Negara: Iran

  • Tegang! Helikopter Militer Iran Usir Kapal Perang AS di Teluk Oman

    Tegang! Helikopter Militer Iran Usir Kapal Perang AS di Teluk Oman

    Teheran

    Iran mengklaim pasukannya telah mengusir sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) untuk menjauhi perairan di Teluk Oman yang diklaim oleh Teheran. Namun pejabat AS, dalam tanggapannya, menyebut interaksi kapal perangnya dengan helikopter militer Iran itu berlangsung “aman dan profesional”.

    Interaksi antara aset-aset militer Iran dan AS di perairan Teluk Oman itu terjadi sebulan setelah Washington melakukan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tiga fasilitas nuklir utama Teheran saat perang 12 hari berkecamuk antara Iran dan Israel pada Juni lalu.

    Laporan televisi pemerintah Iran, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (24/7/2025), menyebut sebuah helikopter militer Iran mengudara di atas kapal perang AS jenis penghancur, USS Fitzgerald, pada Rabu (23/7) pagi, setelah kapal perang itu “berusaha mendekati perairan di bawah pengawasan” Iran.

    “Kapal penghancur ‘Fitzgerald’ berusaha mendekati perairan di pengawasan Iran, dalam sebuah langkah provokatif,” sebut televisi pemerintah Iran dalam laporannya.

    Kapal perang AS itu, menurut laporan televisi pemerintah Iran, juga mengeluarkan ancaman-ancaman, tetapi “pilot Iran… mengulangi peringatan agar menjauhi perairan Iran”.

    Diklaim oleh televisi pemerintah Iran dalam laporannya bahwa peringatan itu memaksa kapal perang AS untuk “menyerah” dan mengubah arah.

    Dalam video yang dirilis oleh televisi pemerintah Iran, sebuah kapal penghancur terlihat dari jenderal helikopter ketika sang pilot meminta kapal itu untuk “mengubah arah” dan menghindari mendekati perairan teritorial Iran.

    Bantah Iran, AS Sebut Interaksi Berlangsung Profesional

    Seorang pejabat pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, mengatakan bahwa kapal perang AS itu “berinteraksi secara aman dan profesional dengan helikopter SH-3 ‘Sea King’ Iran saat beroperasi di perairan internasional”.

    “Interaksi ini tidak berdampak pada misi USS Fitzgerald dan laporan apa pun yang mengklaim sebaliknya adalah kebohongan dan upaya Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran untuk menyebarkan disinformasi,” sebut pejabat pertahanan AS tersebut.

    Pasukan Iran memiliki sejarah melakukan konfrontasi dengan pasukan AS di perairan lepas pantai selatan negara tersebut. Tahun 2023 lalu, Teheran mengklaim telah memaksa kapal selam AS untuk muncul ke permukaan laut saat melintasi Selat Hormuz yang strategis. Klaim ini dibantah oleh Washington pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Suriah Membara, Tekanan Memuncak pada Presiden Ahmed al-Sharaa

    Suriah Membara, Tekanan Memuncak pada Presiden Ahmed al-Sharaa

    Damaskus

    Gencatan senjata di Suweida bertahan, tetapi konflik antara para aktor jauh dari terselesaikan. Kantor Berita Suriah SANA melaporkan, sebagai tindakan pencegahan, otoritas Suriah sejak hari Minggu (20/07) mulai mengevakuasi banyak keluarga kelompok sosial-budaya Badawi (Badui atau Badouine).

    Dengan demikian, ada 1.500 orang yang dievakuasi dengan bus dan kendaraan lain dari kota-kota di selatan Suriah.

    Sejak konflik berdarah antara kelompok etnoreligius Druze (Drusian) dan Badui di Suweida pecah hampir sepuluh hari yang lalu, sudah sekitar 1250 orang tewas terbunuh.

    Demikian informasi menurut Pusat Pengamatan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, SOHR). Informasi tersebut tidak dapat diverifikasi, tetapi angka dari SOHR -lembaga yang didirikan pada awal Perang Sipil Suriah di London itu, umumnya dapat diandalkan.

