Negara: Islandia

  • OpenAI Hadirkan Kemampuan Mengingat Percakapan untuk Pengguna Berbayar

    OpenAI Hadirkan Kemampuan Mengingat Percakapan untuk Pengguna Berbayar

    JAKARTA – OpenAI telah meningkatkan kemampuan penalaran ChatGPT pada Kamis, 10 April. Kemampuan ini membuat ChatGPT mampu memahami isi percakapan pengguna sebelumnya. 

    Dengan adanya kemampuan ini, pengguna tidak perlu lagi menjelaskan topik yang pernah dibahas sebelumnya. Pengguna bisa langsung mengajukan pertanyaan terkait karena ChatGPT telah menyimpan topik setelah diizinkan penggunanya. 

    Berdasarkan laporan TechCrunch, OpenAI mulai meluncurkan fitur memori untuk model Kecerdasan Buatan (AI) miliknya. Pengguna bisa melihat fiturnya dengan membuka Pengaturan dan melihat menu Memori Tersimpan Referensi di halaman tersebut. 

    Fitur ini perlu diaktifkan terlebih dahulu agar ChatGPT bisa menyimpan seluruh percakapan pengguna. Tanpa diberikan izin, ChatGPT akan menganggap bahwa pengguna tidak mengizinkan penyimpanan data demi menjaga privasi dan keamanan. 

    Fitur penyimpanan memori ini tidak hanya berlaku untuk percakapan di teks saja, tetapi juga suara dan gambar. Dengan demikian, pengguna juga bisa membahas suatu topik yang ada di dalam file audio ataupun gambar. 

    Kemampuan menyimpan obrolan ini diluncurkan pertama kali untuk para pelanggan yang berlangganan paket Pro dan Plus. Semua negara bisa mengakses fitur ini kecuali pengguna di Inggris, Uni Eropa (UE), Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. 

    Keterlambatan peluncuran ini terjadi karena wilayah yang disebutkan memerlukan tinjauan eksternal lebih lanjut. Hal ini didasari oleh peraturan setempat yang cukup ketat. OpenAI berjanji untuk tetap meluncurkan fiturnya meski peluncurannya mungkin tidak berjalan dengan cepat. 

  • OpenAI Tingkatkan Fitur Memori ChatGPT, Apa Keunggulannya?

    OpenAI Tingkatkan Fitur Memori ChatGPT, Apa Keunggulannya?

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI memperbarui fitur memori ChatGPT yang memungkinkan chatbot tersebut merujuk pada percakapan sebelumnya dengan pengguna.

    Melansir dari Techcrunch, Jumat (11/4/2025) fitur yang dinamakan “memori” ini dirancang untuk membuat respons ChatGPT menjadi lebih relevan dan personal.

    Dalam pengumuman perilisan, OpenAI menyebut bahwa fitur memori akan memungkinkan ChatGPT mengingat informasi yang dibagikan pengguna, seperti nama, preferensi gaya komunikasi, dan detail lainnya. 

    Informasi ini kemudian akan digunakan untuk menyesuaikan jawaban dalam percakapan berikutnya, tanpa pengguna harus mengulang data yang sama.

    Pembaruan ini awalnya akan diluncurkan untuk pelanggan ChatGPT Pro dan Plus. Namun belum tersedia di beberapa wilayah termasuk Inggris, Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. 

    OpenAI menjelaskan bahwa wilayah-wilayah tersebut memerlukan tinjauan regulasi tambahan, tetapi perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan fitur ini di sana di masa mendatang.

    Namun, sampai dengan saat ini belum ada informasi mengenai ketersediaan fitur baru ini bagi pengguna gratis ChatGPT.

    “Kami fokus pada peluncuran ke tingkatan berbayar untuk saat ini,” kata juru bicara OpenAI.

    Fitur memori akan aktif secara default untuk pengguna yang sebelumnya telah mengaktifkan kemampuan memori di ChatGPT. Namun, OpenAI menegaskan bahwa pengguna tetap memiliki kontrol penuh atas data mereka. 

    Fitur ini bisa dinonaktifkan kapan saja melalui pengaturan, dan pengguna juga bisa melihat apa saja yang diingat oleh ChatGPT atau menghapus memori tertentu. Untuk percakapan yang tidak ingin disimpan, pengguna dapat memilih mode Obrolan Sementara.

    Langkah ini menyusul peluncuran fitur serupa oleh Google di chatbot Gemini pada Februari lalu, menandai tren baru dalam pengembangan kecerdasan buatan yang lebih personal dan adaptif.

  • Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Jakarta: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali mengambil langkah tegas soal perdagangan internasional. Kali ini, ia mengumumkan jeda tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara kecuali kepada Tiongkok, yang justru mengalami kenaikan tarif signifikan.
     
    Melansir The Guardian, Kamis, 10 April 2025, kemarin Trump menaikkan tarif impor untuk produk dari Tiongkok dari 34 persen menjadi 125 persen.
     
    Sementara untuk negara lain yang belum menerapkan balasan terhadap tarif dari AS, akan diberikan penangguhan dan hanya dikenakan tarif sebesar 10 persen hingga bulan Juli.

