Negara: Iran

  • Meningkatnya Ketegangan: Trump dan Iran di Ujung Pedang – Halaman all

    Meningkatnya Ketegangan: Trump dan Iran di Ujung Pedang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam perkembangan terbaru dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Iran, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang mengancam akan melakukan pengeboman jika Iran menolak untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir.

    Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara.

    Dalam sebuah wawancara telepon pada tanggal 31 Maret 2025, Trump menyatakan, “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman. Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.”

    Selain ancaman militer, Trump juga mengancam untuk mengenakan tarif sekunder kepada Iran, mengingat kesepakatan yang tidak tercapai.

    Mengapa Iran Menolak untuk Berunding?

    Pekan lalu, Iran menolak tawaran untuk terlibat dalam negosiasi terkait program nuklir dengan dua utusan Trump.

    Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena negosiasi yang diusulkan AS diwarnai oleh ancaman militer.

    “Kami tidak menghindari perundingan. Pelanggaran janji itulah yang telah menimbulkan masalah bagi kami sejauh ini,” ungkap Pezeshkian.

    Ia menekankan perlunya membangun kembali kepercayaan antara kedua negara.

    Bagaimana Iran Mempertahankan Diri dari Ancaman?

    Di tengah tekanan dari AS, komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Alireza Tangsiri, menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada ancaman Trump.

    Tangsiri menolak untuk melakukan negosiasi terkait persenjataan rudal Teheran, serta dukungan mereka terhadap kelompok-kelompok di kawasan tersebut.

    “Iran tidak akan pernah bernegosiasi mengenai rudalnya atau kemampuan Front Perlawanan Teheran. Kami siap membalas jika terjadi serangan Amerika,” tegasnya.

    Apa Strategi Iran dalam Menghadapi Ancaman AS?

    Dalam usaha untuk menunjukkan ketahanan dan kekuatan mereka, IRGC Iran memamerkan sebuah kota rudal bawah tanah.

    Dalam cuplikan video, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Baqeri, dan Komandan Pasukan Dirgantara IRGC, Amir Ali Hajizadeh, terlihat memperlihatkan terowongan yang dipenuhi dengan rudal dan roket canggih.

    Rudal balistik seperti Emad, Sejil, Qadr H, dan Kheibar Shekan menjadi sorotan, di samping kapal perang yang dipersenjatai dengan senapan mesin dan rudal.

    Kota rudal bawah tanah ini dirancang dengan teknologi canggih yang membuatnya sulit terdeteksi oleh satelit pengintaian, sehingga melindungi persenjataan Iran dari kemungkinan serangan selama konflik.

    Ketegangan antara AS dan Iran terus memanas dengan ancaman militer dan sanksi yang saling dilontarkan.

    Ketidakpastian mengenai masa depan negosiasi nuklir masih mengemuka, terutama dengan sejarah ketidakpastian dalam hubungan internasional.

    Meskipun Trump mengancam serangan, Iran menunjukkan ketahanan dan komitmen untuk tidak berkompromi pada isu-isu yang dianggapnya penting.

    Seperti yang diungkapkan oleh pejabat Iran, membangun kepercayaan menjadi kunci dalam melanjutkan pembicaraan antara kedua negara.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Trump Ancam Lakukan Pengeboman, Khamenei: Iran Tidak Akan Diam, Siap Serang Balik – Halaman all

    Trump Ancam Lakukan Pengeboman, Khamenei: Iran Tidak Akan Diam, Siap Serang Balik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (31/3/2025) memberikan tanggapan keras terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengebom Teheran jika tak setujui kesepakatan nuklir dengan AS.

    Dalam pidato yang disiarkan di televisi sehari setelah ancaman Trump, Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan memberikan balasan keras jika AS nekat mengebom Teheran.

    “Permusuhan AS dan Israel selalu ada. Mereka mengancam akan menyerang kita, yang menurut kami tidak mungkin terjadi, tetapi jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima balasan yang keras,” kata Khamenei, dikutip dari Iran International.

    Tidak hanya itu, Khamenei juga mengatakan bahwa nantinya seluruh warga Iran akan turun tangan memberikan balasan kepada AS.

    “Jika musuh merasa mampu memicu pemberontakan di dalam negeri, bangsa Iran sendiri yang akan meresponsnya,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Trump pada hari Minggu (30/3/2025) mengancam akan mengebom Iran apabila tidak menerima tawaran AS terkait kesepakatan nuklir.

    “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman,” kata Trump dalam wawancara telepon dengan NBC News. 

    Trump mengklaim bahwa jika terjadi pengeboman, maka itu menjadi yang pertama kalinya.

    “Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya,” katanya, dikutip dari The Times of Israel.

    Jawab Surat Trump, Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS

    Iran telah memberikan tanggapan terhadap surat yang dikirim oleh Presiden AS Donald Trump pada beberapa hari yang lalu.

    Hal tersebut dikonfirmasi oleh presiden Iran Masoud Pezeshkian.

    Dalam tanggapannya, Iran mengatakan bahwa menolak mengadakan pembicaraan langsung dengan AS.

