Negara: Iran

  • Hizbullah Intip Pangkalan Udara Ramat David Israel, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi – Halaman all

    Hizbullah Intip Pangkalan Udara Ramat David Israel, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi – Halaman all

    Pangkalan Udara Ramat David di Israel Dipantau Hizbullah, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) dilaporkan melakukan latihan militer dadakan yang menskenariokan adanya serangan infiltrasi (penyusupan) terhadap sejumlah pangkalan militer dan pos pengawasan mereka, Minggu (9/3/2025). 

    “Di bawah perintah Kepala Staf IDF yang baru, Letnan Jenderal Eyal Zamir, militer pagi ini meluncurkan latihan mendadak yang mensimulasikan serangan infiltrasi terhadap pangkalan dan pos IDF,” kata laporan Times of Israel, Minggu.

    Laporan menyebutkan, sebagai bagian dari latihan militer dadakan tersebut, Pangkalan Udara Ramat David di Israel utara akan berlatih skenario serangan infiltrasi mendadak dari berbagai arah, kata IDF.

    Secara terpisah, Eyal Zamir memerintahkan pengawas keuangan IDF, Brig. Jenderal (purn.) Ofer Sarig, untuk melakukan inspeksi mendadak terhadap Komando Utara.

    “Pengawas akan memeriksa kesiapan, disiplin, dan kegiatan rutin unit-unit di Komando Utara,” kata IDF.

    Tangkapan layar dari video Hizbullah yang dipublikasikan pada 24 Juli 2024, memperlihatkan Pangkalan Udara Ramat David di Israel utara. (Foto: media Hizbullah)

    Ramat David Sudah Dipantau Hizbullah

    Sejak resmi menjabat sebagai Kepala Staf baru IDF, Eyal Zamir telah berulang kali menegaskan perombakan IDF di berbagai aspek, merujuk pada kegagalan militer negara tersebut pada serangan Banjir Al Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Eyal Zamir menyebut, Gaza dan tangan-tangan Iran, termasuk Hizbullah Lebanon, menjadi dua prioritas IDF dalam masa jabatannya.

    Terkait latihan militer di Pangkalan Udara Ramat David dan audit dadakan di Komando Utara ini, sejumlah analis menyatakan hal ini terkait dengan prioritas Eyal Zamir soal kesiapsediaan IDF melanjutkan perang di berbagai front, termasuk di Utara melawan gerakan Hizbullah.

    Kesepakatan gencatan senjata yang terjadi antara Hizbullah dan Israel terhitung akhir November 2024 silam, rapuh karena manuver IDF yang menolak angkat kaki sepenuhnya dari Lebanon Selatan.

    Adapun Pangkalan Udara Ramat David di utara wilayah pendudukan Israel, telah menjadi target rutin peluncuran roket Hizbullah.

    Bahkan, pada Juli silam para petempur Hizbullah di Lebanon telah merilis rekaman drone Pangkalan Udara Ramat David Israel.

    “Ini mungkin pertama kalinya drone musuh menembus wilayah udara di atas pangkalan militer Israel,” tulis laporan TC saat itu.

    “Hizbullah telah menerbitkan rekaman video baru yang diambil oleh salah satu drone mereka, yang menunjukkan informasi rinci tentang Pangkalan Udara Ramat David yang terletak 50 km dari perbatasan Lebanon di Israel utara,” tulis media Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan pada 24 Juli.

    Menurut gerakan perlawanan Lebanon, rekaman tersebut diambil pada hari Selasa (23/7/2024) oleh pesawat tak berawak Hudhud, yang sebelumnya telah merekam infrastruktur penting di Teluk Haifa dan pangkalan militer di Dataran Tinggi Golan.

    Video drone yang dirilis oleh Hizbullah adalah yang ketiga dari seri berjudul “Inilah yang dibawa kembali oleh Hoopoe.”

    Video drone Hoopoe 3 yang dirilis media Hizbullah pada Rabu (9/10/2024). Hizbullah memantau Israel lagi dan mengancam lokasi militer Israel di Haifa akan menjadi sasaran baru Hizbullah. (X/Telegram/Media Hizbullah)

    Klip berdurasi sembilan menit tersebut memperlihatkan berbagai fasilitas yang terlihat dalam rekaman tersebut, antara lain tangki bahan bakar pesawat, markas Skuadron 109, platform pertahanan udara Iron Dome, depo amunisi, markas Skuadron 157, hanggar, dan markas besar Pasukan Skuadron ke-105.

    Kelompok tersebut juga menerbitkan foto kantor komandan pangkalan, yang diduga mengungkapkan rincian pribadinya. Rekaman tambahan menunjukkan gudang lain dan markas Skuadron 101 dan 160, serta area teknis Skuadron 193.

    Video tersebut mencakup gambar yang diambil pada 9 Juli, menampilkan helikopter Apache, penyimpanan bahan bakar, dan pesawat Hercules.

    Tentara Israel menyatakan, “Video yang dirilis oleh Hizbullah difilmkan oleh kendaraan udara tak berawak semata-mata untuk tujuan pengintaian. Operasi pangkalan tidak terpengaruh.”

    Sumber Hizbullah mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa rekaman itu terkait dengan perjalanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Washington namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Hizbullah mengakhiri rekaman video tersebut dengan kalimat “[Israel] lebih lemah dari jaring laba-laba,” sebuah kalimat yang diulangi oleh mendiang Sekretaris Jenderal kelompok Perlawanan Lebanon, Hassan Nasrallah, dalam pidatonya pada Mei 2024 untuk merayakan pembebasan Lebanon selatan dari pendudukan Israel pada bulan Mei 2000.

    Para pejabat AS yang berbicara kepada CNN pada bulan Juni menyatakan kekhawatiran kalau jika terjadi perang skala penuh, Hizbullah akan membanjiri sistem pertahanan udara Israel dengan “persenjataan rudal dan drone yang sangat besar.”

    Setelah pertukaran serangan, Hizbullah dan Israel, dimediasi PBB dan AS, menyepakati gencatan senjata per 27 November 2024 silam.

