Foto Internasional
Penampakan Israel Setelah Diserang Puluhan Rudal Iran
News
26 menit yang lalu

Foto Internasional
Penampakan Israel Setelah Diserang Puluhan Rudal Iran
News
26 menit yang lalu

Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.
Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.
Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.
Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.
Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.
Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.
Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.
Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.
Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.
Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.
Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.
Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.
Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.
Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.
Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.
Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.
Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.
Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.
Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.
Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.
Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.
Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.
Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.
Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.
Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.
Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.
Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai.
Jakarta (ANTARA) – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.
“Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional,” kata Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera dalam keterangan diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Mardani, serangan AS ke Iran lebih dari sekadar serangan fisik. Insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi.
Terlebih, imbuhnya, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss, menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog.
Mardani pun menyebut serangan itu menjadi pengingat bahwa parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian.
Ia menekankan bahwa kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional.
“Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” demikian Mardani.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya oleh kantor berita Kyodo, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS telah menyelesaikan “serangan yang sangat sukses” terhadap tiga titik fasilitas nuklir di Iran, Sabtu (21/6) waktu setempat.
Dalam Truth Social, Trump menyatakan bahwa semua pesawat AS telah keluar dari ruang udara Iran, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Serangan tersebut dilancarkan setelah Israel dilaporkan meminta AS terlibat dalam serangan udara yang sudah dilakukan terlebih dahulu terhadap sejumlah titik di Iran.
Israel juga telah menyerang beberapa fasilitas yang terkait dengan program pengembangan nuklir Teheran sebelumnya.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan dalam pesan videonya baru-baru ini bahwa keterlibatan AS dalam konflik dengan Israel akan menimbulkan konsekuensi yang sangat berat.
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

GELORA.CO – Intervensi Amerika Serikat (AS) dengan menyerang Iran sangat berbahaya bagi kedamaian dunia.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Ilmu Hukum Internasional UI, Prof Hikmahanto Juwana merespons serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Fordo, Isfahan, dan Natanz, Minggu, 22 Juni 2025 waktu setempat.
“Serangan AS terhadap Iran ini sangat membahayakan. Presiden AS telah memberikan pilihan Iran untuk menyerah dan berdamai atau mengancam akan melakukan serangan yang lebih besar,” tegas Prof Hikmahanto saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu, 22 Juni 2025.
Indonesia tidak bisa tinggal diam. Hikmahanto meminta agar pemerintah bergabung bersama negara-negara dunia yang menyuarakan perdamaian.
“Sikap pemerintah Indonesia harus berpihak pada perdamaian dan kita harus berkoalisi dengan negara yang menghendaki perdamaian sehingga mende-eskalasi perang yang ada,” katanya.
Ada beberapa hal yang harus dicermati Indonesia dalam serangan ini. Pertama adalah menanti sikap resmi Iran setelah dihantam AS.
Indonesia juga harus mencermati reaksi dunia apakah akan mendukung AS atau sebaliknya, mendukung Iran.
“Nah kalau misalkan mereka mendukung Iran, maka ini bukannya tidak mungkin perang dunia ketiga akan semakin dekat,” ucapnya.
Yang tak kalah penting adalah melihat reaksi lanjutan dari AS setelah mengintervensi dengan menghancurkan tiga pangkalan nuklir milik Iran.
“Apakah mereka akan mundur atau tidak dalam melakukan serangan kembali. Ini yang harus kita lihat dari sikap AS,” tutupnya.

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah indikator ekonomi makro mulai dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, hingga harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price atau ICP belum bergerak sesuai ekspektasi.
Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai jika mengikuti aturan, sebenarnya kondisi saat ini sudah memenuhi persyaratan pemerintah untuk melakukan penyesuaian pada APBN.
Melihat data Kementerian Keuangan soal perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro (ADEM) 2025 per Mei 2025, dari tujuh indikator, ICP dan inflasi masih dalam jangkauan pemerintah.
Sayangnya, Yusuf memandang pelaksanaan APBN Perubahan (APBN-P) tampaknya sulit dilakukan karena pemerintah punya sederet pekerjaan rumah, yakni perumusan APBN 2026.
“Apakah kemudian Pemerintah perlu melakukan penyesuaian dari asumsi makro, menurut saya ini akan tergantung pada apakah perubahan yang terjadi saat ini akan lebih banyak merugikan atau menguntungkan APBN,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025).
