Negara: Iran

  • AS Kaji Bangun Pangkalan Militer Dekat Gaza, Tampung 10.000 Personel

    AS Kaji Bangun Pangkalan Militer Dekat Gaza, Tampung 10.000 Personel

    Washington DC

    Militer Amerika Serikat (AS) sedang menjajaki kemungkinan membangun pangkalan militer sementara di dekat wilayah Jalur Gaza, sebagai bagian dari upayanya mengerahkan pasukan asing dari berbagai negara untuk memantau gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Pangkalan sementara itu akan mampu menampung sebanyak 10.000 personel, namun tanpa kehadiran tentara AS.

    Informasi tersebut, seperti dilansir Bloomberg dan Al Arabiya, Rabu (12/11/2025), tertuang dalam dokumen Request for Information (RFI) yang dikirimkan kepada kontraktor yang memenuhi syarat dan telah dibaca oleh Bloomberg News.

    RFI merupakan permintaan resmi berdasarkan Undang-undang Kebebasan Informasi yang berlaku di AS, untuk catatan federal atau permintaan informasi yang lebih spesifik dari lembaga pemerintah, bisnis, atau organisasi lainnya.

    Menurut dokumen RFI yang dikutip Bloomberg tersebut, Angkatan Laut AS sedang mencari perkiraan biaya dari daftar perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi syarat untuk “pangkalan operasi militer sementara dan mandiri yang mampu mendukung 10.000 personel, dan menyediakan ruang kerja seluas 10.000 kaki persegi selama 12 bulan”.

    Dokumen RFI itu mengidentifikasi lokasi potensial pangkalan sementara itu sebagai “di dekat Gaza, Israel”.

    Menurut dua sumber yang mengetahui persoalan ini, dokumen itu dikirimkan pada 31 Oktober lalu, dengan respons harus diberikan paling lambat 3 November.

    AS sedang mencari dukungan internasional untuk proposal pengiriman pasukan asing ke Jalur Gaza, guna membantu mengamankan gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas yang ditandatangani bulan lalu.

    Pasukan tersebut, yang disebut Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF), akan bekerja sama dengan Israel dan Mesir untuk mengamankan wilayah tersebut dan memungkinkan upaya pembangunan kembali setelah lebih dari dua tahun perang antara Tel Aviv dan Hamas.

    “Sebagai organisasi perencanaan, militer AS saat ini sedang bekerja sama dengan mitra-mitra militer internasional untuk mengembangkan opsi-opsi potensial untuk pangkalan pasukan internasional (yang akan menjadi bagian dari pasukan tersebut),” kata juru bicara Komando Pusat AS, Tim Hawkins.

    “Yang jelas, tidak ada pasukan AS yang akan diserahkan ke Gaza,” tegasnya.

    AS telah mengerahkan lebih banyak aset militer ke kawasan itu, sejak Presiden Donald Trump menyaksikan langsung penandatanganan kesepakatan gencatan senjata Gaza. Salah satunya adalah pusat komando dengan 200 tentara AS dan mitra internasional di wilayah Israel bagian selatan.

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa Washington belum menyetujui langkah semacam itu. Dia menyebut dokumen tersebut sebagai “selembar kertas yang dibuat oleh orang acak di militer”.

    Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, ketika ditanya soal prospek pembangunan pangkalan AS, mengatakan pada Selasa (11/11) bahwa dirinya tidak memiliki informasi konkret untuk dibagikan.

    Lihat juga Video: Detik-detik Iran Luncurkan Rudal Serang Pangkalan Militer AS di Qatar

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Ketegangan Meningkat, Kapal Induk AS Tiba di Amerika Latin

    Ketegangan Meningkat, Kapal Induk AS Tiba di Amerika Latin

    Washington DC

    Kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Gerald R Ford, telah tiba di perairan Amerika Latin, yang secara dramatis menambah pengerahan aset militer Washington di kawasan tersebut saat ketegangan dengan Venezuela semakin meningkat.

