Negara: Israel

  • Turki Keluarkan Surat Perintah Tangkap Netanyahu dan Puluhan Pejabat Israel

    Turki Keluarkan Surat Perintah Tangkap Netanyahu dan Puluhan Pejabat Israel

    GELORA.CO – Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dugaan genosida terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan puluhan pejabat senior lainnya.

    Dikutip dari The Guardian, Sabtu (8/11), Turki mengeluarkan surat perintah terhadap 37 pejabat, di antaranya Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Eyal Zamir. Pernyataan itu dikeluarkan oleh kantor kejaksaan Istanbul tanpa merilis daftar lengkap pejabat lainnya.

    Turki menuduh pejabat Israel atas genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang telah dilakukan Israel secara sistematis di Gaza.

    Dalam pernyataan itu, Turki juga menyinggung rumah sakit persahabatan Turki-Palestina yang dibangun pemerintah Turki di Jalur Gaza dan dibom Israel pada Maret lalu.

    Pemerintah Israel pun memberikan komentar atas surat perintah penangkapan itu. Israel mengecamnya sebagai aksi humas (PR Stunt).

    “Israel secara tegas menolak aksi humas baru-baru ini yang dilakukan Erdogan yang tiran,” kata Menlu Israel Gideon Saar lewat pernyataan di X.

    Tahun lalu, Turki bergabung bersama Afrika Selatan yang menuduh Israel atas genosida di Mahkamah Internasional.

    Gencatan senjata yang rapuh berlangsung di Palestina sejak 10 Oktober sebagai bagian dari rencana perdamaian kawasan yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump.

  • Gara-Gara Hal Ini, Trump Menolak Hadir di G20 Afrika Selatan

    Gara-Gara Hal Ini, Trump Menolak Hadir di G20 Afrika Selatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Donald Trump menegaskan tidak ada pejabat pemerintah AS yang akan menghadiri KTT G20 di Afrika Selatan akhir bulan ini. Keputusan Trump ini terkait dengan “pelanggaran hak asasi manusia” yang terjadi di negara tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan menyesalkan keputusan Trump dan menegaskan penolakannya terhadap klaim Trump bahwa warga Afrika kulit putih menghadapi penganiayaan atau tindakan rasis di negara mayoritas kulit hitam tersebut.

    “Sungguh memalukan bahwa G20 akan diadakan di Afrika Selatan,” kata Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.

    “Warga Afrikaner (orang-orang keturunan pemukim Belanda, serta imigran Prancis dan Jerman) dibunuh dan dibantai, dan tanah serta pertanian mereka disita secara ilegal,” lanjutnya, dikutip dari Reuters.

    “Tidak ada pejabat pemerintah AS yang akan hadir selama pelanggaran hak asasi manusia ini terus berlanjut. Saya berharap dapat menjadi tuan rumah G20 2026 di Miami, Florida!” kata Trump.

    Wakil Presiden JD Vance, yang dijadwalkan menghadiri pertemuan para pemimpin dunia G20 di Johannesburg pada 22-23 November, tidak akan hadir lagi, menurut seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Trump telah mempermasalahkan kebijakan dalam dan luar negeri Afrika Selatan – mulai dari kebijakan pertanahannya hingga tuduhan Israel atas genosida dalam perang yang dilancarkan sekutu AS tersebut di Gaza.

    Bulan lalu, Trump menetapkan batas terendah yang pernah tercatat untuk penerimaan pengungsi AS dan mengatakan bahwa orang-orang yang diterima AS sebagian besar akan berfokus pada warga Afrikaner kulit putih.

    Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan mengatakan telah memperhatikan unggahan “menyesalkan” Trump di platform tersebut, dan menegaskan kembali penolakan Pretoria yang sering dinyatakan atas tuduhan bahwa warga Afrikaner mengalami penindasan.

    “Klaim bahwa komunitas ini menghadapi penganiayaan tidak didukung oleh fakta,” kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa masa lalu Afrika Selatan yang diwarnai ketimpangan rasial memberinya pengalaman untuk membantu dunia mengatasi perpecahan melalui platform G20. Negara kita berada di posisi unik untuk memperjuangkan masa depan solidaritas sejati di G20,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara itu berharap dapat menyelenggarakan KTT yang sukses.

    Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga memboikot pertemuan para menteri luar negeri G20 di Afrika Selatan, yang memegang jabatan presiden G20 dari Desember 2024 hingga November 2025. Amerika Serikat akan mengambil alih jabatan presiden G20 setelah Afrika Selatan.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Jakarta

    Iran membantah keras tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menuding Teheran berencana membunuh Duta Besar Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger. Pemerintah Iran menilai tuduhan tersebut sebagai fitnah politik yang bertujuan merusak hubungan diplomatiknya dengan Meksiko.

    Pernyataan bantahan itu muncul tak lama setelah pejabat AS mengklaim telah menggagalkan upaya pembunuhan yang diduga disusun oleh Pasukan Quds, unit elite Garda Revolusi Iran. Washington menyebut rencana itu aktif sejak akhir 2024 dan berhasil dicegah pada tahun ini.

    AS Tuduh Iran Berencana Bunuh Dubes Israel

    Pejabat AS yang berbicara secara anonim kepada Reuters dan AFP mengatakan, rencana pembunuhan terhadap Dubes Israel di Meksiko telah disusun sejak akhir tahun lalu. “Rencana tersebut telah digagalkan dan tidak menimbulkan ancaman pada saat ini,” ujarnya, dikutip Sabtu (8/11/2025).

    Menurut sumber yang sama, Pasukan Quds diduga merekrut agen dari Kedutaan Besar Iran di Venezuela untuk melancarkan operasi itu. Venezuela, yang presidennya Nicolas Maduro dikenal beraliansi taktis dengan Teheran, disebut menjadi salah satu titik koneksi dalam dugaan plot tersebut. Namun pejabat AS itu menolak menjelaskan secara detail bagaimana rencana itu berhasil digagalkan.

    Otoritas Israel dalam pernyataan terpisah menyebut pemerintah Meksiko turut berperan dalam mencegah rencana tersebut. Namun, Kementerian Luar Negeri Meksiko menegaskan bahwa pihaknya “tidak menerima informasi apa pun” mengenai rencana pembunuhan Dubes Israel di wilayahnya.

    Bantahan Iran dan Hubungannya dengan Meksiko

    Kedutaan Besar Iran di Meksiko melalui pernyataan resmi di media sosial X menolak tuduhan tersebut. “Itu merupakan rekayasa media, sebuah kebohongan besar,” tegas pernyataan Kedubes Iran seperti dilansir AFP.

    Iran menilai tuduhan yang dilontarkan Washington dimaksudkan untuk mengganggu hubungan baik antara Teheran dan Mexico City. “Tujuannya adalah untuk merusak hubungan yang bersahabat dan historis antara kedua negara (Meksiko dan Iran), yang dengan tegas kami tolak,” lanjut pernyataan itu.

    Kedubes Iran juga menekankan bahwa hubungan diplomatiknya dengan Meksiko selama ini berjalan baik dan berdasarkan prinsip saling menghormati. Pemerintah Meksiko sendiri menyatakan terbuka untuk kerja sama keamanan yang “saling menghormati dan terkoordinasi, selalu dalam kerangka kedaulatan nasional”.

    Respons Meksiko

    Sikap Meksiko dinilai hati-hati di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Negara tersebut memiliki kebijakan luar negeri yang menekankan prinsip non-intervensi, berbeda dari sejumlah negara Amerika Latin lain yang banyak mendukung blok tertentu dalam konflik Timur Tengah.

    Meksiko diketahui mendukung penyelidikan atas tuduhan kejahatan perang oleh Israel di Jalur Gaza, namun tetap mempertahankan hubungan diplomatik yang baik dengan Tel Aviv. Dubes Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger, menyebut bahwa otoritas keamanan dan intelijen Meksiko “bertindak untuk menetralisir ancaman ini”.

    Halaman 2 dari 3

    (wia/jbr)

  • Turki Rilis Perintah Penangkapan Netanyahu, Hamas Lontarkan Pujian

    Turki Rilis Perintah Penangkapan Netanyahu, Hamas Lontarkan Pujian

    Gaza

    Kelompok Hamas menyambut baik pengumuman Turki soal dirilisnya surat perintah penangkapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan genosida dalam perang Gaza. Hamas menyebutnya “langkah terpuji” dari Ankara.

    Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Sabtu (8/11/2025), menyebut langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan untuk 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, menunjukkan “ikatan persaudaraan” yang kuat dengan rakyat Palestina yang tertindas.

    “Langkah terpuji ini mencerminkan posisi tulus rakyat dan kepemimpinan Turki dalam menegakkan keadilan, kemanusiaan, dan ikatan persaudaraan yang menyatukan mereka dengan rakyat Palestina tertindas, yang telah dan terus menghadapi salah satu perang genosida paling brutal dalam sejarah modern di tangan para pemimpin pendudukan fasis,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Hamas menyerukan kepada pemerintah dunia dan badan peradilan dunia untuk “mengeluarkan surat perintah hukum untuk mengejar para pemimpin pendudukan Zionis di mana pun mereka berada”.

    “Dan membawa mereka ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan kejahatan mereka terhadap kemanusiaan,” cetus Hamas dalam pernyataannya.

    Kantor Kejaksaan Istanbul mengumumkan, pada Jumat (7/11) waktu setempat, bahwa Pengadilan Kriminal Perdamaian Istanbul telah merilis surat perintah penangkapan terhadap 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, atas tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan terkait perang Gaza.

    Para pejabat senior Tel Aviv lainnya yang menjadi target perintah penangkapan tersebut mencakup Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Kepala Staf Umum militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir dan Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menyatakan bahwa akibat genosida dan kejahatan kemanusiaan sistematis yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dengan ribuan orang lainnya luka-luka, dan area-area permukiman tidak dapat dihuni lagi.

    “Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa para pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ dan ‘genosida’ yang dilakukan di Jalur Gaza,” sebut Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya.

    Israel memberikan reaksi keras dengan menyebut langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu itu sebagai “aksi publisitas”.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, bahkan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “tiran”.

    “Israel dengan tegas menolak, dengan penghinaan, aksi publisitas terbaru oleh tiran Erdogan,” kata Saar dalam pernyataan via media sosial X.

    Tonton juga video “Israel Tuduh Hamas Rekayasa Pengambilan Sisa Jenazah Sandera”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Teheran

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya menginginkan perdamaian. Namun Pezeshkian juga menegaskan bahwa Teheran tidak akan dipaksa untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pada Kamis (6/11) bahwa Iran telah menanyakan apakah sanksi-sanksi Washington terhadap negara itu dapat dicabut.

    Pezeshkian dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/11/2025), mengatakan Iran bersedia melakukan perundingan, namun menolak tunduk terhadap paksaan untuk menghentikan program nuklirnya.

    “Kami bersedia mengadakan perundingan di bawah kerangka kerja internasional, tetapi tidak jika mereka mengatakan Anda tidak dapat memiliki ilmu pengetahuan (nuklir), atau hak untuk mempertahankan diri (dengan rudal), atau kami akan mengebom Anda,” kata Pezeshkian dalam pernyataannya.

    Iran telah berulang kali menepis kemungkinan negosiasi mengenai kemampuan pertahanan, termasuk program rudalnya, dan gagasan untuk menghentikan semua pengayaan uranium di wilayahnya.

    “Kami ingin hidup di dunia dengan damai dan aman, tetapi tidak dipermalukan, dan tidak dapat diterima jika mereka memaksakan apa pun yang mereka inginkan kepada kami dan kami hanya melayani mereka,” tegas Pezeshkian.

    “Mereka memasok senjata ke Israel sementara mereka melarang kami memiliki rudal untuk pertahanan, lalu mereka mengebom kami kapan pun mereka mau,” imbuhnya.

    Teheran dan Washington telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sebelum perang 12 hari pecah antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.

    Israel pada saat itu melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk para ilmuwan nuklir negara tersebut.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.

    Tel Aviv memandang Teheran sebagai ancaman eksistensial. Namun Iran mengatakan rudal balistiknya, dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap AS, Israel, dan musuh-musuh regional lainnya.

    Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.

    Tonton juga video “Alasan Iran Masih Ogah Kerja Sama dengan AS”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 2 Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat

    2 Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Dua remaja Palestina tewas ditembak tentara Israel dalam insiden terbaru di wilayah Tepi Barat. Militer Tel Aviv menyebut kedua individu yang mereka tembak sebagai “teroris”, dan mengklaim mereka telah melemparkan bom molotov.

    Kementerian Kesehatan Palestina, yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat, seperti dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), mengumumkan kematian dua remaja yang berusia 16 tahun pada Jumat (7/11) waktu setempat. Keduanya diidentifikasi Mohammed Abdullah Mohammed Ateem dan Muhammad Rashad Fadl Qasim.

    Disebutkan Kementerian Kesehatan Palestina bahwa kedua remaja itu ditembak mati oleh pasukan Israel.

    Kementerian Kesehatan Palestina menambahkan bahwa militer Israel masih menahan jenazah kedua remaja Palestina tersebut.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya telah menewaskan dua orang yang mereka sebut melemparkan bom molotov di area Judeira pada Kamis (6/11) malam.

    “Tadi malam… dua teroris teridentifikasi saat mereka menyalakan dan melemparkan bom molotov ke arah jalur sipil utama,” demikian pernyataan militer Israel.

    Ditambahkan militer Tel Aviv bahwa unit militer yang dikerahkan ke area tersebut telah “menghabisi” orang-orang tersebut — istilah yang umumnya digunakan ketika tentara Israel membunuh seorang tersangka.

    Militer Israel juga merilis video kamera pengawas yang menunjukkan dua orang sedang melemparkan objek terbakar ke atas tembok, mirip dengan tembok yang memisahkan area dekat Judeira dari ruas jalanan yang secara eksklusif digunakan oleh warga Israel.

    Meskipun terletak di Tepi Barat, Judeira dikelilingi oleh ruas jalanan dan lahan yang dianeksasi oleh Israel.

    Ayah salah satu remaja yang tewas, Mohammed, mengatakan kepada AFP bahwa pihak keluarga kehilangan jejak dua remaja itu sekitar “satu atau dua jam” setelah pasukan Israel memasuki kota Judeira, dan baru mengetahui kematian mereka pada Jumat (7/11) pagi waktu setempat.

    Sementara itu, pada Rabu (5/11), militer Israel menewaskan seorang remaja Palestina lainnya, yang diklaim melemparkan alat peledak ke arah pasukan Tel Aviv.

    Rentetan tindak kekerasan di Tepi Barat melonjak sejak perang Gaza pecah pada Oktober 2023. Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 1.001 warga Palestina, termasuk militan, tewas di Tepi Barat oleh tentara atau pemukim Israel sejak dimulainya perang Gaza.

    Selama periode yang sama, sedikitnya 43 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam rentetan serangan yang didalangi warga Palestina di wilayah Tepi Barat.

    Tonton juga video “Trump Sebut Pasukan Stabilitas Internasional untuk Gaza Segera Tiba”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Israel Geram Turki Rilis Perintah Tangkap Netanyahu, Sebut Erdogan ‘Tiran’

    Israel Geram Turki Rilis Perintah Tangkap Netanyahu, Sebut Erdogan ‘Tiran’

    Tel Aviv

    Israel memberikan reaksi keras terhadap langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu atas tuduhan genosida dalam perang Gaza. Tel Aviv menolak tuduhan genosida dan menyebut langkah Ankara itu sebagai “aksi publisitas” belaka.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), bahkan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “tiran”.

    “Israel dengan tegas menolak, dengan penghinaan, aksi publisitas terbaru oleh tiran Erdogan,” kata Saar dalam pernyataan via media sosial X.

    Saar, dalam postingannya menggunakan bahasa Inggris via media sosial X, melontarkan serangan lebih lanjut terhadap Erdogan. Dia menyinggung soal penangkapan rival-rival politik Erdogan, terutama Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu yang ditahan sejak Maret lalu.

    “Di Turki di bawah Erdogan, peradilan telah lama menjadi alat untuk membungkam rival politik dan menahan para jurnalis, hakim, dan wali kota,” sebutnya.

