Negara: Iran

  • BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5%

    BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5%

    Jakarta

    Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Agustus 2025.

    Sejalan dengan itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas 25 bps menjadi 4,25%, sedangkan Lending Facility ikut turun 25 bps ke level 5,75%.

    “Rapat Dewan Gubernur BI pada 19 dan 20 Agustus 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5%. Demikian juga suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan suku bunga Lending Facility juga turun 25 bps menjadi 5,75%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (20/8/2025).

    Perry menjelaskan, langkah ini konsisten dengan proyeksi inflasi 2025-2026 yang tetap rendah di kisaran sasaran 2,5% ±1%, stabilnya nilai tukar rupiah, serta kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai kapasitas perekonomian nasional.

    “Keputusan penurunan suku bunga BI Rate ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai kapasitas perekonomian,” jelas Perry.

    Sebelumnya, BI juga sudah memangkas BI Rate dua kali sepanjang tahun ini, yakni pada Mei menjadi 5,50% dan pada Juli kembali turun ke 5,25%. Dengan keputusan terbaru, bunga acuan kini berada di level terendah sepanjang 2025.

    Langkah BI ini diharapkan bisa memberi stimulus tambahan bagi dunia usaha dan mendorong kredit perbankan, sekaligus tetap menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.

    Lihat juga Video: BI Menahan Suku Bunga Imbas Perang Iran

    (aid/rrd)

  • Amunisi Sisa Perang Israel Meledak di Iran, 1 Orang Tewas

    Amunisi Sisa Perang Israel Meledak di Iran, 1 Orang Tewas

    Teheran

    Amunisi sisa perang melawan Israel, yang berkecamuk awal tahun ini, meledak di wilayah Iran pada Selasa (19/8) waktu setempat. Sedikitnya satu orang tewas akibat ledakan tersebut.

    Laporan kantor berita resmi IRNA, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (20/8/2025), menyebut “amunisi rezim Zionis yang belum meledak” telah meledak di dekat kota Beyranshahr di Provinsi Lorestan, Iran bagian barat.

    Tidak dijelaskan lebih lanjut apakah amunisi itu meledak secara tidak sengaja atau memang diledakkan.

    “Insiden itu menewaskan satu orang dan melukai sembilan orang lainnya,” sebut Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita IRNA.

    Perang yang berkecamuk selama 12 hari pada Juni lalu diwarnai aksi saling serang, dengan Israel mengebom fasilitas nuklir dan militer, serta kawasan permukiman, di berbagai wilayah Iran.

    Lebih dari 1.000 orang tewas akibat rentetan serangan militer Tel Aviv dalam perang tersebut. Para komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran termasuk di antara korban tewas.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang di wilayah Israel.

    Amerika Serikat (AS), yang sempat bergabung dalam perang dengan mengebom situs-situs nuklir Iran, melakukan mediasi dan mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni lalu.

    Meskipun pertempuran telah berakhir, tidak ada kesepakatan yang meresmikan gencatan senjata antara Iran dan Israel.

    Para pejabat Teheran sejak saat itu menegaskan bahwa Iran tetap siap seandainya konfrontasi kembali pecah dengan Israel.

    Yahya Rahim Safavi, selaku penasihat militer untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada Minggu (17/8) bahwa Iran sedang “mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Perang 2 Tetangga Asia Usai di Tangan Trump, Iran “Panas” Lakukan Ini

    Perang 2 Tetangga Asia Usai di Tangan Trump, Iran “Panas” Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Iran Masoud Pezeshkian melakukan kunjungan resmi ke Yerevan, Armenia, pada Senin (18/8/2025) untuk membahas proyek koridor transportasi Azerbaijan yang didukung Amerika Serikat (AS).

    Melansir Al Jazeera, langkah ini menegaskan penolakan Teheran terhadap rencana pembangunan jalur darat tersebut yang dinilai dapat mengancam kepentingan geopolitiknya.

    Koridor yang dikenal sebagai Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional (TRIPP) merupakan bagian dari perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan yang ditandatangani di Washington awal Agustus.

    Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut kesepakatan itu memberi Washington hak eksklusif untuk mengembangkan jalur tersebut, sekaligus membuka kerja sama baru di bidang energi, perdagangan, dan teknologi.