    Namun gencatan senjata tersebut sudah berakhir 60 hari sejak kesepakatan terjadi dan perang potensial kembali pecah seiring memanas kembalinya situasi Gaza dan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel di Lebanon Selatan.

     

    (oln/toi/tc/*)

     

     

     

  • Tandingi AS-Israel, Iran-Rusia-China Gelar Latihan Perang Besar-besaran di Teluk Oman – Halaman all

    Tandingi AS-Israel, Iran-Rusia-China Gelar Latihan Perang Besar-besaran di Teluk Oman – Halaman all

    Tandingi AS-Israel, Iran-Rusia-China Gelar Latihan Perang Besar-besaran di Teluk Oman

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan laut Iran, Rusia, dan China dilaporkan akan mengadakan latihan militer di lepas pantai Iran minggu ini dalam upaya untuk meningkatkan kerja sama, media Iran melaporkan pada hari Minggu.

    “Ketiga negara, yang memiliki keinginan bersama untuk melawan apa yang mereka cirikan sebagai hegemoni Amerika, telah mengadakan latihan serupa di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir,” kata laporan Al Arabiya, Minggu (9/3/2025).

    Latihan “akan dimulai pada Selasa (11/3/2025) di pelabuhan Chabahar,” yang terletak di tenggara Iran di Teluk Oman, kata kantor berita Tasnim, tanpa menyebutkan durasinya.

    “Perang dan kapal tempur dan dukungan dari pasukan angkatan laut China dan Rusia, serta kapal perang pasukan angkatan laut Iran dan Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), sayap ideologis militer Iran, diharapkan untuk berpartisipasi, menurut laporan Tasnim.

    Latihan akan berlangsung “di Samudra Hindia utara” dan bertujuan untuk “memperkuat keamanan di kawasan itu, dan memperluas kerja sama multilateral antara negara-negara yang berpartisipasi,” kata Tasnim.

    Azerbaijan, Afrika Selatan, Oman, Kazakhstan, Pakistan, Qatar, Irak, Uni Emirat Arab dan Sri Lanka akan hadir sebagai pengamat.

    China akan mengerahkan “kapal perusak dan kapal pasokan,” kata kementerian pertahanan Beijing di jaringan media sosial WeChat.

    Tentara Iran melakukan latihan di daerah yang sama pada bulan Februari untuk “memperkuat kemampuan pertahanan terhadap ancaman apa pun.”

    Pesawat AS dan Jet Tempur Israel Unjuk Kekuatan di Dekat Iran

    Latihan perang Iran, Rusia,dan China ini akan menandingi apa yang diumumkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada Kamis (6/3/2025) kemarin.

    IDF menyatakan, Angkatan udara Israel (IAF) dan AS telah melakukan latihan militer gabungan di Mediterania Timur.

    Latihan gabungan yang melibatkan pesawat pengebom jarak jauh ini terjadi pada Selasa (4/3/2025).

    Latihan ini dilakukan pada saat yang sangat kritis, kemungkinan menunjukkan pesan kepada Iran atas adanya potensi serangan terhadap fasilitas nuklir Teheran.

    Dua jenis jet tempur terlihat melintasi langit Mediterania Timur pada saat itu.

    “Jet tempur F-35 dan F-15 Israel ikut serta dalam latihan di Mediterania Timur bersama pesawat pengebom strategis jarak jauh B-52 AS,” kata tentara Israel, dikutip dari Middle East Eye.

    Seperti diketahui, pesawat B-52 milik AS memiliki kemampuan untuk membawa bom untuk menyerang fasilitas nuklir bawah tanah Iran.

    Latihan gabungan ini dianggap sebagai unjuk kekuatan terhadap Teheran selama masa ketegangan.

    “Latihan tersebut difokuskan pada koordinasi operasional antara kedua militer untuk “meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai ancaman regional,” tambah IDF, dikutip dari Xinhua News.

    Latihan tersebut dilakukan pada saat yang sensitif di Timur Tengah.

    Di mana gencatan senjata Israel-Hamas masih belum ada kesepakatan hingga saat ini.

    Sementara Israel mengancam akan menargetkan fasilitas nuklir Iran dengan potensi dukungan AS.

    Dukungan AS yang diberikan untuk Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran sempat diungkapkan oleh Presiden Trump pada bulan Februari, lalu.

    Ia mengatakan lebih suka membuat kesepakatan dengan Iran tentang non-nuklir.

    Namun jika tidak berhasil, ia mengancam akan mengebom Iran.

    Pada hari Kamis, Reuters melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan rencana untuk menghentikan dan memeriksa kapal tanker minyak Iran di laut.

    Ini mengacu pada perjanjian internasional yang bertujuan untuk mencegah perdagangan senjata pemusnah massal.

    Trump mengatakan bahwa pihaknya akan menggunakan Inisiatif Keamanan Proliferasi 2003 untuk mencoba dan menghentikan ekspor minyak Iran.

    Trump telah berjanji untuk kembali melakukan kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran.

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin meningkat setelah pada 2018, di bawah pemerintahan Donald Trump.

    Di mana saat itu Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang membatasi pengembangan nuklir Iran. 

    Perjanjian tersebut berisi tentang perjanjian Iran dan negara-negara besar dunia, termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman untuk  mencapai kesepakatan yang meringankan sanksi internasional terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

    Teheran mematuhi kesepakatan tersebut hingga Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai membatalkan komitmennya.

     

    (oln/alrby/*)

  • Perintah Trump Ditolak Mentah-mentah, Iran Ogah Ditindas Bilang Begini

    Perintah Trump Ditolak Mentah-mentah, Iran Ogah Ditindas Bilang Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada Sabtu (8/3) waktu setempat, bahwa Iran tidak akan diintimidasi untuk berunding dengan Amerika Serikat (AS). Ini terjadi sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia telah mengirim surat kepada Teheran untuk mendesak negara itu dalam perundingan nuklir.

    Dalam laporan Reuters yang mengutip media Pemerintah Iran, Minggu (9/3/2025), Khamenei mengatakan dalam sebuah pertemuan dengan pejabat senior Iran bahwa tujuan Washington adalah untuk memaksakan harapan mereka sendiri.