    SOHR merinci, ada lebih dari 600 penduduk Provinsi al-Suwaida di terenggut nyawanya. 194 orang dieksekusi oleh pasukan dari Kementerian Pertahanan dan Interior dalam Prosedur Cepat Suriah.

    Selain itu, lebih dari 400 anggota pasukan pemerintah dan 23 orang Badui terbunuh. Tiga warga sipil Badui dikatakan telah dieksekusi oleh pejuang Drusian, lanjut SOHR.

    Kekerasan fatal menghimpit pemimpin politik sementara negara itu, Ahmed al-Sharaa. Tugasnya yang paling mendesak: Mengakhiri kekerasan secara permanen di Suweida – dan juga negara secara keseluruhan.

    Alawi dan Assad

    Keluarga bekas pemimpin Suriah Bashar al-Assadjuga berasal dari jajaran komunitas Alawi. Banyak warga Alawi yang dianggap sebagai pendukung rezim yang tumbang tersebut. Laporan investigasi yang diumumkan oleh pemerintah tentang insiden Maret lalu, masih dapat ditemukan hari ini.

    Al-Sharaa menghadapi tantangan besar, kata pakar Timur Tengah dan penasihat politik Carsten Wieland dalam wawancara dengan DW. Peristiwa-peristiwa beberapa minggu dan bulan terakhir telah melemahkan klaimnya sebagai presiden untuk semua warga Suriah tanpa terkecuali, serta usahanya untuk menciptakan Suriah yang bersatu dan mencakup semua kelompok masyarakat.

    Tidak di bawah kendali pasukan keamanan?

    “Pada banyaknya warga Suriah tumbuh skeptisisme terhadap negara yang tampaknya tidak bisa mengendalikan pasukan keamanannya sendiri. Semakin penting bahwa laporan investigasi kekerasan terhadap komunitas Alawi segera diumumkan,” ujarnya lebih lanjut.

    Ditambahkannya: “Sangat penting bahwa secara publik dijelaskan siapa yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan juga dimintai pertanggungjawaban.”

    Semua ini harus dilakukan dengan cepat, ujar Ronja Herrschner, seorang ilmuwan politik di Universitas Tbingen. Suriah masih memiliki jalan panjang, papar Herrschner ke DW.

    “Namun, saya dengar bahwa meskipun banyak kekurangan, Al-Sharaa masih tetap dihormati di kalangan Sunni. Karena dia masih dipandang sebagai pembebas Suriah dari rezim Assad. Oleh sebab itu, dia masih memiliki kepercayaan lebih di antara kaum Sunni. Namun, hal ini tidak selalu berlaku bagi kelompok minoritas,” imbuhnya.

    Tekanan dari dua arah

    Pada saat yang bersamaan, kedua belah pihak juga memberi tekanan terhadap pemerintah. Demikian menurut komentar dari surat kabar berbahasa Arab Sharq al-Awsat. Kelompok pertama terdiri dari mantan pendukung rezim Assad yang jatuh, kekuatan yang terhubung dengan Iran serta kelompok kriminal, terutama dari bidang perdagangan narkoba.

    Kelompok kedua berasal dari lingkaran dalam rezim dan secara aktif memanaskan krisis. Kelompok ini terutama merupakan kekuatan yang termotivasi secara jihadis bahwa pemerintah dapat berkonfrontasi dengan kelompok-kelompok lokal, tambah laporan surat kabar itu. Sehingga pada gilirannya dapat mengundang aktor asing untuk memicu perang saudara baru di Suriah.

    Carsten Wieland mengatakan bahwa basis kekuasaan al-Sharaa sebenarnya tipis. Hanya ada sedikit tenaga profesional yang berada di bawah kendalinya. Sebaliknya, ada proporsi besar milisi muda yang sudah terradikalisasi, yang berpikiran sektarian atau salafi, dan menjadi ekstremis akibat perang saudara.

    “Kelompok ini merupakan bagian berbahaya dari generasi muda tersebut. Mereka membentuk realitas politik saat ini. Pertanyaannya adalah bagaimana al-Sharaa bisa menyingkirkan kelompok ini tanpa dirinya sendiri menjadi korban,” tegasnya.

