Negara: Israel

  • Prabowo Telepon Emir Qatar, Kecam Serangan Israel ke Doha

    Prabowo Telepon Emir Qatar, Kecam Serangan Israel ke Doha

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden RI Prabowo Subianto menghubungi Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, pada Rabu (10/9/2025) menyusul serangan Israel ke Doha. Ia menegaskan Indonesia mengecam keras tindakan tersebut.

    “Serangan Israel ke Doha merupakan pelanggaran keras terhadap hukum internasional, termasuk Piagam PBB, pelanggaran terhadap kedaulatan Qatar, dan ancaman besar terhadap keamanan serta perdamaian kawasan,” ujar keterangan yang diunggah di akun Instagram resmi @sekretariat.kabinet, Rabu (10/9/2025) malam.

    Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menyampaikan solidaritas Indonesia kepada pemerintah dan rakyat Qatar.

    “Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung semua upaya diplomatis guna mencapai penyelesaian adil, komprehensif, dan perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah melalui Solusi Dua-Negara,” tegasnya.

    Dalam percakapan tersebut, Prabowo menanyakan langsung kondisi Qatar pasca-serangan 9 September 2025. Serangan itu dinilai berpotensi mengeskalasi dan memperluas konflik di kawasan.

    Sebelumnya, Israel melancarkan serangan udara ke distrik Leqtaifiya, Doha, menargetkan kantor politik Hamas. Ledakan besar memicu asap hitam membubung di sejumlah titik, termasuk kawasan Katara. Israel mengonfirmasi operasi tersebut dan menyatakan target utamanya adalah para pemimpin senior Hamas, seperti Khalil al-Hayya dan Khaled Mashal.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ledakan Guncang Pangkalan Militer Korsel, 10 Tentara Luka

    Ledakan Guncang Pangkalan Militer Korsel, 10 Tentara Luka

    Jakarta

    Sebuah ledakan terjadi saat latihan simulasi tembakan langsung di sebuah pangkalan militer Korea Selatan (Korsel) pada hari Rabu (10/9). Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan bahwa setidaknya 10 tentara terluka dalam insiden itu.

    Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa ledakan itu terjadi di sebuah pangkalan militer di kota perbatasan Paju. Saat kejadian, sebuah unit artileri sedang melakukan latihan simulasi prosedur tembakan langsung, tetapi tanpa amunisi sungguhan.

    “Sekitar pukul 15.24 (06.24 GMT) hari Rabu, sebuah peluru latihan simulasi yang dirancang untuk mensimulasikan tembakan artileri dan asap, tiba-tiba meledak,” demikian pernyataan kementerian tersebut, dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/9/2025).

    Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan bahwa setidaknya 10 tentara terluka, termasuk dua orang yang menderita luka bakar serius di lengan dan paha mereka.

    Para petugas medis militer memberikan pertolongan pertama di lokasi kejadian, sementara otoritas pemadam kebakaran dan penyelamatan mengirimkan enam ambulans, menurut pernyataan kementerian.

    Kementerian tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan penyebab ledakan sedang diselidiki.

    Pangkalan Paju terletak sekitar 50 kilometer (30 mil) di barat laut Seoul, ibu kota Korsel, dekat perbatasan yang dijaga ketat dengan Korea Utara, tempat beberapa instalasi militer Korea Selatan berada.

    Korea Selatan dan Korea Utara secara teknis masih berperang sejak konflik mereka tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Wajib militer diwajibkan bagi semua pria di bawah usia 30 tahun di Korea Selatan, seiring ketegangan yang berkepanjangan dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir.

    Lihat juga Video Ledakan Dahsyat di Ibu Kota Yaman Akibat Serangan Israel

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran dan IAEA Sepakat Lanjutkan Inspeksi Situs Nuklir

    Iran dan IAEA Sepakat Lanjutkan Inspeksi Situs Nuklir

    Jakarta

    Iran dan badan pengawas atom PBB pada hari Selasa (10/9) mengumumkan tercapainya kemajuan dalam negosiasi untuk melanjutkan inspeksi situs nuklir.

    Terobosan ini dicapai di ibu kota Mesir, Kairo, di mana kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi. Pembicaraan tersebut dimediasi oleh Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel-Atti.

    Dalam sebuah unggahan di X, Grossi menulis bahwa kesepakatan kerangka kerja telah dicapai “mengenai modalitas praktis untuk melanjutkan kegiatan inspeksi di Iran.”