    “Kegigihan beberapa pemerintah yang suka mengintimidasi dalam berunding bukanlah untuk menyelesaikan masalah. Bagi mereka, berunding adalah jalan untuk mengajukan tuntutan baru, bukan hanya tentang masalah nuklir Iran. Iran jelas tidak akan menerima harapan mereka,” kata Khamenei, tanpa menyebut Trump secara langsung.

    Khamenei, yang memegang keputusan terakhir tentang kebijakan utama Iran, mengatakan tidak ada cara lain untuk melawan paksaan dan intimidasi.

    “Mereka mengajukan tuntutan baru yang tentu saja tidak akan diterima oleh Iran, seperti kemampuan pertahanan, jangkauan rudal, dan pengaruh internasional kami.”

    Komentar ini dilontarkan sehari setelah Trump mengklaim sedang mengajak Iran untuk berunding soal nuklir. Ia mengatakan ada dua cara untuk menangani Iran yakni secara militer, atau membuat kesepakatan untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir.

    Menanggapi komentar Khamenei, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Brian Hughes menegaskan kembali hampir kata demi kata pilihan negosiasi atau tindakan militer yang Trump katakan telah ia sampaikan kepada Iran.

    “Kami berharap Rezim Iran mengutamakan rakyatnya dan kepentingan terbaiknya di atas teror,” kata Hughes dalam sebuah pernyataan.

    Sambil menyatakan keterbukaan terhadap kesepakatan dengan Teheran, Trump telah menerapkan kembali kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkan selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden untuk mengisolasi Iran dari ekonomi global dan mendorong ekspor minyaknya ke titik nol.

    Selama masa jabatannya 2017-2021, Trump menarik AS dari kesepakatan penting dengan Iran yang membatasi pengembangan nuklir dan memberlakukan kembali sanksi. Sejak saat itu, Iran melanggar dan jauh melampaui batasan tersebut.

    Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bahwa waktu hampir habis bagi diplomasi untuk memberlakukan pembatasan baru pada aktivitas Iran, karena Teheran terus mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata. Teheran mengatakan bahwa pekerjaan nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.

    Meskipun Teheran mengatakan bahwa program rudal balistiknya murni bersifat defensif, program itu dipandang di Barat sebagai faktor yang tidak stabil di Timur Tengah yang bergejolak dan dilanda konflik.

    Teheran dalam beberapa bulan terakhir telah mengumumkan penambahan baru pada persenjataan konvensionalnya, seperti kapal induk drone pertamanya dan pangkalan angkatan laut bawah tanah di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS dan Israel.

    (fab/fab)

  • Liga Arab, Gaza, dan Bayang-bayang Washington

    Liga Arab, Gaza, dan Bayang-bayang Washington

    loading…

    Eko Ernada. Foto/Istimewa

    Eko Ernada
    Dosen Hubungan Internasional Universitas Jember

    KETIKA para pemimpin Arab berkumpul di Kairo pada 4 Maret lalu, sorotan dunia tertuju pada mereka. Di balik ruangan megah yang menyimpan sejarah peradaban, tersirat harapan dan kegamangan. KTT Liga Arab kali ini bukan sekadar agenda diplomasi rutin, tetapi sebuah panggilan nurani di tengah puing-puing Gaza yang terus merintih. Di setiap jabat tangan dan senyum protokoler, ada tuntutan moral yang menggelayuti: bagaimana dunia Arab menyikapi luka yang terus menganga di Palestina?

    Dari pertemuan ini, lahirlah sederet komitmen yang, di atas kertas, tampak menjanjikan: rencana rekonstruksi Gaza tanpa pemindahan paksa, penolakan terhadap proyek AS yang hendak mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah,” serta janji pendanaan dari negara-negara Teluk. Namun, janji-janji ini menghadapi ujian di medan realitas. Sejarah menunjukkan bahwa keputusan yang dihasilkan di meja perundingan sering kali berakhir dalam kebuntuan eksekusi, terhambat oleh kepentingan politik dan diplomasi yang saling bertabrakan.

    Dilema Solidaritas dan GeopolitikSejarah mengajarkan bahwa dunia Arab sering tersandera oleh kepentingan yang saling berkelindan. Ada yang mengusung retorika solidaritas, tetapi di balik layar menjalin diplomasi senyap dengan Washington dan Tel Aviv. Ada yang lantang membela Palestina , tetapi ragu melawan arus kepentingan ekonomi dan geopolitik. Pertanyaannya tetap menggantung: apakah ini sekadar retorika yang menenangkan kegelisahan publik, atau benar-benar upaya nyata yang akan mengubah nasib Gaza?

    Beberapa negara Arab, seperti Yordania dan Aljazair, masih mempertahankan sikap tegas dalam mendukung Palestina. Namun, negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memiliki kepentingan ekonomi yang semakin dalam dengan Barat dan Israel. Dalam situasi seperti ini, solidaritas terhadap Palestina sering kali menjadi alat tawar-menawar politik. Bahkan, Arab Saudi yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung utama perjuangan Palestina, kini cenderung mengambil pendekatan pragmatis dengan mempertimbangkan dampak normalisasi hubungan dengan Israel terhadap stabilitas regional.

    Di tingkat global, peran Amerika Serikat menjadi variabel kunci. Steven A. Cook, dalam bukunya The End of Ambition: America’s Past, Present, and Future in the Middle East, menyoroti bagaimana kebijakan AS di Timur Tengah sering kali dipengaruhi ambisi yang tidak sejalan dengan realitas politik kawasan. Di era Trump, kebijakan pragmatis-transaksional AS lebih fokus pada kepentingan jangka pendek ketimbang stabilitas jangka panjang. Trump melanjutkan kebijakan pro-Israel dengan memperkuat hubungan dengan pemerintahan Netanyahu dan mempercepat implementasi Abraham Accords. Dukungan AS terhadap pemukiman ilegal di Tepi Barat dan sikapnya terhadap Gaza memberi tekanan bagi negara-negara Arab untuk menyesuaikan diri dengan strategi Washington.