    Presiden Donald Trump, seperti dilansir Reuters, Rabu (12/11/2025), memerintahkan pengerahan USS Gerald R Ford bulan lalu. Pengerahan itu menambah penumpukan aset militer AS, mencakup delapan kapal perang, kapal selam bertenaga nuklir, dan sejumlah jet tempur siluman F-35, yang terlebih dahulu dikerahkan ke Karibia.

    USS Gerald R Ford, yang mulai ditugaskan tahun 2017 lalu, merupakan kapal induk terbaru AS dan kapal induk terbesar di dunia, dengan membawa lebih dari 5.000 personel militer di dalamnya.

    Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, pada Selasa (11/11), telah mengonfirmasi kedatangan USS Gerald R Ford di kawasan Amerika Latin, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters.

    Pentagon mengatakan bahwa kapal induk AS itu akan membantu operasi “mengganggu perdagangan narkotika dan melemahkan serta membongkar Organisasi Kriminal Transnasional”.

    Kehadiran kapal induk AS di kawasan Amerika Latin ini semakin memperdalam ketegangan dengan Venezuela, dengan Presiden Nicolas Maduro berulang kali menuduh bahwa pengerahan aset militer AS dirancang untuk menggulingkan dirinya dari kekuasaan.

    Washington pada Agustus lalu menggandakan tawaran hadiah untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta, terkait tuduhan perdagangan narkoba dan keterlibatan dengan kelompok kriminal. Tuduhan itu telah dibantah Maduro.

    Militer AS sejauh ini telah melancarkan setidaknya 19 serangan terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan Karibia dan lepas pantai Pasifik di kawasan Amerika Latin. Sedikitnya 76 orang tewas dalam serangan-serangan tersebut.

    Ketika AS pertama mengumumkan pengerahan USS Gerald R Ford, Maduro memperingatkan bahwa “jutaan pria dan wanita bersenjata akan berbaris di seluruh negeri” jika Washington melakukan intervensi terhadap Caracas.

    Venezuela mengerahkan berbagai persenjataan, termasuk senjata buatan Rusia yang berusia puluhan tahun, dan berencana melancarkan perlawanan gerilya atau menebar kekacauan jika AS melancarkan serangan udara atau darat terhadap wilayahnya.

    Lihat juga Video ‘Kapal Induk AS Bergerak ke Timur Tengah di Tengah Konflik Israel-Iran’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Perang Besar Menanti Timur Tengah, 2.000 Rudal Iran Mengarah ke Israel

    Perang Besar Menanti Timur Tengah, 2.000 Rudal Iran Mengarah ke Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran dilaporkan tengah mempercepat produksi rudalnya dengan ambisi mampu menembakkan hingga 2.000 rudal sekaligus dalam konfrontasi berikutnya dengan Israel. Langkah ini dinilai sebagai upaya Teheran untuk melumpuhkan sistem pertahanan canggih Israel.

    Menurut laporan The New York Times, eskalasi ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perang 12 hari pada Juni, ketika Iran meluncurkan sekitar 500 rudal sebagai respons atas serangan Israel terhadap infrastruktur penting, pangkalan militer, dan fasilitas nuklirnya. Kini, pabrik-pabrik rudal Iran disebut beroperasi 24 jam untuk mengejar target ambisius tersebut.

    “Jika terjadi perang lagi, mereka berharap dapat menembakkan 2.000 (rudal) sekaligus untuk melumpuhkan pertahanan Israel, bukan 500 selama 12 hari seperti pada bulan Juni,” kata Ali Vaez, Direktur Proyek Iran di International Crisis Group, dikutip Selasa (11/11/2025).