    Belum lagi ada pula jihadis asing dalam konflik itu, lanjut Wieland. Mereka juga tidak berada di bawah kontrol al-Sharaa. “Terakhir, ada pula sebagian dari Badui Sunni, yaitu pejuang yang ingin membalas dendam terhadap kelompok minoritas. Al-Sharaa juga harus segera mengendalikan mereka.”

    Dukungan dari mancanegara

    Meski begitu, Amerika Serikat dan beberapa negara Teluk — terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab — masih terus mendukung al-Sharaa, jelas Ronja Herrschner.

    “AS ingin menarik pasukannya dari Suriah dalam jangka menengah. Syarat utamanya tentu agar negara itu tetap stabil secara politik.”

    Saat ini, Amerika Serikat yang paling percaya bahwa al-Sharaa mampu menjamin hal itu. Oleh karena itu, mereka tetap mendukungnya.

    “Hal yang sama juga berlaku pula bagi negara-negara Teluk,” lanjut Herrschner. “Mereka tentu juga menginginkan stabilitas di Suriah, dan karena itu mereka juga mendukung al-Sharaa.”

    Pandangan serupa diungkapkan Carsten Wieland. Bagi negara-negara Teluk, sama seperti AS, tujuan mereka adalah menjaga Suriah sebagai negara yang stabil dan bersatu, serta mencegah perang proksi sebisa mungkin.

    “Namun, Israel tampaknya memiliki tujuan sebaliknya, yaitu memecah-belah sebagian penduduk untuk melemahkan negara,” ujar Carsten Wieland.

    “Hal ini harus menjadi alarm bagi kawasan yang sering mengalami keruntuhan negara dan perang saudara,” tambahnya.

    Karena itu, AS juga menentang tindakan Israel di Suriah.

    Baru-baru ini, Israel ikut campur dengan berposisi di pihak komunitas Druze dalam kekerasan di sekitar Suwaida. Namun kemudian mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pemerintah Suriah.

    Keruntuhan negara bukanlah kepentingan AS — begitu pula Eropa, pungkas Wieland. “Karena saat ini tidak ada negara yang melihat alternatif lain selain al-Sharaa.”

    Latar belakang konflik

    Perang di Suriah bermula pada tahun 2011 dengan protes damai menuntut agar Presiden Bashar al-Assad turun dari kekuasaan. Namun, pemerintahannya menolak dan membalas dengan keras, sehingga protes berubah menjadi perang saudara yang berkepanjangan.

    Setelah bertahun-tahun konflik, rezim Bashar akhirnya tumbang, tetapi Suriah tidak langsung damai. Berbagai kelompok bersenjata seperti pemberontak Sunni, milisi Kurdi, kelompok Alawi, dan ekstremis seperti Islamic State- ISIS mulai berperang satu sama lain untuk menguasai wilayah dan memperebutkan kekuasaan.

    Konflik ini semakin rumit karena dukungan berbagai negara asing yang mendukung pihak berbeda-beda, membuat perang di Suriah sulit diselesaikan dan menyebabkan penderitaan besar bagi rakyatnya.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)

  • Menlu Ukraina dan Israel Bertemu di Kyiv, Bahas Potensi Ancaman dari Iran

    Menlu Ukraina dan Israel Bertemu di Kyiv, Bahas Potensi Ancaman dari Iran

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Andriy Sybiga, dan Menlu Israel, Israel Gideon Saar, mengadakan pertemuan di Kyiv, Ukraina. Pertemuan itu membahas kerja sama dalam mengantisipasi ancaman dari Iran.

    Pertemuan kedua Menlu itu digelar pada Rabu (23/7) waktu setempat. Keduanya memandang Iran selaku sekutu dekat Rusia sebagai negara yang harus diwaspadai.

    Israel telah lama menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir. Sementara Ukraina secara teratur diserang dari Rusia oleh pesawat tanpa awak rancangan Iran.

    “Negara-negara kita menghadapi tantangan keamanan bersama. Hari ini kami telah memutuskan untuk meluncurkan dialog terpisah tentang ancaman Iran,” kata Sybiga dilansir AFP, Kamis (24/7/2025).