    Fragmentasi dan Ketidakefektifan Liga ArabFragmentasi internal yang terus berlangsung menjadi tantangan utama bagi Liga Arab dan semakin menghambat efektivitas diplomasi regional. Perpecahan antara negara-negara Teluk, sikap ambivalen Mesir terhadap konflik Gaza, serta kepentingan strategis Turki dan Iran yang sering berbenturan dengan negara-negara Arab lainnya menjadikan langkah kolektif sangat sulit. Tanpa kesatuan visi dan aksi, pernyataan bersama yang dihasilkan dari KTT hanya menjadi dokumen tanpa dampak nyata.

    Kegagalan Liga Arab dalam merespons krisis regional—seperti perang saudara Suriah, intervensi di Yaman, serta normalisasi dengan Israel—menunjukkan betapa besar dampak dari fragmentasi ini. Dalam isu Palestina, misalnya, perbedaan sikap terhadap Israel semakin melemahkan posisi tawar Palestina. Rashid Khalidi dalam The Hundred Years’ War on Palestine menunjukkan bagaimana negara-negara Arab lebih fokus pada agenda domestik daripada membela Palestina secara kolektif.

    Sejarah mencatat bagaimana fragmentasi internal Liga Arab menghambat respons terhadap agresi Israel ke Lebanon pada 1982. Ketika Israel melancarkan invasi untuk menumpas Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), tidak ada respons militer atau diplomatik yang solid dari Liga Arab. Fragmentasi serupa juga terjadi dalam menangani konflik Gaza saat ini, di mana perbedaan kepentingan antarnegara anggota menghambat tindakan yang lebih konkret.

    Selain itu, peran Iran dalam mendukung kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk fragmentasi ini. Negara-negara Teluk yang pro-Barat dan negara-negara yang lebih terbuka terhadap pengaruh Iran, seperti Suriah dan Lebanon, memiliki sikap yang berbeda terhadap Tehran. Ketegangan ini semakin memperburuk kebijakan luar negeri negara-negara Arab secara keseluruhan, membuat mereka kesulitan untuk mengembangkan kebijakan kolektif yang efektif.

    Dinamika internal Liga Arab juga mencerminkan ketidakefektifan diplomasi regional akibat kurangnya kesatuan strategis. Shibley Telhami dalam The Stakes: America in the Middle East menegaskan bahwa negara-negara Arab sering kali tersandera oleh dinamika geopolitik global, yang semakin memperburuk fragmentasi. Ketidaksepakatan antarnegara Arab sering dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat dan Rusia untuk memperkuat posisi geopolitik mereka, semakin memperumit krisis di Timur Tengah.

    Jalan ke Depan: Retorika atau Tindakan Nyata?Liga Arab menghadapi dilema besar. Di satu sisi, mereka harus membuktikan bahwa pertemuan ini bukan sekadar ritual diplomasi tahunan. Di sisi lain, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa tanpa dukungan nyata dari kekuatan global, rekonstruksi Gaza akan tetap menjadi janji yang tak terwujud.

  • Trump Klaim Kirim Surat ke Khamenei soal Negosiasi Nuklir, Iran: Kami Belum Menerimanya – Halaman all

    Trump Klaim Kirim Surat ke Khamenei soal Negosiasi Nuklir, Iran: Kami Belum Menerimanya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran mengatakan hingga saat ini belum menerima surat dari Presiden AS Donald Trump yang katanya ditujukkan kepada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terkait perundingan nuklir.

    Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara kedutaan Iran pada hari Jumat (7/3/2025).

    “Kami belum menerima surat seperti itu sejauh ini,” kata jubir kedutaan Iran, dikutip dari Al Jazeera.

    Sebelumnya, Trump mengumumkan dalam wawancara dengan Fox Business Network bahwa dirinya telah mengirimkan surat kepada Khamenei.

    Dalam surat tersebut, Trump mengatakan menawarkan pembicaraan menuju kesepakatan mengenai program nuklir.

    Menurutnya, negosiasi ini akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada intervensi yang selama ini iya lakukan.

    “Saya berharap Iran, dan saya telah menulis surat kepada mereka yang mengatakan, saya harap Anda akan bernegosiasi karena jika kita harus melakukan intervensi militer, itu akan menjadi hal yang mengerikan bagi mereka,” kata Trump dalam segmen wawancara yang disiarkan pada hari Jumat, dikutip dari Iran International.

    Trump mengklaim bahwa dengan mengajukan kesepakatan ini tidak akan menyakiti Iran.

    “Ada dua cara untuk menangani Iran, secara militer atau membuat kesepakatan. Saya lebih suka membuat kesepakatan karena saya tidak ingin menyakiti Iran,” imbuh Trump.

    Presiden AS ini juga mengaku memiliki banyak kenalan di Iran.

    “Mereka orang-orang hebat. Saya kenal banyak orang Iran dari negara ini,” terangnya.

    Trump menambahkan dalam wawancaranya bahwa kesepakatan nuklir akan menjadi kemenangan bagi Iran.

    “Saya pikir mereka ingin mendapatkan surat itu. Alternatif lainnya adalah kita harus melakukan sesuatu, karena kita tidak bisa membiarkan senjata nuklir lain,” katanya.

    Meski banyak orang yang tidak setuju dengan keputusannya, Trump yakin bahwa ini akan membawa kemenangan bagi Iran.

    “Saya tidak yakin semua orang setuju dengan saya. Namun, kita dapat membuat kesepakatan yang sama bagusnya seperti jika Anda menang secara militer,” tambah presiden AS.

    Pernyataan Trump muncul tepat di saat pemerintahannya memberikan tekanan besar kepada Teheran.

    Tekanan yang dimaksud adalah Trump memberikan sanksi ekonomi baru dan tindakan penegakan hukum yang menargetkan ekspor minyak Iran.

    Ini juga bukan pertama kalinya Trump mengirimkan pendekatan serupa.

    Pada tahun 2019, surat Trump juga diabaikan oleh Khamenei.

    Menurut Khamenei, surat itu “tidak layak” dibalas.

    Sementara itu, Iran telah lama menegaskan bahwa programnya ditujukan untuk tujuan damai.

    Sejak Trump kembali ke menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir. 

    Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.

    Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.

    Akan tetapi pada tahun 2018, keadaan berubah.