Misalnya, kata Yusuf, untuk harga komoditas saat ini meskipun berada pada kondisi geopolitik yang bisa mempengaruhi ICP pada asumsi makro namun harga minyak global, saat ini masih berada pada batas asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Dalam konteks tersebut, saya prediksi pemerintah tidak akan mengubah asumsi untuk ICP selama harga minyak belum melampaui asumsi ICP APBN,” lanjutnya.
Secara perinci melihat perkembangan ADEM 2025, pada saat rupiah terpengaruh dinamika global dan gejolak pasar keuangan akibat arah kebijakan AS, yield SBN justru terjaga dan relatif stabil meski menghadapi gejolak pasar uang dan dinamika global.
Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang per 13 Juni 2025 sebesar 6,89%, bergerak mendekati asumsi 7%.
Pada periode yang sama, rupiah yang diasumsikan senilai Rp16.000 per dolar AS tercatat rata-rata senilai Rp16.437 (year to date/YtD). Sementara pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), rupiah bertengger di level Rp16.396,5 per dolar—lebih tinggi dari asumsi.
Perkembangan ADEM 2025
Indikator
APBN
Realisasi
Pertumbuhan ekonomi (%, YoY)
5,2
4,87 (kuartal I/2025)
Inflasi (%)
2,5
1,6 (YoY), -0,37% (MtM)
Nilai tukar (Rp/US$)
16.000
16.237 (eop), 16.437 (YtD)
Yield SBN 10 Tahun )%)
7
6,89 (eop), 6,72 (YtD)
ICP (US$/barel)
82
62,75 (eop), 70,05 (YtD)
Lifting minyak (rbph)
605
657,9
Lifting gas (rbsmph)
1.005
987,5
Sumber: Kemenkeu
Keterangan: realisasi akhir Mei 2025
eop: per 13 Juni 2025
YtD: per akhir Mei 2025
Pergerakan tersebut pun turut terjadi pada target ekonomi yang meski tetap tumbuh positif di tengah gejolak global, namun tidak sesuai harapan 5,2%. Pada kuartal I/2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% secara tahunan.
Sementara inflasi per Mei 2025 cukup rendah di level 1,6% year on year (YoY), namun masih dalam target pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 1,5%—3,5%.
Lifting minyak per akhir Mei tercatat sejumlah 567,9 ribu barel per hari, di bawah target 605 ribu barel per hari. Sementara lifting gas juga masih rendah di angka 987,5 ribu barel setara minyak per hari dari target 1.005 ribu barel setara minyak per hari.
Terakhir, harga ICP terpantau masih di bawah batas asumsi, yakni US$62,75 per barel dari target US$82 per barel.
Dalam sepekan terakhir sejalan dengan meningkatnya tensi Israel dengan Iran, ICP terpantau belum melonjak selayaknya Brent.
Di mana ICP pada akhir perdagangan Jumat (20/6/2025), berada di angka US$65,29 per barel—termasuk dalam level terendah sepanjang tahun ini—sementara Brent ditutup pada US$77,17 per barel usai mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini pada 19 Juni 2025 senilai US$78,85 per barel.
Pada dasarnya asumsi makro menjadi acuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Misalnya, harga minyak global dan rupiah akan mempengaruhi besaran subsidi energi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menekankan bahwa APBN bukanlah sesuatu yang tetap, namun bergerak mengikuti kondisi perkembangan ekonomi, misalnya oleh kejadian perang yang berlangsung di sejumlah tempat.
Tiga indikator yakni ICP, lifting minyak, dan gas, selain dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri kita, terutama untuk sektor pertahanan minyak juga dipengaruhi oleh apa yang sekarang sedang berlangsung di Timur Tengah, yaitu perang antara Israel dengan Iran.
“Tadi karena semua bergerak, jadi APBN itu bukanlah sesuatu yang fix atau tetap, tapi dia terus-menerus mengalami dampak dari kondisi ekonomi yang bergerak,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Meski demikian, pemerintah terus melakuakn mitigasi khususnya soal pertumbuhan ekonomi dengan melalukan kebijakan countercyclical untuk menahan agar ekonomi tetap tumbuh mendekati 5% pada tahun ini.