    Saar menuduh Kantor Kejaksaan Istanbul “baru-baru ini telah mengatur penangkapan Wali Kota Istanbul hanya karena berani mencalonkan diri melawan Erdogan”.

    Pada Jumat (7/11) waktu setempat, Kantor Kejaksaan Istanbul mengumumkan bahwa Pengadilan Kriminal Perdamaian Istanbul telah merilis surat perintah penangkapan terhadap 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, atas tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan terkait perang Gaza.

    Para pejabat senior Tel Aviv lainnya yang menjadi target perintah penangkapan tersebut mencakup Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Kepala Staf Umum militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir dan Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menyatakan bahwa akibat genosida dan kejahatan kemanusiaan sistematis yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dengan ribuan orang lainnya luka-luka, dan area-area permukiman tidak dapat dihuni lagi.

    “Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa para pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ dan ‘genosida’ yang dilakukan di Jalur Gaza,” sebut Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya.

    Reaksi keras lainnya disampaikan oleh mantan Menlu Israel Avigdor Lieberman, yang menyebut surat perintah penangkapan yang dirilis Turki terhadap para pejabat senior Israel itu “dengan jelas menjelaskan mengapa Turki tidak boleh hadir di Jalur Gaza — secara langsung maupun tidak langsung”.

    Turki diketahui ingin berpartisipasi dalam pasukan keamanan internasional yang bertujuan menjaga stabilisasi Jalur Gaza pascaperang, sesuai dengan rencana perdamaian yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Namun niat Ankara itu menuai penolakan Tel Aviv, yang menganggap Turki terlalu dekat dengan Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Turki Keluarkan Surat Penagkapan PM Israel Benjamin Netanyahu

    Turki Keluarkan Surat Penagkapan PM Israel Benjamin Netanyahu

    GELORA.CO – Pemerintah Turki resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Dalam pernyataannya pada Jumat 7 November 2025, Kejaksaan Istanbul menyebut selain Netanyahu, ada 37 pejabat Israel yang masuk daftar tersangka, termasuk Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan Kepala Staf Militer Letjen Eyal Zamir.

    Menurut Turki, tindakan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 merupakan kejahatan sistematis terhadap warga sipil Palestina. Pernyataan itu menyoroti beberapa serangan besar, termasuk pengeboman Rumah Sakit Baptis Al-Ahli pada Oktober 2023 yang menewaskan 500 orang, serta penghancuran Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina pada Maret 2024.

    Israel menolak keras langkah tersebut. “Israel menolak dengan penuh penghinaan aksi humas terbaru dari tiran Erdogan,” tulis Menteri Luar Negeri Gideon Saar di platform X, dikutip dari Al-Jazeera.

    Sebaliknya, Hamas menyambut baik keputusan Turki. “Ini tindakan terpuji yang menegaskan komitmen rakyat dan pemimpin Turki terhadap keadilan dan kemanusiaan,” kata kelompok tersebut dalam pernyataannya.

    Langkah Turki ini muncul hampir setahun setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang. Turki sebelumnya juga mendukung gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) yang menuduh Israel melakukan genosida.

    Menurut data otoritas Gaza, lebih dari 68.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 170.000 lainnya terluka sejak perang dimulai pada Oktober 2023. (*)

  • Pohon Zaitun Tertua di Tepi Barat, Saksi Bisu Pemukim Ilegal yang Tiran Dibiarkan Israel

    Pohon Zaitun Tertua di Tepi Barat, Saksi Bisu Pemukim Ilegal yang Tiran Dibiarkan Israel

    JAKARTA – Sebagai penjaga pohon zaitun tertua di Tepi Barat, Salah Abu Ali rajin merawat memangkas cabang-cabangnya hingga memanen buahnya. Bahkan dilakukan di tengah kekerasan yang melanda wilayah Palestina selama panen tahun ini.

    “Ini bukan pohon biasa. Kita berbicara tentang sejarah, tentang peradaban, tentang sebuah simbol,” ujar Abu Ali  tersenyum di balik janggut tebalnya di Desa Al-Walajah, selatan Yerusalem, Tepi Barat, dikutip dari AFP.