    Dia menyebutnya “sebuah langkah ke arah yang benar yang membuka pintu bagi diplomasi dan stabilitas.” Rincian lebih lanjut tidak diungkapkan.

    Di Teheran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baghaei mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa pemerintah telah mencapai kesepahaman dengan IAEA mengenai “modalitas untuk menghadapi situasi baru.”

    Teheran menangguhkan kerja sama dengan inspektur IAEA setelah fasilitas nuklir utamanya diserang oleh pesawat Israel dan AS pada bulan Juni (6/6).

    Iran tuntut netralitas IAEA

    Selama berminggu-minggu, badan PBB tersebut telah bernegosiasi dengan para pejabat Iran untuk melanjutkan inspeksi, dengan fokus khusus pada lebih dari 400 kilogram uranium yang menurut IAEA telah diperkaya hingga mendekati tingkat pembuatan senjata.

    Sejauh ini, Iran belum memberitahu IAEA di mana material nuklirnya disimpan atau dalam kondisi apa material tersebut setelah serangan Israel da AS.

    Pada konferensi pers setelah pembicaraan selesai, menteri luar negeri Iran menuntut “ketidakberpihakan, kemandirian, dan profesionalisme” dari IAEA.

    Dia menekankan bahwa jika terjadi “tindakan permusuhan terhadap Iran” – termasuk penerapan kembali sanksi – Iran akan menganggap perjanjian itu diakhiri.

    Jerman, Prancis, dan Inggris telah mengancam akan menerapkan kembali sanksi PBB kecuali Iran berkomitmen untuk negosiasi serius tentang program nuklirnya.

    Perang 12 Hari Iran-Israel/AS

    Israel melancarkan perang 12 hari melawan Iran pada bulan Juni (6/6), mengebom fasilitas-fasilitas penting dalam program nuklir bersama Amerika Serikat, termasuk situs bawah tanah Fordow.

    Pemerintah Israel membenarkan serangan itu sebagai tindakan yang diperlukan untuk melawan ancaman dari program nuklir dan misil Iran. Namun, banyak pakar hukum menganggap serangan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.

    Inti dari sengketa nuklir adalah kekhawatiran negara-negara Barat bahwa kediktaturan di Iran sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir demi kelangsungan politik, yang dibantah oleh Teheran. Di bawah perjanjian nuklir internasional tahun 2015, Iran pernah berkomitmen untuk membatasi program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi.

    Namun, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut selama masa jabatan pertamanya, dan perjanjian tersebut belum secara efektif diterapkan selama bertahun-tahun.

    Mesir: ‘Kepercayaan bersama’ harus dipulihkan

    Kesepakatan antara Iran dan IAEA disambut sekutunya di Tiongkok. Dalam keterangan persnya, Kementerian Luar Negeri Cina menyambut baik perkembangan teranyar sebagai “langkah positif untuk meredakan isu nuklir Iran.”

    Menteri Luar Negeri Mesir Abdel-Atti mengatakan, pembicaraan di Kairo telah menghasilkan “kerangka kerja baru untuk memulihkan kerja sama antara Iran dan IAEA.”

    “Kedua belah pihak mengungkapkan kemauan yang jelas untuk berdialog dan mencapai pemahaman praktis yang akan memungkinkan pemulihan kepercayaan bersama,” tambahnya.

    Namun, dia memperingatkan, “tantangannya belum berakhir dan jalannya masih panjang. Kesepakatan yang ditandatangani hari ini adalah awal dari sebuah jalan yang membutuhkan komitmen dari semua orang.”

    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video: Iran Pantang Menyerah, Tegaskan Program Nuklir akan Berjalan Lagi

    (ita/ita)

  • RI Kecam Serangan Israel ke Qatar: Pelanggaran Keras Hukum Internasional
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        10 September 2025

    RI Kecam Serangan Israel ke Qatar: Pelanggaran Keras Hukum Internasional Nasional 10 September 2025

