Negara: Israel

  • Arkeolog Temukan Piramida Berusia 2.200 Tahun di Israel, Fungsinya Misterius

    Arkeolog Temukan Piramida Berusia 2.200 Tahun di Israel, Fungsinya Misterius

    Jakarta

    Para arkeolog menemukan struktur piramida berusia 2.200 tahun di Gurun Yudea, sebuah gurun di Israel dan Tepi Barat yang berada di sebelah timur Yerusalem dan berdekatan dengan Laut Mati. Gurun ini menampilkan batu-batu yang beratnya masing-masing ratusan kilogram.

    Hasil penggalian awal telah menghasilkan banyak sekali artefak, mulai dari dokumen sejarah hingga bejana perunggu dan perabotan kuno. Namun arkeolog belum bisa menjelaskan fungsi dari struktur tersebut.

    Investigasi lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap penggunaan situs tersebut, apakah sebagai menara penjaga, monumen, atau bahkan benteng pemungut pajak.

    Penemuan piramida ini disertai banyak petunjuk. Dipenuhi dengan dokumen sejarah Yunani yang ditulis pada papirus, koin perunggu yang dicetak di bawah penguasa Yunani, banyak senjata, dan bahkan perabotan kuno. Para arkeolog berharap bisa meneliti setiap harta karun itu untuk memahami mengapa bangunan ini ada.

    Aktif selama masa pemerintahan Ptolemeus dan Seleucid di Israel, situs yang terletak sekitar tiga kilometer di selatan Masada dan digambarkan sebagai ‘reruntuhan besar’ oleh Israel Antiquity Authority (IAA) ini memiliki kepentingan sejarah yang besar.

    “Apa yang kami temukan di sini adalah salah satu penggalian arkeologi terkaya dan paling menarik yang pernah ditemukan di Gurun Yudea,” kata direktur penggalian dalam sebuah pernyataan atas IAA, dikutip dari Popular Mechanics, Minggu (30/3/2025).

    “Struktur piramida yang kami temukan ini sangat besar, dan terbuat dari batu-batu yang dipahat dengan tangan, masing-masing beratnya mencapai ratusan kilogram,” ujarnya.

    Pada minggu pertama penggalian, para relawan yang bekerja dengan pihak berwenang menemukan dokumen sejarah tertulis, bejana perunggu, perkakas kayu, kain, dan banyak lagi, yang semuanya terawetkan oleh iklim gurun.

    “Ini adalah situs yang sangat menjanjikan. Setiap saat temuan baru ditemukan, dan kami dipenuhi dengan antisipasi,” tulis tim tersebut.

    Sebagai bagian dari operasi arkeologi Gurun Yudea yang lebih besar yang dimulai delapan tahun lalu untuk menyelamatkan temuan potensial dari penggalian dan pencurian ilegal, Unit Pencegahan Perampok secara sistematis menyurvei gurun di sepanjang tebing sepanjang 2,8 km, dan menemukan sekitar 900 gua.

    Ada ribuan benda langka ditemukan, termasuk gulungan yang sengaja disembunyikan. Para arkeolog menyebut, menemukan piramida ini adalah penemuan yang tak terduga.

    “Penggalian ini mengubah catatan sejarah situs tersebut. Bertentangan dengan hipotesis sebelumnya yang mengaitkan struktur ini dengan periode Bait Suci Pertama, tampaknya struktur ini dibangun kemudian, selama periode Helenistik, ketika tanah Israel berada di bawah kekuasaan Ptolemeus,” tulis ketiga pemimpin penggalian tersebut.

    Karena belum mengetahui tujuan pembangunan situs tersebut, tim menyebutnya sebagai ‘misteri sejarah yang memikat’ yang dibantu untuk diungkap melalui penggalian tersebut.

    Teori-teori yang berkembang menyebutkan bahwa bangunan itu adalah benteng untuk melindungi jalan, tetapi bisa juga berfungsi sebagai rumah bagi para pemungut pajak yang bekerja saat para pelancong melewatinya. Arkeolog yakin bangunan itu kemudian digunakan kembali sebagai makam monumental.