    “Tanggapan Pemimpin Tertinggi terhadap surat Trump disampaikan kepada kontak AS di Oman…Dalam tanggapan itu, negosiasi langsung telah ditolak, tetapi mengenai pembicaraan tidak langsung, Iran selalu terlibat dalam pembicaraan tersebut, dan Pemimpin Tertinggi telah menekankan bahwa pembicaraan tidak langsung masih dapat dilanjutkan,” kata Pezeshkian.

    Sementara itu, Menteri luar negeri Iran, Abbas Araqhci sebelumnya mengatakan bahwa  perundingan langsung hanyalah taktik AS untuk membahas kesepakatan nuklir.

    “Dalam situasi di mana ada ‘tekanan maksimum,’ tidak seorang pun yang waras akan melakukan perundingan langsung,” katanya saat itu.

    Dengan tegas, Araghci menggarisbawahi keputusan Iran untuk melakukan perundingan tidak langsung.

    “Format perundingan selalu relevan dalam hubungan diplomatik. Untuk saat ini, taktik dan metode kami adalah melakukan perundingan tidak langsung,” tegasnya.

    Pada hari yang sama dengan surat yang dikirimkan melalui Oman, seorang penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah setuju dan siap untuk melakukan pembicaraan tidak langsung dengan AS.

    Kamal Kharrazi mengatakan bahwa dengan pembicaraan tidak langsung, maka Iran dapat membuat persyaratan yang sesuai.

    “Teheran siap untuk negosiasi tidak langsung guna menilai pihak lain, menyampaikan persyaratannya sendiri, dan membuat keputusan yang sesuai,” kata Kamal Kharrazi.

    Sebagai informasi, Trump telah mengirimkan surat kepada Khamenei pada tanggal 7 Maret 2025.

    Dalam surat tersebut, Trump memberi tenggat waktu kepada Iran selama 2 bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir.

    Tidak hanya itu, surat tersebut juga berisi ancaman serangan dari AS dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.

    Sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir. 

    Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.

    Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.

    Namun keadaan berubah pada tahun 2018.

    Saat itu, Trump menjabat sebagai presiden AS  secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

    Setelah menarik diri, Trump kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Ayatollah Ali Khamenei

  • Trump Ancam Pengeboman, Khamenei Tegaskan Iran Siap Beri Serangan Balik Kuat

    Trump Ancam Pengeboman, Khamenei Tegaskan Iran Siap Beri Serangan Balik Kuat

    Teheran

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Amerika Serikat (AS) tentang pembalasan yang kuat jika republik Islam itu diserang. Hal itu disampaikan Khamenei usai Presiden AS Donald Trump mengumbar ancaman pengeboman.

    “Mereka mengancam akan melakukan kejahatan. Jika itu dilakukan, mereka pasti akan menerima serangan balik yang kuat,” kata Khamenei tentang ancaman terbaru Trump dalam pidato saat Idul Fitri seperti dilansir AFP, Senin (31/3/2025).

    Ancaman serangan AS ke Iran itu dilontarkan Trump dalam wawancara pada Sabtu (29/3). Trump mengatakan Iran akan dibom jika tidak mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.

    “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pemboman,” katanya dalam wawancara dengan NBC News.

    Dia juga mengancam akan menghukum Iran dengan apa yang disebutnya ‘tarif sekunder’. Namun, tidak jelas apakah Trump mengancam akan melakukan pemboman dengan pesawat AS saja atau mungkin dalam operasi yang dikoordinasikan dengan Israel.

    Sejak menjabat pada Januari 2025, Trump telah mengembalikan kampanye tekanan maksimum terhadap Iran. Pada periode pertamanya, Trump telah menarik AS dari perjanjian penting mengenai program nuklir Iran tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran.

    Negara-negara Barat termasuk AS telah lama menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir. Iran telah membantah hal itu dan bersikeras kegiatan pengayaannya semata-mata untuk tujuan damai.

    Surat tersebut disampaikan ke Teheran pada 12 Maret oleh penasihat Presiden UEA Anwar Gargash. Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan negara tersebut telah menyampaikan tanggapan atas surat Trump lewat Oman, tanpa menjelaskan isinya.

    Araghchi mempertahankan posisi Iran untuk tidak berusaha terlibat langsung dalam negosiasi dengan AS ‘di bawah tekanan maksimum dan ancaman aksi militer’. Tetapi, Iran tetap membuka pintu untuk ‘negosiasi tidak langsung’.

    Oman telah bertindak sebagai perantara di masa lalu saat hubungan diplomatik AS-Iran terputus setelah revolusi Islam 1979. Negara-negara Barat juga menuduh Iran menggunakan pasukan proksi yang dianggap oleh Barat sebagai organisasi teroris untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah.

    Iran memimpin apa yang disebut ‘poros perlawanan’ melawan Israel yang meliputi Hamas di Palestina, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak.

