Negara: Iran

  • Israel Tiba-Tiba Luncurkan 3 Roket ke Lebanon

    Israel Tiba-Tiba Luncurkan 3 Roket ke Lebanon

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel meluncurkan serangan udara terhadap basis Hizbullah di Lebanon pada hari Sabtu setempat, usai mencegat tembakan roket lintas batas. Media pemerintah Lebanon melaporkan seorang wanita tewas.

    Mengutip AFP, tentara Israel mengatakan tiga roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara. Serangan Lebanon itu memicu sirene serangan udara di wilayah Israel untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata November antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.

    Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan negara itu berisiko terseret ke dalam “perang baru” setelah berbulan-bulan relatif tenang.

    Militer Israel mengatakan ketiga roket itu dapat dicegat dan tidak ada klaim tanggung jawab langsung dari kelompok mana pun atas serangan itu.

    Namun demikian, kepala pertahanan Israel mengatakan mereka menganggap pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas semua tembakan musuh dari wilayahnya terlepas dari siapa yang meluncurkannya.

    “Kami tidak dapat membiarkan tembakan dari Lebanon mengenai masyarakat Galilea,” kata Menteri Pertahanan Israel Katz, dikutip dari AFP, Sabtu (22/3/2025).

    Ia merujuk pada kota-kota dan desa-desa di utara, yang banyak di antaranya dievakuasi setelah Hizbullah mulai menembaki Israel untuk mendukung Hamas pada Oktober 2023.

    “Pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan dari wilayahnya. Saya telah memerintahkan militer untuk menanggapinya sebagaimana mestinya,” kata Katz.

    “Kami menjanjikan keamanan bagi masyarakat Galilea, dan itulah yang akan terjadi. Nasib Metula sama dengan Beirut.”

    Sementara itu, Kepala angkatan bersenjata Eyal Zamir memperingatkan militer akan “menanggapi dengan tegas”.

    “Negara Lebanon memikul tanggung jawab untuk menegakkan perjanjian tersebut,” katanya.

    Zamir merujuk pada gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang ditandatangani oleh pemerintah di pihak Lebanon.

    Kantor Berita Nasional resmi Lebanon mengatakan serangan udara dan penembakan Israel telah menargetkan beberapa wilayah di selatan. Satu serangan Israel menewaskan seorang wanita di Touline.

    NNA melaporkan, ada tiga orang lainnya terluka di kota selatan tersebut. Sebelumnya dilaporkan serangan Israel melukai dua orang di desa perbatasan Kfarkila.

    (pgr/pgr)

  • Israel Gempur Lebanon Usai Serangan Roket, 2 Orang Tewas

    Israel Gempur Lebanon Usai Serangan Roket, 2 Orang Tewas

    Jakarta

    Dua orang termasuk seorang anak perempuan tewas dalam serangan Israel di sebuah kota di Lebanon selatan pada hari Sabtu (22/3). Media pemerintah Lebanon melaporkan korban jiwa ini setelah Israel melancarkan serangan udara sebagai respons atas serangan roket lintas batas.

    “Serangan musuh Israel di kota Touline mengakibatkan… tewasnya dua orang, termasuk seorang anak perempuan, dan terlukanya delapan orang lainnya, termasuk dua anak-anak,” lapor kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA) yang mengutip unit darurat kementerian kesehatan, yang menggambarkannya sebagai “jumlah korban awal”.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (22/3/2025), NNA sebelumnya melaporkan jumlah korban tewas satu orang di Touline.

    Jatuhnya korban jiwa ini terjadi ketika militer Israel mengatakan sedang melancarkan serangan udara di benteng Hizbullah di Lebanon setelah mencegat serangan roket lintas batas.

    Militer Israel mengatakan tiga roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara, yang memicu sirene serangan udara di wilayah tersebut untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata November lalu antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

    Militer Israel mengatakan ketiga roket itu berhasil dicegat dan belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

    Namun, kepala pertahanan Israel mengatakan bahwa mereka menganggap pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas semua serangan musuh dari wilayahnya, terlepas dari siapa yang meluncurkannya.

    “Kami tidak dapat membiarkan serangan dari Lebanon mengenai masyarakat Galilea,” kata Menteri Pertahanan Israel Katz, merujuk pada kota-kota dan desa-desa di utara, yang banyak di antaranya dievakuasi setelah kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mulai menggempur Israel untuk mendukung Hamas pada Oktober 2023.

    “Pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan dari wilayahnya. Saya telah memerintahkan militer untuk meresponsnya sebagaimana mestinya,” kata Katz.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Reaksi Khamenei Terhadap Ancaman Trump: Iran Tidak Takut – Halaman all

    Reaksi Khamenei Terhadap Ancaman Trump: Iran Tidak Takut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak ultimatum Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menyerang Iran jika kesepakatan nuklir tidak tercapai.

    Dalam pidato yang disiarkan secara nasional, Khamenei menegaskan bahwa ancaman tersebut tidak akan menakut-nakuti Teheran.

    Khamenei menyatakan, “Orang Amerika harus tahu bahwa ancaman tidak akan membawa mereka ke mana pun dalam menghadapi Republik Islam.”

     Dia juga menegaskan bahwa Iran akan memberikan balasan yang tegas jika diserang. “Jika ada yang melakukan kejahatan terhadap rakyat Iran, mereka akan ditampar dengan keras,” ujarnya.

