdapat ironi yang cukup mendalam dan tragis.
    “Gaza Peace Summit”, yang juga dikenal sebagai peluncuran resmi “Gaza Plan”, sebenarnya tidak sepenuhnya menjawab semangat yang terkandung dalam pidato Presiden Prabowo Subianto di New York.
    Bahkan, jika ditelisik lebih jauh, rencana damai yang didorong Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tersebut justru berpotensi menjauhkan cita-cita dua negara yang selama ini menjadi fondasi diplomasi Indonesia di dalam isu Palestina.
    Pertemuan di Mesir menjadi bagian dari upaya besar Presiden Donald Trump untuk menegaskan kembali perannya sebagai “pembawa perdamaian” di Timur Tengah di satu sisi dan pembukaan pintuk masuk reintervensi Amerika di sana di sisi lain, yang dalam beberapa waktu belakangan mulai diragukan banyak pihak.
    Dalam pidato pembukaannya, Trump memuji sejumlah pemimpin dunia yang hadir, termasuk Prabowo.
    “He’s a tough man, a great leader from Indonesia,” ujar Trump di hadapan kamera, sebuah komentar yang segera menjadi tajuk utama media di Indonesia.
    Dalam konteks diplomasi, sanjungan tersebut tentu memiliki nilai simbolik dan menandakan pengakuan terhadap peran Indonesia di panggung internasional.
    Prabowo terlihat tersenyum dan tampak akrab berbincang dengan Trump, bahkan sempat terekam meminta kesempatan untuk bertemu dengan Eric Trump, putra mantan presiden AS tersebut.
    Bagi sebagian pengamat, momen tersebut menggambarkan langkah Prabowo dalam membangun jejaring politik global, terutama dengan Amerika Serikat, yang masih menjadi aktor utama di dalam politik Timur Tengah.
    Namun, di sisi lain, sanjungan Trump tidak otomatis berarti dukungan terhadap visi Indonesia mengenai Palestina.
    Rencana damai yang diinisiasi Washington dan disetujui oleh Mesir, Uni Eropa, serta sejumlah negara Arab yang moderat tersebut lebih berfokus pada stabilisasi keamanan dan rekonstruksi fisik Gaza pasca-perang, ketimbang membicarakan masa depan politik rakyat Palestina.
    Dalam dokumen yang dibahas di konferensi tersebut, disebutkan pembentukan “Board of Peace for Gaza”, semacam badan multinasional yang akan mengawasi proses rekonstruksi dan transisi pemerintahan sementara di wilayah itu.
    Namun, baik Hamas maupun Otoritas Palestina (PA) praktis tidak memiliki peran signifikan dalam struktur baru tersebut. Jadi rencana ini sejatinya adalah pengambilalihan kekuasaan di wilayah Gaza dari Hamas maupun Otoritas Palestina.
    Dengan kata lain, rakyat Palestina kembali menjadi objek dari proyek perdamaian yang disusun oleh pihak luar, bukan subyek yang menentukan nasibnya sendiri.
    Gaza, dalam rancangan tersebut, akan dikelola oleh dewan internasional yang beranggotakan perwakilan dari Mesir, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lain yang selama ini dikenal bersahabat dengan Israel.
    Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa “Board of Peace” pada akhirnya akan berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari kepentingan Tel Aviv, mengingat sebagian besar anggota dewan adalah negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik, bahkan hubungan strategis erat dengan Israel.
    Masalahnya, Prabowo tampaknya melihat kehadirannya di Mesir sebagai bentuk kesinambungan dari pidato idealisnya di PBB.
    Dalam pandangannya, partisipasi Indonesia di konferensi tersebut merupakan kesempatan untuk menunjukkan bahwa negeri ini siap berperan aktif dalam perdamaian global, terutama di dunia Islam.
    Namun, yang tampak dalam dinamika forum tersebut adalah bahwa “Gaza Plan” tidak dibangun di atas prinsip keadilan politik bagi rakyat Palestina, melainkan atas dasar kompromi strategis antara kekuatan besar dunia untuk mengakhiri perang tanpa menyentuh akar masalahnya.