    Di mana Presiden AS Donald Trump saat menjabat sebagai presiden AS  secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

    Trump justru menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Iran

  • Berkaca dari Trump-Zelensky, Menlu Iran Sebut Negaranya Pilih Jalur Berbeda dalam Hal Keamanan – Halaman all

    Berkaca dari Trump-Zelensky, Menlu Iran Sebut Negaranya Pilih Jalur Berbeda dalam Hal Keamanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyoroti bahwa ketegangan yang muncul dari pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat memberikan pelajaran penting bagi negara-negara yang bergantung pada kekuatan besar, termasuk Amerika Serikat.

    Dalam opini yang diterbitkan pada 5 Maret 2025 di surat kabar Ettelaat, Araghchi menggambarkan ketegangan yang terjadi di Gedung Putih sebagai refleksi dari keretakan dalam tatanan global.

    Ia menekankan bahwa perselisihan antara Trump dan Zelensky menunjukkan risiko yang dihadapi oleh negara-negara yang mengandalkan AS untuk keamanan mereka.

    Araghchi mencatat, “Ini bukan sekadar konflik biasa; ini mencerminkan keretakan mendalam dalam tatanan dunia.”

    Pendapatnya ini menggambarkan bahwa bahkan sekutu-sekutu lama AS mulai mempertanyakan kepemimpinan Washington, dan negara-negara Eropa kini lebih berhati-hati terhadap situasi perang di Ukraina.

    Menurut Araghchi, Iran telah memilih jalur yang berbeda, yaitu kemandirian dan kemerdekaan strategis.

    Ia menjelaskan, “Tidak seperti banyak negara yang bergantung pada kekuatan asing untuk keamanan, Iran secara sadar memilih untuk mempertahankan kemandiriannya meskipun harus membayar harga atas keputusan tersebut.”

    Ini menegaskan bahwa kemandirian bukanlah hasil dari sanksi, melainkan sebuah keputusan strategis yang disengaja.

    Araghchi juga menyatakan bahwa Iran tidak membeli keamanannya; sebaliknya, negara tersebut membangun keamanannya sendiri.

    Pandangan ini mencerminkan sikap Iran yang telah lama meyakini bahwa aliansi dengan AS tidak dapat diandalkan.

    Hal ini sejalan dengan pendirian Pemimpin Tertinggi Iran yang menolak negosiasi dengan Washington.

    Meskipun Araghchi menekankan pentingnya kemandirian militer, Iran tetap menjalin kerja sama dengan pihak asing, khususnya Rusia.

    Pada Januari 2025, Iran dan Rusia menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan militer yang dianggap sebagai langkah penting dalam memperkuat hubungan bilateral.

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian memuji perjanjian tersebut sebagai babak baru dalam kerjasama kedua negara.

    Perjanjian ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang stabil dan berkelanjutan antara Rusia, Iran, dan seluruh kawasan Eurasia.

    Apa Implikasi dari Perjanjian Ini?

    Sejak pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, Iran semakin dilihat sebagai sekutu strategis oleh Rusia.

    Kedua negara sepakat untuk saling membantu menghadapi ancaman keamanan bersama.

    Meskipun demikian, perjanjian ini tidak mencakup pakta pertahanan seperti yang ditandatangani Rusia dengan Korea Utara.

    Dalam laporan France24, dijelaskan bahwa Iran dan Rusia sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonomi, terutama dalam menghadapi sanksi Barat terhadap industri energi mereka.

    Mereka juga akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan penggunaan fasilitas pelabuhan untuk kapal perang masing-masing negara.

    Sebelumnya, hubungan antara Iran dan Rusia diatur oleh dokumen kerja sama yang ditandatangani pada tahun 2001 dan diperbarui secara berkala.

    Namun, hubungan ini memiliki sejarah yang kompleks, dengan kedua negara pernah berperang pada abad ke-18 dan ke-19 untuk memperebutkan wilayah di Kaukasus.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain – Halaman all

    Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa pemerintahan AS di bawah Donald Trump telah menciptakan “suasana kacau” setelah pertemuan sengitnya di Ruang Oval dengan pemimpin Ukraina minggu lalu.

    Dalam opini yang diterbitkan pada Rabu (5/3/2025) di surat kabar Ettela’at Iran, Araghchi menilai perselisihan tersebut mengungkapkan keretakan besar dalam tatanan global dan memperjelas bahaya mengandalkan Amerika Serikat dalam urusan keamanan.

    Araghchi mengkritik apa yang ia sebut sebagai “ketegangan verbal” dan “kebijakan impulsif” dalam diplomasi global.

    Ia menyoroti pertikaian di Ruang Oval sebagai momen refleksi bagi negara-negara yang selama ini bergantung pada AS, khususnya dalam konteks hubungan Ukraina dengan Barat.

    “Perselisihan baru-baru ini di Gedung Putih bukan sekadar konflik biasa; hal ini mencerminkan keretakan mendalam dalam tatanan dunia,” tulisnya.

    Araghchi menilai bahwa bahkan sekutu lama AS kini mulai mempertanyakan kepemimpinan Washington, dengan negara-negara Eropa mengambil pendekatan lebih hati-hati terhadap perang di Ukraina.

    Iran Pilih Kemandirian

    Dalam opininya, Araghchi menegaskan bahwa Iran telah memilih jalur berbeda, yaitu kemandirian dan kemerdekaan strategis.

    “Tidak seperti banyak negara yang bergantung pada kekuatan asing untuk keamanan, Iran telah secara sadar memilih untuk mempertahankan kemandiriannya, meskipun harus membayar harga atas keputusan tersebut,” tulisnya.

    Ia menegaskan bahwa pendekatan ini bukanlah akibat dari sanksi, melainkan keputusan strategis yang disengaja.

    “Iran tidak membeli keamanannya; Iran membangunnya,” tambahnya.

    Mengutip Newsweek, pernyataan Araghchi sejalan dengan sikap Iran yang telah lama meyakini bahwa aliansi dengan AS tidak dapat diandalkan.

    Pernyataannya juga mendukung sikap Pemimpin Tertinggi Iran yang menolak negosiasi dengan Washington.