    Pernyataan ini muncul setelah Trump mengirim surat kepada Khamenei awal bulan ini, yang berisi tawaran negosiasi dalam waktu terbatas.

    Isi Surat Trump ke Khamenei

    Surat yang diungkap oleh Axios pada 19 Maret 2025 ini memberikan tenggat waktu dua bulan bagi Iran untuk mencapai kesepakatan nuklir baru.

    Namun, surat tersebut tidak mencantumkan kapan tenggat waktu itu dimulai.

    Trump juga mengancam bahwa jika Iran menolak untuk bernegosiasi, mereka akan menghadapi risiko besar, termasuk serangan dari AS dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.

    Surat tersebut disampaikan melalui diplomat senior UEA, Anwar Gargash, dan Teheran telah mengonfirmasi penerimaan surat tersebut.

    Meskipun demikian, Iran menyatakan tidak akan segera menanggapi isi surat tersebut.

    Sementara itu, Khamenei menolak saran dari pejabat lain, termasuk Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang menyarankan pembicaraan tidak langsung dengan AS.

    Araghchi berpendapat bahwa negosiasi melalui perantara seperti Oman adalah cara yang tepat untuk menemukan titik tengah.

    Namun, Khamenei menegaskan, “Kami tidak pernah menjadi pihak yang memulai konflik,” dan berjanji akan memberikan respons tegas terhadap pihak-pihak yang ingin menyerang Iran.

    Sejak Trump menjabat kembali sebagai Presiden AS, pemerintahannya telah berulang kali menyatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir.

    Pengawas nuklir PBB melaporkan bulan lalu bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya mendekati tingkat senjata.

    Kesepakatan nuklir yang dicapai pada tahun 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, termasuk AS, mulai terguncang setelah Trump menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Khamenei Tolak Ultimatum Trump, Siap Beri Balasan Tegas jika Iran Diserang – Halaman all

    Khamenei Tolak Ultimatum Trump, Siap Beri Balasan Tegas jika Iran Diserang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dengan tegas mengabaikan ancaman Presiden AS Donald Trump terkait potensi adanya serangan dari AS jika kesepakatan nuklir tidak segera tercapai.

    Menurut Khamenei, ancaman Trump tidak akan membuat Teheran takut.

    “Orang Amerika harus tahu bahwa ancaman tidak akan membawa mereka ke mana pun dalam menghadapi Republik Islam,” katanya dalam pidato yang disiarkan secara nasional di Teheran pada Jumat (21/3/2025), dikutip dari Iran Internasional.

    Khamenei berjanji akan memberikan balasan jika negaranya diserang.

    “Jika ada yang melakukan kejahatan terhadap rakyat Iran, mereka akan ditampar dengan keras,” tegas Khamenei.

    Pernyataan Khamenei ini menyusul surat yang dikirim Trump kepada dirinya pada awal bulan ini.

    Dalam surat tersebut Trump menawarkan negosiasi dalam jangka waktu terbatas. 

    Isi Surat Trump ke Khamenei

    Axioos pada Rabu (19/3/2025) mengungkapkan isi surat Presiden AS Donald Trump terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei yang dikutip dari seorang pejabat AS dan dua sumber yang mengetahui surat tersebut.

    Dalam surat itu, Trump dilaporkan memberi tenggat waktu kepada Iran selama 2 bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir baru.

    Namun dalam surat tersebut tidak dituliskan kapan dimulainya tenggat waktu tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

    Selain berisi ultimatum, surat tersebut juga tampaknya berisi ancaman.

    Trump mengatakan apabila Iran menolak untuk bernegosiasi, maka mereka akan mendapatkan resiko yang cukup besar.

    Resiko yang dimaksud adalah serangan dari AS dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.

    Ia menegaskan bahwa dirinya tak ingin adanya negosiasi terbuka.

    Sebagai informasi, surat tersebut dikirimkan ke Khamenei melalui diplomat senior UEA Anwar Gargash pada minggu lalu.

    Teheran mengonfirmasi telah menerima surat tersebut.

    Sebelumnya Iran mengatakan tidak akan langsung menanggapi isi surat tersebut.

    Sementara Khamenei dengan tegas tidak ingin mengikuti saran dari pejabat lain, terutama untuk berunding dengan AS. 

    Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi menyarankan bahwa pembicaraan tidak langsung dengan Amerika Serikat dapat dilakukan, mungkin melalui perantara seperti Oman .

    Menurut Araghci, ini adalah cara yang paling tepat agar kedua pihak dapat menemui titik tengah.

    “Ini bukan metode yang aneh, dan telah terjadi berulang kali sepanjang sejarah,” kata Araghchi dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Iran. 

    “Yang penting adalah kemauan untuk bernegosiasi dalam kondisi yang adil dan setara; bentuk apa pun yang diambil tidak menjadi masalah,” tambahnya.

    Akan tetapi, Khamenei dengan tegas menolak saran dari Araghci.

    “Kami tidak pernah menjadi pihak yang memulai konflik,” katanya.

    Akan tetapi, ia berjanji akan memberikan respons tegas terhadap pihak-pihak yang ingin menyerang Iran.

    “Namun, jika seseorang bertindak dengan niat jahat, responsnya akan tegas,” tegasnya.

    Sejak Trump kembali ke menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir. 

    Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.

    Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.

    Akan tetapi pada tahun 2018, keadaan berubah.