    Namun, Teheran menilai kehadiran perusahaan maupun pasukan asing di kawasan akan mengganggu stabilitas. “Kami akan membahasnya dengan pejabat Armenia dan menyampaikan kekhawatiran kami,” kata Pezeshkian kepada televisi pemerintah sebelum keberangkatan ke Yerevan.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan koridor itu menyangkut isu geopolitik sensitif.

    “Kekhawatiran utama kami adalah rute ini bisa menyebabkan perubahan geopolitik di kawasan,” ujarnya kepada kantor berita IRNA.

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, bahkan menyebut proyek itu sebagai bentuk “hegemoni AS di Kaukasus.” Ia menegaskan Teheran akan memblokir inisiatif tersebut “dengan atau tanpa Rusia.”

    Koridor Zangezur, nama lain rute yang diusulkan, akan menghubungkan Azerbaijan dengan eksklave Nakhchivan melewati dekat perbatasan Iran. Teheran menilai proyek ini berpotensi memisahkan Iran dari Armenia dan Kaukasus, sekaligus menempatkan pasukan asing di wilayah sensitif.

    Sementara itu, Rusia menyambut hati-hati kesepakatan tersebut. Moskow menilai proyek itu bisa mendukung stabilitas, tetapi tetap memperingatkan terhadap intervensi asing.

    Armenia dan Azerbaijan memiliki sejarah panjang konflik, termasuk perebutan Nagorno-Karabakh sejak akhir 1980-an. Baku berhasil merebut wilayah itu lewat operasi militer pada 2023, memicu eksodus besar-besaran etnis Armenia. Tahun lalu, Armenia juga mengembalikan beberapa desa ke Azerbaijan, yang digambarkan Baku sebagai langkah “bersejarah.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Presiden Lebanon Wanti-wanti Iran Jangan Ikut Campur Urusan Negara!

    Presiden Lebanon Wanti-wanti Iran Jangan Ikut Campur Urusan Negara!

    Jakarta

    Presiden Lebanon Joseph Aoun telah menyampaikan pesan tegas kepada pemerintah Iran, bahwa negara tersebut tidak boleh ikut campur dalam urusan dalam negeri Lebanon.

    Hal itu disampaikan Aoun dalam sebuah wawancara dengan media Al Arabiya, Selasa (19/8/2025).

    Aoun mengatakan bahwa ia menyampaikan hal ini langsung kepada Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, Ali Larijani, yang mengunjungi Beirut, Lebanon pekan lalu.

    Ia mengatakan hubungan Lebanon dengan Iran “didasarkan pada rasa hormat,” dan menambahkan: “Iran adalah negara sahabat, tetapi atas dasar menjaga kedaulatan kami … pesan kami jelas: Iran tidak akan ikut campur dalam urusan kami.”

    Presiden Lebanon itu juga menekankan bahwa masalah perlucutan senjata kelompok milisi Hizbullah “adalah keputusan Lebanon dan bukan urusan Iran.”

    Kunjungan Larijani tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan menyusul pidato pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, yang memicu reaksi keras dan memperumit situasi politik.

    Qassem menuduh pemerintah Lebanon “menyerahkan Lebanon kepada Israel” dengan keputusannya untuk melucuti senjata Hizbullah. Dia mengingatkan bahwa hal ini dapat menyebabkan “perang saudara.” Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam mengecam pernyataan tersebut, menolak apa yang ia sebut sebagai “ancaman terselubung.”

    Otoritas Lebanon baru-baru ini mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Hizbullah dan Iran. Baik Presiden Aoun maupun Perdana Menteri Nawaf Salam mengatakan kepada Larijani pekan lalu, bahwa mereka menolak “campur tangan apa pun” dalam urusan internal Lebanon. Ini disampaikan menyusul kritik Iran terhadap keputusan perlucutan senjata Hizbullah.

    Untuk pertama kalinya dalam sejarah hubungan Lebanon-Iran, para pejabat senior Lebanon telah menyampaikan hal ini secara blak-blakan dan terbuka kepada utusan Iran tersebut.

    Diketahui bahwa Iran tetap menjadi pendukung utama Hizbullah, menyediakan uang dan senjata selama beberapa dekade.

    Langkah pemerintah Lebanon tersebut – yang digambarkan oleh para penentang Hizbullah sebagai “bersejarah” – merupakan bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata yang dimediasi AS yang mengakhiri perang Hizbullah-Israel pada 27 November lalu. Keputusan tersebut menetapkan bahwa hanya lembaga keamanan dan militer resmi Lebanon yang boleh membawa senjata.