    “Hanya ada satu kekuatan proksi di kawasan ini, dan itu adalah rezim Zionis perampas kekuasaan yang korup,” kata Khamenei, yang menyerukan agar Israel dibasmi.

    Iran tidak mengakui Israel dan menganggapnya sebagai musuh serta sekutu utama AS di Timur Tengah. Iran berulang kali menyerukan serangan untuk menghancurkan Israel.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kenapa Arab Saudi Lebaran 30 Maret, Tapi Indonesia 31 Maret?

    Kenapa Arab Saudi Lebaran 30 Maret, Tapi Indonesia 31 Maret?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Arab Saudi sudah merayakan Hari Raya Idulfitri pada Minggu (30/3/2025). Pengumuman itu disampaikan Royal Court dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh kantor berita resmi Saudi pada Sabtu (29/3/2025). Alasannya karena hilal sudah terlihat.

    “Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa besok, Minggu, 30 Maret 2025, adalah hari pertama Idulfitri,” tulis Royal Court seperti dilansir AFP.

    Sementara, Uni Emirat Arab dan Qatar juga mengumumkan hari pertama Idulfitri pada esok hari. Sedangkan Oman dan Iran menyampaikan hari pertama Idulfitri akan dimulai pada Senin (31/3/2025).

    Artinya, akan serupa dengan Indonesia yang akan merayakan hari pertama Idulfitri pada lusa. Demikian pengumuman hasil sidang isbat yang disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam konferensi pers di Kemenag, Sabtu (29/3/2025).

    Sementara itu sidang Isbat yang digelar di Kementerian Agama (Kemenag) Jakarta, pada pukul 19.00, Sabtu (29/3/2025) memutuskan 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    Keputusan ini tak jauh berbeda dengan berbagai perkiraan beberapa pihak sebelumnya. Misalnya Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Pusat Riset Antariksa dari BRIN Thomas Djamaludin, juga memprediksi 1 Syawal 1446 Hijriah akan jatuh pada 31 Maret 2025.

    Thomas menyebut posisi bulan di Indonesia masih berada di bawah ufuk pada waktu maghrib tanggal 29 Maret.

    “Pada saat maghrib 29 Maret posisi bulan di Indonesia di bawah ufuk. Artinya, tidak memenuhi kriteria MABIMS yang digunakan pemerintah dan ormas-ormas Islam serta tidak memenuhi kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah,” ujar Thomas, beberapa saat lalu.

    “Keputusannya Idulfitri 1446 H: seragam 31 Maret 2025,” imbuhnya.

    Pertimbangan Menag Tetapkan 31 Maret 2025 Sebagai 1 Syawal 1446 Hijriah

    Lalu apa pertimbangan Menteri Agama menetapkan Hari Raya Lebaran jatuh tepat pada 31 Maret 2025?

    Dalam keterangan di situs resmi Kemenag dijelaskan, sidang isbat menyepakati keputusan tersebut karena dua hal.

    “Pertama, kita telah mendengar paparan Tim Hisab Rukyat Kemenag posisi hilal hari ini di seluruh Indonesia masih di bawah ufuk dengan ketinggian berkisar minus 3 derajat 15,47 detik sampai minus 1 derajat 4,57 detik. Dengan sudut elongasi berkisar 1 derajat 12,89 detik hingga 1 derajat 36,38 detik,” terangnya.

    Secara hisab, lanjutnya, data hilal pada hari ini belum memenuhi kriteria visibilitas hilal MABIMS.

    Dengan posisi demikian, imbuh dia, maka secara astronomis atau hisab, hilal tidak dimungkinkan untuk dilihat. Hal ini selanjutnya terkonfirmasi oleh pernyataan para perukyah yang diturunkan Kemenag.

    “Kita mendengar laporan dari sejumlah perukyah hilal yang bekerja di bawah sumpah, mulai dari Aceh hingga Papua. Di 33 titik tersebut, tidak ada satu pun perukyah dapat melihat hilal,” ujar Menag.

    Dengan 2 pertimbangan itu, lanjut Menag, sidang Isbat menyepakati untuk mengistikmalkan (menyempurnakan) bulan Ramadan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal 1446 H jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.

    “Jadi, Minggu besok umat Islam di Indonesia masih akan menjalani ibadah puasa Ramadan, selanjutnya malam Senin akan takbiran menyambut Idulfitri,” jelas Menag.

    (dce)

  • Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SANAA – Di tengah kampanye serangan udara ke basis pertahanan Kelompok Houthi di Yaman, militer Amerika Serikat diam-diam menggeser setidaknya empat pembom siluman jarak jauh B-2 ke Diego Garcia yang terletak di Samudera Hindia.

    Kehadiran pesawat siluman tersebut kian menguatkan spekulasi di banyak pihak bahwa Amerika Serikat akan melakukan serangan ke Iran, dalam waktu dekat.

    Selain pesawat bomber siluman, setidaknya militer AS juga diperkuat kapal-kapal induk mereka di kawasan tersebut.

    Pertama, Kapal induk USS Harry S. Truman yang tengah melancarkan serangan terhadap Houthi dari Laut Merah.