    Presiden AS Donald Trump saat menjabat sebagai presiden AS  secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

    Setelah menarik diri, Trump kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Ayatollah Ali Khamenei dan Donald Trump

  • Riset Ungkap Orang dengan Golongan Darah Ini Lebih Mungkin Kena Kanker

    Riset Ungkap Orang dengan Golongan Darah Ini Lebih Mungkin Kena Kanker

    Jakarta

    Penelitian terbaru mengungkapkan jenis golongan darah yang lebih mungkin terkena kanker. Sebuah studi yang dilakukan pada 50 ribu orang di Iran menemukan orang dengan golongan darah A, B, dan AB memiliki risiko 55 persen lebih tinggi terkena kanker lambung dibandingkan orang dengan golongan darah O.

    Penelitian yang diterbitkan di BMC Medicine ini juga menyebut orang dengan golongan darah A, satu per enam lebih mungkin terkena kanker usus dalam penelitian tersebut.

    Penelitian lain yang dilakukan pada 2016 terhadap hampir 18 ribu orang menemukan golongan darah AB memiliki risiko 45 persen lebih besar untuk terkena kanker hati. Sedangkan golongan darah O dan AB memiliki peluang satu per enam lebih rendah untuk terkena kanker pankreas.

    Dikutip dari Daily Mail, para ahli tidak sepenuhnya yakin mengapa golongan darah tertentu berisiko lebih tinggi terkena kanker. Salah satu teori yang muncul adalah golongan darah menghasilkan respons sistem kekebalan yang berbeda terhadap ancaman bakteri.

    Hal tersebut yang memicu perubahan pada sel, meningkatkan kemungkinan munculnya kanker.

    Meski begitu, mereka juga mengingatkan untuk lebih berhati-hati dalam menafsirkan hubungan antara golongan darah dan kanker. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menemukan hubungan secara langsung antara golongan darah dan kanker.

    Ini belum ditambah dengan banyaknya faktor risiko gaya hidup yang dapat mempengaruhi perkembangan kanker. Dikutip dari Very Well Health, berikut ini sederet faktor risiko kanker yang harus diperhatikan:

    Kebiasaan merokokKonsumsi alkoholKurang aktivitas fisikKelebihan berat badan atau obesitasPola makan tidak sehatPaparan sinar matahari atau radiasiHubungan intim berisiko

    (avk/naf)

  • Putin Ucapkan Selamat Nowruz kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan Presiden Pezeshkian – Halaman all

    Putin Ucapkan Selamat Nowruz kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan Presiden Pezeshkian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ucapan selamat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada perayaan Nowruz.

    Putin juga mengucapkan selamat kepada Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, Kremlin mengumumkan pada Jumat (21/3/2025).

    Mengutip Tehran Times, dalam pesannya, Putin menyatakan, “Iran adalah teman yang dapat diandalkan dan tetangga yang baik bagi Rusia. Kami akan terus mengembangkan hubungan berdasarkan kemitraan strategis yang komprehensif demi kepentingan kedua negara serta untuk mendukung stabilitas dan keamanan regional.”

    Menurut PressTV, Nowruz, yang berarti “Hari Baru,” menandai hari pertama bulan Farvardin dalam kalender Persia.

    Perayaan ini biasanya jatuh pada 20 Maret, namun dalam tahun kabisat bertepatan dengan 21 Maret.

    Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui Nowruz sebagai Hari Nowruz Internasional pada tahun 2010.

    PBB menggambarkannya sebagai festival musim semi asal Iran yang telah dirayakan selama lebih dari 3.000 tahun.

    Media Rusia juga melaporkan bahwa Putin mengirim pesan ucapan selamat secara terpisah kepada para pemimpin Azerbaijan, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, yang turut merayakan Nowruz.

    PEMIMPIN IRAN – Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei menyapa hadirin yang datang dalam acara peringatan dakwah Nabi Muhammad SAW, dengan sekelompok pejabat Iran, perwakilan dan duta besar negara-negara Islam di Teheran, Iran pada Selasa (28/1/2025). (Kantor berita resmi negara Iran, IRNA)

    Hubungan Rusia dan Iran

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian menandatangani perjanjian kerja sama pada 17 Januari 2025.

    Namun, perjanjian tersebut tidak membentuk aliansi militer maupun menciptakan kewajiban langsung bagi kedua negara.

    Sebaliknya, perjanjian ini hanya meresmikan hubungan erat antara Iran dan Rusia yang semakin berkembang sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, menurut analisis dari Carnegie Politika.

    Gagasan perjanjian kemitraan strategis tersebut pertama kali muncul pada tahun 2020.

    Saat itu, Presiden Iran yang akan lengser, Hassan Rouhani, berupaya meraih pencapaian dalam kebijakan luar negeri setelah gagal memperbaiki hubungan dengan Barat.

    Ia kemudian mencari berbagai perjanjian kerja sama besar dengan mitra internasional.

    Perjanjian pertama ditandatangani dengan China pada Maret 2021.

    Perjanjian 25 tahun tersebut sempat menimbulkan spekulasi luas, termasuk rumor mengenai investasi China senilai $400 miliar dan penyewaan pulau-pulau di Teluk Persia oleh China.

    Namun, kenyataannya perjanjian itu tidak membawa perubahan signifikan, bahkan perdagangan antara kedua negara justru mengalami penurunan dalam beberapa tahun berikutnya.