    Lihat juga Video ‘Hizbullah Ancam Bakal Serang Israel Jika Perang Lebanon Berlanjut’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran Eksekusi Mati Pria Pembunuh Ibu dan 3 Anak

    Iran Eksekusi Mati Pria Pembunuh Ibu dan 3 Anak

    Jakarta

    Seorang pria dieksekusi mati di depan umum di Iran selatan pada hari Selasa (19/8) setelah dinyatakan bersalah karena membunuh empat orang, yakni seorang ibu dan tiga anaknya.

    “Salah satu pelaku pembunuhan brutal terhadap empat anggota keluarga di Beyram, Provinsi Fars, digantung di depan umum pada hari Selasa,” lapor Mizan, portal berita peradilan Iran, dilansir kantor berita AFP, Selasa (19/8/2025).

    Pembunuhan dan pemerkosaan dapat dihukum mati di Iran. Republik Islam tersebut merupakan negara kedua setelah China yang paling banyak melakukan eksekusi mati, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia termasuk Amnesty International.

    Otoritas Iran umumnya melakukan eksekusi mati di depan umum dengan cara dihukum gantung saat fajar.

    “Terdakwa dan istrinya membunuh seorang ibu dan tiga anak dalam perampokan pada Oktober 2024,” kata Mizan.

    Pasangan suami istri itu dijatuhi hukuman mati pada Februari 2025, dan putusan tersebut dikuatkan oleh Mahkamah Agung pada April, menurut media Iran.

    Lihat juga Video ‘2 WNA Iran Tipu Penjaga Toko di Serang, Gondol Uang Rp 4 Juta’:

    (ita/ita)

  • Iran Ingatkan Perang dengan Israel Bisa Meletus Lagi Kapan Saja

    Iran Ingatkan Perang dengan Israel Bisa Meletus Lagi Kapan Saja

    Jakarta

    Wakil Presiden (wapres) Iran mengingatkan bahwa perang dengan Israel bisa kembali meletus kapan saja. Pejabat senior Iran itu menyebut jeda yang terjadi setelah konflik 12 hari di bulan Juni lalu hanya sebagai penghentian sementara.

    “Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi; saat ini, kita bahkan belum berada dalam gencatan senjata (kesepakatan); kita berada dalam penghentian permusuhan,” kata Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref, dilansir Al Arabiya, Selasa (19/8/2025).

    Dalam pertempuran pada bulan Juni lalu, Israel membombardir situs-situs nuklir dan militer Iran, serta kawasan permukiman, menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran.

    Iran membalas dengan serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang di Israel.

    Amerika Serikat mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni, dua hari setelah bergabung dalam perang dengan mengebom fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Namun, tidak ada kesepakatan yang meresmikan gencatan senjata, yang ada hanyalah jeda permusuhan yang tidak diumumkan.

    Pada hari Minggu lalu, Yahya Rahim Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada media Iran bahwa negaranya sedang “mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.”

    “Kita tidak sedang berada dalam gencatan senjata sekarang, kita berada dalam fase perang, ini bisa kolaps kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika,” ujarnya dalam pernyataan yang dimuat oleh harian Shargh.

    “Gencatan senjata berarti menghentikan serangan; itu bisa berubah kapan saja,” tambahnya.

    Negara-negara Barat menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir melalui program atomnya. Namun, tuduhan ini dibantah keras oleh Teheran.

    Setelah perang, Israel dan Amerika Serikat berulang kali mengancam akan menyerang Iran lagi jika Teheran meluncurkan kembali situs nuklirnya dan melanjutkan program pengayaan nuklirnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Ekonomi Israel Kuartal II/2025 Terpuruk akibat Perang dengan Iran

    Ekonomi Israel Kuartal II/2025 Terpuruk akibat Perang dengan Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Perekonomian Israel anjlok pada kuartal II/2025 setelah perang 12 hari dengan Iran membuat banyak sektor usaha lumpuh total.

    Melansir Bloomberg pada Senin (18/8/2025), Biro Pusat Statistik Israel melaporkan produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 3,5% secara tahunan (annualized) setelah disesuaikan musiman. Angka itu jauh di bawah proyeksi median pertumbuhan 0,2% dalam survei Bloomberg terhadap enam ekonom.