    Sementara Israel Saar mengatakan, setiap upaya untuk membatasi akses Teheran ke senjata dan teknologi berkontribusi pada keamanan Eropa dan Ukraina.

    “Saya berterima kasih kepada Presiden (Volodymyr) Zelensky dan pemerintah Ukraina atas pendirian mereka bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir,” ujarnya.

    Ukraina telah menyatakan frustrasi atas sikap netral Israel terhadap invasi Rusia, tetapi keduanya memiliki kepentingan yang sama.

    (ygs/ygs)

  • Badan Pengawas Nuklir PBB Kunjungi Iran Bulan Depan, Bahas Apa?

    Badan Pengawas Nuklir PBB Kunjungi Iran Bulan Depan, Bahas Apa?

    Jakarta

    Delegasi dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akan mengunjungi Iran dalam dua hingga tiga pekan ke depan. Kunjungan tersebut menjadi penanda baru dari keputusan Iran yang sempat menangguhkan kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB tersebut.

    “Kami telah sepakat untuk menerima delegasi IAEA, sebuah delegasi teknis, untuk berkunjung ke Iran segera, dalam dua hingga tiga minggu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi dilansir AFP, Kamis (24/7/2025).

    Gharibabadi mengatakan kunjungan tersebut akan berfokus pada pembentukan hubungan baru dengan badan pengawas nuklir PBB. Dia menyebut delegasi IAEA tidak akan mengunjungi situs-situs nuklir Iran.

    “Delegasi tersebut akan datang ke Iran untuk membahas modalitasnya, bukan untuk mengunjungi situs-situs tersebut,” katanya.

    Ia berbicara di Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelang negosiasi pada hari Jumat (25/7) di Istanbul dengan Prancis, Inggris, dan Jerman, yang mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Iran atas dugaan kegagalannya dalam mematuhi komitmen nuklirnya.

    “Jika negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi, “kami akan merespons, kami akan bereaksi,” kata Gharibabadi.

    Pada awal Juli, tim inspektur IAEA meninggalkan Iran untuk kembali ke kantor pusat organisasi tersebut di Wina setelah Teheran menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut.

    Amerika Serikat melancarkan serangannya sendiri pada 22 Juni. Serangan itu menargetkan fasilitas nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz.

    Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyebut serangan itu sukses karena “menghancurkan sepenuhnya” situs-situs tersebut, tetapi beberapa media telah melaporkan kebocoran intelijen yang menunjukkan gambaran yang lebih kabur.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan minggu ini bahwa Teheran tidak berencana untuk menghentikan program nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, meskipun fasilitasnya mengalami kerusakan “parah”.

    Berbicara pada hari Rabu (23/7) tentang dimulainya kembali perundingan nuklir AS-Iran, yang dibatalkan pada pertengahan Juni, Gharibabadi mengatakan ‘semakin cepat, semakin baik’ meskipun ia menekankan bahwa Amerika Serikat harus mengesampingkan tindakan militer lebih lanjut.

    (ygs/ygs)

  • Dampak Serangan Situs Nuklir Iran, Apakah Segawat Chernobyl?

    Dampak Serangan Situs Nuklir Iran, Apakah Segawat Chernobyl?

    Jakarta

    Sebulan pasca serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran di kota Fordow, Natanz dan Isfahan, dampaknya hingga saat ini masih belum jelas. Beberapa pihak baik dari AS, Iran, Israel, dan IAEA memberikan penilaian kerusakan yang saling bertentangan satu sama lain.

    Presiden AS, Donald Trump, menyebut serangan-serangan tersebut sebagai bagian dari “Operasi Midnight Hammer”. Operasi ini melibatkan 125 pesawat dan pesawat pengebom B-2 khusus yang membawa bom seberat 15.000 kilogram yang didesain sebagai Massive Ordinance Penetrator – penghancur target yang terletak jauh di bawah tanah atau lebih dikenal sebagai “bunker busters.”

    Fordow dibentengi dengan kuat

    Serangan di Fordow adalah yang paling signifikan. Ini adalah fasilitas nuklir terkubur jauh di dalam pegunungan untuk melindunginya dari serangan.