    “Awalnya, kami mengira situs itu hanya sebuah makam, tetapi kemudian, kami melihat bentuk dinding aslinya, dan kami memahami bahwa struktur itu adalah sebuah bangunan,” kata Eitan Klein, salah satu dari tiga arkeolog utama dalam penggalian tersebut.

    “Akhirnya, kami mengidentifikasinya sebagai menara atau benteng yang berasal dari periode Helenistik, atau 2.200 tahun yang lalu,” jelasnya.

    Penelitian tentang apa yang tertulis pada dokumen papirus tersebut belum dimulai, tetapi Klein yakin bahwa itu bisa jadi merupakan bagian dari dokumen pajak.

    “Menemukan catatan tertulis dari masa lampau sangat langka, dan merupakan impian setiap arkeolog,” katanya.

    (rns/rns)

  • Anda Ingin Jadikan Amerika Latin Gaza Kedua?

    Anda Ingin Jadikan Amerika Latin Gaza Kedua?

    GELORA.CO –  Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengirim pesan langsung ke rakyat Amerika Serikat dengan bilang, “Kalian mau ada Gaza baru di Amerika Selatan?” Ini terkait dengan tindakan langsung Amerika Serikat di wilayah Karibia.

    Hal ini disampaikan dalam pidatonya pada Jumat (14/11/2025) lalu di ibu kota Caracas, di mana Maduro memperingatkan bahwa negaranya mungkin akan mengalami apa yang dialami Gaza oleh tentara Israel, yaitu genosida, jika terjadi tindakan militer langsung.

    Dia berkata kepada rakyat Amerika, “Kemanusiaan telah cukup menderita dari pembantaian di Gaza, hampir tidak ada orang yang tidak mengakui bahwa apa yang terjadi di sana adalah genosida,” kata dia, dikutip Aljazeera, Ahad (16/11/2025).

    Dia menambahkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika Serikat, jajak pendapat -terutama di kalangan kaum muda- menunjukkan bahwa apa yang terjadi di Gaza dipandang sebagai genosida.

    Dia melanjutkan, “Setiap hari terjadi serangan yang melanggar gencatan senjata, anak-anak dan perempuan Palestina dibunuh oleh bom yang dijatuhkan oleh pesawat-pesawat pendudukan Zionis. Ini adalah kenyataan. Apakah Anda ingin ada Gaza baru di Amerika Selatan?”

    Maduro menjelaskan bahwa Washington tidak hanya menargetkan Venezuela, tetapi juga seluruh Amerika Latin, dan dengan demikian seluruh umat manusia.

    Operasi militer AS yang mungkin terjadi

    Presiden AS Donald Trump, Jumat (14/11/2025), mengatakan bahwa dia telah memutuskan tindakan potensial terhadap Venezuela, tetapi menolak untuk mengungkapkan secara terperinci kepada wartawan di pesawat Air Force One.

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa yang akan dilakukan, tetapi saya sudah memutuskan,” jawab Trump ketika ditanya apakah dia telah memutuskan langkah selanjutnya.

    “Kami telah membuat banyak kemajuan dengan Venezuela dalam hal menghentikan masuknya narkoba,” tambahnya.

    Trump mengatakan upaya AS untuk mengekang perdagangan narkotika menunjukkan hasil, tetapi juga menyoroti tantangan yang melibatkan negara-negara tetangga.

    “Kita punya masalah Meksiko. Kita punya masalah Kolombia. Kita melakukan dengan sangat baik. Narkoba yang masuk ke negara kita sangat diperlambat, seperti yang bisa anda bayangkan,” katanya.

    Selama dua bulan terakhir, militer AS telah melakukan serangan mematikan terhadap setidaknya 21 kapal yang diklaim mengangkut narkoba dari Amerika Selatan ke AS, tanpa memberikan bukti bahwa mereka terlibat dalam penyelundupan, yang mengakibatkan 80 kematian.