    Garis keras Iran menilai bahwa konfrontasi Trump-Zelensky menjadi bukti ketidakstabilan diplomatik AS.

    Meskipun Araghchi menekankan pentingnya kemandirian militer, Iran tetap menjalin kerja sama dengan pihak asing, khususnya Rusia.

    Hubungan Rusia dan Iran

    Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan militer.

    Kedua negara menganggap perjanjian ini sebagai tonggak penting dalam hubungan bilateral mereka.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menandatangani perjanjian tersebut dalam sebuah upacara di Kremlin.

    Keduanya memuji kesepakatan ini sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara.

    “Dokumen terobosan ini bertujuan menciptakan kondisi bagi pembangunan yang stabil dan berkelanjutan antara Rusia, Iran, serta seluruh kawasan Eurasia,” ujar Putin.

    Pezeshkian menambahkan bahwa perjanjian ini akan membuka babak baru dalam kerja sama Iran dan Rusia di berbagai sektor, terutama ekonomi.

    Mengutip laporan France24 pada 17 Januari 2025, sejak pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, Rusia semakin memandang Iran sebagai sekutu strategis.

    Dalam dokumen yang diterbitkan Kremlin, kedua negara sepakat untuk saling membantu menghadapi ancaman keamanan bersama.

    Namun, perjanjian ini tidak mencakup pakta pertahanan bersama seperti yang ditandatangani Rusia dan Korea Utara tahun lalu.

    Rusia dan Iran sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonomi di berbagai sektor, terutama dalam menghadapi sanksi Barat terhadap industri energi mereka.

    Selain itu, mereka juga akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan penggunaan fasilitas pelabuhan untuk kapal perang masing-masing negara.

    Namun, perjanjian tersebut tidak secara eksplisit mencakup pertukaran senjata, yang merupakan aspek kerja sama yang telah dikenai sanksi oleh Barat.

    Iran diketahui telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak “Shahed” yang digunakan dalam serangan ke Ukraina, menurut pejabat Ukraina dan Barat.

    Moskow dan Teheran telah merancang perjanjian baru ini selama bertahun-tahun.

    Sebelumnya, hubungan kedua negara diatur oleh dokumen kerja sama tahun 2001 yang diperbarui secara berkala.

    Meski kini semakin erat, hubungan Rusia dan Iran memiliki sejarah yang kompleks.

    Pada abad ke-18 dan ke-19, kedua negara berperang memperebutkan wilayah di Kaukasus. Selain itu, Uni Soviet dan Inggris pernah menginvasi Persia selama Perang Dunia II.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Tak Bernilai di RI, Daun Ini Justru Jadi Harta Karun di Jepang-Belanda

    Tak Bernilai di RI, Daun Ini Justru Jadi Harta Karun di Jepang-Belanda

    Jakarta, CNBC Indonesia – Masyarakat Indonesia mungkin tak asing dengan daun jeruk. Biasanya kita bisa menemukan daun ini untuk berbagai masakan, termasuk rendang.

    Ternyata, daun jeruk juga dicari di banyak negara dunia. Permintaan masih tinggi, sayang tidak diikuti dengan pengiriman ekspornya yang tercatat terus mengalami penurunan.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor daun jeruk Indonesia sebesar US$3,26 juta atau Rp 53 miliar sepanjang tahun lalu. Angka tersebut menurun US$4,10 juta dari tahun sebelumnya, bahkan jauh di bawah tahun 2019 sebesar US$4,78 juta.

    Ekspor dari Indonesia terbesar masih didominasi negara tetangga Malaysia, begitu juga Jepang. Nilai ekspor keduanya mencapai US$913,32 ribu dan US$690,75 ribu pada 2024 lalu.

    Malaysia jadi pasar terbesar karena adanya kebutuhan industri kuliner dan makanan olahan. Kedekatan wilayah dengan Indonesia juga membuatnya menjadi pemasok utama dengan biaya pengiriman lebih murah.

    Sementara Jepang menggunakannya untuk industri makanan sehat, farmasi, dan produk berbasis herbal seperti teh dan minyak esensial. Ini menjadi bukti daun jeruk Indonesia punya daya saing yang kuat dan tidak ada pertanda akan melemah.

    Negara lain seperti Iran, India dan Belanda juga menjadi pasar ekspor. Namun nilainya tidak terlalu besar dibandingkan dua negara tadi.

    Melihat tren selama lima tahun terakhir, ekspor daun jeruk tanah air mengalami fluktuasi namun tidak ada pelemahan permanen untuk permintaan. Penurunan dari 2019 ke 2024 kemungkinan juga karena berbagai faktor seperti pandemi Covid-19 dan cuaca.

    Pandemi diketahui mengganggu distribusi dan pengiriman global. Pembatasan impor yang ketat juga dilakukan sejumlah negara tujuan dan biaya logistik mengalami peningkatan.

    Muncul juga pesaing dari negara lain untuk memasok daun jeruk seperti Thailand dan Vietnam. Keduanya juga mengekspor daun jeruk ke pasar global dengan harga kompetitif yang berdampak pada nilai ekspor daun jeruk Indonesia.

    Negara di Uni Eropa dan Jepang diketahui pula punya standar tinggi soal residu pestisida dan kualitas produk. Ini membuat eksportir perlu memenuhi berbagai syarat yang ketat.

    Begitu pula di Indonesia. Saat tren penurunan terus berlanjut, Indonesia berisiko kehilangan pangsa pasar daun jeruk di pasar global.

    Perlu strategi untuk meningkatkan kualitas, begitu juga dengan efisiensi rantai pasok, dan diversifikasi pasar ekspor. Dengan begitu tidak perlu bergantung pada negara-negara pembeli daun jeruk.

    (pgr/pgr)

  • Trump Kirim Surat ke Pemimpin Iran untuk Bahas Kesepakatan Nuklir

    Trump Kirim Surat ke Pemimpin Iran untuk Bahas Kesepakatan Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia ingin merundingkan kesepakatan nuklir dengan Iran dan telah mengirim surat kepada pemimpin negara tersebut. Trump mengatakan bahwa ia berharap negara Republik Islam tersebut akan setuju untuk berunding.