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kenaikan tarif terhadap Tiongkok diambil karena “Saat Amerika Serikat diserang, Presiden Trump akan membalas dengan lebih keras,”
     

    Tarif awal vs tarif baru sementara
    Berikut daftar lengkap tarif yang awalnya diancamkan Trump dan tarif terbaru yang diperbarui per negara:

    Tiongkok: dari 34% menjadi 125%
    Uni Eropa: dari 20% menjadi 10%
    Vietnam: dari 46% menjadi 10%
    Taiwan: dari 32% menjadi 10%
    Jepang: dari 24% menjadi 10%
    India: dari 26% menjadi 10%
    Korea Selatan: dari 25% menjadi 10%
    Thailand: dari 36% menjadi 10%
    Swiss: dari 31% menjadi 10%
    Indonesia: dari 32% menjadi 10%
    Malaysia: dari 24% menjadi 10%
    Kamboja: dari 49% menjadi 10%
    Inggris Raya: tetap 10%
    Afrika Selatan: dari 30% menjadi 10%
    Brasil: tetap 10%
    Bangladesh: dari 37% menjadi 10%
    Singapura: tetap 10%
    Israel: dari 17% menjadi 10%
    Filipina: dari 17% menjadi 10%
    Chile: tetap 10%
    Australia: tetap 10%
    Pakistan: dari 29% menjadi 10%
    Turki: tetap 10%
    Sri Lanka: dari 44% menjadi 10%
    Kolombia: tetap 10%
    Peru: tetap 10%
    Nicaragua: dari 18% menjadi 10%
    Norwegia: dari 15% menjadi 10%
    Kosta Rika: tetap 10%
    Yordania: dari 20% menjadi 10%
    Republik Dominika: tetap 10%
    Uni Emirat Arab: tetap 10%
    Selandia Baru: tetap 10%
    Argentina: tetap 10%
    Ekuador: tetap 10%
    Guatemala: tetap 10%
    Honduras: tetap 10%
    Madagaskar: dari 47% menjadi 10%
    Myanmar: dari 44% menjadi 10%
    Tunisia: dari 28% menjadi 10%
    Kazakhstan: dari 27% menjadi 10%
    Serbia: dari 37% menjadi 10%
    Mesir: tetap 10%
    Arab Saudi: tetap 10%
    El Salvador: tetap 10%
    Pantai Gading: dari 21% menjadi 10%
    Laos: dari 48% menjadi 10%
    Botswana: dari 37% menjadi 10%
    Trinidad dan Tobago: tetap 10%
    Maroko: tetap 10%
    Aljazair: dari 30% menjadi 10%
    Oman: tetap 10%
    Uruguay: tetap 10%
    Bahamas: tetap 10%
    Lesotho: dari 50% menjadi 10%
    Ukraina: tetap 10%
    Bahrain: tetap 10%
    Qatar: tetap 10%
    Mauritius: dari 40% menjadi 10%
    Fiji: dari 32% menjadi 10%
    Islandia: tetap 10%
    Kenya: tetap 10%
    Liechtenstein: dari 37% menjadi 10%
    Guyana: dari 38% menjadi 10%
    Haiti: tetap 10%
    Bosnia dan Herzegovina: dari 35% menjadi 10%
    Nigeria: dari 14% menjadi 10%
    Namibia: dari 21% menjadi 10%
    Brunei: dari 24% menjadi 10%
    Bolivia: tetap 10%
    Panama: tetap 10%
    Venezuela: dari 15% menjadi 10%
    Makedonia Utara: dari 33% menjadi 10%
    Ethiopia: tetap 10%
    Ghana: tetap 10%
    Moldova: dari 31% menjadi 10%
    Angola: dari 32% menjadi 10%
    Republik Demokratik Kongo: dari 11% menjadi 10%
    Jamaika: tetap 10%
    Mozambik: dari 16% menjadi 10%
    Paraguay: tetap 10%
    Zambia: dari 17% menjadi 10%
    Libanon: tetap 10%
    Tanzania: tetap 10%
    Irak: dari 39% menjadi 10%
    Georgia: tetap 10%
    Senegal: tetap 10%
    Azerbaijan: tetap 10%
    Kamerun: dari 11% menjadi 10%
    Uganda: tetap 10%
    Albania: tetap 10%
    Armenia: tetap 10%
    Nepal: tetap 10%
    Sint Maarten: tetap 10%
    Pulau Falkland: dari 41% menjadi 10%
    Gabon: tetap 10%
    Kuwait: tetap 10%
    Togo: tetap 10%
    Suriname: tetap 10%
    Belize: tetap 10%
    Papua Nugini: tetap 10%
    Malawi: dari 17% menjadi 10%
    Liberia: tetap 10%
    British Virgin Islands: tetap 10%
    Afghanistan: tetap 10%
    Zimbabwe: dari 18% menjadi 10%
    Benin: tetap 10%
    Barbados: tetap 10%
    Monako: tetap 10%
    Suriah: dari 41% menjadi 10%
    Uzbekistan: tetap 10%
    Republik Kongo: tetap 10%
    Jibouti: tetap 10%
    French Polynesia: tetap 10%
    Cayman Islands: tetap 10%
    Kosovo: tetap 10%
    Curaçao: tetap 10%
    Vanuatu: dari 22% menjadi 10%
    Rwanda: tetap 10%
    Sierra Leone: tetap 10%
    Mongolia: tetap 10%
    San Marino: tetap 10%
    Antigua and Barbuda: tetap 10%
    Bermuda: tetap 10%
    Eswatini: tetap 10%
    Marshall Islands: tetap 10%
    Saint Pierre and Miquelon: tetap 10%
    Saint Kitts and Nevis: tetap 10%
    Turkmenistan: tetap 10%
    Grenada: tetap 10%
    Sudan: tetap 10%
    Turks and Caicos Islands: tetap 10%
    Aruba: tetap 10%
    Montenegro: tetap 10%
    Saint Helena: tetap 10%
    Kirgistan: tetap 10%
    Yaman: tetap 10%
    Saint Vincent and the Grenadines: tetap 10%
    Niger: tetap 10%
    Saint Lucia: tetap 10%
    Nauru: dari 30% menjadi 10%
    Equatorial Guinea: dari 13% menjadi 10%
    Iran: tetap 10%
    Libya: dari 31% menjadi 10%
    Samoa: tetap 10%
    Guinea: tetap 10%
    Timor Leste: tetap 10%
    Montserrat: tetap 10%
    Chad: dari 13% menjadi 10%
    Mali: tetap 10%
    Maladewa: tetap 10%
    Tajikistan: tetap 10%
    Cabo Verde: tetap 10%
    Burundi: tetap 10%
    Guadalaraja: tetap 10%
    Bhutan: tetap 10%
    Martinique: tetap 10%
    Tonga: tetap 10%
    Mauritania: tetap 10%
    Dominica: tetap 10%
    Micronesia: tetap 10%
    Gambia: tetap 10%
    Guyana Prancis: tetap 10%
    Christmas Island: tetap 10%
    Andora: tetap 10%
    Republik Afrika Tengah: tetap 10%
    Kepulauan Solomon: tetap 10%
    Mayotte: tetap 10%
    Anguilla: tetap 10%
    Cocos (Keeling) Islands: tetap 10%
    Eritrea: tetap 10%
    Cook Islands: tetap 10%
    Sudan Selatan: tetap 10%
    Comoros: tetap 10%
    Kiribati: tetap 10%
    São Tomé and Príncipe: tetap 10%
    Norfolk Island: tetap 10%
    Gibraltar: tetap 10%
    Tuvalu: tetap 10%
    British Indian Ocean Territory: tetap 10%
    Tokelau: tetap 10%
    Guinea-Bissau: tetap 10%
    Svalbard and Jan Mayen: tetap 10%
    Heard and McDonald Islands: tetap 10%
    Réunion: tetap 10%

