Negara: Israel

  • Serangan Israel ke Yaman Tewaskan 4 Orang, 67 Lainnya Luka-luka

    Serangan Israel ke Yaman Tewaskan 4 Orang, 67 Lainnya Luka-luka

    Jakarta

    Serangan Israel ke ibu kota Yaman, Sanaa, menewaskan sedikitnya 4 orang menurut kelompok Houthi yang didukung Iran di negara itu. Houthi telah berulang kali meluncurkan rudal dan drone ke Israel selama perang Gaza.

    Dilansir AFP, Senin (25/8/2025), menunjukkan bola api besar menerangi langit di atas ibu kota yang dikuasai Houthi, meninggalkan gumpalan asap hitam tebal.

    Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi melaporkan 4 orang tewas dan 67 orang luka-luka dalam serangan Israel, menambah jumlah korban sebelumnya.

    Sumber keamanan Houthi mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah bangunan di Sanaa tengah. TV Al-Masirah milik kelompok tersebut melaporkan bahwa serangan tersebut juga mengenai fasilitas perusahaan minyak dan sebuah pembangkit listrik di selatan Sanaa yang telah diserang pada minggu lalu.

    Tentara Israel mengatakan telah menyerang sebuah kompleks militer tempat istana presiden berada, beserta dua pembangkit listrik dan sebuah depot bahan bakar.

    Pada Jumat (23/8) malam, Houthi menembakkan rudal yang menurut otoritas Israel “kemungkinan besar hancur di udara”.

    Media Times of Israel dan Ynet, mengutip militer Israel, melaporkan rudal tersebut membawa hulu ledak klaster, yang pertama dari jenisnya yang diketahui ditembakkan dari Yaman.

    (rfs/rfs)

  • Ayatollah Khamenei Bersumpah Iran Tidak Akan Tunduk ke AS

    Ayatollah Khamenei Bersumpah Iran Tidak Akan Tunduk ke AS

    Jakarta

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan persatuan nasional untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai upaya Amerika Serikat (AS) untuk menaklukkan Republik Islam tersebut. Khamenei mengklaim bahwa Amerika Serikat pada akhirnya berusaha membuat Iran “patuh”.

    Dilansir AFP, Senin (25/8/2025), pernyataan tersebut, yang disampaikan di sebuah masjid di ibu kota Teheran dan dipublikasikan di situs web resmi Khamenei, muncul dua bulan sejak pertempuran antara Iran dan musuh bebuyutannya, Israel, terhenti dalam perang yang sempat diikuti Amerika Serikat, dan di saat Teheran sedang terlibat dalam perundingan dengan negara-negara besar dunia mengenai program nuklirnya.

    Serangan langka Israel dan AS pada bulan Juni, yang menargetkan situs-situs nuklir utama dan memicu pembalasan Iran, dirancang untuk mengacaukan Republik Islam tersebut, menurut Khamenei.

    Ia mengatakan bahwa sehari setelah “Iran diserang” oleh Israel pada awal perang, “agen-agen Amerika” bertemu di Eropa “untuk membahas pemerintahan seperti apa yang seharusnya memerintah Iran setelah Republik Islam”.

    Bagi sang pemimpin, negara ini telah bangkit dengan kuat dari perang 12 hari di bulan Juni, konfrontasi langsung paling intens dalam sejarahnya dengan musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat.

    “Bangsa Iran, dengan berdiri teguh bersama angkatan bersenjata, pemerintah, dan sistem, telah memberikan pukulan telak” kepada musuh-musuhnya, kata Khamenei.

    Pemimpin tertinggi, yang memiliki keputusan akhir atas urusan negara, juga memperingatkan tentang perpecahan internal yang menurutnya dipicu oleh kekuatan asing.

    “Jalan ke depan bagi musuh adalah menciptakan perselisihan” di Iran, katanya, menyalahkan “agen-agen Amerika dan rezim Zionis”–merujuk pada Israel–karena berusaha menebar perpecahan.

    “Hari ini, syukur kepada Tuhan, negara ini bersatu. Ada perbedaan pendapat, tetapi dalam hal membela sistem, membela negara, dan melawan musuh, rakyat bersatu,” tambah Khamenei.

    Hubungan antara Teheran dan Washington terputus setelah Revolusi Islam 1979 dan krisis penyanderaan berikutnya di Kedutaan Besar AS. Washington sejak itu telah memberlakukan gelombang sanksi berturut-turut terhadap Teheran, yang terbaru terkait program nuklirnya.

    Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Iran berusaha memperoleh senjata nuklir, sebuah klaim yang berulang kali dibantah Teheran.

    Perang bulan Juni meletus ketika Teheran dan Washington dijadwalkan mengadakan perundingan putaran keenam mengenai program nuklir Iran, tetapi negosiasi yang telah dimulai beberapa minggu sebelumnya terhambat oleh konflik tersebut.

    Iran dijadwalkan bertemu pada Selasa (26/8), dengan Inggris, Prancis, dan Jerman untuk perundingan nuklir, karena negara-negara Eropa tersebut telah mengancam akan memberlakukan kembali sanksi jika tidak tercapai kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Tetangga RI Ramai-Ramai Turun Ke Jalan, Dukung Palestina Merdeka

    Tetangga RI Ramai-Ramai Turun Ke Jalan, Dukung Palestina Merdeka

    Di Sydney, penyelenggara Josh Lees mengatakan warga Australia turun ke jalan untuk “menuntut diakhirinya genosida di Gaza ini dan menuntut agar pemerintah kami memberikan sanksi kepada Israel” sementara para peserta unjuk rasa, banyak yang membawa bendera Palestina, meneriakkan “bebaskan, bebaskan Palestina”. (REUTERS/Hollie Adams)

  • Undang Profesor Zionis, UI Minta Maaf dan Klaim untuk Kepentingan Akademik

    Undang Profesor Zionis, UI Minta Maaf dan Klaim untuk Kepentingan Akademik

    GELORA.CO – Kegiatan Pengenalan Sisten Akademik Universitas (PSAU) yang digelar Universitas Indonesia (UI) di Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (23/8/2025), mejadi perhatian masyarakat luas. Pasalnya, UI mengundang ilmuwan politik Prof Peter Berkowitz, yang dikenal memiliki keberpihakan terhadap Israel dalam konflik antara Palestina dan Israel.

    Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI Prof Arie Afriansyah menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kritik dan masukan sebagai bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat yang bersifat konstruktif. Menurut dia, UI tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang terus memperjuangkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.

    Dia mengeklaim, UI terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajahan yang dilakukan Israel. “UI mendukung penuh kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor UI kepada Duta Besar Palestina saat kunjungannya ke UI pada 17 Januari 2025 yang lalu,” kata Arie kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (24/8/2025).

    Dia mengakui, muncul reaksi dan keprihatinan publik akibat orasi yang disampaikan oleh Berkowitz di kegiatan PSAU tersebut. Menurut Arief, kasus itu menjadi sebuah pembelajaran sekaligus bentuk perhatian positif untuk UI agar lebih selektif dan sensitif dalam mempertimbangkan berbagai aspek saat mengundang akademisi internasional pada masa yang akan datang.

    Meski demikian, Arie menilai, orasi yang disiapkan dalam kegiatan tersebut semata-mata bertujuan untuk memberikan perspektif dari figur institusi terkemuka di dunia dalam bidang Sosial Humaniora dan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Saat pemilihan kandidat pembicara, UI menilai bahwa Berkowitz adalah di antara nama-nama terbaik dari luar negeri dalam bidang terkait.

    “Tidak ada maksud lain dalam memberikan kesempatan kepada kedua tokoh tersebut berorasi selain untuk kepentingan akademik,” ujar Arie.

    Dia menjelaskan, orasi selengkapnya dalam acara PSAU tersebut dapat dilihat kembali oleh semua pihak dalam kanal resmi Youtube Universitas Indonesia. Arie menilai, isi orasinya memang murni tentang apa yang diharapkan. Ihwal latar belakang pembicara Berkowitz, ia mengakui bahwa UI kurang berhati-hati dalam menelusurinya.

    Karena itu, ia menyampaikan permintaan maaf kepada publik. “Dengan segala kerendahan hati UI mengakui kurang hati-hati, dan untuk itu UI meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan dalam kekurangcermatan saat melakukan background check terhadap yang bersangkutan,” kata Arie.

    Dia menegaskan, UI akan terus berkomitmen sesuai dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghapus penjajahan. Komitmen itu akan juga dituangkan melalui perbaikan dalam semua lini tata kelola universitas untuk menjamin iklim kebebasan akademik dan demokrasi terus terawat dengan baik.

  • Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Universitas Indonesia (UI) menuai kontroversi karena mengundang Peter Berkowitz, akademisi asal Stanford University yang dikenal luas dengan pandangan pro-Zionis. Berkowitz sendiri telah menyampaikan orasi ilmiahnya di Balairung UI, Depok pada Sabtu (23/8/2025).