    Kemudian, militer Amerika berencana untuk membawa kapal induk USS Carl Vinson ke Timur Tengah.

    Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Iran jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan mengenai program nuklirnya.

    Ancaman tersebut memicu respons tegas dari pemimpin militer Iran yang menyatakan akan menargetkan pasukan Inggris di Pulau Chagos, khususnya di pangkalan militer bersama AS-Inggris di Diego Garcia.

    Sebagai informasi, Diego Garcia, sebuah pangkalan militer strategis yang terletak di Kepulauan Chagos, yang merupakan wilayah kedaulatan Inggris.

    Potensi perang Amerika Vs Iran muncul setelah Trump kembali ke kursi kepresidenan dan memperbarui kampanye tekanan maksimum terhadap Iran pada awal Oktober 2023.

    Hal ini dipicu oleh ambisi Trump berusaha untuk menghentikan program nuklir Iran dengan memotong ekspor minyaknya hingga nol, sementara Iran menganggap pangkalan Diego Garcia sebagai ancaman karena keberadaan pesawat pengebom strategis B2 Spirit yang dapat menyerang fasilitas bawah tanahnya.

    Iran berencana menggunakan misil balistik dan drone bunuh diri untuk menyerang Diego Garcia jika AS melancarkan serangan.

    Iran mengeklaim memiliki senjata yang cukup untuk melancarkan serangan dari daratan mereka, termasuk versi terbaru dari misil Khorramshahr dan drone Shahed-136B.

    Menurut laporan dari media Iran, pangkalan Diego Garcia menjadi target utama karena kemampuannya untuk meluncurkan serangan ke fasilitas Iran.

    Pangkalan Diego Garcia, yang telah beroperasi sejak tahun 1970-an, menampung sekitar 4.000 personel militer dan kontraktor sipil dari AS dan Inggris.

    Pangkalan ini juga menjadi pusat kontroversi terkait rencana Inggris untuk menyerahkan pengelolaan pulau tersebut kepada Mauritius.

    Dengan ketegangan yang meningkat, baik Trump maupun pemimpin Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menunjukkan sikap yang keras.

    Khamenei menegaskan bahwa tidak ada masalah yang dapat diselesaikan melalui negosiasi dengan AS, sementara Trump menginginkan dialog tetapi mengancam akan mengambil tindakan tegas jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.

    Situasi ini menandakan potensi konflik yang lebih besar di kawasan, dengan kedua belah pihak saling mengancam dan memperkuat posisi militer mereka.

    Ancaman Trump

    Trump mengatakan pada awal bulan ini bahwa ia telah mengirim surat kepada Ayatullah Khamenei, memperingatkan bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”

    Khamenei menolak tawaran AS untuk berunding sebagai “tipuan,” dengan mengatakan bahwa bernegosiasi dengan pemerintahan Trump akan “mempererat ikatan sanksi dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.”

    Namun, menteri luar negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan pada hari Kamis bahwa Teheran akan segera membalas “ancaman dan peluang” dalam surat tersebut.

    Ia memperingatkan pada hari Minggu bahwa pembicaraan dengan AS tidak mungkin dilakukan kecuali Washington mengubah kebijakan tekanannya.

    Berbicara secara terpisah di CBS News, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Mike Waltz, mengatakan AS mengupayakan “pembongkaran penuh” program nuklir Iran.

    “Iran harus menghentikan programnya dengan cara yang dapat dilihat seluruh dunia,” katanya.

    “Seperti yang dikatakan Presiden Trump, ini akan segera terjadi. Semua opsi tersedia dan sudah waktunya bagi Iran untuk sepenuhnya meninggalkan keinginannya untuk memiliki senjata nuklir.”

    Teheran telah lama mengatakan bahwa program tersebut hanya untuk tujuan damai.

    Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bulan lalu bahwa waktu hampir habis untuk mencapai kesepakatan guna mengendalikan program nuklir Iran karena Teheran terus mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata.

    Sambil membiarkan pintu terbuka untuk perjanjian nuklir dengan Teheran, Trump telah mengembalikan kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkannya pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden, termasuk upaya untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke titik nol.

    AS telah mengeluarkan empat putaran sanksi terhadap penjualan minyak Iran sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.

     

     

     

  • Idul Fitri 2025: Penetapan Tanggal di Berbagai Negara – Halaman all

    Idul Fitri 2025: Penetapan Tanggal di Berbagai Negara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah negara telah mengumumkan bahwa Hari Raya Idul Fitri 2025 akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    Penetapan tanggal ini didasarkan pada hasil pemantauan hilal yang dilakukan di berbagai wilayah.

    Mari kita simak lebih lanjut mengenai bagaimana penentuan ini dilakukan dan apa yang dikatakan oleh pihak berwenang dari berbagai negara.

    Apa yang Menjadi Dasar Penetapan Tanggal Idul Fitri 2025?

    Keputusan untuk menentukan tanggal Idul Fitri 2025 ini didasarkan pada pengamatan bulan sabit Syawal, yang ternyata tidak terlihat pada malam Sabtu, 29 Maret 2025.