    Tidak jelas kapan Iran mulai membangun fasilitas di Fordow, tetapi keberadaannya terungkap kepada dunia di tahun 2009. Fasilitas ini dirancang untuk menampung sekitar 3.000 sentrifugal, mesin yang digunakan untuk memperkaya uranium.

    Sebagai bagian dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 – Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) – dengan negara-negara besar dunia, Teheran setuju untuk mengubah situs tersebut menjadi fasilitas penelitian dan menghentikan pengayaan uranium di sana selama 15 tahun.

    Namun, setelah Presiden AS Donald Trump, pada masa jabatan pertamanya, secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut di tahun 2018, Iran melanjutkan aktivitas pengayaan uranium di Fordow.

    Iran telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60% di lokasi tersebut, jauh melampaui kadar kemurnian yang diperlukan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir sipil. Teheran juga mengumumkan rencana perluasan kapasitas pengayaan uranium di lokasi tersebut.

    Targetkan fasilitas pengayaan uranium

    Target lain dari operasi AS adalah fasilitas nuklir di Natanz, pusat pengayaan uranium terbesar di Iran, yang terletak sekitar 225 kilometer di selatan Teheran.

    Seperti Fordow, Natanz juga merupakan situs nuklir bawah tanah yang bahkan dapat menampung hingga sekitar 50.000 sentrifugal.

    Fasilitas Fordow dan Natanz sebelumnya telah beberapa kali menjadi target serangan canggih.

    Pemerintah di Teheran menyebut, rangkaian serangan tersebut dimulai dari serangan siber Stuxnet di tahun 2010, hingga insiden yang terjadi empat tahun silam, yang melumpuhkan jaringan pasokan listrik Fordow dan ledakan yang dikendalikan dari jarak jauh di Natanz. Dua serangan terakhir ini menyebabkan kehancuran ekstensif dan merusak kemampuan pengayaan uranium Iran.

    Situs nuklir ketiga yang ditargetkan oleh AS adalah yang berlokasi di Isfahan, yang dicurigai menyimpan bahan bakar nuklir tingkat senjata.

    Penjelasan sederhananya, fasilitas Ishafan mengubah uranium alam menjadi gas uranium heksafluorida, yang kemudian disalurkan ke sentrifugal di Natanz dan Fordow untuk pengayaan uranium.

    Rusia pemasok tunggal bahan bakar PLTN Iran

    Situs di Fordow, Natanz, dan Isfahan ketiganya merupakan fasilitas pengayaan uranium, dan para ahli memperkirakan bahwa Iran telah memiliki lebih dari 400 kilogram uranium yang telah diperkaya kadar tinggi.

    Terlepas dari kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan AS pada ketiga situs tersebut, nasib uranium yang telah diperkaya ini masih belum diketahui.

    Sumber-sumber pemerintah Iran sebagian besar mengklaim, uranium yang diperkaya tersebut telah dipindahkan ke lokasi-lokasi yang “aman”.

    Namun, beberapa media mengutip sumber-sumber Israel yang menyebutkan, uranium telah didistribusikan ke tiga situs nuklir tersebut, dan “tidak dipindahkan.”

    Seorang pejabat senior Israel, yang tidak ingin disebutkan namanya, baru-baru ini mengatakan kepada BBC, sebagian dari uranium yang diperkaya disimpan jauh di dalam fasilitas nuklir Isfahan dan Iran mencoba untuk mengambilnya.

    Ketiga situs yang ditargetkan diyakini tidak memiliki reaktor nuklir aktif.

    Iran memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di Bushehr, sekitar 750 kilometer di selatan Teheran. Pembangkit listrik yang diawasi oleh IAEA ini. menggunakan uranium yang dipasok dari Rusia. Bahan bakar bekasnya juga dikembalikan ke Rusia untuk mencegah pemrosesan ulang menjadi bahan baku senjata nuklir.

    PLTN Bushehr tidak menjadi target serangan AS.

    Pemantauan tingkat radiasi di Iran

    Setelah serangan AS, IAEA menyatakan, mereka tidak melihat adanya peningkatan kadar radiasi di wilayah tersebut.