    Kehadiran tokoh yang kerap bersuara lantang soal politik Timur Tengah ini menjadi sorotan, mengingat rekam jejaknya yang panjang di dunia akademik, riset, hingga pemerintahan Amerika Serikat (AS).

    Berkowitz saat ini menjabat sebagai Tad and Dianne Senior Fellow di Hoover Institution, sebuah lembaha think tank kebijakan publik yang bernaung di Stanford University. Hoover dikenal sebagai salah satu pusat riset ternama di AS dengan fokus pada isu kesejahteraan ekonomi, kebebasan individu, hingga keamanan global. Di lembaga inilah Berkowitz aktif melakukan penelitian sekaligus terlibat dalam kelompok kerja tentang kewarganegaraan dan sejarah militer kontemporer.

    Tak hanya di Hoover, Berkowitz juga memegang posisi strategis sebagai Direktur Studi The Public Interest Fellowship (TPIF). Program dua tahun ini merekrut lulusan baru maupun profesional muda untuk memperdalam pemahaman mereka soal tradisi liberal, demokrasi konstitusional, sekaligus melatih keterampilan kepemimpinan. Melalui TPIF, Berkowitz ikut membentuk generasi muda Amerika yang terjun di bidang kebijakan dan pemerintahan.

    Jejak Pendidikan

    Perjalanan akademik Berkowitz dimulai dari Swarthmore College, tempat ia meraih gelar BA Sastra Inggris. Ia kemudian melanjutkan studi ke Hebrew University of Jerusalem, Israel, dengan gelar MA Filsafat. Universitas ini memiliki sejarah panjang karena didirikan tokoh-tokoh besar seperti Albert Einstein dan Chaim Weizmann.

    Setelah itu, ia menempuh studi lanjut di Yale University dengan gelar profesional hukum Juris Doctor (JD) sekaligus meraih PhD Ilmu Politik. Dari sinilah kiprah akademiknya kian mengerucut ke bidang pemerintahan konstitusional, konservatisme, progresivisme, politik Timur Tengah, keamanan nasional, hingga pendidikan liberal.

    Riset, Tulisan, dan Pandangan Berkowitz

    Selama berkarier, Berkowitz dikenal produktif menulis. Ia kerap menjadi kontributor di RealClearPolitics, membahas topik sensitif mulai dari kesepakatan Israel-Hamas, agresi Iran terhadap Israel dan Barat, hingga perdebatan soal posisi profesor konservatif di kampus Amerika.

    Selain artikel, ia juga menerbitkan sejumlah buku, antara lain Explaining Israel: The Jewish State, the Middle East, and America; Constitutional Conservatism: Liberty, Self-Government, and Political Moderation; serta Israel and the Struggle over the International Laws of War. Karya-karya tersebut menunjukkan fokusnya pada isu Zionisme, konservatisme, hingga hukum internasional.

    Kiprah di Pemerintahan AS

    Nama Berkowitz tidak hanya dikenal di kampus dan think tank, tapi juga pernah masuk ke lingkaran pemerintahan. Pada periode pertama Presiden Donald Trump (2019-2021), ia dipercaya sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS. Ia juga sempat menjadi sekretaris eksekutif Komisi Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut serta penasihat senior Menteri Luar Negeri AS.

    Pengalaman ini menambah panjang daftar kiprahnya dalam bidang kebijakan luar negeri, termasuk dalam isu strategis terkait Timur Tengah, keamanan nasional, dan hubungan internasional.

     

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • UI Minta Maaf usai Heboh Undang Profesor Pro Israel jadi Pembicara – Page 3

    UI Minta Maaf usai Heboh Undang Profesor Pro Israel jadi Pembicara – Page 3

    Ia menilai kasus ini menjadi sebuah pembelajaran sekaligus bentuk perhatian positif untuk UI agar lebih selektif dan sensitif dalam mempertimbangkan berbagai aspek saat mengundang akademisi internasional pada masa yang akan datang.

    Arie menegaskan UI tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang terus memperjuangkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, termasuk terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajahan yang dilakukan Israel.

    “UI menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kritik dan masukan sebagai bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat yang bersifat konstruktif,” tutur Arie Afriansyah.