    RI Kecam Serangan Israel ke Qatar: Pelanggaran Keras Hukum Internasional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengecam keras serangan yang dilakukan Israel terhadap Qatar pada Rabu (9/9/2025).
    “Serangan Israel ke Doha, Qatar pada 9 September 2025 merupakan pelanggaran keras terhadap hukum internasional, termasuk Piagam PBB, pelanggaran terhadap kedaulatan Qatar, dan ancaman besar terhadap keamanan dan perdamaian kawasan,” tulis Kemenlu RI melalui akun X @Kemlu_RI, dikutip Kamis (10/9/2025).
    Kemlu RI juga menyebut, serangan Israel berisiko mengeskalasi dan memperluas konflik di kawasan Timur Tengah.
    Sebab itu, Indonesia kembali menyerukan seruan kepada Dewan Keamanan PBB untuk memenuhi mandatnya dengan mengambil langkah tegas menghentikan polah Zionis Israel tersebut.
    Di sisi lain, Indonesia menegaskan solidaritas terhadap rakyat Qatar atas serangan tersebut.
    “Dan menekankan komitmennya untuk mendukung semua upaya diplomatis untuk mencapai penyelesaian adil, komprehensif, dan perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah di bawah Solusi Dua-Negara,” tulis Kemenlu RI.
    Serangan Israel di Qatar yang menargetkan pemimpin Hamas pada Selasa (9/9/2025) memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan perundingan gencatan senjata Israel-Hamas dalam perang di Gaza.
    Ketika serangan terjadi, Hamas tengah melakukan pertemuan dengan pemerintah Qatar di Doha, membahas proposal Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata Israel-Hamas dalam perang di Gaza.
    Di tengah percakapan itu, dentuman ledakan terdengar di Ibu Kota Qatar, tepatnya di kawasan pemukiman mewah West Bay Lagoon, yang menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar menampung beberapa anggota biro politik Hamas.
    Para pemimpin Hamas secara terbuka telah menjadikan Ibu Kota Qatar sebagai markas mereka di luar negeri selama bertahun-tahun.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ditegur AS Usai Serang Hamas di Qatar, Israel Bilang Gini

    Ditegur AS Usai Serang Hamas di Qatar, Israel Bilang Gini

    Jakarta

    Duta Besar (Dubes) Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan negaranya tidak selalu bertindak demi kepentingan sekutunya, Amerika Serikat. Hal ini disampaikan setelah serangan Israel yang menargetkan para pemimpin kelompok Hamas di Qatar menuai teguran langka dari Presiden AS Donald Trump.

    Gedung Putih pada hari Selasa (9/9) waktu setempat mengatakan Trump tidak setuju dengan keputusan Israel untuk mengambil tindakan militer di wilayah sekutu AS tersebut.

    “Kami tidak selalu bertindak demi kepentingan Amerika Serikat. Kami berkoordinasi, mereka memberi kami dukungan yang luar biasa, kami menghargai itu, tetapi terkadang kami membuat keputusan dan memberi tahu Amerika Serikat,” kata Danon kepada sebuah stasiun radio Israel, dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/9/2025).

    “Itu bukan serangan terhadap Qatar; itu adalah serangan terhadap Hamas. Kami tidak menentang Qatar, atau terhadap negara Arab mana pun, kami saat ini menentang organisasi teroris,” katanya.

    Danon mengatakan Israel “masih menunggu hasil” operasi tersebut.

    “Masih terlalu dini untuk mengomentari hasilnya, tetapi keputusan ini tepat,” tambahnya.

    Hamas mengatakan sedikitnya enam orang tewas akibat serangan udara Israel di ibu kota Doha, Qatar, pada Selasa (9/9) waktu setempat itu. Salah satu korban tewas merupakan anak dari negosiator utama Hamas. Hamas, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (10/9/2025), mengatakan bahwa para pemimpin senior mereka yang ada di Doha berhasil selamat dari serangan Israel tersebut.

    Pemerintah Qatar mengutuk keras serangan Israel terhadap wilayahnya, yang disebutnya menargetkan rumah sejumlah anggota biro politik Hamas yang tinggal di negara tersebut, yang juga menjadi markas kepemimpinan Hamas.

    Dalam pernyataannya, Hamas menyebut tiga pengawal dan seorang ajudan untuk negosiator utama mereka Khalil al-Hayya tewas dalam serangan tersebut. Anak laki-laki Al-Hayya juga tewas dalam serangan Israel itu.

    Kementerian Dalam Negeri Qatar, dalam pernyataan terpisah, menyebut satu anggota pasukan keamanan internalnya tewas dalam serangan Israel, dan beberapa personel keamanan lainnya mengalami luka-luka.