    Karena serangan menyasar fasilitas pengayaan uranium dan pabrik bahan bakar nuklir, bukan reaktor aktif (PLTN Bushehr), potensi risiko radiasi terbatas pada kebocoran gas uranium heksafluorida (UF6) dari tangki penyimpanan uranium yang diperkaya, kaskade sentrifugal, atau jaringan pipa.

    Jika dilepaskan, gas UF6 akan bereaksi dengan uap air di udara, membentuk senyawa uranyl fluorida dan asam fluorida. Asam fluorida sangat korosif dan berbahaya. Kontak dengan asam ini atau menghirup uapnya dapat merusak jaringan paru-paru, dan menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan mematikan, yang dapat menyebabkan mati lemas dan kematian.

    “Memang ada indikasi bahwa UF6 telah dilepaskan di lokasi fasilitas yang diserang. Baik bahaya radiologi dan peningkatan kadar radiasi, serta bahaya kimia, telah disebutkan. Tapi ini hanya merujuk pada efek kimia asam,” kata Clemens Walther, profesor dan ahli nuklir di Institut Radioekologi dan Perlindungan Radiasi di Universitas Hannover, kepada DW.

    “Walau begitu, dengan jelas dinyatakan bahwa insiden itu terbatas di lokasi. Tidak ada laporan penyebaran ke daerah pemukiman.”

    Risiko bencana seperti Chernobyl?

    Bencana nuklir di Chernobyl pada tahun 1986 dan Fukushima pada tahun 2011 mencuatkan risiko radiasi yang disebabkan oleh kecelakaan reaktor nuklir.

    Bencana Fukushima terjadi akibat gempa bumi berkekuatan 9 SR dan tsunami melumpuhkan pasokan listrik dan sistem pendingin tiga reaktor di PLTN Fukushima Daiichi, di pantai timur Jepang.

    Material radioaktif bocor dari lokasi tersebut, yang menyebabkan evakuasi puluhan ribu orang dari kawasan bencana.

    Namun Roland Wolff, seorang ahli proteksi radiasi, fisika medis, dan radiasi mengatakan bahwa ketiga fasilitas nuklir Iran yang jadi target serangan AS tidak memili8ki potensi bahaya seperti Chernobyl.

    “Persediaan radioaktif di fasilitas pengayaan nuklir, tidak seperti di reaktor nuklir, tidak mengandung produk fisi nuklir,” kata ahli radiasi tersebut. “Selain itu, unsur radioaktif tidak dilepaskan ke kawasan dengan elevasi tinggi melalui ledakan, seperti yang terjadi di Chernobyl. Oleh karena itu, potensi kontaminasi diasumsikan bersifat lokal, dengan kemungkinan terbawa angin ke negara-negara tetangga.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

  • Kemenlu evakuasi WNI dari Iran, gelombang pertama tiba di Bandara Soekarno-Hatta

    Kemenlu evakuasi WNI dari Iran, gelombang pertama tiba di Bandara Soekarno-Hatta

    Selasa, 24 Juni 2025 21:17 WIB

    Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) berjalan keluar terminal setibanya dari Iran di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Selasa (24/6/2025). Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Luar Negeri pada gelombang pertama berhasil memulangkan 11 orang WNI dari wilayah konflik di Iran. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/tom.

    Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) menunggu barang bawaannya setibanya dari Iran di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Selasa (24/6/2025). Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Luar Negeri pada gelombang pertama berhasil memulangkan 11 orang WNI dari wilayah konflik di Iran. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/tom.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 21 Orang Tewas dalam Kecelakaan Bus di Iran, 29 Luka-luka

    21 Orang Tewas dalam Kecelakaan Bus di Iran, 29 Luka-luka

    Teheran

    Sebuah bus mengalami kecelakaan hingga terbalik di Iran selatan. Setidaknya 21 orang tewas dan hampir 30 orang luka-luka.

    Media pemerintah Iran, IRNA, melaporkan seperti dilansir AFP, Sabtu, (19/7/2025), kecelakaan itu terjadi di dekat Kavar, sebuah kota sekitar 1.000 kilometer dari ibu kota, Teheran. Belum diketahui penyebab dari kecelakaan ini.