    Amerika Serikat, bukan Indonesia dan bukan Prabowo Subianto, memanfaatkan momentum itu untuk memproyeksikan diri sebagai “pembawa perdamaian”. Sementara Mesir ingin memperkuat posisinya sebagai mediator utama kawasan.
    Israel tampak sangat diuntungkan, karena dengan adanya Gaza Plan, Tel Aviv tidak perlu lagi berhadapan langsung dengan Hamas atau PA dalam negosiasi politik.
    Dalam rancangan baru tersebut, keamanan di Gaza dijamin oleh pasukan internasional di bawah pengawasan
    Board of Peace
    , sedangkan pembangunan ekonomi dan sosialnya akan dibiayai oleh konsorsium donor Barat.
    Di permukaan, semua ini tampak positif. Perang berakhir, bantuan mengalir, dan Gaza mulai dibangun kembali.
    Namun secara fundamental, rencana tersebut justru berpotensi memperkuat realitas “solusi satu negara”, yakni situasi di mana Israel tetap menjadi kekuatan dominan, mengendalikan keamanan dan ruang gerak Palestina, sementara entitas Palestina hanya eksis dalam bentuk administratif dan ekonomi, tanpa kedaulatan politik yang nyata.
    Inilah paradoks besar yang menyelimuti kehadiran Presiden Prabowo di Mesir. Di satu sisi, ia hadir untuk merayakan langkah menuju perdamaian. Di sisi lain, ‘tanpa disadarinya’, konferensi tersebut juga menjadi simbol terkuburnya impian yang selama ini ia justru gaungkan, yakni solusi dua negara yang hidup berdampingan secara damai dan setara di antara dua negara.
    Perlu pula diingat bahwa gagasan dua negara bukan sekadar isu diplomatik, tetapi juga menyangkut legitimasi moral perjuangan rakyat Palestina.
    Selama tujuh dekade, berbagai resolusi PBB telah menegaskan bahwa solusi dua negara merupakan jalan paling adil untuk menyelesaikan konflik di kawasan tersebut.
    Namun, dengan realitas politik di lapangan, terus meluasnya permukiman ilegal Israel di Tepi Barat (West Bank), fragmentasi internal di tubuh Palestina, dan absennya kemauan politik dari pihak Israel, konsep tersebut sesungguhnya sudah semakin kehilangan pijakan.
    “Gaza Plan” yang diusung dalam konferensi di Mesir hanya mempercepat proses tersebut. Gaza Plan menormalisasi keadaan pasca-perang tanpa memberikan kedaulatan sejati bagi rakyat Palestina.
    Dalam konteks ini, pujian Donald Trump terhadap Prabowo sebagai “tough man” mungkin terdengar kontras dengan kenyataan diplomatik yang terjadi.
    Kekuatan sejati seorang pemimpin bukan hanya terletak pada keberaniannya hadir di forum internasional, melainkan pada kemampuannya menjaga prinsip yang diyakininya di tengah tekanan geopolitik.
    Presiden Prabowo memang tampil percaya diri di Mesir. Namun, di balik senyum diplomatik dan foto bersama, sulit menampik bahwa posisi Indonesia nyaris tidak memiliki ruang tawar dalam menentukan arah kebijakan perdamaian yang sesungguhnya.
    Lebih jauh, euforia kehadiran Indonesia di konferensi tersebut berpotensi mengaburkan peran kritis yang seharusnya diambil, terutama sebagai penyeimbang moral yang mengingatkan dunia bahwa perdamaian sejati tidak mungkin lahir tanpa keadilan.
    Ketika dunia bertepuk tangan menyambut gencatan senjata dan rencana rekonstruksi, siapa yang menjamin bahwa rakyat Gaza akan benar-benar merdeka menentukan masa depannya sendiri?
    Siapa yang bisa memastikan bahwa mereka bukan hanya pekerja dalam proyek besar pembangunan yang dikendalikan oleh kekuatan asing?
    Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur, karena jika tidak, konferensi seperti yang telah berlangsung di Mesir itu hanya akan menambah daftar panjang diplomasi simbolik yang tidak menyentuh akar persoalan.