    Lebih lanjut, pria berusia 52 tahun itu dengan bangga mengatakan, para ahli memperkirakan pohon zaitun itu berusia antara 3.000 dan 5.500 tahun. Pohon tersebut telah bertahan selama ribuan tahun menghadapi kekeringan dan perang di tanah gersang yang dilanda konflik itu.

    Di sekitar batang pohon yang besar dan belasan cabangnya—beberapa dinamai menurut nama anggota keluarganya—Abu Ali telah menciptakan oasis kecil yang tenang.

    Beberapa langkah dari sana, tembok pemisah dimahkotai kawat berduri yang dibangun Israel untuk mengasingkan Tepi Barat berdiri setinggi lima meter.

    Lebih dari separuh tanah asli Al-Walajah kini terletak di sisi terjauh tembok keamanan Israel itu.

    Namun sejauh ini, desa yang dihuni Abu Ali terhindar dari serangan pemukim ilegal Israel yang kerap merusak panen zaitun tahun ini, yang memicu banyak warga Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat terluka.

    Jericho wilayah Tepi Barat di Palestina. (Pexels-Michalis Pafralis)

    Israel telah menduduki Tepi Barat sejak 1967. Sekitar 500.000 pemukim ilegal Israel tinggal di wilayah Palestina tersebut. Mereka hampir setiap hari sepanjang 2025 menyerang petani sekaligus pohon zaitunnya, sejak musim dimulai pada pertengahan Oktober 2025.

    Komisi Penjajahan dan Perlawanan Tembok Otoritas Palestina, yang berkantor pusat di Ramallah, telah mendokumentasikan 2.350 serangan semacam itu di Tepi Barat hanya pada bulan Oktober 2025.

    Namun, hampir tidak ada pelaku yang dimintai pertanggungjawaban oleh otoritas Israel terkait serangan terhadap petani warga sipil Palestina itu.

    Pasukan Israel justru sering membubarkan warga Palestina yang sedang santai duduk-duduk dengan gas air mata atau memblokir akses petani ke tanah mereka sendiri, sebagaimana disaksikan oleh jurnalis AFP dalam beberapa kesempatan.

    Namun di Al-Walajah untuk saat ini, Abu Ali bebas merawat pohon zaitun tersebut. Pada tahun yang baik, katanya, pohon tersebut dapat menghasilkan 500 hingga 600 kilogram (1.100 hingga 1.300 pon) buah zaitun.

    Tahun ini, curah hujan yang rendah menyebabkan hasil panen di Tepi Barat menurun.

    “Pohon ini telah menjadi simbol ketahanan Palestina. Pohon zaitun mewakili rakyat Palestina sendiri, yang telah berakar di tanah ini selama ribuan tahun,” kata Wali Kota Al-Walajah, Khader Al-Araj.

    Kementerian Pertanian Palestina, bahkan mengakui pohon tersebut sebagai landmark alam Palestina dan menunjuk Abu Ali sebagai pengurus resminya.

    Kebanyakan pohon zaitun diketahui mencapai tinggi sekitar tiga meter saat dewasa. Pohon zaitun yang satu ini menjulang tinggi di atas pohon-pohon lainnya, batang utamanya selebar hampir dua meter, diapit oleh belasan cabang yang sama besarnya dengan pohon zaitun biasa.

    Israel menghancurkan rumah, toko, jalan, infrastruktur air, pembuangan limbah, dan listrik di Tepi Barat Palestina di tengah ribuan warga sipil yang sulit mendapatkan makanan. (X UNISPAL)

    “Emas hijau” 

    Abu Ali mengatakan minyak yang dihasilkan pohon zaitun mempunyai banyak manfaat. Dia bilang, nilainya juga menguntungkan.

    “Minyak dari pohon ini luar biasa. Semakin tua pohonnya, semakin kaya minyaknya,” kata Abu Ali.

    Ia mencatat bahwa hal itu sumber daya berharga. Ia menyebutnya sebagai “emas hijau” lantaran harganya 4-5 kali lipat lebih mahal daripada minyak biasa.