    Menurut laporan dari Hindustan Times, pihak berwenang di Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, dan Australia telah mengonfirmasi bahwa Hari Raya akan jatuh pada tanggal tersebut.

    Apa yang Dikatakan Pihak Berwenang di Berbagai Negara?

    Di Bangladesh, Komite Penampakan Bulan Nasional menyatakan bahwa bulan sabit tidak terlihat, sehingga puasa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari.

    Oleh karena itu, mereka menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2025 jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.

    Indonesia juga mengeluarkan keputusan serupa, di mana pemerintah menetapkan hari pertama Idul Fitri 2025 pada tanggal yang sama, setelah gagal mengamati bulan sabit Syawal pada malam yang sama.

    Sementara itu, di India, pengamatan yang dilakukan pada Sabtu, 29 Maret 2025, menunjukkan bahwa bulan sabit akan terlihat pada hari Minggu, 30 Maret 2025, sehingga mereka juga memastikan perayaan akan dilaksanakan pada Senin, 31 Maret 2025.

    Di Malaysia, Pusat Astronomi Internasional mengonfirmasi bahwa bulan sabit Syawal akan tampak dengan mata telanjang pada hari Minggu, menjadikan 31 Maret sebagai hari perayaan.

    Hal yang sama juga berlaku untuk Brunei dan Australia, di mana Dewan Fatwa bersama dengan tiga organisasi keagamaan lainnya menetapkan tanggal yang sama.

    Bagaimana Perayaan Idul Fitri Di Australia?

    Australia dikenal sebagai negara multikultural yang menyelenggarakan berbagai perayaan keagamaan dan budaya.

    Dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 2025, komunitas Muslim di Australia diharapkan akan mengadakan berbagai kegiatan amal, termasuk pembagian makanan dan barang kebutuhan pokok bagi yang membutuhkan.

    Perayaan ini umumnya dimulai dengan shalat berjamaah di masjid dan ruang terbuka untuk menampung jumlah jemaah yang besar.

    Apa yang Terjadi di Negara Lain?

    Sebagian besar negara di Timur Tengah seperti Suriah, Yordania, Libya, Oman, dan Iran juga menyatakan hari Senin sebagai hari Idul Fitri 2025.

    Sementara itu, Arab Saudi dan beberapa negara lainnya seperti Uni Emirat Arab dan Qatar memutuskan untuk merayakannya pada hari Minggu, 30 Maret 2025, berdasarkan hasil pengamatan bulan yang dilakukan pada malam yang sama.

    Mengapa Penetapan Ini Penting?

    Penetapan tanggal Idul Fitri penting karena menandai berakhirnya bulan Ramadhan.

    Selain itu, keputusan ini menjadi panduan bagi umat Muslim di berbagai negara untuk merayakan hari raya dengan cara yang sama.

    Dengan pengumuman ini, umat Islam di seluruh dunia kini bersiap untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 2025 dengan penuh suka cita.

    Mari kita sambut perayaan ini dengan semangat kebersamaan dan amal kepada sesama.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Arab Saudi Tetapkan Idul Fitri 2025 Jatuh pada Hari Ini, 30 Maret 2025 – Halaman all

    Arab Saudi Tetapkan Idul Fitri 2025 Jatuh pada Hari Ini, 30 Maret 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Arab Saudi akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 2025 pada hari ini, 30 Maret 2025.

    Dengan ditetapkannya Hari Raya Idul Fitri 2025, maka ini menandai berakhirnya puasa Ramadhan 2025.

    “Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa besok, Ahad, 30 Maret 2025, adalah hari pertama Idul Fitri,” kata Pengadilan Kerajaan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Resmi Saudi pada X, dikutip dari The New Arab.

    Penetapan Idul Fitri berdasarkan penampakan hilal yang terlihat.

    Panitia pemantau hilal Arab Saudi mengatakan, pihaknya telah melakukan pengamatan hilal pada Sabtu, 29 Maret, 2025 pada saat matahari terbenam.

    Hal tersebut, dikonfirmasi oleh Kepala astronom Abdullah al-Khudairi di Observatorium Sudair.

    Ia mengatakan, hilal telah terlihat tepat 8 menit setelah matahari terbenam.

    “Matahari terbenam hari ini, Sabtu, di lokasi Observatorium Sudair terjadi pada pukul 18.12 (waktu Saudi), dan bulan sabit akan terbenam 8 menit kemudian,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

    Uni Emirat Arab dan Qatar juga mengonfirmasi bahwa Idulfitri akan dimulai pada hari Minggu.

    Pihak berwenang di Palestina, Sudan, dan Yaman membuat pengumuman serupa.

    Mufti Besar Lebanon, Sheikh Abd al-Latif Drian, mengatakan bahwa Muslim Sunni di negara itu juga akan merayakan hari raya tersebut pada hari Minggu, dikutip dari Anadolu Ajansi.

    Sementara Suriah, Yordania, Libya, Oman, dan Iran menyatakan hari Senin sebagai hari Idul Fitri 2025.