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Berikut Daftar 160 Negara dan Wilayah yang Kena Tarif Baru Trump, termasuk Indonesia – Halaman all

    Berikut Daftar 160 Negara dan Wilayah yang Kena Tarif Baru Trump, termasuk Indonesia – Halaman all

    Donald Trump mengumumkan tarif baru 10 persen untuk semua impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara lain

    Tayang: Kamis, 3 April 2025 12:41 WIB

    YouTube The White House

    TARIF BARU AS – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru 10 persen untuk semua impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara lain, termasuk beberapa mitra dagang terbesar AS. 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru 10 persen untuk semua impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara lain, termasuk beberapa mitra dagang terbesar AS.

    Trump memberlakukan ‘Tarif Timbal Balik’ terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Presiden mengatakan AS akan menggunakan uang yang dihasilkan dari tarif untuk “mengurangi pajak dan membayar utang nasional kami.”

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kami,” ujar Trump saat mengumumkan langkah-langkah baru tersebut.

    Trump kemudian mengangkat bagan besar berjudul ‘Tarif Timbal Balik’. Kolom pertama adalah daftar negara. Kemudian, kolom kedua merupakan besaran tarif yang dikenakan suatu negara terhadap barang-barang dari AS. Kemudian, kolom ketiga berisi tarif balasan yang dikenai AS terhadap negara itu.

    Berikut daftar 160 negara dan wilayah yang dikenakan tarif oleh AS:

    1. China: 34 persen
    2. Uni Eropa:20%
    3. Vietnam: 46%
    4. Taiwan: 32%
    5. Jepang: 24%
    6. India: 26%
    7. Korea Selatan: 25%
    8. Thailand: 36%
    9. Swiss: 31%
    10. Indonesia: 32%
    11. Malaysia: 24%
    12. Komboja: 49%
    13. Inggris: 10%
    14. Afrika Selatan: 30%
    15. Brasil: 10%
    16. Bangladesh: 37%
    17. Singapura: 10%
    18. Israel: 17%
    19. Filipina: 17%
    20. Chile: 10%
    21. Australia: 10%
    22. Pakistan: 29%
    23. Turki: 10%
    24. Sri Langka: 44%
    25. Kolombia: 10%
    26. Peru: 10%
    27. Nikaragua: 18%
    28. Norwegia: 15%
    29. Kosta Rika: 10%
    30. Jordan: 20%
    31. Republik Dominika: 10%
    32. Uni Emirat Arab: 10%
    33. Selandia Baru: 10%
    34. Argentina: 10%
    35. Ekuador: 10%
    36. Guatemala: 10%
    37. Honduras: 10%
    38. Madagaskar: 47%
    39. Myanmar: 44%
    40. Tunisia: 28%
    41. Kazakhstan: 27%
    42. Serbia: 37%
    43. Mesir: 10%
    44. Arab Saudi: 10%
    45. El Savador: 10%
    46. Pantai Gading: 21%
    47. Laos: 48%
    48. Botswana: 37%
    49. Trinidad dan Tabago: 10%
    50. Maroko: 10%
    51. Algeria: 30%
    52. Oman: 10%
    53. Uruguay: 10%
    54. Bahamas: 10%
    55. Lesotho: 50%
    56. Ukraina: 10%
    57.Bahrain: 10%
    58. Qatar: 10%
    59. Mauritius: 40%
    60. Fiji: 32%
    61. Islandia: 10%
    62. Kenya: 10%
    63. Liechtenstein: 37%
    64. Guyana: 38%
    65. Haiti: 10%
    66. Bosnia-Herzegovina: 35%
    67. Nigeria: 14%
    68. Namibia: 21%
    69. Brunei: 24%
    70. Bolivia:  10%
    71. Panama: 10%
    72. Venezuela: 15%
    73. Makedonia Utara: 33%
    74. Ethiopia: 10%
    75. Ghana: 10%
    76. Moldova: 31%
    77. Angola: 32%
    78. Republik Demokratik Kongo: 11%
    79. Jamaika: 10%
    80. Mozambik: 16%
    81. Paraguay: 10%
    82. Zambia: 17%
    83. Lebanon: 10%
    84. Tanzania: 10%
    85. Irak: 39%
    86. Georgia: 10%
    87. Senegal: 10%
    88. Azerbaijan: 10%
    89. Kamerun: 11%
    90. Uganda: 10%
    91. Albania: 10%
    92. Armenia: 10%
    93. Nepal: 10%
    94. Sint Maarten: 10%
    95. Kepulauan Falkland: 41%
    96. Gabon: 10%
    97. Kuwait: 10%
    98. Togo: 10%
    99. Suriname: 10%
    100. Belize: 10%
    101. Papua Nugini: 10%
    102. Malawi: 19%
    103. Liberia: 10%
    104. British Virgin Islands: 10%
    105. Afganistan: 10%
    106. Zimbabwe: 18%
    107. Benin: 10%
    108. Barbados: 10%
    109. Monako: 0%
    110. Suriah: 41%
    111. Uzbekistan: 10%
    112. Republik Kongo: 10%
    113. Jibuti: 10%
    114. Polinesia Prancis: 10%
    115. Kepulauan Cayman: 10%
    116. Kosovo: 10%
    117. Curaçao: 10%
    118. Vanuatu: 22%
    119. Rwanda: 10%
    120. Sierra Leone: 10%
    121. Mongolia: 10%
    122. San Marino: 10%
    123. Antigua dan Barbuda: 10%
    124. Bermuda: 10%
    125. Eswatini: 10%
    126. Kepulauan Marshall: 10%
    127. Saint Pierre dan Miquelon: 50%
    128. Saint Kitts dan Nevis: 10%
    129. Turkmenistan: 10%
    130. Grenada: 10%
    131. Sudan: 10%
    132. Kepulauan Turks dan Caicos: 10%
    133. Aruba: 10%
    134. Montenegro: 10%
    135. Saint Helena: 10%
    136. Kirgistan: 10%
    137. Yaman: 10%
    138. Saint Vincent and Grenadines: 10%
    139. Niger: 10%
    140. Saint Lucia: 10%
    141. Nauru: 30%
    142. Guinea Khatulistiwa: 13%
    143. Iran: 10%
    144. Libya: 31%
    145. Samoa: 10%
    146. Guinea: 10%
    147. Timor Leste: 10%
    148. Monstserrat: 10%
    149. Chad: 13%
    150. Mali: 10%
    151. Sao Tome dan Príncipe: 10%
    152. Pulau Norfolk: 29%
    153. Gibraltar: 10%
    154. Tuvalu: 10%
    155. Teritori Inggris di Samudra Hindia: 10%
    156. Tokelau: 10%
    157. Guinea-Bissau: 10%
    158. Svalbard dan Jan Mayen: 10%
    159. Pulau Heard dan Kepulauan McDonald: 10%
    160. Réunion: 37%

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’4′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Gunung Berapi Muntah Lava, Spa Mewah Dievakuasi

    Gunung Berapi Muntah Lava, Spa Mewah Dievakuasi

    Sebuah gunung berapi di sebelah selatan ibu kota Islandia, Reykjavik, kembali meletus pada Selasa (1/4/2025). Letusan ini memuntahkan lava dan asap berwarna jingga serta merah menyala, menciptakan pemandangan dramatis di langit. Peristiwa ini memicu evakuasi di beberapa wilayah sekitar gunung tersebut. (AP Photo/Marco di Marco)

  • Heboh Manusia dari Masa Depan Mendadak Muncul di Foto, Begini Wujudnya

    Heboh Manusia dari Masa Depan Mendadak Muncul di Foto, Begini Wujudnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah foto yang beredar di internet sukses menghebohkan dunia maya. Pasalnya, seorang manusia disebut menjelajah waktu dan tertangkap kamera di foto tahun 1940.