    Dahulu, para wisatawan berbondong-bondong datang untuk melihat pohon zaitun tertua di Tepi Barat yang dirawat  Abu Ali. Namun, jumlahnya terus berkurang sejak Israel melakukan invasi darat di Gaza pada Oktober 2023. Termasuk, kata Abu Ali, makin ketatnya pos pemeriksaan yang dijaga pasukan Israel di Tepi Barat.

    Pohon zaitun dan buahnya. (Unsplash-Michał Kostrzyński)

    Desa Al-Walajah sebenarnya tidak sepenuhnya kebal terhadap masalah yang kerap dihadapi penduduk Palestina di Tepi Barat.

    Pada tahun 1949, setelah pembentukan Israel, sebagian besar lahan desa di Tepi Barat dirampas, dan banyak keluarga Palestina harus meninggalkan rumah mereka untuk menetap di seberang garis gencatan senjata.

    Setelah Israel melakukan pendudukan tahun 1967, 66 persen wilayah di Tepi Barat ditetapkan sebagai Area C —di bawah kendali penuh Israel. Hal itu berdasarkan Perjanjian Oslo 1993, yang dimaksudkan untuk mewujudkan perdamaian antara Palestina dan Israel.

    Namun, penetapan itu menyebabkan banyak rumah penduduk Pelestina di Tepi Barat dibongkar atas perintah militer Israel dengan dalih tidak memiliki izin, yang menjadi bukti nyata adanya penjajahan karena Israel membuat aturan di tanah negara lain.

    “Saat ini, Al-Walajah mewujudkan hampir setiap kebijakan Israel di Tepi Barat: permukiman, tembok, pembongkaran rumah, penyitaan tanah, dan penutupan,” ujar Wali Kota Al-Araj kepada AFP.

    Untuk saat ini, Abu Ali terus merawat pohon zaitun tersebut. Ia menanam herba dan pohon buah di sekitarnya. Disiapkannya juga buku tamu berisi pesan-pesan dari para pengunjung dalam puluhan bahasa di dekat pohon zaitun tersebut.

    “Saya telah menjadi bagian dari pohon ini. Saya tidak bisa hidup tanpanya,” katanya.

  • DPR RI gelar Solidarity Run for Palestine sebagai dukungan perjuangan

    DPR RI gelar Solidarity Run for Palestine sebagai dukungan perjuangan

    “Kita bisa mendukung dari banyak cara di gedung, di demo, di diplomasi, tapi juga lewat hal-hal kecil seperti lari, menyumbang pakaian bekas, donasi, dan tentu doa,”

    Jakarta (ANTARA) – Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menggelar Solidarity Run for Palestine 2025 sebagai wujud dukungan rakyat dan Parlemen Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

    Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera menyampaikan bahwa aksi solidaritas ini bukan hanya sekadar kegiatan olahraga, melainkan bentuk nyata kepedulian dan komitmen bangsa Indonesia untuk terus berdiri di sisi rakyat Palestina.

    “Kita bisa mendukung dari banyak cara di gedung, di demo, di diplomasi, tapi juga lewat hal-hal kecil seperti lari, menyumbang pakaian bekas, donasi, dan tentu doa,” kata Mardani di dalam kegiatan yang diikuti hingga 1.000 peserta itu di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat.

    Dia mengatakan semangat solidaritas lintas kalangan ini menunjukkan bahwa dukungan Indonesia bagi Palestina tidak hanya datang dari ruang-ruang diplomasi resmi, tetapi juga dari berbagai lapisan masyarakat.

    “Kita ketuk semua pintu, kita ajak semua kalangan. Ada yang suka lari, kita ajak lari untuk Palestina. Ada yang suka demo, kita ajak demo untuk Palestina. Ada yang suka diplomasi, kita ajak diplomasi untuk Palestina,” kata dia.

    Ia juga menekankan bahwa dukungan terhadap Palestina merupakan wujud konsistensi politik luar negeri Indonesia yang berpihak pada kemerdekaan dan kemanusiaan.

    “Apa yang kita lakukan mungkin kecil, tapi jika dilakukan bersama, akan menjadi suara besar dunia yang menyerukan agar hentikan kekejaman Zionis Israel,” katanya.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.