    “Sayangnya, 21 kematian telah tercatat,” kata direktur Rumah Sakit Kavar, Mohsen Afrasiabi, kepada televisi pemerintah, seraya menambahkan bahwa 29 orang luka-luka.

    Media Iran menunjukkan gambar sebuah bus yang terguling di jalan pegunungan.

    Iran memiliki catatan keselamatan jalan yang buruk, dengan hampir 20.000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas dalam 12 bulan hingga Maret, menurut kantor berita resmi IRNA.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rekening Warga RI Sasaran Maling, Rp 35 Triliun Lenyap dari Dompet

    Rekening Warga RI Sasaran Maling, Rp 35 Triliun Lenyap dari Dompet

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pencurian mata uang kripto kian menggila. Sepanjang tahun ini, lebih dari US$2,15 miliar atau Rp 35 triliun telah berhasil dicuri.

    Laporan tersebut berasal dari Chainalysis, yang juga menyebutkan pencurian tahun ini jadi yang terbesar dibandingkan 2024. Bahkan diperkirakan total US$4 miliar (Rp 65,2 triliun) bisa tercuri jika tren terus berlanjut, dikutip Jumat (18/7/2025).

    Tercatat pula nilai aset yang dicuri mengalami peningkatan 17% year-to-date dari tahun 2022. Saat itu disebut sebagai tahun terburuk dalam catatan.

    Sementara itu, Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsentrasi signifikan korban pencurian. Nasib serupa juga dialami oleh Amerika Serikat (AS), Jerman, Rusia, Kanada, Jepang, serta Korea Selatan.

    Pertumbuhan jumlah korban terbesar dari H1-2024 ke H1-2025 terjadi di Eropa Timur, Timur Tengah serta Afrika Utara (MENA), dan Asia Tengah, Selatan, serta Oceania (CSAO).

    Laporan yang sama juga memetakan nilai pencurian per korban pada tahun ini. AS, Jepang dan Jerman masuk 10 besar daftar tersebut.

    Tambahannya berasal dari Uni Emirat Arab, Chili, India, Lithuania, Iran, Israel dan Norwegia. Bahkan UEA tercatat memiliki nilai curian paling besar mendekati US$80 ribu (Rp 1,3 miliar).

    Salah satu kasus yang menjadi pencurian terbesar adalah peretasan Bybit di DPRK. Dalam laporan itu disebut sebagai pengubah lanskap ancaman tahun 2025 ini.

    Peretasan itu membuat kerugian hingga US$1,5 miliar (Rp 24,4 triliun). Jumlahnya mewakili sebagian besar (69%) dari dana yang berhasil dicuri sepanjang tahun ini.

    Pencurian itu melakukan metode rekayasa sosial. Termasuk dengan infiltrasi layanan terkait kripto lewat personal TI yang disusupi sebelumnya.

    Chainanalysis juga menyebutkan soal strategi mitigasi menghindari pencurian kripto di masa depan. Untuk perusahaan, ditekankan soal budaya keamanan kuat, audit keamanan rutin dan proses penyaringan karyawan agar bisa mengatasi upaya rekayasa sosial.

    Bagi individu, pentingnya menjaga kerahasiaan kepemilikan mata uang kripto. Selain juga melakukan langkah-langkah keamanan teknis, misalnya mengonversi kepemilikan jadi koin privasi atau menggunakan dompet dingin.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ekonomi Israel Makin Kuat Padahal Perang Sana-sini, Kok Bisa?

    Ekonomi Israel Makin Kuat Padahal Perang Sana-sini, Kok Bisa?

    Jakarta

    Pasar saham Israel mencatat keuntungan besar-besaran. Kinerja saham Israel meroket pesat dibandingkan negara-negara lain di Timur Tengah selama 22 bulan sejak serangan Hamas ke Israel ada Oktober 2023.

    Israel saat ini menghadapi tuduhan kejahatan perang di pengadilan internasional, sementara bergulat dengan gerakan protes besar-besaran dan gejolak politik di dalam negeri. Namun, negara tersebut terus melancarkan serang ke berbagai negara dan mempertahankan mobilisasi ratusan ribu pasukan yang biasanya merupakan bagian dari angkatan kerja.