    Lihat juga Video Netanyahu di Ruang Operasi Militer Israel saat Serangan ke Qatar

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Gaza City

    Sayap bersenjata kelompok Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengklaim mendalangi serangan penembakan di sebuah halte bus di pinggiran Yerusalem, yang menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai belasan orang lainnya pada Senin (8/9) waktu setempat.

    Penembakan mematikan itu terjadi di sebuah halte bus yang berada di dekat Persimpangan Ramot, yang terletak dekat permukiman Ramot di wilayah Yerusalem Timur. Kepolisian Israel menyebut ada dua pelaku yang tiba di lokasi dengan menggunakan mobil.

    Menurut Kepolisian Israel, kedua pelaku itu ditembak mati setelah melepaskan tembakan ke arah halte bus tersebut. Dikatakan oleh Kepolisian Israel bahwa seorang petugas keamanan dan seorang warga sipil yang ada di lokasi yang telah menembak kedua pelaku hingga tewas.

    Beberapa senjata, amunisi dan pisau yang digunakan oleh para pelaku penyerangan ditemukan di lokasi kejadian.

    Brigade Ezzedine al-Qassam dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Xinhua, Rabu (10/9/2025), menyebut serangan penembakan itu dilakukan oleh dua anggotanya yang bernama Muthanna Naji Omar dan Mohammed Bassam Taha.

    Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan bahwa kedua anggotanya itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel.

    “Brigade Al-Qassam menyatakan tanggung jawabnya atas serangan penembakan yang terjadi kemarin (8/9) pagi… di dekat persimpangan permukiman Ramot, yang terletak di tanah Yerusalem tercinta kita,” demikian pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam via Telegram pada Selasa (9/9).

    Menurut Brigade Ezzedine al-Qassam, penembakan itu merupakan “respons atas tindakan pendudukan (Israel) yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina”.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir New York Times (NYT), Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan bahwa perang Israel di Jalur Gaza dan pendudukan Tel Aviv atas wilayah Tepi Barat akan “disambut dengan keteguhan hati rakyat dan keberanian perlawanan”.

    Diklaim juga oleh Brigade Ezzedine al-Qassam bahwa serangan penembakan itu menewaskan tujuh orang, bukan enam orang seperti dilaporkan oleh Israel.

    Sesaat usai pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam dirilis, menurut laporan NYT, Israel melancarkan serangan mengejutkan terhadap para pemimpin senior Hamas yang ada di Doha, Qatar, pada Selasa (9/9) waktu setempat.

    Menurut pengumuman yang dirilis kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Selasa (9/9) malam, penembakan mematikan di halte bus Yerusalem itu turut mendorong keputusan Israel untuk melancarkan serangan terarah di Doha.

    Tonton juga video “Hamas: Para Pemimpin Senior Selamat dari Serangan Israel ke Doha” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Serang Pemimpin Hamas di Qatar, Jerman-AS Bereaksi

    Israel Serang Pemimpin Hamas di Qatar, Jerman-AS Bereaksi

    Jakarta

    Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menggelar konferensi pers, Selasa (09/09).

    Ketika ditanya apakah pembicaraan damai Gaza akan berlanjut, Sheikh Mohammed mengatakan bahwa ia tidak melihat ada hal yang valid dalam pembicaraan saat ini setelah Doha diserang. Namun, ia menegaskan, “Qatar telah mengerahkan segala upaya dan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk menghentikan perang di Gaza.”

    Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat (AS), telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas selama konflik di Gaza.

    Sheikh Mohammed menyalahkan Israel atas gagalnya negosiasi damai dan melontarkan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Ia menyebut Netanyahu melakukan “terorisme negara” dan “membawa kondisi negara ke titik yang tidak dapat diperbaiki.”

    Netanyahu menyebut serangan tersebut sebagai “sepenuhnya dibenarkan,” yang dilakukan setelah serangan di Yerusalem dan tewasnya empat tentara Israel di Gaza.

    Perdana Menteri Qatar juga mengatakan bahwa pejabat AS baru memberi peringatan kepada pemerintahnya 10 menit setelah serangan dimulai, dan menyebut serangan itu sebagai “100% pengkhianatan.”

    Kementerian Luar Negeri Qatar sebelumnya menyatakan bahwa klaim bahwa Qatar telah diberi tahu sebelumnya tentang serangan itu adalah “tidak berdasar.”

    “Panggilan dari pejabat AS muncul saat suara ledakan akibat serangan Israel terdengar di Doha,” tulis juru bicara kementerian, Majed al-Ansari, lewat platform X.