    Venezuela telah memobilisasi unit militer reguler dan milisi sipil di seluruh negeri sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengumumkan pada Kamis (13/11/2025) bahwa AS akan memulai misi baru, “Operasi Southern Spear,” untuk membasmi “teroris narkotika dari belahan bumi kita.”

    “Presiden (Donald) Trump memerintahkan tindakan -dan Departemen Perang sedang melaksanakannya,” tulis Hegseth di akun media sosial X.

    Departemen Perang merupakan nama lain dari Departemen Pertahanan AS, yang juga dikenal sebagai Pentagon. Kongres AS masih belum memberikan persetujuan untuk memakai nama “Departemen Perang” secara resmi.

    Laporan media pada Kamis (13/11/2025) mengatakan bahwa Trump diberi pilihan untuk operasi militer di Venezuela, termasuk serangan darat, oleh pejabat militer seniornya dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih.

    Hegseth, Ketua Kepala Staf Gabungan Dan Caine, dan para pejabat senior memberi pengarahan kepada presiden tentang pilihan militer untuk beberapa hari mendatang, menurut laporan itu.

    Dalam konteks ini, Washington mengumumkan pengiriman kapal perang dan kapal selam ke lepas pantai Venezuela, sementara Menteri Perang AS Pete Higsith mengatakan bahwa militer siap untuk operasi, termasuk penggantian rezim di Venezuela.

    Menanggapi hal itu, Maduro mengumumkan pengerahan pasukan sebanyak 4,5 juta orang di negara itu, dan bahwa dia siap untuk menangkis serangan apa pun.

    Pada Selasa lalu, Venezuela mengatakan militernya tersebar secara intensif di seluruh negeri untuk menanggapi “imperialisme” AS.

    Dia menyebut, penyebaran intensif sarana darat, udara, laut, sungai, rudal, sistem persenjataan, unit militer, dan milisi Bolivarian” yang terdiri dari warga sipil dan mantan militer yang membentuk pasukan untuk memperkuat tentara dan polisi.

    Serangan yang dilancarkan militer AS terhadap kapal-kapal di Karibia dan Samudra Pasifik dengan tuduhan menyelundupkan narkoba dan menargetkan orang-orang di dalamnya secara langsung telah memicu perdebatan mengenai pembunuhan di luar hukum dalam komunitas internasional.

    Washington tidak memberikan bukti bahwa kapal-kapal yang menjadi sasaran tersebut digunakan untuk menyelundupkan narkoba.

  • Geger Israel Bangun Tembok Raksasa di Perbatasan Lebanon

    Geger Israel Bangun Tembok Raksasa di Perbatasan Lebanon

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat. Israel mulai membangun tembok perbatasan baru di sepanjang garis perbatasan dengan Lebaon wilayah bagian Selatan.

    Hal ini mendapatkan tentangan dari Lebanon, hingga mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Ini juga menjadi instruksi dari Kantor Presiden Lebanon Joseph Aoun kepada pejabat terkait.

    “Untuk mengajukan keluhan mendesak kepada Dewan Keamanan PBB terhadap Israel atas pembangunan tembok beton di perbatasan selatan Lebanon yang melampaui garis biru,” kata Aoun, mengutip CNN Indonesia, dikutip Minggu (16/11/2025).

    Aoun juga meminta agar keluhan itu “dilengkapi dengan laporan yang diterbitkan oleh PBB yang membantah penolakan Israel terkait pembangunan tembok itu”.

    Beirut juga mengklaim tindakan Israel itu menyebabkan lebih dari 4.000 meter persegi wilayah Lebanon tidak dapat diakses oleh warganya.

    United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) atau pasukan sementara UN, juga mengatakan bagian tembok di tenggara Yaroun itu juga melintasi garis biru. Itu berdasarkan survei tambahan yang dilakukan bulan ini.

    UNIFIL juga menyebit aksi pembangunan Israel ini sebagai pelanggaran kedaulatan Lebanon. Mereka juga menambahkan bahwa temuan pada bulan Oktober itu telah disampaikan kepada militer Israel dan telah meminta agar tembok tersebut dipindahkan.