    Foto hitam-putih itu diunggah ke Facebook pertama kali di dalam grup Islandia Gamlar ljósmyndir oleh pengguna bernama Kristjan Hoffmann pada tahun 2016. Judulnya “Satu hal yang menarik perhatian pada gambar yang indah ini adalah pada tahun 2016”.

    Sejumlah pengguna mengklaim seorang pria tampak menggunakan perangkat terlalu canggih di masa tersebut. NY Post menuliskan, pria itu begitu menonjol karena mengenakan mantel berwarna terang. Tangannya terlihat mendekat ke telinga seperti sedang menelepon dengan ponsel genggam.

    Padahal, kala itu belum ada teknologi telepon genggam. Jadi sekilas, pria itu terlihat aneh berada di kerumunan masyarakat tahun 1940-an.

    “Satu hal yang menarik perhatian dari gambar adalah bahwa di atas jendela, di sudut tengah gambar, seorang pria sedang bersandar dan menggunakan ponsel,” tulis Hoffman, dikutip NY Post.

    “Saya tidak tahu harus berkata apa, saya tidak berpikir dia hanya berbicara di telepon..Dia dalam keadaan mematung, sendirian dan mengenakan penutup kepala yang berbeda dari yang lain serta syal dan bertingkah sama seperti kita hari ini,” ia menambahkan.

    Foto: NY Post
    Manusia dari masa depan tertangkap kamera

    Foto ini juga pernah disebarkan melalui platform YouTube. Di sana, gambar tersebut masuk dalam video teori konspirasi berjudul 10 Real Cases of Times Travel That Cannot Explained (10 Kasus Nyata Perjalanan Waktu yang Tidak Dapat Dijelaskan).

    Namun, tak semua setuju dengan teori time traveler atau penjelajah waktu. Beberapa pengguna ada yang menyatakan kemungkinan pria itu memeriksa apakah jam tangannya berfungsi hingga menyatakan kemungkinan dia sedang mengisap pipa tembakau dan menggaruk telinganya.

    Menurut Anda, mungkinkah foto tersebut benar-benar menangkap manusia dari masa depan? Atau ini semua hanya distorsi visual belaka?

    (fab/fab)

  • 4 Pemimpin Dunia yang Punya Pasangan Sesama Jenis

    4 Pemimpin Dunia yang Punya Pasangan Sesama Jenis

    GELORA.CO – Ada beberapa negara negara di dunia yang melegalkan LGBT , yang salah satu jenisnya adalah memiliki pasangan sejenis . Aturan ini tidak hanya berlaku untuk rakyatnya saja, namun juga para pemimpin tertinggi dunia.

    Pemimpin dunia ini tidak harus merupakan Presiden atau Raja, namun jajaran tertinggi, seperti perdana menteri yang memegang kepala pemerintahan juga termasuk. Untuk memilih pasangan, beberapa orang memang memiliki jalannya masing masing.

    Memiliki pasangan sejenis tentunya memang mengundang banyak kontroversi, meskipun begitu beberapa pemimpin dunia ini tetap melakukan hal tersebut. Inilah daftar 4 Pemimpin Dunia yang Punya Pasangan sejenis:

    1. Johanna Siguroardottir

    Perdana Menteri Islandia yang menjabat pada tahun 2009 sampai 2013 ini sempat membuat sejarah ketika dia menjadi Perdana Menteri pertama yang memiliki pasangan sejenis pada 1 Februari 2009 di negara itu.

    Pada tahun yang sama dia dinobatkan sebagai salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh Forbes untuk kontribusinya dalam memimpin parlemen tersebut.

    Sigurdardóttir menikah dengan pasangannya, yang bernama Jonina Leosdottir, pada tahun 2002 lalu.

    2. Xavier Bettel

    Xavier Bettel merupakan Perdana Menteri gay pertama di Luksemburg. Dia menjabat sejak 4 Desember 2013. Luksemburg memang dikenal sebagai negara yang mendukung LGBT.

    Bettel menikahi pasangannya Gauthier Destenay, pada Mei 2015, setahun setelah parlemen mengesahkan undang undang yang mengizinkan pernikahan sesama jenis. Dia bahkan mengaku bahagia akan pernikahannya itu.

    3. Leo Varadkar

    Menjabat sejak 2017 sampai 2020, sebagai Perdana Menteri Irlandia. Varadkar bukan hanya perdana menteri gay pertama Irlandia, tetapi, sebagai putra seorang imigran India, ia juga yang pertama dari latar belakang etnis minoritas dan pemimpin termuda di negara itu.

    Dia mengungkapkan dirinya sebagai gay di bulan bulan sebelum referendum pernikahan sesama jenis disahkan pada tahun 2015. Irlandia sendiri dikenal dengan negara paling konservatif secara sosial, negara ini bahkan sempat melarang keras homoseksual.

    4.Ana Brnabic

    Sejak 29 Juni 2017 Ana Brnabic menjabat sebagai Perdana Menteri Serbia. Selain menjadi pemimpin wanita pertama, dia juga menjadi Perdana Menteri yang memiliki pasangan sejenis pertama dalam sejarah negara yang paling konservatif itu.