    Lewat unggahan di Truth Social, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa pemerintahannya telah berupaya memperingatkan Doha, tetapi peringatan tersebut “sayangnya terlambat untuk menghentikan serangan.”

    Sheikh Mohammed menyerukan agar negara-negara di Timur Tengah bersatu untuk mengendalikan serangan Israel.

    “Hari ini, kita telah mencapai titik balik yang menuntut adanya respons dari seluruh kawasan terhadap perilaku yang sangat brutal,” kata Mohammed sebagaimana dikutip oleh lembaga Al Jazeera.

    Trump: Serangan Israel ke Qatar “bukan keputusan saya”

    Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan bahwa keputusan menyerang pemimpin Hamas di Qatar sepenuhnya berasal dari Israel. Ia mengatakan telah mencoba memberi peringatan kepada Doha, tetapi waktunya tidak cukup.

    “Ini adalah keputusan Perdana Menteri Netanyahu, bukan keputusan saya,” tulis Trump di platform Truth Social.

    Trump mengatakan bahwa pemerintahannya menerima informasi mengenai serangan tersebut dari militer AS.

    “Saya segera menginstruksikan Utusan Khusus, Steve Witkoff, untuk memberi tahu pihak Qatar tentang serangan yang akan terjadi. Ia lantas melakukannya, tapi sayangnya terlalu terlambat untuk menghentikan serangan itu,” kata Trump. “Saya memandang Qatar sebagai sekutu dan sahabat kuat Amerika Serikat, dan sangat menyesalkan lokasi serangan tersebut.”

    Meski begitu, Trump juga menegaskan bahwa “menghancurkan Hamas, yang telah mengambil keuntungan dari penderitaan warga Gaza, adalah tujuan yang layak.”

    Trump menyatakan bahwa ia telah meyakinkan Emir dan Perdana Menteri Qatar bahwa “hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di wilayah mereka.”

    “Saya telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri, Marco Rubio, untuk menyelesaikan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dengan Qatar,” tambahnya.

    Jerman: Serangan Israel di Qatar “tidak bisa diterima”

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menelepon Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, dan menyatakan bahwa pelanggaran kedaulatan dan integritas wilayah Qatar oleh serangan Israel adalah “tidak dapat diterima”.

    Merz memuji upaya mediasi Qatar dalam konflik Gaza untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera, serta memperingatkan potensi meluasnya perang di kawasan.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, telah merilis pernyataan resmi pemerintah Jerman sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

    “Serangan Israel di Doha tidak hanya melanggar kedaulatan teritorial Qatar, tetapi juga membahayakan seluruh upaya kami dalam membebaskan para sandera,” ujar Wadephul.

    Ia juga menyatakan sangat prihatin terhadap keselamatan para sandera yang masih berada di tangan Hamas, termasuk warga negara Jerman.

    Wadephul menyerukan agar Hamas meletakkan senjata dan “meninggalkan aksi teror terhadap Negara Israel.”

    “Eskalasi saat ini juga merupakan akibat dari serangan teroris Hamas yang mengerikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023,” tambahnya.

    Meski Jerman merupakan sekutu kuat Israel, belakangan negara tersebut mulai mempertanyakan tindakan Israel di Gaza, terutama terkait krisis kemanusiaan yang dialami warga sipil di wilayah tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Joan Aurelia

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga video “Netanyahu di Ruang Operasi Militer Israel saat Serangan ke Qatar” di sini:

    (ita/ita)

  • Dunia Hari Ini: Anak Muda Unjuk Rasa Soal Pengangguran, PM Nepal Mundur

    Dunia Hari Ini: Anak Muda Unjuk Rasa Soal Pengangguran, PM Nepal Mundur

    Dunia Hari Ini kembali merangkum sejumlah laporan utama yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Edisi Rabu, 10 September 2025 kami awali dari Nepal.

    Nepal terus memanas

    Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, mengundurkan diri setelah para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi, dan tidak menghiraukan jam malam yang diberlakukan.

    Pengunduran diri Oli terjadi sehari setelah 19 orang tewas dalam protes keras yang dipicu oleh pemblokiran sosial media yang kini sudah aktif kembali.

    Kerusuhan ini menjadi yang terburuk di Nepal saat mereka berjuang melawan ketidakstabilan politik dan ketidakpastian ekonomi sejak monarki dihapuskan pada tahun 2008.