    Hanya saja, ketika dimintai tanggapan oleh AFP terkait tuduhan itu, militer Isreal mengakui langkah itu namun menegaskan bahwa “tembok tersebut tidak melintasi Garis Biru”.

    Militer Israel juga mengatakan bahwa tembok itu bagian dari rencana militer yang lebih luas, yang pembangunannya dimulai pada 2022 lalu.

    “Sejak dimulainya perang dan sebagai bagian dari pelajaran yang diambil darinya, militer Israel telah mempercepat sejumlah langkah termasuk memperkuat penghalang fisik di sepanjang perbatasan utara,” kata pernyataan itu.

    Israel sendiri sempat terlibat perang sengit dengan saling menembakan rudal oleh Hizbullah di selatan Lebanon. Di bawah perjanjian gencatan senjata, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan, namun hingga kini masih menempatkan pasukan di lima area yang dianggap strategis.

    Lebih lanjut, Israel juga terus melancarkan serangan rutin ke Lebanon, dengan alasan menargetkan situs dan anggota Hizbullah.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Warga Gaza Menangis, Banjir Rendam Tenda Pengungsian

    Warga Gaza Menangis, Banjir Rendam Tenda Pengungsian

    Jakarta

    Banjir merendam kamp pengungsi di Gaza, Palestina. Suhu dingin dan hujan deras memperburuk kondisi yang sudah memprihatinkan bagi warga Palestina yang mengungsi di Gaza, karena Israel terus memblokir pengiriman bantuan tenda dan pasokan lainnya ke wilayah yang terkepung.

    Dilansir Aljazeera, Minggu (16/11/2025), warga Palestina di Gaza berupaya menggali parit di sekitar tenda mereka agar air tidak membanjiri tenda. Sementara warga lainnya berlindung di bangunan-bangunan yang hancur, bahkan yang berisiko runtuh.

    Seorang warga Palestina mengaku sedih akibat tendanya terendam banjir tersebut.

    “Saya menangis sejak pagi,” kata seorang ibu dua anak Palestina yang mengungsi, sambil menunjuk ke tenda keluarganya, yang telah terendam banjir akibat hujan deras semalaman.

    Wanita yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan ia kesulitan menafkahi anak-anaknya setelah beberapa anggota keluarganya, termasuk suaminya, tewas dalam perang genosida Israel, yang dimulai pada Oktober 2023.

    “Saya meminta bantuan untuk mendapatkan tenda, kasur, dan selimut yang layak. Saya ingin anak-anak saya memiliki pakaian yang layak,” katanya.

    Sebelumnya kelompok kemanusiaan telah mendesak Israel untuk mencabut semua pembatasan bantuan ke Jalur Gaza. Akan tetapi pemerintah Israel tetap mempertahankan pembatasan ketat terhadap aliran bantuan kemanusiaan meskipun ada kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Palestina, Hamas, yang mulai berlaku pada 10 Oktober.

    Kelompok penyalur bantuan mengatakan sekitar 260.000 keluarga Palestina di Gaza berada dalam kondisi rentan menjelang musim dingin.

    Pada saat yang sama, Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya memiliki cukup pasokan tempat tinggal untuk membantu sebanyak 1,3 juta warga Palestina. Akan tetapi UNRWA tidak dapat mengirimkan bantuan ke Gaza akibat pembatasan yang diberlakukan Israel.

    Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan pengiriman bantuan menjadi lebih penting dari sebelumnya karena musim dingin ini bertepatan dengan krisis pengungsian di Gaza.

    “Dingin dan basah di Gaza. Para pengungsi kini menghadapi musim dingin yang keras tanpa kebutuhan dasar untuk melindungi mereka dari hujan dan dingin,” ujarnya dalam sebuah unggahan di media sosial.