/data/photo/2025/06/13/684bbaee17e53.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kesaksian Mahasiswa Indonesia di Iran Saat Serangan Israel: Internet Sempat Diputus, WhatsApp Tak Bisa
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Seorang mahasiswa Indonesia bernama Abdul Fattaah Ar Ridho menggambarkan bagaimana situasi di
Iran
saat terjadi serangan pertama dari Israel.
Ridho mengatakan, aplikasi pesan singkat WhatsApp tidak bisa digunakan sejak serangan pertama karena internet sempat diputus.
“Di Iran sendiri, internet sempat diputus untuk Whatsapp dan lain sebagainya. Jadi, kita menggunakan aplikasi yang dari Iran sendiri,” kata Ridho kepada
Kompas.com
, Minggu (22/6/2025).
“Memang Whatsapp sendiri di Iran itu sudah diputus dari sejak penyerangan pertama,” ujarnya lagi.
Ridho juga menceritakan, detik-detik saat terdengar suara ledakan dari kejauhan. Kemudian, terdengar serangan Israel tersebut beberapa kali mampu ditahan oleh Iran.
Dia mengatakan, suara serangan terdengar cukup jauh lantaran dia saat itu berada di Kota Qom, Iran. Sedangkan serangan Israel banyak terjadi Kota Teheran.
“Dan informasi yang saya dapatkan sampai saat ini, itu masih dibilang aman ya karena semua serangan yang dari sana, dari Israel itu masih bisa ditahan di langit, tertahan oleh iron dome Iran,” katanya.
Meski demikian, Ridho mengatakan, orang tuanya sangat panik saat mengetahui adanya serangan Israel ke Iran.
Dia pun harus meyakinkan bahwa situasi di Iran masih cukup aman saat itu.
“Untuk keluarga saya pribadi ketika ada penyerangan itu memang sempat panik, benar, karena informasi yang beredar itu di Iran mencekam karena ada serang dan lain sebagainya,” ujar Ridho.
Lebih lanjut, Ridho mengatakan, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) pada Kamis, 19 Juni 2025, membawa mereka dari KBRI di Teheran menuju Astara, Iran yang berbatasan dengan Azerbaijan. Kemudian, rombongan yang menaiki bus berlanjut ke kota Baku, Azerbaijan.
Dia mengungkapkan, Duta Besar (Dubes) RI untuk Azerbaijan juga menyambut para warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dengan baik dengan memfasilitasi hotel untuk menginap.
Menurut Ridho, saat ini, dia masih menunggu imformasi terkait keberangkatannya ke Tanah Air pada pekan depan.
“Sampai saat ini untuk berita kepulangan ke Tanah Air itu masih menunggu konfirmasi dari KBRI Indonesia yang ada di Teheran. Untuk tiketnya apakah kita akan kirim pesawat dan lain sebagainya, ataukah kita akan pulang secara bertahap,” katanya.
Seperti diketahui, Israel dan Iran tengah terlibat konflik yang berawal dari serangan Israel ke perumahan hingga fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni lalu.
Iran kemudian melakukan serangan balasan ke Israel pada keesokan harinya, 14 Juni 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.
Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”
“Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”
Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran.
“Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.
Menteri luar negeri Iran mengatakan pemerintahan AS yang “menghasut perang dan melanggar hukum” akan “bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan dampak penerapan tindakan agresinya”.
“Serangan militer AS terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional negara anggota PBB yang dilakukan dengan berkolusi dengan rezim genosida [Israel], sekali lagi mengungkapkan sejauh mana permusuhan Amerika Serikat terhadap rakyat Iran yang mencari perdamaian,” tambahnya.
Hassan Ahmadian, asisten profesor di Universitas Teheran, mengatakan sistem berbasis aturan internasional “berantakan” ketika Amerika ikut serta dalam serangan Israel terhadap Iran. “Sebelumnya, Israel menyerang fasilitas nuklir Iran dan jelas melanggar piagam IAEA. Kini Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka pada dasarnya melanggar Piagam PBB,” kata Ahmadian kepada Aljazirah.