    Perdamaian yang dibangun di atas ketimpangan politik akan tetap rapuh, dan cepat atau lambat, konflik baru akan muncul dalam bentuk lain.
    Presiden Prabowo, sebagai pemimpin baru Indonesia, tentu memiliki ambisi besar untuk menjadikan negaranya pemain penting dalam percaturan global.
    Namun dalam isu Palestina, ambisi tersebut seharusnya tidak menjauhkan Indonesia dari nilai-nilai dasar yang telah menjadi bagian dari politik luar negeri sejak era Presiden Soekarno, yakni menolak penjajahan dalam bentuk apa pun dan memperjuangkan hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri.
    Kehadiran Prabowo di Mesir memang memberi warna baru dalam diplomasi Indonesia, tetapi juga mengingatkan bahwa politik luar negeri yang aktif tidak boleh kehilangan arah moralnya.
    Perdamaian bukan sekadar berhentinya perang, melainkan hadirnya keadilan. Dan keadilan, dalam konteks Palestina, hanya mungkin terwujud jika rakyatnya diberi hak penuh untuk membangun negaranya sendiri, bukan sekadar menjadi objek dari proyek-proyek damai yang ditentukan oleh orang lain.
    Pendeknya, “Gaza Plan” yang hari ini dirayakan dunia, berpotensi bisa menjadi paradoks sejarah yang menandai berakhirnya perang di Gaza, tapi sekaligus menandai semakin jauhnya solusi dua negara dari kenyataan.
    Dan di tengah gemuruh tepuk tangan di ruang konferensi Sharm El-Sheikh, mungkin hanya sedikit yang menyadari bahwa apa yang disebut sebagai perdamaian, sesungguhnya sedang mengubur cita-cita kemerdekaan Palestina secara perlahan dengan cara yang tampak damai, tapi secara moral menyesakkan.
    Bahkan, yang paling berbahaya dari semua ini adalah jika “Gaza Plan” dan konferensi di Mesir hanya menjadi panggung unjuk peran personal bagi para pemimpin dunia untuk menaikkan reputasi politik masing-masing.
    Jika Trump menjadikannya batu loncatan menuju legitimasi politik baru, jika Presiden el-Sisi menggunakannya untuk memperkuat citra Mesir sebagai penjaga stabilitas regional, dan jika Prabowo Subianto memaknainya sebagai bukti pengakuan dunia atas kepemimpinannya, maka yang dikorbankan bukan hanya prinsip keadilan, tetapi juga kedaulatan rakyat Palestina itu sendiri.
    Padahal perdamaian sejati tidak boleh lahir dari ambisi pribadi dan diplomasi pencitraan, tapi harus tumbuh dari keberanian moral untuk memastikan bahwa rakyat Palestina menjadi subyek utama dari masa depan mereka sendiri, bukan sekadar latar belakang bagi reputasi global para pemimpin dunia, termasuk Presiden Prabowo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Video: Kemenlu RI Bantah Prabowo Akan Berkunjung ke Israel

    Video: Kemenlu RI Bantah Prabowo Akan Berkunjung ke Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono membantah kabar bahwa Presiden Prabowo Subianto akan ke Israel pada Selasa 14 Oktober 2025 usai berkunjung ke Mesir.

    Selengkapnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (Selasa, 14/10/2025) berikut ini.

  • Saksikan perjanjian damai Gaza di Mesir, Prabowo dipuji Trump

    Saksikan perjanjian damai Gaza di Mesir, Prabowo dipuji Trump

    ANTARA – Presiden Prabowo Subianto bersama lebih dari 20 pemimpin negara lainnya menyaksikan penandatanganan perjanjian damai Gaza dalam KTT Perdamaian Sharm El Sheikh di Mesir, Senin (13/10), yang menandai berakhirnya konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Pada kesempatan tersebut, Presiden AS Donald Trump yang memimpin KTT tersebut secara khusus memuji Presiden Prabowo yang dinilai berperan penting dalam tercapainya kesepakatan damai tersebut. (Suci Nurhaliza/Cahya Sari/Denno Ramdha Asmara/Roy Rosa Bachtiar)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.