    Tonton juga video “Gaza Kebanjiran, Jutaan Bantuan Tertahan di Yordania, Mesir dan Israel”

    (yld/yld)

  • 2
                    
                        Pemerintah Diminta Kaji Rencana Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza Tanpa Izin PBB
                        Nasional

    2 Pemerintah Diminta Kaji Rencana Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza Tanpa Izin PBB Nasional

    Pemerintah Diminta Kaji Rencana Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza Tanpa Izin PBB
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengimbau pemerintah mengkaji terlebih dahulu rencana pengiriman pasukan perdamaian ke Gaza, Palestina, tanpa payung hukum dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
    Hal itu disampaikan Hasanuddin sebagai respons atas pernyataan Menteri Pertahanan
    Sjafrie Sjamsoeddin
    soal pengiriman
    pasukan perdamaian
    , dengan persetujuan organisasi internasional yang diinisiasi Amerika Serikat.
    “Jika ada opsi alternatif di luar payung PBB, Kemenlu harus benar-benar mengkajinya secara hati-hati. Perlu dipelajari ruang lingkup misi tersebut, tujuan dan targetnya, serta bagaimana penerimaan internasionalnya,” ujar Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya kepada
    Kompas.com
    , Minggu (16/11/2025).
    Politikus PDI-P itu juga menyoroti mekanisme pendanaan untuk pengiriman pasukan perdamaian ke
    Gaza
    yang disebut mencapai 20.000 prajurit.
    Hasanuddin mengingatkan bahwa pemerintah harus menghitung secara cermat beban anggaran terhadap rencana kebijakan tersebut.
    “Pendanaan misi perdamaian harus diperhitungkan matang. Kita perlu melihat seberapa besar kontribusi yang dibebankan kepada Indonesia karena nantinya menggunakan APBN dan harus dapat dipertanggungjawabkan,” jelas Hasanuddin.
    Pensiun perwira tinggi
    TNI
    itu mengakui bahwa rencana pengiriman pasukan perdamaian tersebut sesuai koridor yang diatur Undang-Undang (UU) TNI.
    Dalam beleid tersebut, kata Hasanuddin, terdapat ketentuan soal Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang menyebutkan bahwa TNI juga memiliki tugas melaksanakan misi perdamaian dunia sesuai kebijakan politik luar negeri Indonesia.
    “Secara historis, Indonesia sudah terlibat aktif dalam pengiriman pasukan perdamaian sejak tahun 1950-an. Jadi kontribusi kita pada misi perdamaian bukan hal baru dan merupakan bagian dari komitmen diplomasi Indonesia.
    Meski begitu, Hasanuddin menegaskan bahwa pelaksanaan misi perdamaian tersebut tetap harus berpijak dan sesuai dengan hukum Internasional yang berlaku.
    “Indonesia selalu menempatkan pasukan dalam kerangka misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diakui dan diterima oleh seluruh negara anggota,” pungkasnya.
    Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyebutkan, Presiden Prabowo berencana mengirim pasukan perdamaian ke Gaza, Palestina, melalui Yordania.
    Hal tersebut diungkapkan Sjafrie usai bertemu Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Yordania, Mayor Jenderal Pilot Yousef Ahmed Al-Hunaity, di Kementerian Pertahanan, Jumat (14/11/2025).
    “Presiden Prabowo menyiapkan pasukan cukup besar karena, sebagaimana teman-teman tahu, kita sedang menyiapkan juga pembangunan kekuatan kita di Indonesia yang juga sedang kita tingkatkan,” ujar Sjafrie.
    “Jadi, pemikiran beliau, kita maksimalkan 20.000 prajurit yang kita siapkan, tetapi spesifikasinya kepada kesehatan dan juga konstruksi,” tambah dia.
    Pengiriman pasukan ini dilakukan setelah pemerintah melihat adanya upaya perdamaian antara Palestina dan Israel, seperti gencatan senjata dan pelucutan senjata yang telah berlangsung.
    Dengan demikian, pasukan yang dikirim nantinya bertugas menjaga situasi damai agar dapat bertahan lebih lama hingga tercapai perundingan politik.
    Namun, untuk mengirim pasukan perdamaian ke Gaza, Indonesia menunggu persetujuan beberapa pihak. Salah satu dari dua alternatif adalah mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
    “Yang kedua adalah di bawah persetujuan organisasi internasional yang diinisiasikan oleh Presiden Amerika Serikat,” kata dia.
    “Nah, ini yang memerlukan pembicaraan yang tentunya tidak dalam waktu singkat, tapi memerlukan satu kesepakatan bersama. Bagi Indonesia, kita akan semua terlibat mendukung apabila semua negara-negara yang punya kompetensi itu setuju atas keterlibatan Indonesia,” ujar dia.
    Kelima negara itu adalah Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
    Apabila kelima negara tersebut memberi persetujuan, Indonesia dengan senang hati akan terlibat mengirimkan pasukan perdamaian.
    “Tentu saja Israel, karena Israel adalah bagian yang sangat kompeten di dalam persoalan ini,” ungkap Sjafrie.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
    Fitur Apresiasi Spesial dari pembaca untuk berkontribusi langsung untuk Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
    melalui donasi.
    Pesan apresiasi dari kamu akan dipublikasikan di dalam kolom komentar bersama jumlah donasi atas nama
    akun kamu.