“Jadi semuanya berantakan jika menyangkut tanggung jawab hukum komunitas internasional.” Ketika ditanya bagaimana tanggapan Iran, Ahmadian mengatakan ia memperkirakan Iran akan melancarkan serangan terhadap pangkalan dan aset AS di wilayah tersebut, namun pihaknya akan mencoba untuk “mengkoreografikan” tindakan militer dengan cara yang tidak akan menimbulkan korban atau eskalasi.
“Ada 50 pangkalan di sekitar Iran yang digunakan AS…. Kita tahu bahwa masing-masing pangkalan tersebut memiliki batasan dalam kapasitas operasionalnya, dan mereka harus meminta izin untuk melancarkan serangan terhadap pihak ketiga dari wilayah mereka,” kata Ahmadian. “Hubungan baik dengan Qatar, dengan banyak negara anggota GCC, tentu saja diperhitungkan. Namun pada saat yang sama, Iran telah menegaskan kepada negara-negara ini bahwa jika kami diserang, kami akan membalas sumber serangan tersebut.”
Mehran Kamrava, seorang profesor pemerintahan di Universitas Georgetown di Qatar, mengatakan tidak jelas bagaimana reaksi Iran setelah serangan AS semalam. “Wilayah ini penuh dengan pangkalan Amerika; terdapat lebih dari 40.000 tentara Amerika. Saya pernah mendengar seorang komandan Iran berkata, ‘itu berarti ada 40.000 target yang dapat kita serang’,” kata Kamrava kepada Aljazirah.
Jadi apakah Iran akan menyerang pangkalan AS di Timur Tengah? Dan jika demikian, apakah mereka akan melakukannya dengan cara yang “terukur”, seperti serangan balasan sebagai tanggapan atas pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020, tanyanya. “Saya pikir semuanya masih harus dilihat, namun demikian, Iran harus membalas. Secara politis, mereka tidak bisa hanya duduk diam dan menerima apa yang Trump inginkan,” kata Kamrava.

GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dijadwalkan mengunjungi Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan ini terkait serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran, Ahad.
Berbicara pada konferensi pers di Istanbul pada Ahad pagi, diplomat top Iran mengumumkan bahwa dia akan mengunjungi Moskow pada Senin. Kunjungan itu untuk melakukan konsultasi serius di Rusia.
“Rusia adalah teman Iran dan kami menikmati kemitraan strategis,” katanya. “Kami selalu berkonsultasi satu sama lain dan mengoordinasikan posisi kami,” kata Araghchi.
Ia menambahkan menyebutkan bahwa Rusia adalah salah satu penandatangan JCPOA. “Saya akan melakukan konsultasi serius dengan Presiden Rusia besok dan kami terus bekerja sama.” Kunjungan Araghchi ke Moskow terjadi di tengah agresi Israel dan AS di wilayah Iran.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.
Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”
“Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”
Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran.
“Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.
Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan “mayoritas” negara menentang “tindakan Israel dan Amerika Serikat”. “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa perdamaian, memulai perang baru untuk AS,” katanya di saluran Telegram-nya setelah serangan AS terhadap Iran. “Amerika Serikat terlibat dalam konflik baru dengan prospek operasi darat. Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.”
Rusia sebelumnya telah memberikan peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak ikut menyerang Iran karena langkah itu akan secara radikal mengganggu stabilitas Timur Tengah. Hal itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Rabu (18/6/2025), sambil menuding serangan Israel ke Iran berisiko memicu sebuah kehancuran nuklir.
Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama strategis. Rusia diketahui juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meski belakangan merenggang lantaran akibat perang Rusia-Ukraina.
Sementara, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia, Sergei Naryshkin, mengatakan situasi ketegangan antara Iran dan Israel saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran berarti dunia berjarak ‘milimeter’ terhadap kehancuran.
Sementara, menteri Luar Negeri Perancis mengatakan negaranya tidak ambil bagian dalam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Jean-Noel Barrot mengatakan dalam sebuah pesan di media sosial pada hari Ahad bahwa Prancis “telah memelajari dengan penuh keprihatinan” atas tindakan militer AS terhadap tiga situs nuklir.
“Kami tidak terlibat dalam serangan-serangan ini atau dalam perencanaan mereka,” kata Barrot, seraya menambahkan bahwa Perancis “mendesak semua pihak untuk menahan diri guna menghindari eskalasi yang dapat menyebabkan perpanjangan konflik.”