    Setelah Iran menandatangani perjanjian serupa dengan Venezuela dan Suriah, Rusia menjadi mitra logis berikutnya.

    Sebelum invasi besar-besaran ke Ukraina, hubungan Rusia dengan Iran masih terbatas.

    Namun, ketika tentara Rusia sangat membutuhkan dukungan militer Iran—terutama pesawat nirawak—pada tahun pertama pertempuran, hubungan kedua negara berkembang pesat.

    Akibatnya, perjanjian yang ditandatangani oleh Putin dan Pezeshkian pada akhirnya tidak lebih dari sekadar formalitas birokrasi yang merangkum keadaan hubungan yang telah terjalin.

    Jika perjanjian ini ditandatangani pada tahun 2021, mungkin perjanjian itu bisa berfungsi sebagai dasar untuk mempererat hubungan Rusia-Iran.

    Namun, saat ini perjanjian tersebut lebih sekadar meresmikan hal yang sudah ada tanpa menambahkan kewajiban baru.

    Hampir semua bidang kerja sama—termasuk energi, transportasi, dan organisasi regional—yang disebut dalam perjanjian ini sudah menjadi subjek kesepakatan baru antara Iran dan Rusia dalam tiga tahun terakhir.

    Padahal, salah satu aspek yang paling banyak dispekulasikan dalam perjanjian itu adalah kemungkinan adanya soal keamanan.

    Pakta yang ditandatangani tahun lalu antara Korea Utara dan Rusia, yang mencakup klausul bantuan timbal balik jika salah satu negara diserang, sempat menimbulkan harapan bahwa perjanjian Rusia-Iran akan memiliki ketentuan serupa.

    Namun, hal itu tidak terwujud.

    Sebaliknya, kedua negara hanya sepakat untuk tidak membantu negara mana pun yang menyerang pihak lain.

    Ini menegaskan bahwa Moskow dan Teheran tidak berniat membentuk aliansi militer.

    Hal ini juga dinilai bahwa Kremlin tetap enggan membantu Iran jika diserang oleh Amerika Serikat atau Israel.

    Hubungan antara Iran dan Rusia saat ini berada di titik tertinggi, bukan karena adanya perjanjian terobosan, melainkan karena Rusia semakin terisolasi dari Barat akibat perang di Ukraina.

    Kerja sama antara kedua negara semakin dalam, tetapi dengan kecepatan yang lambat dan dalam batasan tertentu.

    Tujuan utama dari perjanjian 2025 ini adalah untuk meresmikan pencapaian dalam beberapa tahun terakhir serta mengirimkan pesan kepada dunia—terutama kepada elite Rusia dan Iran—bahwa Moskow dan Teheran berkomitmen untuk kerja sama jangka panjang.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Harga Minyak Mentah Naik Dampak Sanksi Iran dan Rencana OPEC+ Kendalikan Pasokan – Page 3

    Harga Minyak Mentah Naik Dampak Sanksi Iran dan Rencana OPEC+ Kendalikan Pasokan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia naik pada perdagangan hari Jumat. Harga minyak mentah mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Kenaikan harian dan mingguan ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi baru kepada Iran. Selain itu, harga minyak juga naik karena adanya rencana OPEC+ untuk memangkas produksi bagi tujuh anggota.

    Mengutip CNBC, Sabtu (22/3/2025), harga minyak mentah Brent naik 16 sen atau 0,22% dan ditutup pada USD 72,16 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen atau 0,31% dan ditutup pada USD 68,28 per barel.

    Secara mingguan, harga minyak mentah Brent naik 2,24% dan harga minyak WTI naik 1,64%.

    Departemen Keuangan AS pada hari Kamis mengumumkan sanksi baru kepada Iran, yang untuk pertama kalinya menargetkan kilang minyak independen China di antara entitas dan kapal lain yang terlibat dalam memasok minyak mentah Iran ke China.

    Itu menandai putaran keempat sanksi Washington terhadap Iran sejak Donald Trump menduduki posisi Presiden AS. Pada  bulan Februari kemarin, Trump berjanji untuk memberlakukan kembali kampanye tekanan maksimum terhadap pemerintahan Teheran dan berjanji untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke level nol.

    Analis di ANZ Bank memperkirakan pengurangan 1 juta barel per hari (bpd) dalam ekspor minyak mentah Iran karena sanksi yang lebih ketat ini.

    Layanan pelacakan kapal Kpler mematok ekspor minyak mentah Iran lebih dari 1,8 juta bpd pada bulan Februari, memperingatkan bahwa penyembunyian aktivitas kapal Iran karena sanksi dapat menyebabkan revisi pada angka-angka tersebut.

     

  • Populer Internasional: Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah – Ribuan Warga Turki Ngamuk – Halaman all

    Populer Internasional: Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah – Ribuan Warga Turki Ngamuk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita internasional terpopuler dapat disimak di sini.

    Jemaah umrah asal Indonesia mengalami kecelakaan bus di Jeddah, seperti apa kronologinya?

    Di Turki, ribuan warga turun ke jalan menuntut presiden Erdogan untuk mundur.

    Sementara itu, presiden Israel mengkritik keputusan Netanyahu tentang melanjutkan perang di Gaza.

    Simak berita selengkapnya.

    1. Kronologis Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah, Bus Tabrak Jeep, Terbalik & Terbakar

    Kecelakaan maut menimpa bus pengangkut jemaah umrah dari Indonesia di Jeddah, Kamis (20/3/2025). 