    “Saya katakan saya harap Anda akan berunding, karena itu akan jauh lebih baik bagi Iran,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network yang disiarkan pada hari Jumat (7/3) waktu setempat, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (8/3/2025).

    “Saya pikir mereka ingin mendapatkan surat itu. Alternatif lainnya adalah kita harus melakukan sesuatu, karena Anda tidak dapat membiarkan senjata nuklir lainnya,” ujar Trump.

    Tidak ada tanggapan langsung dari kementerian luar negeri di Iran atas permintaan komentar mengenai pernyataan Trump tersebut.

    “Ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan,” kata Trump. “Saya lebih suka membuat kesepakatan, karena saya tidak ingin menyakiti Iran. Mereka orang-orang hebat,” imbuhnya.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Surat itu tampaknya ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Gedung Putih belum memberikan pernyataan mengenai surat itu.

    Trump telah mengubah kebijakan luar negeri AS setelah kembali menjabat sebagai presiden pada bulan Januari lalu. Dia mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Rusia, yang telah membuat sekutu Barat waspada saat ia mencoba menjadi penengah untuk mengakhiri perang tiga tahun Rusia-Ukraina.

    Sebelumnya pada tahun 2018, Trump telah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, sebuah perjanjian multinasional untuk mencegah Iran memproduksi senjata nuklir, setahun setelah masa jabatan pertamanya di Gedung Putih.

    Ia mengatakan pada bulan Februari lalu, bahwa ia ingin membuat kesepakatan dengan Iran yang mencegah negara itu mengembangkan senjata nuklir.

    Lihat juga Video Iran Tak Khawatir dengan Kemenangan Trump: Apa Bedanya?

  • Trump Kirim Surat ke Pemimpin Tertinggi Iran, Pezeshkian Pilih Patuhi Khamenei Ogah Negosiasi – Halaman all

    Trump Kirim Surat ke Pemimpin Tertinggi Iran, Pezeshkian Pilih Patuhi Khamenei Ogah Negosiasi – Halaman all

    Donald Trump Kirim Surat ke Pemimpin Tertinggi Iran, Pezeshkian Pilih Patuh ke Khamenei

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali membuat manuver mengejutkan terkait sikap dan posisi negaranya dalam konstalasi geopolitik dunia.

    Dalam sebuah pernyataan, Trump menyatakan ia telah mengirim surat kepada Pemimpin Revolusi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei.

    Surat, kata Trump, berisi harapan kalu Iran akan setuju untuk mengadakan perundingan dengan AS terkait nuklir.

    “Trump mengatakan dia ingin merundingkan kesepakatan nuklir dengan Iran dan mengirim surat kepada pimpinan tertinggi Iran pada Kamis yang mengatakan dia berharap mereka akan setuju untuk berunding,” tulis laporan MNA, Jumat (7/3/2025).

    “Saya berharap Anda akan bernegosiasi, karena ini akan jauh lebih baik bagi Iran,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network yang disiarkan pada hari Jumat.

    “Saya pikir mereka ingin mendapatkan surat itu,” katanya, sambil mengklaim bahwa alternatif lainnya adalah, “Kita harus melakukan sesuatu, karena kita tidak bisa membiarkan senjata nuklir lain.”

    Iran telah berulang kali mengatakan kalau mereka tidak membuat senjata nuklir, dan menekankan bahwa teknologi nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil. 

    Selain itu, ada Fatwa dari Pemimpin Revolusi Iran yang melarang kepemilikan dan penggunaan senjata pemusnah massal.

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (Khamenei.ir)

    Pezeshkian Patuhi Khamenei 

    Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah mengatakan pada Minggu (2/3/2025) kemarin kalau meskipun ia secara pribadi mendukung negosiasi dengan AS, Teheran tidak akan terlibat dalam pembicaraan dengan Washington selama Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei menentangnya.

    “Saya sendiri percaya bahwa lebih baik berdialog. Kemudian [Pemimpin Tertinggi Khamenei] mengatakan bahwa kami tidak akan berunding dengan Amerika. Setelah itu, saya mengumumkan bahwa kami tidak akan berdialog dengan Amerika,” kata Pezeshkian.

    Sambil menegaskan kembali keyakinannya pada diplomasi, Pezeshkian menegaskan bahwa pemerintahannya akan mengikuti posisi dan sikap Khamenei terkait AS “sampai akhir.”

    Di Iran, pemimpin tertinggi memegang otoritas tertinggi atas urusan negara, termasuk kebijakan luar negeri dan program nuklir.

    Ali Khamenei, 85 tahun, telah memimpin negara tersebut sejak 1989.

    “Ketika pemimpin tertinggi menetapkan arah, kita harus menyesuaikan diri dengannya. Untuk beradaptasi, kita harus mencoba menemukan jalan,” tambah Pezeshkian.

    Wilayah industri di Ibu Kota Iran, Teheran. Iran dilaporkan berencana memindahkan ibu kotanya dari Teheran ke wilayah Selatan negara tersebut. Dilaporkan, wilayah Makran dekat Teluk Oman diproyeksi menjadi lokasi baru ibu kota Iran. Masalah kepadatan dan lingkungan menjadi alasan utama rencana pemindahan ibu kota, namun disebut-sebut Iran juga bersiap menghadapi perang besar melawan Israel. (ATTA KENARE / AFP)

    Ekonomi Iran Jeblok

    Ia menyampaikan pernyataan tersebut dalam proses pemakzulan terhadap Menteri Ekonomi Abdolnaser Hemmati, yang kemudian dicopot oleh parlemen karena inflasi yang melonjak dan mata uang yang anjlok.

    Hemmati kalah dalam pemungutan suara mosi tidak percaya, dengan 182 dari 273 anggota parlemen mendukung pemecatannya.

    Pemakzulan ini terjadi di tengah tekanan ekonomi baru dari AS, dengan Presiden Donald Trump memberlakukan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran sambil pada saat yang sama menyerukan negosiasi.

    Namun, bulan lalu, Khamenei menolak perundingan dengan Washington, dengan alasan bahwa perundingan tersebut tidak akan menyelesaikan masalah Iran dan menggambarkan perundingan tersebut sebagai “tidak cerdas maupun terhormat.”