  • UI Minta Maaf, Akui Khilaf Saat Cek Latar Akademisi Pro-Israel Berkowitz

    UI Minta Maaf, Akui Khilaf Saat Cek Latar Akademisi Pro-Israel Berkowitz

    Jakarta

    Universitas Indonesia (UI) mengaku khilaf dan meminta maaf atas kehadiran tokoh Peniliti Senior Tad and Dianne Taube di Hoover Institution, Universitas Stanford, Peter Berkowitz sebagai narasumber di Orientasi Program Pascasarjana. Adapun nama Peter Berkowitz belakangan viral dengan latar belakang sebagai pendukung Israel atas serangan ke Palestina.

    Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Arie Afriansyah, membenarkan jika acara yang dihadiri oleh Peter Berkowitz berlangsung kemarin, Sabtu (23/8). UI menyebut akan menerima kritik dari publik terkait kekeliruan itu.

    “Universitas Indonesia (UI) menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kritik dan masukan sebagai bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat yang bersifat konstruktif,” ucap Arie dalam keterangan kepada media, Minggu (24/8/2025).

    Arie menegaskan jika UI memegang penuh konstitusi negara untuk mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Ia menyebut sikap UI itu ditunjukan saat rektor menemui Duta Besar Palestina pada Januari 2025.

    “UI tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang terus memperjuangkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, termasuk terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajahan yang dilakukan Israel,” kata Arie.

    Ia menyebut kasus ini akan menjadi pembelajaran ke depan. UI menekankan akan lebih selektif dalam mengundang seorang narasumber ke acara kampus.

    “Kami memahami reaksi dan keprihatinan publik yang mungkin muncul akibat orasi yang disampaikan oleh salah seorang akademisi tamu pada kegiatan PSAU tersebut. Kasus ini menjadi sebuah pembelajaran sekaligus bentuk perhatian positif untuk UI agar lebih selektif dan sensitif dalam mempertimbangkan berbagai aspek saat mengundang akademisi internasional pada masa yang akan datang,” ungkapnya.

    “Saat pemilihan kandidat pembicara, UI menilai bahwa Prof. Peter Berkowitz (The Hoover Institutions – University of Stanford) dan Dr. Ir. Sigit P. Santosa (PT Pindad, Alumni terkemuka MIT di Indonesia) adalah di antara nama-nama terbaik dari luar negeri dan dalam negeri dalam bidang terkait,” kata Arie.

    UI juga meminta maaf dan mengaku khilaf atas peristiwa yang terjadi. Pihaknya menegaskan akan lebih berhati-hati.

    “Adapun tentang latar belakang pembicara dari luar negeri, Prof. Peter Berkowitz (The Hoover Institutions – University of Stanford), dengan segala kerendahan hati UI mengakui kurang hati-hati,” kata Arie.

    “Dan untuk itu UI meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan dalam kekurangcermatan saat melakukan background check terhadap yang bersangkutan,” imbuhnya.

    (dwr/azh)

  • PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat

    PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat

    Jakarta

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, yang terus dilanda perang. Sehari setelahnya, warga Palestina berebut beras sambil memegang panci dan ember plastik, di dapur umum di Kota Gaza.

    Dilansir AFP, Minggu (24/8/2025), berdasarkan rekaman AFP menunjukkan perempuan dan anak-anak kecil berada di antara kerumunan puluhan orang yang berdesakan dan berteriak meminta makanan di kota terbesar di Gaza.

    Seorang anak laki-laki menggunakan tangannya untuk mengikis beberapa butir beras sisa dari dalam tong masak. Seorang anak perempuan lainnya duduk di tepi tenda dan menyendok beras dari kantong plastik di tanah.

    “Kami tidak punya rumah lagi, tidak ada makanan, tidak ada penghasilan… jadi kami terpaksa beralih ke dapur amal, tetapi mereka tidak memuaskan rasa lapar kami,” kata Yousef Hamad, 58, yang mengungsi dari kota Beit Hanoun di utara.

    Sementara itu, di sebuah dapur amal di Deir el-Balah, Umm Mohammad (34) mengatakan deklarasi PBB tentang kelaparan “terlalu terlambat”.

    Anak-anak “terhuyung-huyung karena pusing, tidak bisa bangun karena kekurangan makanan dan air,” kata Umm Mohamad.

    Sebelumnya, PBB secara resmi menyatakan kelaparan di Gaza. PBB menyalahkan “penghambatan sistematis” bantuan oleh Israel selama lebih dari 22 bulan perang.

    Inisiatif Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang berbasis di Roma mengatakan kelaparan memengaruhi 500.000 orang di Kegubernuran Gaza, yang mencakup sekitar seperlima wilayah Palestina termasuk Kota Gaza.