    Berikut kronologis dan detik-detik kecelakaan bus pengangkut jemaah umrah Indonesi di Jeddah. 

    Diketahui, kecelakaan dikabarkan terjadi pada pukul 13.30 Waktu Arab Saudi atau 17.30 WIB.

    Kronologis kecelakaan maut bus jemaah umrah Indonesia di Jeddah

    Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah Yusron B. Ambary saat dikonfirmasi Tribunnews.com menjelaskan kronologis terjadinya kecelakaan maut jemaah umrah Indonesia ini. 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Ribuan Warga Turki Ngamuk, Tuntut Presiden Erdogan Mundur Buntut Isu Kudeta Ekrem Imamoglu

    Lebih dari ribuan warga Turki menggelar demo besar-besaran di jalanan kota untuk memprotes penahanan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.

    “Kami tidak akan diam. Ini adalah serangan terhadap demokrasi dan kebebasan berpendapat,” kata salah satu demonstran yang hadir di Balai Kota Istanbul.

    Tak hanya di jalanan kota, demonstran juga turut memadati sejumlah titik penting lainnya seperti kampus, hingga stasiun bawah tanah, dengan massa meneriakkan slogan anti-pemerintah.

    Kendati pihak berwenang memberlakukan larangan demonstrasi selama empat hari, namun hal tersebut tak mengendurkan semangat demonstran.

    Ribuan warga itu memilih untuk terus melakukan aksi protes dengan menutup beberapa jalan, dan membatasi akses ke platform media sosial, ribuan demonstran tetap turun ke jalan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China

    Rezim pemerintahan Israel saat ini boleh jadi tengah dalam euforia perang di berbagai front seiring dukungan penuh Amerika Serikat (AS) lewat kebijakan Donald Trump, sang presiden.

    Maka tak heran, mulai dari Gaza, Lebanon, Suriah, bahkan Iran, Israel menebarkan serangan udaranya secara gila-gilaan.

    Namun, sejumlah analis geopolitik dan keamanan wilayah, memperkirakan aksi sembrono Israel ini tidak akan bertahan lama lantaran situasi sulit yang segera menghampiri AS.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Kritik Keputusan Netanyahu, Presiden Israel: Tak Mungkin Bertempur Sambil Selamatkan Sandera

    Presiden Israel, Isaac Herzog mengungkapkan kekhawatirannya dengan keputusan PM Israel, Benjamin Netanyahu baru-baru ini.

    Herzog mengatakan bahwa dirinya khawatir keputusan Netanyahu saat ini menjadi boomerang di masa depan.

    “Tidak mungkin untuk tidak merasa sangat terganggu oleh kenyataan pahit yang terbentang di depan mata kita,” kata Herzog dalam sebuah pernyataan video, dikutip dari Arab News.

    Netanyahu pada awal minggu ini memerintahkan pasukannya untuk melanjutkan agresi di Gaza.

    Meski tak menyebut nama Netanyahu, Herzog dengan jelas mengatakan bahwa keputusan berperang di Gaza tidak dapat diterima.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China – Halaman all

    Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China – Halaman all

    Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China

    TRIBUNNEWS.COM – Rezim pemerintahan Israel saat ini boleh jadi tengah dalam euforia perang di berbagai front seiring dukungan penuh Amerika Serikat (AS) lewat kebijakan Donald Trump, sang presiden.

    Maka tak heran, mulai dari Gaza, Lebanon, Suriah, bahkan Iran, Israel menebarkan serangan udaranya secara gila-gilaan.

    Namun, sejumlah analis geopolitik dan keamanan wilayah, memperkirakan aksi sembrono Israel ini tidak akan bertahan lama lantaran situasi sulit yang segera menghampiri AS.

    Situasi sulit ini, diibaratkan sebagai sebuah perjudian AS, khususnya merujuk pada dukungan negara adidaya tersebut terhadap Israel dalam menghadapi kelompok Ansarallah Houthi di Yaman.

    “Meningkatnya kampanye Donald Trump melawan Houthi di Yaman, yang telah menghidupkan kembali blokade Laut Merah sebagai protes terhadap perang Israel di Gaza, mungkin akan segera menghadapi pilihan yang sulit,” tulis ulasan pakar geopolitik Robert Tollast dalam analisisnya di National, dikutip Jumat (21/3/2025).

    Seperti dilaporkan, Presiden AS tersebut telah berjanji untuk “memusnahkan” Houthi -kelompok yang dicap Trump sebagai “barbar”.

    Demi itu, telah terjadi setidaknya 30 serangan udara AS terhadap mereka sejak Sabtu pekan lalu, selain ancaman untuk meminta pertanggungjawaban langsung Iran atas serangan Houthi baik ke Israel maupun ke kapal perang AS di kawasan perairan wilayah tersebut.

    “Namun, perang melawan Houthi -dan juga Iran- tersebut bukanlah prioritas pertahanan utama AS,” tulis Tollast.

    Sebagai pengingat, pada Januari kemarin, Menteri Pertahanan AS rezim Trump, Pete Hegseth, mengutarakan tujuan jangka panjang Washington, yang telah ditetapkan sejak masa kepresidenan Obama. 

    Hegseth mengatakan tujuan utamanya adalah untuk “mencegah agresi di Indo-Pasifik oleh Tiongkok komunis”, China.