    Dampak terbesar perang tersebut terlihat pada konsumsi rumah tangga yang turun 4,1% dan pembentukan modal tetap bruto yang merosot 12,3%. PDB sektor bisnis bahkan terkontraksi 6,2%. Sementara itu, PDB per kapita turun 4,4% — terendah dalam setahun.

    Bank Sentral Israel sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan 3,3% untuk 2025, sementara Kementerian Keuangan pekan lalu memangkas targetnya menjadi 3,1%.

    Untuk mencapainya, perekonomian harus melesat pada paruh kedua tahun ini, di tengah rencana Israel melancarkan operasi merebut Kota Gaza dalam beberapa pekan mendatang guna mengalahkan Hamas.

    “Bank of Israel baru-baru ini memperkirakan ada kesenjangan PDB sekitar 4% dibandingkan tren pertumbuhan pra-perang, setara dengan sekitar 80 miliar shekel. Data hari ini semakin menjauhkan peluang menutup kesenjangan itu,” ujar Ronen Menachem, Chief Markets Economist Mizrahi Tefahot Bank.

    Meski demikian, menurut Menachem, data terbaru kecil kemungkinan memengaruhi keputusan suku bunga bank sentral pada Rabu (20/8/2025) mendatang, mengingat kondisi luar biasa akibat operasi militer terhadap Iran serta kecenderungan bank sentral untuk tidak bergantung pada data kuartalan semata, terutama di masa penuh volatilitas.

    Israel melancarkan serangan mendadak ke Iran pada 13 Juni lalu dengan target program nuklir dan fasilitas militer yang dianggap sebagai “ancaman eksistensial.” Iran membalas dengan rentetan serangan rudal balistik yang memaksa banyak warga Israel berlindung.

    Operasi tersebut berpotensi membuat sekitar 1 juta warga Palestina mengungsi dan memaksa pengerahan puluhan ribu pasukan cadangan, yang semakin membebani ekonomi Israel.

  • Israel ‘Was-Was’, China Bantu Iran Produksi Rudal-Rudal Balistik untuk Persiapan Perang Berikutnya

    Israel ‘Was-Was’, China Bantu Iran Produksi Rudal-Rudal Balistik untuk Persiapan Perang Berikutnya

    GELORA.CO –  Israel dilaporkan khawatir atas meningkatnya kerja sama militer antara Iran dan China. Seperti laporan Yedioth Ahronoth dilansir the Cradle, Jumat (15/8/2025), kekhawatiran di kalangan elite Israel itu muncul terkait kerja sama Iran dan China dalam hal produksi rudal jarak jauh dari darat-ke-darat.

    Dalam laporan Yedioth Ahronoth juga disebutkan bahwa badan-badan intelijen Barat, khususnya Eropa mengawasi dengan seksama kerja sama antara Teheran dan Beijing itu.

    “Kami tidak tahu niat China, dan kami telah mengirim pesan jelas kepada mereka, tapi Beijing tidak mengonfirmasi bahwa mereka berniat memasok Iran dengan rudal darat-ke-darat,” ujar pejabat Israel dikutip Yedioth Ahronoth.

    Menurut laporan, China “saat ini sedang membangun kembali kemampuan rudal Iran.”

    Pada akhir Juli, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat (AS), Yechiel Leiter, mengingatkan, bahwa terdapat tanda-tanda ‘meresahkan’ dari dukungan China terhadap upaya Iran membangun kembali dan merestok rudal-rudal mereka pascaperang 12 hari melawan Iran pada Juni.

    “Ada lalu lintas yang mengganggu kami.. dan kami ingin memastikan bahwa kami tidak berurusan dengan (senjata) kimia dan kemampuan (Iran) untuk menyusun kembali program rudal balistik,” kata Leiter dalam wawancara dengan Voice of America.

    Leiter mengeklaim bahwa Israel bertanggung jawab memastikan bahwa “China atau aktor jahat lain tidak memperbolehkan mereka (Iran) untuk menyusun kembali” stok rudal. “Tidak ada alasan kenapa kami tidak bisa memiliki hubungan yang baik dengan rakyat China. Tapi tentunya tidak mau melihat China bersama mereka yang mengancam eksistensi kami.”

    Beberapa pekan sebelum pernyataan Leiter itu, Middle East Eye (MEE) melaporkan bahwa China mengirim betere rudal darat-ke-darat pascaperang 12 hari. Laporan itu menyebutkan bahwa, Teheran membayar rudal-rudal dari China itu dengan pengiriman minyak Iran.