    Ana Brnabic memiliki pasangan bernama Milica Djurdjic, mereka bahkan berusaha memiliki anak lewat inseminasi buatan.

  • Meriah dan Unik! Begini Cara Berbagai Negara Rayakan Idulfitri

    Meriah dan Unik! Begini Cara Berbagai Negara Rayakan Idulfitri

    Jakarta: Idul Fitri adalah momen yang dinanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. 
     
    Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri menjadi waktu yang tepat untuk bersyukur, berbagi kebahagiaan, serta mempererat tali silaturahmi. 
     
    Meski inti perayaannya sama, setiap negara memiliki tradisi unik dalam merayakan Idul Fitri. Yuk, kita intip bagaimana Idul Fitri dirayakan di berbagai belahan dunia seperti dikutip dari blog darcey flowers!

    1. Uni Emirat Arab
    Di Uni Emirat Arab (UEA), Idul Fitri dirayakan dengan penuh kemegahan. Masyarakat mulai bersiap beberapa hari sebelumnya dengan mendekorasi rumah, membeli pakaian baru, dan menyiapkan aneka hidangan lezat.

    Puncak perayaan dimulai dengan salat Idul Fitri di pagi hari, dilanjutkan dengan kunjungan keluarga, berbagi hadiah, serta menikmati pertunjukan kembang api dan festival budaya. Selain itu, tradisi berbagi kepada yang membutuhkan juga menjadi bagian penting dalam perayaan Idul Fitri di UEA.
     

    2. Arab Saudi
    Di Arab Saudi, Idul Fitri dimulai dengan penampakan bulan sabit yang menandai berakhirnya Ramadan. Setelah salat Id, masyarakat akan berkumpul dengan keluarga untuk menikmati hidangan khas seperti Kabsa dan Maamoul.
     
    Anak-anak biasanya mendapatkan hadiah atau uang dari orang tua mereka. Tak hanya itu, pertunjukan budaya seperti tari tradisional, balapan unta, hingga atraksi elang turut memeriahkan suasana.
    3. Turki
    Di Turki, Idul Fitri disebut “?eker Bayram?” atau “Pesta Gula” karena masyarakatnya memiliki tradisi membagikan permen dan manisan seperti baklava dan lokum. Anak-anak akan mengunjungi rumah-rumah tetangga untuk memberi salam, dan sebagai gantinya mereka akan diberi permen atau hadiah kecil. Selain itu, masyarakat Turki juga memanfaatkan momen ini untuk mengunjungi makam keluarga dan berdoa bersama.

    4. Indonesia
    Di Indonesia, Idul Fitri identik dengan tradisi mudik, di mana jutaan orang pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga. Perayaan dimulai dengan takbiran di malam sebelum Lebaran, lalu salat Idul Fitri di pagi hari. Momen ini juga menjadi ajang untuk saling bermaafan dan berbagi hidangan khas seperti ketupat, opor ayam, dan rendang.

    5. Pakistan
    Di Pakistan, Idul Fitri disebut “Eid-ul-Fitr” dan dirayakan dengan meriah. Masyarakat mengenakan pakaian baru dan melaksanakan salat Id di masjid-masjid besar. Setelah itu, mereka menikmati hidangan khas seperti biryani dan sheer khurma, sejenis puding susu yang dicampur dengan kurma dan kacang-kacangan.
     

    6. Islandia
    Di Islandia, di mana matahari bisa bersinar hingga 22 jam sehari, umat Muslim menghadapi tantangan besar saat berpuasa. Namun, Idul Fitri tetap dirayakan dengan penuh semangat. Umat Muslim dari berbagai latar belakang berkumpul di masjid atau pusat komunitas untuk berbuka puasa bersama, menikmati hidangan khas dari berbagai negara, serta bertukar hadiah.

    7. Mesir
    Di Mesir, Idul Fitri dirayakan dengan penuh suka cita. Salah satu hidangan khas yang wajib ada di meja makan adalah Fatta, makanan yang terdiri dari nasi, daging, dan roti yang disiram saus tomat. Masyarakat Mesir juga memiliki tradisi membeli pakaian baru dan memberikan permen kepada anak-anak saat perayaan berlangsung.

    8. Amerika Serikat
    Di Amerika Serikat, Idul Fitri dirayakan oleh komunitas Muslim dari berbagai latar belakang budaya. Salat Id biasanya dilakukan di lapangan terbuka atau stadion besar. Setelah itu, masyarakat berkumpul untuk merayakan dengan hidangan khas dari negara asal masing-masing, serta mengadakan kegiatan amal dan festival budaya untuk memperkenalkan tradisi Islam kepada komunitas yang lebih luas.
     
    Bagaimana dengan tradisi Idul Fitri di tempatmu? Yuk, bagikan pengalamanmu di kolom komentar!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • China, Amerika Serikat, Rusia Bersaing Strategi Menguasai Arktik

    China, Amerika Serikat, Rusia Bersaing Strategi Menguasai Arktik

    Jakarta

    Pada bulan Juli dan Agustus 2024, tiga kapal pemecah es milik Cina Xuelong 2, Ji Di, dan Zhong Shan Da Xue Ji Di meretas lapisan es di Samudra Arktik. Ketiga kapal itu berlatih melintasi Samudra Arktik tanpa hambatan, itu praktiknya, tapi terutama juga secara simbolik melontarkan pesan penting: Ketiga kapal itu menegaskan kehadiran Cina di Arktik dan akan berada di sana secara permanen. “Arktik akan menjadi milik Cina” menjadi judul berita utama kantor berita pemerintah Rusia, RIA Novosti, pada Oktober 2024.