    Membela Hemmati sebelum ia dicopot, Pezeshkian mengatakan kepada para anggota parlemen: “Kita sedang dalam perang (ekonomi) skala penuh dengan musuh… kita harus mengambil formasi perang.”

    Ia juga berpendapat bahwa masalah ekonomi Iran “tidak dapat disalahkan pada satu orang.”

    Pezeshkian, yang menjabat pada bulan Juli, telah berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi dan meringankan sanksi Barat melalui diplomasi.

    Ekonomi Iran terpukul keras oleh sanksi internasional, terutama setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 pada tahun 2018 selama masa jabatan pertama Trump.

    Pada tahun 2015, rial Iran diperdagangkan pada harga 32.000 per dolar, tetapi pada saat Masoud Pezeshkian menjabat pada bulan Juli, nilai tukarnya telah jatuh ke harga 584.000 per dolar.

    Baru-baru ini, mata uang Iran tersebut telah jatuh lebih jauh, dengan toko-toko penukaran mata uang di Teheran sekarang memperdagangkan 930.000 rial per dolar.

    Berdasarkan konstitusi Iran, pemecatan Hemmati berlaku segera, dengan penunjukan menteri sementara hingga penggantinya dipilih.

    AS Mau Ganggu Pasokan Minyak Iran dengan Menghentikan Kapal di Laut

    Sebelum mengirimkan surat permintan berunding ke Khamenei, Donald Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana untuk menghentikan dan memeriksa kapal tanker minyak Iran di laut berdasarkan perjanjian internasional yang bertujuan untuk melawan penyebaran senjata pemusnah massal, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters .

    Trump telah berjanji untuk memulihkan kampanye “tekanan maksimum” untuk mengisolasi Iran dari ekonomi global dan mendorong ekspor minyaknya ke nol, untuk menghentikan negara tersebut memperoleh senjata nuklir.

    Trump menghantam Iran dengan dua gelombang sanksi baru pada minggu-minggu pertama masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan-perusahaan dan apa yang disebut armada bayangan kapal tanker minyak tua yang berlayar tanpa asuransi Barat dan mengangkut minyak mentah dari negara-negara yang terkena sanksi.

    Langkah-langkah tersebut sebagian besar sejalan dengan langkah-langkah terbatas yang diterapkan selama pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, di mana Iran berhasil meningkatkan ekspor minyak melalui jaringan penyelundupan yang kompleks.

    Para pejabat Trump kini tengah mencari cara bagi negara-negara sekutu untuk menghentikan dan memeriksa kapal-kapal yang berlayar melalui titik-titik kritis seperti Selat Malaka di Asia dan jalur laut lainnya, menurut enam sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas subjek tersebut.

    Hal itu akan menunda pengiriman minyak mentah ke kilang. Hal itu juga dapat menyebabkan pihak-pihak yang terlibat dalam memfasilitasi perdagangan tersebut terkena dampak kerusakan reputasi dan sanksi, kata sumber tersebut.

    “Anda tidak harus menenggelamkan kapal atau menangkap orang untuk memberikan efek yang menakutkan bahwa hal ini tidak sepadan dengan risikonya,” kata salah satu sumber.

    “Keterlambatan pengiriman … menimbulkan ketidakpastian dalam jaringan perdagangan gelap tersebut.”

    Pemerintah sedang mengkaji apakah inspeksi di laut dapat dilakukan di bawah naungan Inisiatif Keamanan Proliferasi yang diluncurkan pada tahun 2003, yang bertujuan untuk mencegah perdagangan senjata pemusnah massal.

    AS mendorong inisiatif tersebut, yang telah ditandatangani oleh lebih dari 100 pemerintah.

    Mekanisme ini dapat memungkinkan pemerintah asing untuk menargetkan pengiriman minyak Iran atas permintaan Washington, salah satu sumber mengatakan, yang secara efektif menunda pengiriman dan memukul rantai pasokan yang diandalkan Teheran untuk mendapatkan pendapatan.

    Dewan Keamanan Nasional, yang merumuskan kebijakan di Gedung Putih, sedang menyelidiki kemungkinan inspeksi di laut, kata dua sumber.

    Tidak jelas apakah Washington telah mendekati penandatangan Prakarsa Keamanan Proliferasi untuk menguji kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan proposal tersebut.

    John Bolton, yang merupakan negosiator utama AS untuk inisiatif tersebut saat dibentuk, mengatakan kepada Reuters bahwa “akan sepenuhnya dibenarkan” untuk menggunakan inisiatif tersebut guna memperlambat ekspor minyak Iran. 

    Ia mencatat bahwa penjualan minyak “jelas penting untuk meningkatkan pendapatan bagi pemerintah Iran guna menjalankan kegiatan proliferasi dan dukungannya terhadap terorisme.”

    Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.

    Kementerian perminyakan dan luar negeri Iran tidak menanggapi permintaan komentar terpisah.

    Iran sebelumnya telah menekankan bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan dan sanksi yang dijatuhkan oleh Washington.

    Upaya sebelumnya untuk menyita kargo minyak Iran telah memicu pembalasan oleh Iran.

    AS mencoba mencegat setidaknya dua kargo minyak Iran pada tahun 2023, di bawah Biden. Hal ini mendorong Iran untuk menyita kapal-kapal asing – termasuk satu kapal yang disewa oleh Chevron Corp (CVX.N) , yang menyebabkan harga minyak mentah naik.

    Kondisi harga minyak yang rendah saat ini memberi Trump lebih banyak pilihan untuk memblokir aliran minyak Iran, mulai dari sanksi terhadap perusahaan tanker hingga penyitaan kapal, menurut Ben Cahill, seorang analis energi di Pusat Energi dan Sistem Lingkungan di Universitas Texas.

    “Saya pikir jika harga tetap di bawah $75 per barel, Gedung Putih memiliki lebih banyak keleluasaan untuk mempertimbangkan sanksi yang akan memengaruhi pasokan dari Iran dan negara-negara lain. Akan jauh lebih sulit untuk melakukan ini dalam lingkungan harga $92 per barel,” kata Cahill.

     

     

    (oln/mna/memo/*)