    Meskipun demikian, dilansir dari CNBC, Jumat (18/7/2025), lanskap ekonomi Israel nampak kuat didorong oleh investasi asing yang signifikan dan baru-baru ini mendapat kepercayaan investor yang kembali pulih setelah konflik 12 hari dengan Iran.

    Awalnya pasar saham Israel sempat turun hingga 23% dalam sebulan setelah serangan Hamas pada bulan Oktober 2023 dan deklarasi perang Israel. Bursa Efek Tel Aviv telah pulih dan melampaui level sebelum perang pada kuartal pertama tahun 2024. Per 17 Juli, TASE naik lebih dari 200% dari level terendahnya pada bulan Oktober 2023.

    Namun, PDB negara itu pada kuartal terakhir tahun 2023 menyusut hampir 20%, menyusul kontraksi tajam dalam konsumsi dan investasi swasta yang dipicu oleh perang.

    Meskipun demikian, sepanjang tahun berakhir dengan pertumbuhan moderat sebesar 2%, dan pertumbuhan PDB lebih lanjut sebesar 1% pada tahun 2024, terutama didorong oleh belanja pemerintah.

    Pada bulan Juni tahun ini, OECD memperkirakan pertumbuhan aktivitas ekonomi sebesar 4,9% untuk Israel pada tahun 2026.

    “Pada tahun 2024, sekitar 161.000 rekening perdagangan baru dibuka di pasar modal Israel,” demikian pernyataan sebuah laporan bulan Juli yang dipublikasikan di situs web Bursa Efek Tel Aviv.

    Angka tersebut menunjukkan lonjakan tiga kali lipat dalam jumlah rekening yang dibuka dibandingkan dengan tahun 2023.

    Lihat juga Video: UNICEF Ungkap 28 Anak di Gaza Tewas Setiap Hari Selama 2 Tahun

    (hal/rrd)

  • Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia cenderung stabil pada perdagangan Jumat (18/7/2025). Pasar saat ini dihadapkan pada kekhawatiran terganggunya pasokan akibat serangan drone di ladang minyak Kurdistan, Irak, serta potensi penurunan permintaan di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

    Berdasarkan data pukul 09.39 WIB, harga minyak Brent hanya turun tipis 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 69,48 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 3 sen atau 0,04% ke posisi US$ 67,51 per barel.

    Dilansir dari Reuters, dalam empat hari terakhir, serangkaian serangan drone menghantam ladang minyak di wilayah Kurdistan, Irak, yang menyebabkan setengah dari total produksi wilayah itu terhenti. Kondisi ini sempat mendorong kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 pada Kamis (17/7/2025).

    Selain itu, permintaan musiman akibat tingginya aktivitas perjalanan turut menopang pasar. Menurut laporan analis JPMorgan, permintaan minyak global selama dua pekan pertama Juli rata-rata mencapai 105,2 juta barel per hari (bph), meningkat 600.000 bph dibandingkan tahun lalu dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

    Meski demikian, ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS masih menekan pasar. Kekhawatiran bertambah dengan rencana negara-negara produsen minyak utama yang berencana mencabut pemangkasan produksi mereka. Hal ini diperkirakan akan menambah pasokan global saat permintaan musiman di musim panas belahan bumi utara mulai menurun.

    Secara mingguan, harga minyak Brent dan WTI sama-sama mencatatkan penurunan lebih dari 1%.

    “Fundamental minyak dalam jangka pendek masih mendukung harga, dan pasar kemungkinan tetap ketat hingga kuartal ini berakhir, sebelum mulai mendapat suplai tambahan di tiga bulan terakhir tahun ini,” tulis analis ING dalam riset mereka.

    Menurut dua pejabat energi Irak, produksi minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah turun 140.000–150.000 barel per hari, atau lebih dari setengah produksi normal wilayah tersebut yang biasanya mencapai 280.000 bph.

    Pejabat keamanan menduga serangan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran, meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.

    Di sisi lain, pemerintah pusat Irak menyatakan bahwa ekspor minyak dari wilayah Kurdistan akan segera dilanjutkan melalui jalur pipa menuju Turki setelah sempat terhenti selama 2 tahun.