    “Ini berarti peningkatan ambisius terhadap inventaris senjata dan kemampuan angkatan laut AS untuk berperang melawan “rekan dekat” – angkatan bersenjata Beijing yang besar – daripada kekuatan milisi seperti Houthi atau negara seperti Iran,” tulis Tollast menggambarkan kalau musuh utama AS saat ini adalah China, bukan Houthi atau bahkan Iran.

    Kapal induk Amerika Serikat, Eisenhower. (U.S. Navy)

    Mempersenjatai Kembali Amerika

    Dalam perspektif ini, kata Tollast, peningkatan persenjataan AS sedang terjadi, di mana pabrik-pabrik senjata sedang dibangun atau diperluas, dengan fokus pada rudal jelajah jarak jauh yang bersifat siluman, dalam beberapa kasus dimungkinkan oleh AI, termasuk cara-cara untuk memangkas biaya sambil tetap mempertahankan kemampuan.

    Senjata lama seperti rudal Tomahawk sedang ditingkatkan untuk peperangan angkatan laut dan sistem baru berfokus pada pembangunan apa yang dikenal sebagai “massa” atau jumlah semata (keunggulan kuantitas armada) dalam peperangan.

    “Sementara itu, UU Kapal berupaya memperluas pembangunan kapal militer dan komersial AS, sebagian untuk bersaing dengan pembangunan angkatan laut besar-besaran Tiongkok,” menggambarkan upaya Trump untuk bisa mengungguli kemampuan militer China.

    Tollast menjelaskan, banyak sistem baru persenjataan yang dirancang AS dengan fokus pada pertempuran di hamparan Pasifik yang luas, yang oleh para komandan militer AS disebut sebagai “tirani jarak”. 

    “Fokusnya meliputi rudal antikapal, yang tidak berguna melawan Houthi, meskipun rudal tersebut akan penting dalam perang dengan Iran. Produksi pencegat pertahanan udara juga meningkat,” katanya.

    Masalahnya, kata dia, banyak pakar memperingatkan kalau AS mungkin tidak memiliki cukup kemampuan baru yang siap menghadapi krisis dengan China.

    “Hal ini dapat membuat keterlibatan baru di Timur Tengah tidak diinginkan, terutama yang melibatkan Iran. Alasannya adalah proyeksi kebutuhan pertahanan yang mengejutkan yang diyakini AS akan dibutuhkan untuk menghadapi China,” ujar Tollast.

    “Perkiraan bervariasi mengenai berapa banyak material militer yang dibutuhkan AS untuk menghadapi krisis Pasifik,” tambahnya.

    Untuk menggambarkan itu, Tollast mengutip pernyataan Salvatore Mercogliano, seorang sejarawan maritim di Universitas Campbell di Carolina Utara yang menyatakan kalau Komando militer AS di Pasifik “khawatir tentang pengeluaran senjata”.

    “Mereka juga khawatir tentang pengalihan kapal ke sana dan penarikan aset. Namun, tidak adanya jalur laut yang aman melalui Laut Merah juga akan berdampak pada dukungan operasi di Pasifik barat. Houthi (dan yang saya maksud adalah Iran) dapat menutup selat itu jika mereka mau dengan satu senjata yang belum digunakan – ranjau,” ulas sang analisis soal dilema strategis manuver militer AS yan terkait antara kebutuhan di Laut Pasifik dengan suplai yang mesti melalui Laut Merah.

    Disebutkan, dalam perang Pasifik skala penuh yang difokuskan pada Taiwan, AS diperkirakan akan menembakkan lebih dari 30.000 amunisi presisi, jumlah yang serupa dengan total bom dan rudal yang ditembakkan dalam invasi Irak tahun 2003, menurut analisis oleh Tyler Hacker, seorang peneliti di Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran AS.

    Sebagai konteks, satu proyeksi untuk inventaris rudal Joint Air to Surface Standoff yang canggih pada tahun 2026 adalah 3.600 rudal.

    AS mungkin memiliki sekitar 4.000 Rudal Serang Darat Tomahawk yang lebih tua – stok pastinya dirahasiakan – dan sedang meningkatkan banyak senjata ini untuk peran antikapal, yang lagi-lagi kurang relevan untuk bentrokan di Timur Tengah.

    Kit bom berpemandu presisi yang disebut JDAM berada dalam kondisi yang lebih baik, dengan kapasitas untuk membuat puluhan ribu per tahun, tetapi ini akan menjadi senjata jarak pendek dalam perang dengan Tiongkok.

    Kapal Induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan telah meninggalkan Timur Tengah, menandai kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut. (MNA/screenshot)

    AS Kehabisan Rudal?

    Latihan perang AS baru-baru ini menunjukkan AS mungkin akan mengerahkan 5.000 rudal jelajah berbagai jenis pada bulan pertama perang Pasifik, yang menyiratkan konflik yang berkepanjangan akan mengosongkan persenjataan Amerika.

    Ini bukan satu-satunya tantangan.

    Serangan rudal Houthi terhadap kapal-kapal AS dan sekutu Washington, Israel, mungkin tidak terlalu efektif, tetapi tetap memerlukan rudal pencegat yang mahal untuk menangkisnya. 

    “Dalam perang dengan China, AS akan membutuhkan ribuan rudal ini untuk melindungi pangkalan-pangkalan penting, seperti Guam, dan sekutu-sekutu seperti Jepang. Washington tengah berjuang untuk meningkatkan produksi pertahanan rudal balistik,” kata Tollast.