    Selama perang 12 hari, Angkatan Bersenjata Israel menyatakan, bahwa mereka berupaya mencegah Iran bisa mengirim rudal-rudal balisitik ke negara mereka, namun upaya itu gagal. Hantaman rudal-rudal Iran mengakibatkan kerusakan meluas di kota-kota Israel.

    Universitas-universitas, pusat-pusat penelitian, hingga kantor pusat intelijen porak poranda dihajar rudal-rudal Iran. Beberapa markas militer juga mengalami kerusakan, namun sensor terhadap media di Israel mencegah detail kerusakan dampak perang 12 hari dirilis ke publik.

    Laporan Yedioth Ahronoth muncul di tengah kembali meningkatnya eskalasi antara Israel dan Iran. Pejabat Israel secara terbuka telah melontarkan ancaman akan kembali menyerang Iran. 

    Pada 27 Juni, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan, bahwa dirinya menginstruksikan Angkatan Bersenjata Israel untuk bersiap untuk sebuah “rencana penguatan” melawan program rudal dan nuklir Iran. Teheran telah bersumpah akan tetap melanjutkan program pengayaan uranium dan program energi nuklir damai, di tengah ancaman Barat. 

    Berdasarkan asesmen intelijen internasional terkonfirmasi, bahwa serangan AS terhadap Iran memang merusak, namun gagal menghancurkan total program energi nuklir Iran seperti yang diklaim Presiden Donald Trump. Adapun, sebuah analisis dari Foreign Policy yang dirilis pada 11 Agustus mengungkap potensi pecahnya kembali perang Israel-Iran

    “Israel kemungkinan akan melancarkan serangan kembali terhadap Iran sebelum Desember, mungkin lebih cepat pada akhir Agustus. Iran menyongsong dan bersiap menghadapi serangan itu. Pada perang pertama (Iran) melancarkan serangan jarak jauh, lewat rudal-rudal. Pada perang berikutnya, Iran akan menyerang dengan balasan yang lebih keras tujuan untuk menghilangkan pergerakan apapun yang bisa ditundukkan oleh dominasi militer Israel,” demikian laporan Foreign Policy, yang juga mengingatkan bahwa perang selanjutnya akan “lebih berdarah dari yang pertama.”

    Angkatan Bersenjata Iran pada Sabtu (16/8/2025) menegaskan bahwa, Teheran akan memberikan respons yang jauh lebih kuat terhadap serangan Israel dan AS pada masa depan. “Sekali lagi, kami tegas mengingatkan kriminal Amerika, rezim jahat dan brutal Zionis untuk menanggalkan konspirasi dan kekerasan terhadap Iran yang kuat dan tak terkalahkan,” kata kata seorang Jenderal dari Angkatan Bersenjata Iran dalam pernyataan resminya dikutip Iran International.

    “Dalam event salah perhitungan atau aksi satanik, apa yang mencegah kami dari operasi yang lebih luas pada perang 12 hari tidak akan lagi diterapkan,” demikian peringatan dari Angkatan Bersenjata Iran.

    “Kali ini mereka akan menghadapi kejutan-kejutan baru dan pukulan yang lebih menghancurkan.”

  • Polda Metro Jaya dinilai serius bongkar peredaran narkoba

    Polda Metro Jaya dinilai serius bongkar peredaran narkoba

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil menilai Polda Metro Jaya serius dan tak main-main dalam membongkar sindikat peredaran narkoba di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

    Hal tersebut disampaikan olehnya saat Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya mengungkap sindikat peredaran narkoba jaringan internasional dengan menyita 516 kilogram (kg) narkoba jenis sabu.

    “Komisi III memuji aksi heroik anggota Polda Metro yang tergabung dalam tim membongkar sindikat internasional tersebut,” katanya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Menurut dia, upaya anggota Kepolisian di Polda Metro Jaya untuk memberantas para sindikat peredaran gelap narkoba sangat kuat dan sungguh-sungguh.

    “Karenanya kerja keras Polda Metro Jaya yang membongkar jaringan gelap narkoba adalah bentuk patriotisme mereka guna melindungi anak bangsa dari bahaya barang berbahaya itu,” katanya.

    Meski tak menampik adanya oknum anggota yang terlibat untuk memuluskan peredaran narkoba, namun Nasir mengatakan, upaya penegakan hukum bagi internal Kepolisian juga sudah dilakukan.