Barrot juga menegaskan kembali penolakan Perancis terhadap Iran yang mendapatkan akses terhadap senjata nuklir. “Prancis yakin bahwa solusi jangka panjang terhadap masalah ini memerlukan solusi yang dinegosiasikan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi,” katanya. “Mereka tetap siap untuk berkontribusi dalam hal ini bersama dengan mitra-mitranya.”
Menteri Kabinet Jonathan Reynolds mengatakan kepada Sky News bahwa Inggris telah diberitahu AS sebagai sekutu utamanya, meskipun dia tidak mengetahui waktu sebenarnya. Dia mengatakan AS tidak meminta dukungan dan Inggris tidak terlibat.
“Meskipun pemerintah Inggris tidak terlibat dalam serangan ini, kami telah melakukan persiapan ekstensif untuk segala kemungkinan,” kata Reynolds. Dia mengatakan pemerintah sedang berupaya untuk menjaga warga negara Inggris serta pangkalan militer, personel, dan infrastruktur di wilayah tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia “sangat khawatir” dengan penggunaan kekuatan Amerika Serikat, dan menyebut serangan itu sebagai “eskalasi yang berbahaya.” Para pemimpin dunia mengeluarkan seruan untuk diplomasi. “Ada peningkatan risiko bahwa konflik ini dapat dengan cepat menjadi tidak terkendali – dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan ini, dan dunia,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan di X. “Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melakukan deeskalasi.”
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir, namun mendesak untuk menahan diri. “Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” katanya dalam postingan media sosial. Kallas akan memimpin pertemuan para menteri luar negeri blok 27 negara tersebut di Brussels pada hari Senin, dengan agenda utama perang Israel-Iran.
Serangan AS terjadi setelah seminggu konflik terbuka antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh rentetan serangan mendadak Israel terhadap struktur nuklir dan militer Iran.
Serangan Israel dimulai pada 13 Juni. Menargetkan situs militer dan nuklir Iran, mereka membunuh beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan menembakkan ratusan rudal dan drone ke Israel, beberapa di antaranya menembus sistem pertahanan udara multi-tingkat yang dibanggakan negara itu. Perang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang dan melukai lebih dari 1.000 orang di Iran, serta menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya di Israel.
Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun Israel memandang program nuklir Iran sebagai ancaman nyata dan mengatakan kampanye militernya diperlukan untuk mencegah Iran membuat senjata atom.
Meskipun badan-badan intelijen AS telah menilai bahwa Teheran tidak secara aktif membuat bom, Trump dan para pemimpin Israel berpendapat bahwa Teheran dapat dengan cepat membuat senjata nuklir, sehingga menjadikannya ancaman yang segera terjadi.
Wilayah ini berada dalam ketegangan selama dua tahun terakhir ketika Israel berupaya memusnahkan kelompok militan Hamas, sekutu Iran, di Jalur Gaza, di mana perang masih berkecamuk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.
Presiden Donald Trump mengumumkan “serangan presisi besar-besaran” semalam terhadap situs nuklir Fordo, Isfahan dan Natanz Iran dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.
Menggambarkan hal tersebut sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler,” ia mengatakan bahwa mereka telah “sepenuhnya melenyapkan” situs-situs nuklir. Iran, katanya, sekarang harus berdamai.
Organisasi Energi Atom Iran membenarkan serangan tersebut, namun menegaskan program nuklirnya tidak akan dihentikan. Iran dan badan pengawas nuklir PBB mengatakan tidak ada tanda-tanda kontaminasi radioaktif di tiga lokasi setelah serangan tersebut.
Situs pengayaan bahan bakar nuklir di Fordo terkubur jauh di bawah gunung, dan serangan terhadap situs tersebut menggunakan bom penghancur bunker yang dirancang untuk menembus tanah sebelum meledak, kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama saat membahas operasi militer. Hanya Amerika Serikat yang memiliki amunisi seberat 30.000 pon dan pesawat pengebom siluman yang digunakan untuk mengirimkannya.
Trump memperingatkan akan ada serangan tambahan jika Teheran membalas terhadap pasukan AS, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump untuk menyerang.