    Para ahli mengatakan kalau dalam jangka pendek, Angkatan Laut AS boleh saja mempertahankan operasi militer yang signifikan terhadap gerakan yang didukung Iran, termasuk menggunakan serangan jarak sangat jauh oleh Angkatan Udara AS dan sekutunya, Inggris, setelah melancarkan lebih dari 200 serangan terhadap Houthi di bagian pertama kampanye, yang menyebabkan penurunan serangan di Laut Merah, tetapi gagal memulihkan kepercayaan perusahaan pelayaran yang menggunakan rute tersebut.

    “Namun, operasi panjang melawan Houthi dapat menguras persediaan pertahanan udara rudal yang mahal, berdasarkan krisis pertama sejak November 2023 dan seterusnya, ketika AS mengerahkan kapal perang ke Laut Merah, hingga berakhirnya operasi Houthi pertama pada bulan Januari. AS menembakkan 155 Rudal Standar dan sejumlah senjata pertahanan udara lainnya, dengan biaya hampir $2 miliar,” kata Tollast.

    Para ahli sebelumnya mengatakan kalau situasi ini tidak akan menjadi masalah jangka pendek yang besar karena persediaan yang dibangun selama bertahun-tahun jumlahnya mencapai ribuan. Namun, semakin lama perang berlangsung – terutama jika Iran terlibat langsung – semakin banyak persediaan amunisi AS yang terkuras.

    LEPAS LANDAS – Tangkap layar dari Al Arabiya, Rabu (5/3/2025) menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari kapal induk mereka. AS mengerahkan kembali kapal Induk USS Harry S Truman ke perairan Timur Tengah, khususnya Laut Merah, sehari setelah menerapkan gerakan Houthi sebagai organisasi teroris, Selasa (4/3/2025). (tangkap layar/al arabiya)

    Dilema Angkatan Laut AS

    “Saya tidak berpikir serangan AS dimaksudkan untuk menghalangi Houthi,” kata Mercogliano. 

    “Tujuan mereka tampaknya ada dua. Pertama, untuk memengaruhi Iran agar menarik dukungan mereka. Presiden Trump memiliki pengaruh dengan sanksi OFAC [Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri] terhadap kapal tanker Iran, yang dapat diakhiri. Kedua, untuk meyakinkan perusahaan asuransi agar menurunkan asuransi risiko perang bagi kapal agar dapat melanjutkan pelayaran mereka. Inilah yang membuat kapal tidak dapat berlayar melalui Laut Merah.”

    Mercogliano menambahkan: “Presiden Trump baru saja mengundang pemilik [perusahaan pelayaran raksasa Prancis] CMA CGM ke Gedung Putih, yang berbicara tentang pendaftaran 20 kapal di AS. Mediterranean Shipping Company juga bekerja sama dengan BlackRock untuk membeli pelabuhan CK Hutchinson. Jadi, menurut saya, serangan ini lebih bersifat komersial daripada militer.”

    “Untuk saat ini, Washington dapat melanjutkan operasi angkatan laut meskipun ada kekhawatiran dari beberapa komandan militer AS bahwa angkatan laut mereka benar-benar kewalahan,” kata Tollast. 

    Angkatan laut AS, tulis seorang perwira dalam analisis untuk Institut Angkatan Laut AS, terpecah antara “komitmen kepada sekutu, sertifikasi pelatihan, persyaratan kesiapan, dan penempatan spontan ke Timur Tengah”.

    Hal ini, katanya, telah menyebabkan penumpukan perawatan tanpa akhir, yang berarti lebih sedikit kapal yang siap berperang sementara China terus melakukan perluasan angkatan laut dengan cepat.

    Mohammad Basha, dari konsultan Basha Report di Virginia, mengatakan kepada The National bahwa tantangan ini tidak akan memengaruhi kampanye kontra-Houthi dalam jangka pendek.

    “Kelompok Serang Kapal Induk USS Harry S. Truman telah menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan operasi yang diperpanjang. Selama penempatannya tahun 2007-08, Kelompok Serang Kapal Induk beroperasi selama sekitar tujuh bulan, melakukan misi di Laut Mediterania dan Teluk Persia untuk mendukung Operasi Pembebasan Irak dan Operasi Keamanan Maritim,” katanya, seraya menambahkan bahwa pesawat dari kapal tersebut melakukan “2.459 serangan mendadak”.

    USS Harry S. Truman Carrier Strike Group (HSTCSG) (X/CENTCOM)

    “Saat ini, USS Harry S. Truman ditempatkan di sebelah barat Jeddah, dengan penerbangan pasokan harian dari Bahrain, markas Armada ke-5 AS, yang mendukung operasinya.” Basha mengatakan operasi dengan durasi serupa dapat diharapkan terhadap Houthi dari pasukan kapal induk ini, yang dipimpin oleh seorang komandan yang mengetahui operasi tersebut secara mendalam.

    “Kapten Chris ‘Chowdah’ Hill, sebelumnya komandan USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69), telah ditunjuk sebagai komandan sementara USS Harry S. Truman,” katanya.

    USS Dwight D. Eisenhower menghabiskan sembilan bulan di Laut Merah pada awal krisis, yang digambarkan sebagai salah satu pengerahan angkatan laut paling intensif oleh militer AS selama beberapa dekade.