    Aksi demonstrasi tersebut disebut “unjuk rasa Gen Z”, didorong oleh rasa frustrasi di kalangan anak muda terhadap kurangnya tindakan pemerintah untuk memberantas korupsi dan meningkatkan peluang ekonomi.

    Polandia tembak pelanggar wilayah udara

    Perdana Menteri Polandia mengatakan pasukan militernya sudah menembak jatuh “objek” yang berulang kali melanggar wilayah udaranya selama serangan Rusia ke Ukraina.

    “Sebuah operasi sedang berlangsung terkait dengan pelanggaran berulang wilayah udara Polandia,” tulis PM Donald Tusk di X.

    “Militer telah menggunakan persenjataan untuk melawan objek-objek tersebut.”

    Operasi yang terjadi hari ini dilakukan militer Polandia setelah mereka mengerahkan sistem pertahanan udaranya sendiri untuk menembak jatuh pesawat nirawak Rusia, yang melintas dari Ukraina.

    Serangan Israel ke Qatar

    Israel mengatakan mereka menargetkan “pemimpin senior” Hamas, setelah ledakan dilaporkan terjadi di ibu kota Qatar, Doha, tempat para pemimpin Hamas bermarkas.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan badan intelijen Shin Bet mengatakan mereka yang menjadi sasaran “bertanggung jawab langsung atas pembantaian brutal 7 Oktober, dan telah mengatur serta mengelola perang melawan Negara Israel”.

    Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya, kepala Hamas di Gaza yang diasingkan dan negosiator utamanya, dilaporkan menjadi salah satu target.

    Kantor berita Al Jazeera melaporkan serangan terjadi ketika para pemimpin Hamas sedang bertemu untuk membahas proposal gencatan senjata terbaru di Gaza, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

    Kapal bantuan ke Gaza diserang

    Armada Global Sumud (GSF) untuk Gaza mengatakan salah satu kapal utamanya diserang pesawat nirawak di perairan Tunisia, tetapi keenam penumpang dan awaknya selamat.

    Kapal berbendera Portugis tersebut mengalami kerusakan akibat kebakaran di dek utama dan ruang penyimpanan di bawahnya, demikian pernyataan GSF.

    Kapal pembawa bantuan tersebut merupakan inisiatif internasional yang berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui kapal-kapal yang didukung oleh delegasi dari 44 negara.

    Kapal tersebut tiba di Tunisia pada akhir pekan dan berlabuh sekitar 80 kilometer dari pelabuhan Sidi Bou Said ketika melaporkan insiden tersebut.

    Tonton juga video “Demo Berdarah di Nepal, Massa Bakar Rumah dan Serang Menteri” di sini:

  • Trump Diteriaki ‘Hitler’ Saat Makan di Restoran Washington

    Trump Diteriaki ‘Hitler’ Saat Makan di Restoran Washington

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diteriaki “Hitler zaman kita” saat sedang makan di sebuah restoran di area Washington DC pada Selasa (9/9) waktu setempat. Momen ini terekam video yang menjadi viral di media sosial.

    Teriakan cemoohan untuk Trump itu, seperti dilansir AFP, Rabu (10/9/2025), dilontarkan oleh sejumlah orang yang ada di dalam restoran yang sama, yang menjadi tempat Trump dan sejumlah menterinya makan malam bersama.

    AFP menyebut orang-orang yang meneriaki Trump itu sebagai demonstran, sedangkan media NBC News menyebut mereka sebagai para aktivis. Tidak diketahui secara jelas bagaimana mereka bisa masuk ke dalam restoran yang menjadi tempat sang Presiden AS bersantap.

    Beberapa video yang viral di media sosial menunjukkan momen para demonstran itu mencemooh Trump dengan meneriakkan: “Bebaskan DC! Bebaskan Palestina! Trump adalah Hitler zaman kita!”.

    Salah satu video menunjukkan para demonstran itu membentangkan bendera dan syal Palestina sembari meneriaki Trump di dalam restoran.

    Sang Presiden AS yang berusia 79 tahun ini, seperti terlihat dalam video yang viral, tampak mendekati para demonstran yang berteriak. Dia berhenti dalam jarak hanya beberapa langkah dari mereka, menganggukkan kepala, dan tersenyum tenang tanpa memberikan respons apa pun untuk cemoohan tersebut.