    Israel Bantah

    Sementara itu, Israel membantah PBB yang secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, berdasarkan laporan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Tel Aviv bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.

    Bantahan disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Israel setelah panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dan didukung PBB melaporkan bahwa “dengan bukti yang memadai”, kelaparan saat ini “terkonfirmasi” di wilayah administrasi Gaza — Kota Gaza — yang mencakup sekitar 20 persen Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).

    Halaman 2 dari 2

    (yld/knv)

  • Menlu Belanda Mundur Gara-Gara Israel

    Menlu Belanda Mundur Gara-Gara Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp resmi mengundurkan diri pada Jumat (22/8/2025) malam. Keputusan itu diambil setelah ia gagal mendapatkan dukungan untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Israel terkait perang di Gaza.

    Veldkamp sebelumnya telah menyampaikan kepada parlemen rencananya untuk mendorong langkah-langkah baru sebagai respons atas serangan Israel di Kota Gaza dan wilayah padat penduduk lainnya. Namun, usulan tersebut tidak mendapat dukungan dari mitra koalisi.

    Mantan duta besar Belanda untuk Israel berusia 61 tahun itu mengaku tidak lagi bisa menjalankan kebijakan yang ia anggap perlu.

    “Saya merasa tidak mampu menerapkan kebijakan sendiri dan menentukan arah yang saya anggap perlu,” kata Veldkamp, dikutip dari CNN, Minggu (24/8/2025).

    Pengunduran diri Veldkamp diikuti oleh anggota kabinet lain dari partai New Social Contract (NSC), yang juga memilih mundur. Hal ini membuat pemerintahan Belanda semakin goyah.

    “Singkatnya, kami selesai dengan ini,” ujar pimpinan NSC, Eddy Van Hijum, yang menyebut tindakan Israel bertentangan dengan hukum internasional.

    Pemerintahan Belanda sendiri sebenarnya sudah runtuh sejak Juni lalu setelah politisi anti-Islam Geert Wilders menarik diri dari koalisi empat partai akibat perselisihan soal kebijakan imigrasi. Tiga partai tersisa kemudian bertahan sebagai pemerintahan sementara hingga pemilu Oktober mendatang.

    Situasi ini terjadi di tengah laporan otoritas pangan dunia yang menyebut Kota Gaza saat ini dilanda kelaparan parah dan berisiko menyebar ke seluruh wilayah tanpa adanya gencatan senjata serta pencabutan pembatasan bantuan kemanusiaan.

    Veldkamp sebelumnya mengusulkan larangan impor barang dari permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki sebagai respons terhadap rencana eskalasi militer.

    Politisi oposisi bahkan menyerukan mosi tidak percaya terhadap dirinya, karena menilai pemerintah tidak cukup tegas dalam mengambil tindakan terhadap Israel.

    (wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kepala UNRWA Desak Israel Berhenti Sangkal Bencana Kelaparan di Gaza

    Kepala UNRWA Desak Israel Berhenti Sangkal Bencana Kelaparan di Gaza

    Jakarta

    Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, Philippe Lazzarini, mendesak Israel untuk berhenti menyangkal tanggung jawab atas bencana kelaparan yang ditimbulkannya di Jalur Gaza. UNRWA juga meminta negara-negara berpengaruh untuk segera bertindak demi mengakhiri krisis.

    “Sudah saatnya Pemerintah Israel berhenti menyangkal bencana kelaparan yang telah diciptakannya di Gaza,” ujar Philippe Lazzarini di platform media sosial AS, X, dilansir Anadolu, Minggu (24/8/2025).

    “Semua pihak yang berpengaruh harus menggunakannya dengan tekad dan rasa tanggung jawab moral. Setiap jam berharga,” tambahnya.

    Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), pemantau kelaparan global yang didukung PBB, mengonfirmasi bahwa bencana kelaparan telah terjadi di wilayah Gaza, dan memproyeksikan bahwa bencana tersebut akan menyebar ke wilayah tengah dan selatan wilayah tersebut pada akhir September.

    Diketahui serangan Israel telah membunuh lebih dari 62.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Kampanye militer tersebut telah menghancurkan daerah kantong tersebut, menyebabkan kematian akibat kelaparan, migrasi paksa, dan penyebaran penyakit.

    November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Lihat juga Video: Kelaparan di Gaza Makin Parah, 132 Ribu Anak Berisiko Meninggal

    (yld/knv)