  • Houthi Ultimatum Warga Tel Aviv untuk Mengungsi, Israel Cegat Rudal Kedua dari Yaman – Halaman all

    Houthi Ultimatum Warga Tel Aviv untuk Mengungsi, Israel Cegat Rudal Kedua dari Yaman – Halaman all

    Houthi Ultimatum Warga Tel Aviv untuk Mengungsi, Israel Cegat Rudal Kedua dari Yaman

    TRIBUNNEWS.COM – Para aktivis dan jurnalis dilaporkan menyebarkan pernyataan yang diduga dikeluarkan oleh kelompok Houthi Ansarallah Yaman, Khaberni melaporkan, Jumat (21/3/2025).

    Pernyataan Houthi itu disebutkan berisi ultimatum yang memperingatkan penduduk Tel Aviv untuk segera mengungsi dan menjauh dari apa yang digambarkan sebagai wilayah “mematikan dan berbahaya”.  

    “Pernyataan yang beredar mengindikasikan bahwa Houthi akan melakukan operasi militer terhadap target Israel di Tel Aviv, sehingga kehadiran apa pun di wilayah tersebut merupakan ancaman langsung terhadap kehidupan warga sipil,” kata laporan Khaberni.  

    Pernyataan Houthi tersebut disebutkan, menggarisbawahi kalau operasi penyerangan akan dilakukan secara tegas terhadap “organisasi Israel yang agresif,”.

    “Ultimatum Houthi ini menekankan perlunya pemukim Tel Aviv Israel pindah ke daerah yang lebih aman, seperti Gurun Negev dan zona kemanusiaan,” kata laporan tersebut.  

    Belum ada konfirmasi mengenai keaslian pernyataan tersebut.

    RUDAL BALISTIK – Seorang milisi gerakan Ansarallah Houthi Yaman memandangi stok rudal balistik kelompok tersebut yang siap diluncurkan. Houthi menyatakan akan menyerang langsung Israel sebagai tanggapan dimulai kembalinya Perang Gaza seiring agresi militer Israel dan bombardemen AS ke wilayah Yaman. (khaberni/tangkap layar)

    Israel Cegat Rudal Kedua yang Diluncurkan dari Yaman

    Adapun pihak otoritas Israel mengatakan pihaknya mencegat rudal kedua yang diluncurkan dari Yaman pada Kamis (20/3/2025) malam.

    Pernyataan ini dilontarkan saat serangan Amerika Serikat (AS) dilanjutkan terhadap kelompok Houthi di kota pelabuhan Hodeidah.

    Kelompok Houthi yang didukung Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal ke Israel tersebut. 

    Sejak pecahnya perang Gaza, mereka telah menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden yang mereka tuduh memiliki hubungan dengan Israel dan sekutu-sekutunya, dalam apa yang mereka katakan sebagai kampanye solidaritas dengan Palestina.

    Houthi pada Kamis malam mengatakan mereka melakukan “operasi militer kualitatif yang menargetkan target militer Israel di selatan wilayah Jaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik Palestine 2”.

    Pernyataan militer Israel mengatakan, sirene serangan udara berbunyi di beberapa daerah termasuk Yerusalem.

    “Menyusul sirene yang berbunyi beberapa saat lalu di sejumlah wilayah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman dicegat oleh IAF [Angkatan Udara Israel] sebelum melintasi wilayah Israel,” katanya.

    Minggu ini, Houthi mengancam akan meningkatkan serangan mereka terhadap pengiriman, menyusul operasi militer baru Israel yang dimulai di Gaza pada Selasa (18/3/2025) kemarin.

    “Operasi-operasi ini, selain larangan navigasi Israel, akan terus berlanjut hingga agresi di Gaza berhenti dan pengepungan dicabut,” kata pemberontak.

    Asap ledakan rudal membumbung di kawasan Bandara Ben Gurion, pintu gerbang utama Israel di Tel Aviv, Rabu (6/11/2024). Rudal dilaporkan diluncurkan oleh gerakan Hizbullah Lebanon. (anews/tangkap layar)

    Rudal Balistik Hipersonik Sasar Bandara Ben Gurion

    Sebelumnya pada hari Kamis, Israel mengatakan telah mencegat rudal lain yang diluncurkan dari Yaman, yang diklaim oleh pemberontak sebagai “rudal balistik hipersonik” yang ditujukan ke bandara internasional utama Israel, Ben Gurion. 

    Kelompok Houthi mengatakan mereka juga telah melancarkan serangan terhadap kelompok kapal induk AS di Laut Merah.

    Kamis malam, pasukan AS melancarkan serangan udara lagi terhadap kota pelabuhan Hodeidah di Yaman, yang ditujukan ke depot rudal dan senjata milik pemberontak, menurut media setempat.

    Serangan itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump bersumpah bahwa “kaum barbar” Houthi akan “dimusnahkan sepenuhnya” oleh kampanye militer Amerika yang semakin intensif terhadap mereka.

    Komando Pusat AS mengatakan dalam posting hari Rabu di X bahwa pasukannya melanjutkan “operasi 24/7 melawan Houthi yang didukung Iran”.

    Washington telah melancarkan gelombang serangan udara sejak Sabtu terhadap sedikitnya empat provinsi yang dikuasai Houthi di Yaman, termasuk Sanaa, yang menyebabkan lebih dari 50 orang tewas dan 100 orang terluka, menurut saluran televisi Al Masirah yang dikelola Houthi.

     

    (oln/khbrn/ntnl/*)