    Program rudal Iran yang berkembang pesat menambah ketegangan di Timur Tengah. Para analis menilai jika Teheran berhasil mencapai kapasitas itu, sistem pertahanan berlapis Israel bisa menghadapi tekanan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Langkah ini muncul di tengah kebuntuan negosiasi nuklir Iran serta kebijakan “tekanan maksimum” yang kembali digaungkan oleh Presiden AS Donald Trump.

    Percepatan produksi rudal juga mencerminkan isolasi diplomatik Iran yang semakin dalam dari Barat. Dukungan dari sekutu tradisional seperti Suriah mulai terkikis, sementara kekuatan Arab seperti Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab memperkuat hubungan dengan Washington.

    Kondisi ini kemudian mendorong Teheran mengandalkan kekuatan domestik, termasuk pengembangan rudal dan aktivitas nuklir, sebagai bentuk “jaminan keamanan” terhadap berkurangnya pengaruh diplomatik di kawasan.

    Bagi Israel, kemajuan teknologi rudal dan nuklir Iran dipandang sebagai ancaman eksistensial. Meskipun tekanan AS sempat menghentikan serangan pada Juni lalu, para pejabat Israel disebut tetap siap melanjutkan operasi militer jika Teheran terus memperluas program senjatanya.

    Sementara itu, Iran mengonfirmasi bahwa inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengunjungi beberapa situs nuklirnya pekan lalu, termasuk Reaktor Riset Teheran. Namun, akses ke beberapa fasilitas utama seperti Fordow dan Natanz masih dibatasi.

    “Selama kami menjadi anggota NPT, kami akan mematuhi komitmen kami,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei, menekankan bahwa penilaian IAEA seharusnya “berdasarkan fakta profesional, bukan asumsi politik.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: Danantara Kelola Operasional Whoosh-Iran Siapkan Redenominasi

    Video: Danantara Kelola Operasional Whoosh-Iran Siapkan Redenominasi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menyatakan perannya dalam persoalan proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung (Whoosh). Danantara akan fokus pada aspek operasional.

    Sementara itu, pemerintah Iran telah mendapatkan persetujuan dari parlemen untuk memangkas empat digit nol dalam mata uang melalui kebijakan redenominasi.

    Selengkapnya dalam program Evening Up CNBC Indonesia, Selasa (11/11/2025).

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan salah satu penyakit paling umum terjadi dan kini menempati peringkat teratas penyebab kematian dan kesakitan global, menurut laporan terbaru di jurnal The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Studi tersebut menemukan jumlah kasus CKD telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1990 dan kini memengaruhi hampir 800 juta orang di seluruh dunia. Bahkan kini peringkat 9 penyebab kematian terbesar di dunia pada 2023, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta peringkat 12 penyebab kecacatan.

    Adapun China dan India mencatat jumlah pengidap tertinggi,masing-masing sekitar 152 juta dan 138 juta orang. Namun penyakit ini juga tersebar luas di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Apa pemicunya?

    Studi tersebut juga menegaskan CKD merupakan kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal berperan dalam hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat 7 faktor risiko kematian jantung, ebih tinggi dibandingkan diabetes maupun obesitas.

    Peneliti mengidentifikasi 14 faktor risiko utama CKD. Di antaranya, diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas menjadi penyebab terbesar hilangnya tahun hidup sehat. Pola makan rendah buah-sayur serta tingginya konsumsi natrium (garam) juga memberikan kontribusi signifikan.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Tak hanya itu, meningkatnya angka obesitas dan diabetes, ditambah dengan penuaan populasi global, menjadi pendorong utama lonjakan kasus CKD. Pada 2023, prevalensi terseragam usia CKD mencapai sekitar 14 persen pada orang dewasa usia 20 tahun ke atas.

    Prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika Utara dan Timur Tengah (18 persen), Asia Selatan (15,8 persen), Afrika Sub-Sahara (15,6 persen), serta Amerika Latin dan Karibia (15,4 persen). Negara dengan prevalensi tertinggi mencakup Iran, Haiti, Panama, Nigeria, Mauritius, Seychelles, Grenada, Meksiko, Libya, dan Kosta Rika.