    Di Inggris, Sebagian besar komunitas Muslim mengikuti Arab Saudi.

    Idul Fitri merupakan hari raya yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia.

    Namun berbeda dari hari-hari lainnya, Idul Fitri sangat istimewa di negara-negara Islam.

    Saat Idul Fitri, umat muslim akan melaksanakan sholat berjamaah di sebuah masjid.

    Setelah sholat, biasanya umat Muslim akan bersilaturahmi dengan sanak saudara.

    Beberapa negara memiliki tradisi yang berbeda. Di Arab Saudi, pertemuan keluarga biasanya akan dilengkapi dengan beberapa hidangan khas.

    Seperti,  kabsa daging, roti “al-qursan”, “jareesh” dengan ayam, serta sayuran, biryani, dikutip dari Morocco World News.

    Sementara di Marocco, makanan yang dihidangkan adalah couscous biasa dengan tujuh sayuran, yang lain memilih untuk memasak hidangan khusus seperti ‘tefaya’ yaitu couscous dengan bawang karamel, dan ‘djaj mhmer’, yaitu ayam panggang dengan rempah-rempah dan saus gurih yang terkenal disebut ‘deghmira’.

    Hari Raya Idul Fitri memang menjadi waktu yang penuh kegembiraan, kedamaian, dan berbagi kebahagiaan bersama keluarga serta sesama Muslim di seluruh dunia.

    Ini adalah momen yang sangat dinantikan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Idul Fitri 2025 dan Arab Saudi

  • Sebelum Syahid, Jubir Al-Quds Abu Hamza Sampaikan Pesan Perlawanan di Pidato Terakhirnya – Halaman all

    Sebelum Syahid, Jubir Al-Quds Abu Hamza Sampaikan Pesan Perlawanan di Pidato Terakhirnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah layar besar di Sana’a, ibu kota Yaman, menayangkan video terakhir Abu Hamza, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, dalam rangka peringatan Hari Quds Sedunia pada Jumat (28/3/2025).

    Pidato yang disampaikan dalam video tersebut ditujukan untuk konferensi ketiga guna mendukung Palestina yang diduduki, dengan tema “Anda Tidak Sendirian.”

    Rekaman video tersebut dibuat hanya beberapa jam sebelum Abu Hamza gugur dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Selasa (18/3/2025) di Jalur Gaza. Dalam serangan itu, ia meninggal bersama keluarganya.

    Dalam pidato terakhirnya, Abu Hamza mengungkapkan bahwa proyek Zionis Israel telah menunjukkan dengan jelas targetnya terhadap orang-orang bebas di Yaman.

    Ia juga menyatakan bahwa front perlawanan terhadap proyek tersebut telah terbentuk, membentang dari Palestina hingga Lebanon, Yaman, Iran, dan Irak.

    Selain itu, ia menegaskan pentingnya bagi semua individu yang cinta kebebasan untuk bergabung dengan poros perlawanan yang jujur, transparan, dan bermartabat.

    “Kita menyaksikan pencapaian besar serta keteguhan luar biasa dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa, yang telah memberikan pukulan telak terhadap rencana Zionis,” ujar Abu Hamza sebagaimana dikutip dari Al Mayadeen.

    Ia meyakini bahwa jalur militer dan Operasi Banjir Al-Aqsa pada akhirnya akan menghancurkan entitas Zionis Israel.

    Juru bicara tersebut menilai bahwa pertempuran ‘Banjir Al-Aqsa’ merupakan titik balik strategis yang sangat penting.

    Ia menekankan bahwa semua pihak perlu belajar dari peristiwa ini serta berkontribusi dalam perjuangan membebaskan Palestina.

    Abu Hamza juga mengajak umat Islam untuk bersatu, mendukung Palestina serta perlawanan, mempertahankan keteguhan di tanah mereka, dan sepenuhnya memutus hubungan dengan musuh Zionis.

    Dalam pidato yang diputar di hadapan rakyat Yaman di Sana’a, ia menyerukan penghentian normalisasi hubungan dengan Israel.

    “Kehadiran masyarakat Arab dan Islam Yaman menjadi titik balik dalam Banjir Al-Aqsa, yang menyatakan perang terhadap entitas tersebut serta memberlakukan blokade laut terhadapnya,” kata Abu Hamza, merujuk pada tindakan kelompok Ansar Allah Houthi yang memblokade kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Ia menambahkan bahwa demonstrasi besar di Lapangan Al-Sabeen di Sana’a menjadi dorongan kuat bagi angkatan bersenjata Yaman untuk terus maju dengan penuh keteguhan dan keyakinan, sebagaimana diberitakan oleh Al Araby.

    Sebelumnya, pada 7 Oktober 2023, Brigade Al-Quds bersama kelompok perlawanan lainnya, termasuk Hamas dan sayap militernya, Brigade Al-Qassam, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Kemudian, pada 19 November 2023, Houthi di Yaman menyatakan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

    Setelah Hamas dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2025, Houthi menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Namun, setelah tahap pertama perjanjian tersebut, Israel menghambat negosiasi tahap kedua dan menutup jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.