  • Studi Harvard Ungkap RI Jadi Negara Nomor 1 Dunia, AS-Jepang Kalah!

    Studi Harvard Ungkap RI Jadi Negara Nomor 1 Dunia, AS-Jepang Kalah!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Studi terbaru universitas Harvard menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat teratas dalam kategori perkembangan atau flourishing atau tingkat kesejahteraan psikologis. Posisi ini bahkan melampaui Amerika Serikat (AS) dengan selisih yang cukup jauh.

    Riset berjudul Global Flourishing Study yang dimuat dalam jurnal Nature Mental Health ini melibatkan lebih dari 203 ribu responden di 22 negara. Penilaiannya mencakup berbagai aspek seperti kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan sosial, keamanan finansial, hingga spiritualitas.

    Hasilnya, Indonesia meraih skor tertinggi dengan nilai 8,3. Di bawahnya menyusul Israel (7,87), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55).

    Sementara itu, AS berada di peringkat ke-12. Negara maju lainnya, Inggris berada di peringkat ke-20 dari 22 negara.

    Para peneliti mengatakan temuannya menyoroti soal uang bukanlah segalanya. Jadi kesejahteraan bukan hanya terkait kekayaan atau kesehatan fisik semata.

    “Berkembang itu multidimensi, dan berbagai negara berkembang dengan cara yang berbeda,” tulis tim peneliti dalam studi mereka, dikutip dari Daily Mail.

    Mereka mencatat banyak negara maju mencatat skor tinggi untuk keamanan finansial. Namun di sisi lain rendah dalam aspek makna hidup, hubungan sosial, dan karakter pro-sosial.

    Jepang ditemukan menjadi negara dengan masyarakat yang paling tidak berkembang dengan skor 5,89. Diikuti oleh Turki (6,32), Inggris (6,79), India (6,87) dan Spanyol (6,9).

    Responden Jepang paling kecil kemungkinan menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan apakah memiliki teman dekat. Sebaliknya di Indonesia unggul untuk aspek hubungan sosial dan pro sosial, faktor yang menciptakan keterhubungan dan komunitas yang kuat.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tiga Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!

    Tiga Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!

    GELORA.CO – Sebanyak 3 pemain Israel ditangkap karena diduga melakukan Rudapaksa terhadap turis Amerika Serikat.

    Tel Aviv diguncang skandal besar yang menyeret dua pesepakbola muda Israel.

    Pemain yang berasal dari National League dan Liga Alef itu ditangkap polisi pada Senin setelah diduga merudapaksa seorang turis asal Amerika Serikat berusia 29 tahun dikutip dari The Times of Palestine. 

    Menurut laporan kepolisian, kejadian bermula pada 1 November, ketika para tersangka bertemu korban di sebuah nightclub di Tel Aviv.

    Mereka kemudian pergi bersama menuju sebuah hotel. Di tempat itulah, ketiga pria tersebut diduga melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan korban.