    Sebagian besar pengidap CKD masih berada pada tahap awal (stadium 1-3). Kondisi ini menegaskan pentingnya skrining rutin dan strategi pencegahan, termasuk pengendalian gula darah dan tekanan darah dengan terapi yang mudah diakses.

    Pendekatan tersebut dapat menurunkan risiko kematian akibat komplikasi jantung serta menunda kebutuhan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi.

    Namun, akses terhadap terapi pengganti ginjal masih sangat terbatas dan tidak merata di berbagai wilayah dunia. Karena itu, para ahli menekankan perlunya fokus pada pencegahan progresivitas penyakit dan pemerataan akses layanan kesehatan.

    Perluasan deteksi dini, ketersediaan perawatan terjangkau, pengendalian faktor risiko utama, serta investasi pada strategi yang memperlambat kerusakan ginjal akan menjadi langkah penting untuk mengurangi beban CKD terhadap pasien, keluarga, dan sistem kesehatan global.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • CIIE kian berperan sebagai platform pertumbuhan bersama

    CIIE kian berperan sebagai platform pertumbuhan bersama

    Beijing (ANTARA) – Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) kedelapan, yang dibuka pekan lalu di Shanghai, menarik perhatian dunia sebagai bukti vitalitas ekonomi China dan komitmennya terhadap keterbukaan. Para pemimpin dan pengusaha dari seluruh dunia memuji ajang ini sebagai platform utama untuk kerja sama perdagangan dan kemakmuran bersama.

    Ajang yang berlangsung selama enam hari ini mencatat rekor baru dalam hal skala, dengan partisipasi dari 155 negara, kawasan, dan organisasi internasional. Menurut Kementerian Perdagangan China, pameran ini menghadirkan 4.108 peserta pameran dari luar China di area pameran seluas lebih dari 430.000 meter persegi.

    Marko Lotric, selaku presiden Dewan Nasional Slovenia, mengatakan dalam wawancara tertulis dengan Xinhua sebelum kunjungannya ke China bahwa CIIE mewakili kesempatan untuk menampilkan inovasi, teknologi, dan produk berkualitas Slovenia baik ke pasar China maupun global.

    Lotric memimpin delegasi yang terdiri dari tujuh perusahaan Slovenia dari berbagai sektor untuk berpartisipasi dalam acara tersebut dan menyampaikan pidato pada upacara pembukaan. “Kami berharap CIIE dapat menghasilkan peluang bisnis baru, mendorong pertukaran pengetahuan, dan memperkuat kemitraan jangka panjang antara perusahaan Slovenia dan China,” katanya.

    Seorang pengunjung mempelajari produk mawar dari Iran di area pameran Barang Konsumen pada Pameran Impor Internasional China (CIIE) kedelapan di Shanghai, China, pada 7 November 2025. (Xinhua/Ding He)

    Dia memuji CIIE sebagai platform global yang mendorong keterbukaan, kolaborasi, dan berbagi inovasi. “Ini membantu negara-negara seperti Slovenia membangun kemitraan baru, menjelajahi pasar baru, dan berkontribusi terhadap pembangunan yang saling menguntungkan,” ujarnya.

    Lotric menambahkan bahwa Slovenia menghargai upaya China untuk mendukung ekonomi global yang terbuka dan inklusif, yang memperkuat konektivitas, memfasilitasi akses pasar, dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

    Pakar media Kirgizstan Taalaibek Oroskulov menggambarkan CIIE sebagai platform unggulan untuk menampilkan teknologi mutakhir, serta menuturkan bahwa signifikansi globalnya “sangatlah besar”.

    “Para pengusaha China dapat melihat berbagai inovasi global di satu tempat, sementara para pebisnis asing menemukan kondisi yang lebih menguntungkan di China untuk memperluas produksi mereka, yang pada akhirnya mengarah pada kesuksesan.”