    Sebagai respons atas tindakan Israel yang mengabaikan permintaan mereka untuk membuka akses bantuan kemanusiaan, pada 14 Maret 2025, Houthi kembali menargetkan Israel.

  • Video Pidato Terakhir Jubir Al-Quds, Abu Hamza, Ditampilkan di Hadapan Rakyat Yaman – Halaman all

    Video Pidato Terakhir Jubir Al-Quds, Abu Hamza, Ditampilkan di Hadapan Rakyat Yaman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Video terakhir Abu Hamza, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, ditampilkan di sebuah layar besar dalam peringatan Hari Quds Sedunia di Sana’a, ibu kota Yaman pada hari Jumat (28/3/2025).

    Pidato tersebut ditujukan untuk konferensi ketiga dalam mendukung Palestina yang diduduki, yang diadakan dengan judul “Anda Tidak Sendirian.”

    Video pidato Abu Hamza itu direkam beberapa jam sebelum kesyahidannya dalam serangan udara Israel pada Selasa (18/3/2025) di Jalur Gaza.

    Abu Hamza, yang memiliki nama asli Naji Maher Abu Saif, meninggal dunia dalam serangan tersebut bersama keluarganya.

    Dalam video terakhirnya, Abu Hamza menegaskan proyek Zionis Israel telah menjadi jelas dalam menargetkan orang-orang bebas di Yaman.

    Ia mengatakan front perlawanan terhadap proyek Zionis Israel telah terbentuk dan membentang dari Palestina hingga Lebanon, Yaman, Iran, dan Irak.

    Selain itu, ia menekankan pentingnya bagi semua orang bebas di dunia untuk bergabung dalam poros perlawanan yang jujur, jelas, dan terhormat.

    “Kita tengah menyaksikan sebuah pencapaian besar dan keteguhan yang tak tertandingi dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa, yang memberikan pukulan telak bagi program Zionis,” kata Abu Hamza, seperti dikutip dari Al Mayadeen.

    Ia menegaskan jalur militer dan Operasi Banjir Al-Aqsa niscaya akan berujung pada kehancuran entitas Zionis Israel.

    Juru bicara itu mengatakan kelompok perlawanan memandang pertempuran ‘Banjir Al-Aqsa’ sebagai titik balik strategis utama.

    Ia menegaskan semua pihak harus memetik pelajaran dan membantu mewujudkan untuk membebaskan Palestina.

    Abu Hamza juga menyerukan persatuan Islam, dukungan untuk Palestina dan perlawanan, memperkuat keteguhannya di tanahnya, dan sepenuhnya memutuskan hubungan dengan musuh Zionis. 

    Dalam video pidato yang ditayangkan di hadapan rakyat Yaman di Sana’a, Abu Hamza menyerukan diakhirinya normalisasi hubungan dengan musuh Zionis Israel.

    “Kehadiran warga Arab dan Islam Yaman adalah titik balik dalam banjir Al-Aqsa, yang mendeklarasikan perang terhadap entitas tersebut dan memberlakukan blokade laut terhadapnya,” kata Abu Hamza, merujuk pada blokade yang dilakukan kelompok Ansar Allah Houthi terhadap kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Ia menekankan demonstrasi massa di Lapangan Al-Sabeen di Sana’a merupakan insentif yang kuat bagi angkatan bersenjata Yaman untuk terus maju dan bertahan dengan tekad dan tekad, seperti diberitakan Al Araby.

    Sebelumnya, Brigade Al-Quds bersama kelompok perlawanan termasuk Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan sayap militernya Brigade Al-Qassam meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Pada 19 November 2023, Houthi di Yaman menyatakan solidaritas untuk rakyat Palestina yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

    Houthi menghentikan serangannya terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah, menyusul kesepakatan gencatan senjata Hamas dan Israel pada 19 Januari 2025.

    Setelah tahap pertama perjanjian tersebut, Israel menghambat perundingan untuk tahap kedua dan menutup jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.

    Houthi kembali menargetkan Israel pada 14 Maret 2025 karena Israel mengabaikan permintaan Houthi untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Pimpinan Otoritas Iran Ngamuk Buntut Trump Ancam Hal Buruk,  Qalibaf: AS dan Sekutu Tak Akan Aman – Halaman all

    Pimpinan Otoritas Iran Ngamuk Buntut Trump Ancam Hal Buruk,  Qalibaf: AS dan Sekutu Tak Akan Aman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran dengan keras, mengancam konsekuensi berat jika Teheran tidak mencapai kesepakatan nuklir dengan Washington.

    Trump menyebut hal buruk akan terjadi pada Iran jika mereka menolak kesepakatan.

    “Preferensi terbesar saya adalah kita menyelesaikan masalah ini dengan Iran. Namun, jika kita tidak menyelesaikannya, hal-hal buruk akan terjadi pada Iran,” kata Trump diberitakan Shafaq.