    Polda Metro Jaya menangkap tujuh tersangka kasus peredaran gelap narkoba jenis sabu seberat 516 kg yang diedarkan melalui jaringan internasional.

    “Tersangka dua orang sebagai bandar. Kemudian yang lima orang sebagai kurir,” kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Polisi Ahmad David dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (15/8).

    Ketujuh tersangka itu berinisial SA (33) dan Z (50) berperan sebagai bandar. Kemudian, DE (30), ADR (30), DM (34), MM (27) dan AW (35) sebagai kurir. Jaringan internasional tersebut meliputi Iran, China, Malaysia dan Indonesia.

    Pengungkapan kasus itu sudah dimulai sejak Juli 2025 berdasarkan informasi dari masyarakat. “Reserse Narkoba Polda Metro Jaya membentuk tiga tim untuk melakukan penyelidikan,” katanya.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hizbullah Tolak Lucuti Senjata-Ancam Kerusuhan, PM Lebanon Mengecam!

    Hizbullah Tolak Lucuti Senjata-Ancam Kerusuhan, PM Lebanon Mengecam!

    Beirut

    Perdana Menteri (PM) Lebanon Nawaf Salam mengecam dan menuduh pemimpin kelompok Hizbullah Naim Qassem telah melontarkan ancaman “yang tidak dapat diterima” untuk memicu perang sipil di negara tersebut.

    Kecaman itu disampaikan PM Lebanon setelah Qassem menegaskan penolakan terhadap rencana pemerintah Beirut untuk melucuti persenjataan Hizbullah.

    Qassem mengingatkan bahwa melucuti senjata Hizbullah akan merusak keamanan nasional Lebanon. Dia juga memperingatkan jika senjata Hizbullah disingkirkan, maka pemerintah Lebanon akan bertanggung jawab atas kerusuhan internal atau pertempuran yang mungkin terjadi akibat keputusan itu.

    Qassem bahkan mengancam “tidak akan ada kehidupan di Lebanon” jika pemerintah berusaha melucuti persenjataan Hizbullah secara paksa.

    Salam, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025), mengecam pernyataan Qassem, yang disebutnya sebagai “ancaman tersirat untuk perang sipil”.

    “Ancaman atau intimidasi apa pun yang terkait dengan perang semacam itu sama sekali tidak dapat diterima,” tegas sang PM Lebanon dalam pernyataan via media sosial X.

    Dalam pernyataannya, Salam juga mengkritik Hizbullah yang menyebut upaya perlucutan senjata sebagai upaya Amerika Serikat (AS) dan Israel.

    “Keputusan kami murni keputusan Lebanon, dibuat oleh kabinet kami, dan tidak ada yang memberitahu kami mengenai apa yang harus dilakukan,” ucapnya.

    “Rakyat Lebanon memiliki hak atas stabilitas dan keamanan… yang tanpanya, negara ini tidak akan dapat pulih, dan tidak akan ada rekonstruksi atau investasi yang dilakukan,” kata Salam dalam pernyataannya.

    Qassem, dalam pidato yang disiarkan televisi terkait Hizbullah, sebelumnya menuduh pemerintah Lebanon “sedang melaksanakan perintah Amerika-Israel untuk mengakhiri perlawanan, bahkan jika itu mengarah pada perang sipil dan pertikaian internal”.

    “Perlawanan tidak akan menyerahkan senjatanya selama agresi berlanjut, selama pendudukan berlanjut, dan kami akan melancarkan pertempuran ala Karbala jika diperlukan, dan kami meyakini bahwa kami akan menang,” tegasnya, merujuk pada agresi dan pendudukan Israel.

    Pernyataan Qassem itu disampaikan setelah pertemuan dengan Kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, yang negaranya telah sejak lama mendukung kelompok Hizbullah.

    Hizbullah muncul dalam kondisi sangat lemah akibat perang tahun lalu dengan Israel, dan di bawah tekanan AS, pemerintah Lebanon telah memerintahkan militer negara itu untuk menyusun rencana perlucutan senjata Hizbullah pada akhir tahun.

    Pada Selasa (12/8) waktu setempat, Presiden Lebanon Joseph Aoun menegaskan kepada seorang pejabat senior Iran bahwa tidak ada kelompok di Lebanon yang diizinkan memiliki senjata atau bergantung pada dukungan asing.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)