    Oroskulov menyoroti bahwa keberhasilan China di pasar global tidak hanya bergantung pada kapasitas industri dan produksi yang kuat, tetapi juga pada filosofi kerja sama terbuka yang didasarkan pada rasa hormat dan kemitraan setara yang memberikan hasil yang saling menguntungkan.

    Perusahaan keluarga bernama Zotter Chocolate dari Austria telah berpartisipasi dalam setiap edisi CIIE sejak 2018. Pameran ini adalah “pameran terbesar dan paling penting yang kami ikuti di China, karena pengaruhnya dapat membuat merek kami dikenal oleh orang-orang dari seluruh China,” kata Julia Zotter, CEO junior di perusahaan tersebut.

    Seorang pria berpartisipasi dalam tantangan angkat beban di stan Johnson Health Tech di area Pameran Barang Konsumen dalam ajang Pameran Impor Internasional China (CIIE) kedelapan di Shanghai, China, pada 8 November 2025. (Xinhua/Wang Zecong)

    Dia mengatakan bahwa perusahaannya merasa diterima di China sejak mulai berinvestasi di pasar tersebut 12 tahun lalu, dengan otoritas setempat memberikan dukungan kuat dan memperlakukan mereka sebagai bagian dari komunitas bisnis lokal.

    Melalui platform seperti CIIE, perusahaan ini juga menyaksikan ketangguhan ekonomi China. “Saya yakin pada prospek perekonomian China karena saya yakin China memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan, memungkinkan semua orang untuk bekerja bersama ke arah yang benar,” kata Zotter.

    Safari Import and Export Company dari Sudan terus berpartisipasi setiap tahun dalam CIIE, memperkenalkan produk pertanian Sudan seperti wijen, gom akasia, dan kacang tanah ke China.

    Direktur jenderal perusahaan tersebut, Mamdouh Shenouda Mamlouk, menyebut pameran ini sebagai “platform untuk ketahanan ekonomi dan peluang penting untuk memperkuat kerja sama antara Sudan dan China.”

    “Setiap partisipasi baru mendatangkan lebih banyak mitra dan peluang yang lebih besar,” kata Mamlouk, seraya menyebutkan bahwa nilai kontrak meningkat dari 8 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.704) pada 2019 menjadi lebih dari 27 juta dolar AS pada 2024.

    “Pameran ini telah memberi kami jendela nyata ke pasar China dan memperkuat keyakinan mitra-mitra kami terhadap Sudan sebagai pemasok tepercaya untuk produk-produk alami bernilai tinggi,” ujar Mamlouk.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Jakarta

    Jumlah orang dewasa yang hidup dengan penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1990, dan kini mencapai hampir 800 juta jiwa di seluruh dunia, menurut riset terbaru yang diterbitkan di The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Dengan menganalisis 2.230 sumber data, studi ini menjadi penilaian paling komprehensif sejauh ini mengenai beban penyakit ginjal kronis, baik yang berujung kematian maupun yang tidak fatal, di seluruh dunia.

    Negara Penyumbang Kasus Penyakit Ginjal Terbanyak

    Pada 2023, CKD menjadi penyebab kematian ke-9 terbesar secara global, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta penyebab ke-12 terbesar kecacatan. Berbeda dengan sebagian besar penyebab kematian utama lain, angka kematian global terseragam usia akibat CKD justru meningkat, dari 24,9 per 100.000 jiwa pada 1990 menjadi 26,5 per 100.000 jiwa pada 2023.

    China dan India, dengan beberapa negara dengan populasi terbesar di dunia, mencatat jumlah pengidap CKD tertinggi, masing-masing 152 juta dan 138 juta jiwa. Namun, penyakit ini juga meluas di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Penelitian ini juga menyoroti CKD sebagai kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular, sekaligus mengungkap berbagai faktor risikonya. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal menyumbang hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat ketujuh di antara faktor risiko kematian jantung, bahkan di atas diabetes dan obesitas.