    “Cina telah berkiprah cukup lama di Arktik,” ungkap Michael Paul, pakar keamanan maritim sebuah tangki pemikir atau Think Tank – Stiftung Wissenschaft und Politik (SWP) yang berbasis di Berlin yang juga penulis beberapa studi terkait kepentingan geostrategis Arktik serta kehadiran Cina di sana.

    “Cina sangat aktif di wilayah ini sejak awal tahun 2000-an, terutama di Islandia. Namun, Beijing menghadapi sikap defensif dari Denmark dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut takut akan pengaruh Cina yang berlebihan,” jelas Paul.

    “Sejak saat itu, Beijing mengalihkan perhatiannya ke negara-negara lain di kawasan ini, terutama Rusia. Namun, Rusia yang melemah karena perang di Ukraina – lebih banyak mengambil peran sebagai mitra junior Cina di Arktik.”

    Cina, serta negara-negara lain di kawasan kian banyak terlibat di Arktik, dengan alasan perubahan iklim yang berdampak jauh lebih kuat di kawasan kutub utara. Suhu rata-rata global tahun 2024 naik 1,5 derajat Celsius dibandingkan suhu pada era praindustri. Namun, menurut laporan Institut Alfred Wegener untuk penelitian kutub dan lautan, kawasan Arktik memanas empat kali lebih cepat daripada bagian lain di Bumi. Akibatnya, lapisan es di samudra Arktik juga mencair lebih cepat.

    Jika laju pemanasan global tetap seperti saat ini, diperkirakan sebagian besar es di Arktik pada bulan-bulan musim panas antara tahun 2030 hingga 2040, akan mencair sepenuhnya, dan tiga jalur pelayaran baru untuk perjalanan kapal dari Samudra Pasifik menuju Samudra Atlantik, kemungkinan akan terbuka di sana, yang dapat memperpendek rute pelayaran yang sudah ada secara signifikan.

    Tiga rute pelayaran baru di Arktik akan terbuka

    Salah satu rute disebut Northeast Passage atau Jalur Timur Laut, dekat daratan Rusia, kini telah dikembangkan oleh Cina dan Rusia sebagai jalur perdagangan dan jalur laut untuk pengangkutan bahan baku.

    Sementara Northwest Passage atau Jalur Barat Laut di lepas pantai Kanada saat ini jarang digunakan. Jalur ini jauh lebih sulit untuk dilayari kapal ketimbang Northeast Passage. “Jawatan sains di Kongres AS meragukan jalur ini akan dapat digunakan secara ekonomis,” kata Saalbach.

    Jalur ini secara politis juga akan menjadi tantangan bagi Rusia dan Cina. “Jalur ini melintasi perairan yang diakui oleh Kanada sebagai wilayah teritorialnya, dan Kanada mengklaim berhak mengatur pelayaran di sana,” kata Saalbach.

    Menimbang makin cepatnya lapisan es mencair, dapat diperkirakan pada bulan-bulan di musim panas apa yang disebut sebagai Rute Laut Transpolar akan terbuka. Rute ini merupakan jalur terpendek antara daratan di utara melewati laut di antaranya, sehingga navigasinya lebih mudah.

    “Islandia, misalnya, dapat berperan sebagai pelabuhan transhipment (pelabuhan perantara) di rute ini,” kata Saalbach. “Cina telah membangun kedutaan besarnya di Islandia, yang menunjukkan kehadiran Cina yang kuat di masa depan. Islandia di sisi lainnya melebarkan jangkauannya ke Uni Eropa, namun juga ke Rusia dan Cina.”

    Trump, Greenland, dan Panama

    Presiden AS Donald Trump saat ini berusaha “membujuk” Greenland atau Grinlandia untuk masuk di bawah kendali AS. Proyek ini telah ia kejar sejak masa jabatan pertamanya di Gedung Putih, dan yang juga sejalan dengan kebijakan umum AS sejak akhir Perang Dunia Kedua.

    “Faktanya, kerja sama antara Cina dan Rusia di Rute Laut Utara membuat kedua negara tersebut dapat mengendalikan, negara mana saja yang dapat menggunakan rute Arktik di masa depan,” jelas Michael Paul. “Sehingga dapat dimengerti jika Trump memberikan ‘reaksi yang berlebihan’. Trump juga melakukan hal yang sama terhadap Terusan Panama, di mana dua pelabuhan di pintu masuk dan keluarnya dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan Cina. Namun, sekarang telah dijual kepada konsorsium AS. Jepang dan Korea Selatan juga ingin menggunakan Rute Laut Utara di masa depan, tetapi tidak ingin tunduk pada rezim Rusia atau Cina,” tambah Paul.