    Unit penyidik Sharet Police Station, dibantu Tel Aviv Border Police, langsung melakukan identifikasi dan menangkap para terduga pelaku tidak lama setelah menerima laporan.

    Ketiga pria itu, warga Netanya berusia 20-an, kini telah diperiksa intensif dan dijadwalkan menjalani sidang perpanjangan penahanan di Pengadilan Magistrat Tel Aviv.

    Sementara itu, pengacara salah satu pemain, Moshe Maroz, menegaskan bahwa kliennya membantah seluruh tuduhan dan mengklaim bahwa hubungan tersebut dilakukan “atas persetujuan”.

    Netizen Geram

    Kabar penangkapan ini langsung menyebar luas di media sosial.

    Ribuan netizen dari berbagai negara mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap dugaan kasus tersebut.

    Beberapa komentar netizen yang ramai muncul:

    “Kok bisa atlet yang harusnya jadi panutan malah bikin ulah kayak gini?” tulis netizen. 

    “Parah banget… semoga korban dapat keadilan penuh.” tulis yang lain. 

    “Udah karier bagus, masa depan cerah, tapi menghancurkan semuanya sendiri.”

    “Kalau terbukti, hukum seberat-beratnya!”

    Sementara itu, kolom komentar juga dipenuhi luapan emosi dari netizen lain yang mengecam keras tindakan tersebut.

    Beberapa komentar bernada sangat marah dan meledak-ledak, menandakan betapa seriusnya publik menanggapi kasus ini.

  • Banjir Rendam Kamp Pengungsi di Gaza

    Banjir Rendam Kamp Pengungsi di Gaza

    Jakarta

    Banjir merendam kamp pengungsi di Gaza, Palestina. Warga Gaza terbangun di pagi hari dan mendapati air sudah tinggi.

    Dilansir kantor berita CNN, Minggu (16/11/2025), hujan lebat melanda Gaza hingga membuat tempat berlindung dan barang-barang warga Gaza di pengungsian basah pada Jumat (14/11). Tidak ada cara untuk mengeringkannya.

    Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Basal mengatakan para pejabat di Gaza telah menerima ratusan permohonan bantuan. Namun, katanya, sumber dayanya tidak ada.

    “Ratusan permohonan bantuan, namun sumber dayanya tidak ada,” ujarnya.

    Mahmoud mengatakan kasur para pengungsi basah kuyup. Kata dia, tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan para pengungsi karena semuanya telah dihancurkan oleh Israel.

    “Seluruh pusat penampungan telah menyaksikan ketinggian air naik hingga lebih dari 10 sentimeter (3,94 inci). Kasur basah kuyup, selimut basah kuyup, dan tidak ada pilihan tersisa – karena semua pilihan telah dihancurkan oleh Israel,” ujarnya.

    “Kami dan anak-anak kecil kami kebanjiran karena hujan,” kata Raed Al-Alayan.

    “Tenda kami kebanjiran. Tidak ada atap yang melindungi kami dari hujan,” imbuhnya.

    Badai biasa terjadi di Gaza saat ini, tetapi dengan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari tempat berlindung permanen, bahkan curah hujan normal pun dapat membanjiri penduduk dan memperburuk kondisi yang sudah buruk.

    Seorang perempuan memandu CNN berkeliling dan masuk ke tenda-tenda keluarganya yang basah kuyup, tempat ia mengaku mengungsi bersama 20 anak, termasuk bayi yang baru lahir. Ia mulai meratap dan menjerit kesakitan saat menggambarkan kondisi yang dialaminya.

    “Kita harus ke mana?” tanyanya beberapa kali. “Putraku yang terbunuh membangun tenda-tenda ini untuk kita. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” imbuhnya.

    Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan ratusan tenda dan tempat penampungan sementara terendam banjir. Ia mengatakan kepada para wartawan bahwa mitra PBB yang bekerja di bidang penampungan mengatakan Gaza tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk pencegahan banjir yang memadai, seperti peralatan untuk menguras air dari tenda dan untuk membersihkan sampah padat serta puing-puing.