    Beberapa detik kemudian, Trump memberi isyarat agar area tersebut dikosongkan, sambil berkata “Ayo, kita pergi”.

    Para agen Secret Service kemudian membubarkan para demonstran itu, dan meminta mereka untuk segera keluar dari restoran. Namun teriakan para demonstran itu tidak berhenti dan terus berlanjut di luar restoran, seperti terlihat dalam video yang beredar di media sosial.

    Para demonstran yang meneriaki Trump diminta keluar dari restoran oleh agen Secret Service Foto: AFP

    Saat momen itu terjadi, beberapa orang lainnya yang ada di dalam restoran terdengar mencemooh balik para demonstran dan meneriakkan “U-S-A! U-S-A!”.

    Belum ada pernyataan resmi dari Secret Service maupun dari Kepolisian Metropolitan DC terkait insiden tersebut.

    Makan malam di depan umum tergolong hal yang langka bagi Trump. Namun Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa sang Presiden AS dan timnya menikmati makan malam di sebuah restoran yang hanya berjarak beberapa blok dari Gedung Putih.

    Trump didampingi oleh Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Pete Heghseth, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Wakil Kepala Staf Stephen Miller, Leavitt, dan beberapa stafnya yang lainnya. Dalam salah satu video yang beredar, Vance tampak menjabat tangan para pengunjung restoran dan meminta mereka untuk menikmati hidangan.

    Tonton juga video “Gedung Putih Sebut Trump Prihatin Israel Serang Qatar” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Heboh Temuan 9 Kepala Babi di Masjid-masjid Paris, Ditulisi Nama Macron

    Heboh Temuan 9 Kepala Babi di Masjid-masjid Paris, Ditulisi Nama Macron

    Paris

    Temuan potongan kepala babi terus berlanjut, dengan sedikitnya sembilan kepala babi ditemukan di luar beberapa masjid di wilayah Paris, ibu kota Prancis, yang semakin memicu kekhawatiran atas meningkatnya kebencian anti-Islam di negara itu.

    Beberapa kepala babi yang ditemukan itu bertuliskan nama belakang Presiden Emmanuel Macron.

    Penyelidikan tengah dilakukan oleh otoritas penegak hukum Prancis terhadap temuan tersebut, dengan Kepala Kepolisian Paris Laurent Nunez, seperti dilansir AFP, Rabu (10/9/2025), menyebut aksi semacam itu “tercela”.

    “Kepala-kepala babi telah ditinggalkan di depan beberapa masjid… Empat di Paris dan lima di pinggiran kota,” kata Nunez dalam konferensi pers pada Selasa (9/9) waktu setempat.

    Dia menambahkan bahwa pihak kepolisian tidak “menutup kemungkinan untuk menemukan lebih banyak lagi” temuan serupa.

    Kepolisian Paris telah membuka penyelidikan terhadap temuan-temuan kepala babi di luar masjid setempat itu. Untuk saat ini, sebut Nunez, penyelidikan fokus pada dugaan penghasutan kebencian yang diperburuk oleh diskriminasi rasial atau agama.

    Kantor kejaksaan Paris mengatakan kepada AFP bahwa beberapa kepala babi yang ditemukan di luar masjid itu ditulisi nama belakang Macron dengan tinta biru.

    Nunez mengatakan mungkin ada kesamaan dengan insiden-insiden masa lalu yang terkait dengan “campur tangan asing”. Namun dia juga menyerukan “kehati-hatian yang ekstrem” dalam penyelidikan kasus ini.

    Temuan kepala babi di luar masjid itu menuai kecaman dari para pemimpin politik dan masyarakat di Prancis. Macron, menurut kantor kepresidenan Prancis, telah bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim di Paris setelah insiden tersebut untuk menyatakan “dukungannya”.

    Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, mengecam aksi semacam itu sebagai “aksi rasis, dan mengatakan otoritas ibu kota telah mengambil tindakan hukum. Sedangkan Menteri Dalam Negeri, Bruno Retailleau, menyebut aksi tersebut “keterlaluan” dan “sama sekali tidak dapat diterima”.

    Imam Masjid Agung Paris, Chems-Eddine Hafiz, mengecam apa yang disebutnya sebagai “aksi Islamofobia” itu sebagai “tahap baru dan menyedihkan dalam kebangkitan kebencian anti-Muslim”.

    Tonton juga video “Inggris dan Prancis Kompak Mengecam Serangan Israel ke Qatar” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)