    Studi ini mengidentifikasi 14 faktor risiko terperinci untuk CKD, dengan diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas sebagai faktor penyebab hilangnya tahun-tahun hidup sehat terbesar. Faktor-faktor pola makan, seperti rendahnya asupan buah dan sayur serta tingginya konsumsi natrium, juga memberikan kontribusi yang substansial.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Jakarta

    Iran membantah keras tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menuding Teheran berencana membunuh Duta Besar Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger. Pemerintah Iran menilai tuduhan tersebut sebagai fitnah politik yang bertujuan merusak hubungan diplomatiknya dengan Meksiko.

    Pernyataan bantahan itu muncul tak lama setelah pejabat AS mengklaim telah menggagalkan upaya pembunuhan yang diduga disusun oleh Pasukan Quds, unit elite Garda Revolusi Iran. Washington menyebut rencana itu aktif sejak akhir 2024 dan berhasil dicegah pada tahun ini.

    AS Tuduh Iran Berencana Bunuh Dubes Israel

    Pejabat AS yang berbicara secara anonim kepada Reuters dan AFP mengatakan, rencana pembunuhan terhadap Dubes Israel di Meksiko telah disusun sejak akhir tahun lalu. “Rencana tersebut telah digagalkan dan tidak menimbulkan ancaman pada saat ini,” ujarnya, dikutip Sabtu (8/11/2025).

    Menurut sumber yang sama, Pasukan Quds diduga merekrut agen dari Kedutaan Besar Iran di Venezuela untuk melancarkan operasi itu. Venezuela, yang presidennya Nicolas Maduro dikenal beraliansi taktis dengan Teheran, disebut menjadi salah satu titik koneksi dalam dugaan plot tersebut. Namun pejabat AS itu menolak menjelaskan secara detail bagaimana rencana itu berhasil digagalkan.

    Otoritas Israel dalam pernyataan terpisah menyebut pemerintah Meksiko turut berperan dalam mencegah rencana tersebut. Namun, Kementerian Luar Negeri Meksiko menegaskan bahwa pihaknya “tidak menerima informasi apa pun” mengenai rencana pembunuhan Dubes Israel di wilayahnya.

    Bantahan Iran dan Hubungannya dengan Meksiko

    Kedutaan Besar Iran di Meksiko melalui pernyataan resmi di media sosial X menolak tuduhan tersebut. “Itu merupakan rekayasa media, sebuah kebohongan besar,” tegas pernyataan Kedubes Iran seperti dilansir AFP.

    Iran menilai tuduhan yang dilontarkan Washington dimaksudkan untuk mengganggu hubungan baik antara Teheran dan Mexico City. “Tujuannya adalah untuk merusak hubungan yang bersahabat dan historis antara kedua negara (Meksiko dan Iran), yang dengan tegas kami tolak,” lanjut pernyataan itu.

    Kedubes Iran juga menekankan bahwa hubungan diplomatiknya dengan Meksiko selama ini berjalan baik dan berdasarkan prinsip saling menghormati. Pemerintah Meksiko sendiri menyatakan terbuka untuk kerja sama keamanan yang “saling menghormati dan terkoordinasi, selalu dalam kerangka kedaulatan nasional”.

    Respons Meksiko

    Sikap Meksiko dinilai hati-hati di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Negara tersebut memiliki kebijakan luar negeri yang menekankan prinsip non-intervensi, berbeda dari sejumlah negara Amerika Latin lain yang banyak mendukung blok tertentu dalam konflik Timur Tengah.

    Meksiko diketahui mendukung penyelidikan atas tuduhan kejahatan perang oleh Israel di Jalur Gaza, namun tetap mempertahankan hubungan diplomatik yang baik dengan Tel Aviv. Dubes Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger, menyebut bahwa otoritas keamanan dan intelijen Meksiko “bertindak untuk menetralisir ancaman ini”.