    (whn/whn)

  • Lebanon Laporkan Israel ke PBB karena Bangun Tembok di Perbatasan

    Lebanon Laporkan Israel ke PBB karena Bangun Tembok di Perbatasan

    Jakarta

    Lebanon akan melaporkan Israel ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lebanon menyebut Israel membangun tembok di perbatasan Lebanon selatan.

    Dilansir kantor berita AFP, Minggu (16/11/2025), Pasukan Sementara PBB di Lebanon (Unifil) mengatakan bahwa tentara Israel telah membangun tembok di Lebanon selatan dekat Garis Biru yang ditetapkan PBB, perbatasan de facto. Ketika ditanya oleh AFP tentang tuduhan tersebut, militer Israel mengatakan “tembok itu tidak melewati Garis Biru”.

    Kantor Kepresidenan Lebanon Joseph Aoun mengatakan dia telah menginstruksikan para pejabat untuk mengajukan pengaduan mendesak kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Israel karena membangun tembok beton di perbatasan selatan Lebanon yang melampaui Garis Biru. Ia meminta agar pengaduan tersebut disertai laporan yang dikeluarkan oleh PBB.

    “Disertai dengan laporan yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membantah penyangkalan Israel terhadap pembangunan tembok tersebut,” ujarnya.

    Menurut Unifil, bulan lalu pasukan penjaga perdamaian meninjau tembok beton berbentuk T yang didirikan oleh tentara Israel di barat daya Yaroun dan menemukan bahwa tembok tersebut “melintasi Garis Biru, sehingga lebih dari 4.000 meter persegi wilayah Lebanon tidak dapat diakses oleh rakyat Lebanon”.

    Pasukan itu mengatakan telah memberi tahu tentara Israel tentang temuan bulan Oktober dan meminta mereka memindahkan tembok tersebut.

    (whn/whn)

  • Iran Sita Kapal Tanker Minyak Tujuan Singapura

    Iran Sita Kapal Tanker Minyak Tujuan Singapura

    Jakarta

    Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyita kapal tanker di perairan Teluk yang membawa muatan petrokimia atas dugaan pelanggaran. Kapal tanker minyak itu menuju tujuan Singapura.

    Dilansir kantor berita reuters, Minggu (16/11/2025), seorang pejabat AS dan sumber keamanan maritim mengatakan pasukan Iran mencegat kapal tanker minyak tersebut dan mengalihkannya ke perairan teritorial Iran. Ini adalah laporan pertama Teheran yang menyita sebuah kapal tanker sejak serangan Israel-AS terhadap Iran pada bulan Juni.

    Televisi pemerintah Iran membacakan pernyataan dari IRGC yang menyatakan bahwa kapal tanker tersebut melanggar aturan karena membawa kargo ilegal. Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai dugaan pelanggaran tersebut.

    Sumber maritim mengatakan kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall, Talara, telah berlayar di lepas pantai Uni Emirat Arab dan membawa muatan gasoil berkadar sulfur tinggi melalui Samudra Hindia dalam perjalanan ke Singapura dari Sharjah di UEA.
    Manajer kapal, Columbia Shipmanagement, mengatakan kehilangan kontak dengan Talara pada Jumat pagi sekitar 20 mil laut lepas pantai Khor Fakkan, UEA.

    Columbia Shipmanagement menambahkan bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk badan keamanan maritim dan pemilik kapal, untuk memulihkan kontak.

    IRGC Iran secara berkala menyita kapal-kapal komersial di perairan Teluk dalam beberapa tahun terakhir, sering kali mengutip pelanggaran maritim seperti dugaan penyelundupan, pelanggaran teknis, atau sengketa hukum. Namun, pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan insiden itu mengejutkan karena Iran belum melakukan operasi semacam itu dalam beberapa bulan terakhir.

    Iran telah membatasi aktivitas militernya di kawasan tersebut sejak kampanye pengeboman 12 hari Israel pada bulan Juni, yang diikuti oleh Amerika Serikat. Penyitaan kapal terakhir yang dilaporkan terjadi pada bulan April 2024.

    (whn/whn)