    Arktik, kaya sumber daya mineral

    Pada saat yang sama, es yang mencair memudahkan penggalian sumber daya mineral yang sangat besar di kawasan ini. Dalam sebuah studi tahun 2008, US Geological Survey (USGS) memperkirakan, sekitar 30 persen cadangan gas alam yang belum ditemukan di dunia dan 13 persen cadangan minyak yang belum ditemukan, berada di Arktik.

    Grinlandia memiliki cadangan Logam Tanah Jarang yang signifikan, yang dibutuhkan untuk pembuatan produk teknologi tinggi seperti ponsel pintar, motor listrik, dan baterai. Logam, berlian, batu bara, dan uranium juga tersimpan di Kutub Utara. “Semua sumber daya ini kian meningkatkan persaingan untuk memperebutkan wilayah ini,” kata Saalbach.

    “Namun, menambang sumber daya mineral ini menghadapi kesulitan yang cukup besar,” kata Michael Paul. “Penambangan dilakukan di bawah kondisi iklim yang ekstrem dan membutuhkan logistik yang untuk saat ini nyaris tidak ada. Di Grinlandia, beberapa cebakan mineral tidak bernilai komersil seperti yang diasumsikan sebelumnya.” Selain itu, perselisihan mengenai hak pemanfaatan lahan di beberapa daerah di Kutub Utara belum terselesaikan, kata Paul.

    Dimensi militer

    Terdapat kepentingan militer yang cukup besar di Arktik. Kawasan adalah jalur penghubung terpendek antara Rusia dan Amerika utara, rudal juga akan terbang di atas area ini jika terjadi serangan Rusia. Di Pangkalan Udara Thule, yang berganti nama menjadi Pangkalan Antariksa Pituffik, dua tahun yang lalu, Amerika Serikat mengoperasikan sistem peringatan dini apabila terjadi serangan rudal dari Rusia atau daerah lain. Pangkalan ini juga berfungsi sebagai stasiun pasokan dan pengisian bahan bakar untuk pesawat AS dan NATO.

    AS juga akan semakin sering berurusan dengan kehadiran militer Cina di sana. Pada awal 2015, lima kapal perang Cina melintasi perairan AS di zona dua belas mil di lepas pantai Alaska, dan sejak 2021, kapal perang Cina berulang kali muncul di kawasan. Pada tahun 2022, AS mendeteksi armada kapal Rusia dan Cina yang berada hampir 160 kilometer di lepas pantai Pulau Kiska, yang termasuk dalam wilayah Alaska.

    Di antara armada tersebut terdapat kapal perusak berpeluru kendali Tipe 055 Nanchang yang bisa dipersenjatai hingga 112 rudal jelajah atau rudal anti-kapal hipersonik. “Amerika Utara tidak lagi menjadi tempat perlindungan yang aman,” tulis Michael Paul dalam studinya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman


    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gerhana Matahari Sebagian akan Muncul di Eropa hingga Afrika 29 Maret 2025

    Gerhana Matahari Sebagian akan Muncul di Eropa hingga Afrika 29 Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Gerhana Matahari sebagian akan terjadi pada Sabtu (29/3/2025) atau 5 hari lagi. Seluruh masyarakat di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika dapat menyaksikan gerhana ini.

    Gerhana matahari sebagian terjadi ketika bulan lewat di antara Bumi dan matahari, menghalangi sebagian cakram matahari dari pandangan. Akan terlihat seolah-olah bulan telah “menggigit” matahari.

    Gerhana akan dimulai pada pukul 4:50 pagi waktu Amerika Serikat dan berakhir pada pukul 8:43 pagi. Titik gerhana maksimum akan terjadi pada pukul 6:47 pagi EDT (1047 GMT). Gerhana sebagian terdalam akan terjadi di Quebec utara yang jauh, Kanada, dengan 94% matahari akan tertutup.

    Space.com melaporkan, Senin (24/3/2025) pemandangan terbaik akan berada di Kanada timur ekstrem dan Amerika Serikat timur laut, di mana matahari sabit akan terbit secara dramatis di atas cakrawala. Lokasi seperti New Brunswick, Quebec utara, dan Maine akan mengalami efek yang sangat mencolok, dengan dua “tanduk” matahari muncul sebentar saat matahari terbit.

    Eropa

    Gerhana sebagian yang signifikan akan terlihat di sebagian besar benua, dengan gerhana yang lebih dalam di barat laut. Greenland akan melihat hingga 86% cakupan, Westfjords Islandia akan mencapai 70%, dan kota-kota seperti London (30%), Edinburgh (40%), dan Paris (23%) akan melihat “gigitan” yang nyata pada matahari.

    Afrika

    Gerhana akan terlihat tetapi lebih halus. Maroko akan melihat gerhana terdalam di benua itu, dengan cakupan hingga 18%. Adapun untuk negara-negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, sulit melihat gerhana matahari sebagian ini. 

    Cara Menonton

    Anda tidak dapat melihat langsung ke matahari selama gerhana matahari tanpa perlindungan mata yang sesuai. Pastikan untuk menggunakan kacamata gerhana matahari atau filter matahari untuk teleskop atau teropong. 

    Proyektor lubang jarum juga merupakan pilihan yang bagus jika Anda sudah terlambat mendapatkan peralatan khusus, karena Anda dapat dengan mudah membuatnya dengan beberapa barang dasar dari sekitar rumah Anda.