    Halaman 2 dari 3

    (wia/jbr)

  • Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Teheran

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya menginginkan perdamaian. Namun Pezeshkian juga menegaskan bahwa Teheran tidak akan dipaksa untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pada Kamis (6/11) bahwa Iran telah menanyakan apakah sanksi-sanksi Washington terhadap negara itu dapat dicabut.

    Pezeshkian dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/11/2025), mengatakan Iran bersedia melakukan perundingan, namun menolak tunduk terhadap paksaan untuk menghentikan program nuklirnya.

    “Kami bersedia mengadakan perundingan di bawah kerangka kerja internasional, tetapi tidak jika mereka mengatakan Anda tidak dapat memiliki ilmu pengetahuan (nuklir), atau hak untuk mempertahankan diri (dengan rudal), atau kami akan mengebom Anda,” kata Pezeshkian dalam pernyataannya.

    Iran telah berulang kali menepis kemungkinan negosiasi mengenai kemampuan pertahanan, termasuk program rudalnya, dan gagasan untuk menghentikan semua pengayaan uranium di wilayahnya.

    “Kami ingin hidup di dunia dengan damai dan aman, tetapi tidak dipermalukan, dan tidak dapat diterima jika mereka memaksakan apa pun yang mereka inginkan kepada kami dan kami hanya melayani mereka,” tegas Pezeshkian.

    “Mereka memasok senjata ke Israel sementara mereka melarang kami memiliki rudal untuk pertahanan, lalu mereka mengebom kami kapan pun mereka mau,” imbuhnya.

    Teheran dan Washington telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sebelum perang 12 hari pecah antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.

    Israel pada saat itu melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk para ilmuwan nuklir negara tersebut.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.

    Tel Aviv memandang Teheran sebagai ancaman eksistensial. Namun Iran mengatakan rudal balistiknya, dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap AS, Israel, dan musuh-musuh regional lainnya.

    Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.

    Tonton juga video “Alasan Iran Masih Ogah Kerja Sama dengan AS”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Teheran Terancam Kekeringan, Presiden Iran Umumkan Rencana Evakuasi Warga

    Teheran Terancam Kekeringan, Presiden Iran Umumkan Rencana Evakuasi Warga

    Jakarta

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan ibu kota Teheran terancam kekurangan air jika tidak turun hujan sebelum akhir tahun. Pezeshkian memperingatkan warga akan menghadapi evakuasi jika kekeringan terjadi.

    “Jika tidak turun hujan, kita harus mulai menjatah air di Teheran antara akhir November dan awal Desember”, kata Pezeshkian dalam pidato yang disiarkan di TV pemerintah, dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025).

    “Bahkan jika kita menjatahnya dan hujan masih belum turun saat itu, kita akan kehabisan air, kita harus mengevakuasi Teheran,” imbuhnya.

    Meski begitu, belum jelas bagaimana proses evakuasi tersebut.

    Diketahui Iran secara keseluruhan telah terdampak oleh berkurangnya curah hujan. Kota besar yang luas dengan lebih dari 10 juta penduduk itu disebut sangat rentan.

    Sementara itu, Kantor Berita Tasnim melaporkan bahwa tingkat curah hujan negara itu tahun ini hanya mencapai 152 milimeter, penurunan 40 persen dibandingkan dengan rata-rata 57 tahun.

    Sebagai langkah konservasi, pasokan air dilaporkan telah terputus di beberapa wilayah Teheran dalam beberapa bulan terakhir, sementara pemadaman listrik sering terjadi sepanjang musim panas.

    Pada bulan Juli dan Agustus, dua hari libur nasional ditetapkan untuk menghemat air dan energi, karena pemadaman listrik hampir terjadi setiap hari di tengah gelombang panas yang parah.

    (fca/fca)