    Peringatan ini merupakan bagian dari strategi Washington yang lebih luas untuk memulai kembali negosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya.

    Awal bulan, Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei , yang menyampaikan kesepakatan nuklir baru dan menekankan bahwa kegagalan menerimanya, ditambah dengan kegiatan nuklir yang berkelanjutan, akan membawa konsekuensi yang parah.

    Trump juga menekankan bahwa ia tidak tertarik pada “negosiasi terbuka” dan menetapkan batas waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan.

    Teheran mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa pihaknya telah mengirim balasan surat Trump melalui Oman.

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan kembali posisi lama negara itu, dengan menyatakan, “Kebijakan kami tetap tidak terlibat dalam negosiasi langsung di bawah tekanan maksimum dan ancaman militer. Namun, negosiasi tidak langsung, seperti yang terjadi di masa lalu, dapat terus berlanjut.”

    Sementara itu, juru bicara parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf, menanggapi pernyataan Trump selama demonstrasi Hari Quds di Teheran.

    Ia menuduh AS menggunakan perundingan nuklir untuk menekan Iran agar menyerahkan kemampuan pertahanannya

    “AS bermaksud perlucutan senjata ketika mengatakan negosiasi,” jelas Ghalibaf.

    Pejabat senior Iran lainnya menyuarakan pendapat yang sama dengan Ghalibaf, memperkuat perlawanan Teheran terhadap apa yang mereka anggap sebagai paksaan AS.

    Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Larijani, juga angkat bicara, menekankan pentingnya kesepakatan yang berimbang. “Kami akan mencapai suatu hasil, dan kami optimis. Kesepakatan itu harus dapat diterima oleh kedua belah pihak, bukan hanya satu pihak,” kata Larijani.

    Kecam Pemimpin Iran

    Sebelumnya Abbas Araqchi mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa Teheran telah mengirimkan tanggapannya kepada Trump, dengan mengatakan bahwa “pandangan Republik Islam mengenai status quo dan surat Tuan Trump telah dipaparkan secara lengkap dan disampaikan kepada pihak lain.”

    Araqchi menegaskan kembali penentangan Iran terhadap perundingan langsung dengan AS di tengah “kampanye tekanan maksimum” Trump.

    “Kebijakan Iran adalah terlibat dalam negosiasi tidak langsung selama Republik Islam tersebut menghadapi tekanan dan ancaman militer yang maksimal,” katanya. “Namun, negosiasi tidak langsung dapat terus berlanjut, sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu.”

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam apa yang disebutnya “taktik intimidasi” setelah ancaman Trump.

    “Kegigihan beberapa negara adidaya untuk mengadakan perundingan dengan Iran tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah, tetapi justru bertujuan untuk menegaskan dan memaksakan harapan mereka sendiri,” kata Khamenei. “Jelas, Republik Islam tidak akan menerima harapan mereka.”

    Pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 yang ditengahi antara kekuatan dunia dan Iran yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.

    Meskipun mematuhi perjanjian nuklir selama lebih dari setahun setelah penarikan diri AS, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya, dengan alasan kegagalan para penandatangan kesepakatan yang tersisa untuk melindungi kepentingannya.

    Incar Pangkalan AS

    Teheran akan menyerang pangkalan-pangkalan AS di kawasan itu jika Washington menindaklanjuti peringatannya mengenai konsekuensi militer bagi Iran jika tidak ada kesepakatan nuklir baru , kata juru bicara parlemen Iran pada hari Jumat.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan awal bulan ini bahwa ia telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dengan peringatan bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”

    “Jika Amerika menyerang kesucian Iran, seluruh kawasan akan meledak seperti percikan api di tempat penyimpanan amunisi,” kata Ketua Parlemen Mohammad Qalibaf.

    “Pangkalan mereka dan sekutu mereka tidak akan aman,” kata Qalibaf dalam pidato langsung pada Hari Al-Quds tahunan, atau Hari Yerusalem, yang menandai Jumat terakhir bulan suci Ramadan.

    Khamenei menyebut pesan Trump itu menyesatkan, dan Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi mengatakan pada hari Kamis bahwa perundingan tidak mungkin dilakukan kecuali Washington mengubah kebijakan “tekanan maksimumnya”.

    Iran telah memeriksa surat Trump secara menyeluruh dan telah mengirim “tanggapan yang tepat” melalui Oman, kata Araqchi.

    Pada hari Jumat, Araqchi dilaporkan oleh media pemerintah mengatakan bahwa meskipun surat Trump berisi ancaman, surat itu juga membuka peluang bagi diplomasi. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Dalam masa jabatan pertamanya 2017-21, Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang menerapkan batasan ketat terhadap aktivitas nuklir Teheran yang disengketakan dengan imbalan keringanan sanksi.

    Iran kemudian melanggar kesepakatan dengan melampaui batas dalam pengayaan uraniumnya, terutama setelah Trump menerapkan kembali sanksi besar-besaran AS.

    Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir. Teheran mengatakan programnya sepenuhnya untuk keperluan energi sipil. 

    (Tribunnews.co/ Chrysnha)