Negara: Iran

  • Dari ‘Teroris’ Menjadi ‘Tamu Undangan’, Mengapa Rusia Cabut Larangan Terhadap Taliban? – Halaman all

    Dari ‘Teroris’ Menjadi ‘Tamu Undangan’, Mengapa Rusia Cabut Larangan Terhadap Taliban? – Halaman all

    Dari ‘Teroris’ Menjadi ‘Tamu Undangan’, Menapa Rusia Cabut Larangan terhadap Taliban?

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia secara resmi menghapus Taliban dari ‘daftar organisasi teroris’, status formal dunia internasional, khususnya Barat, yang dilabelkan ke kelompok militan Afghanistan tersebut.

    Meski Taliban telah dilarang di Rusia sejak 2003, para ahli mengatakan keputusan Mahkamah Agung (MA) Rusia pada Kamis (17/4/2025) tersebut, tidak berarti pengakuan resmi terhadap pemerintahannya di Afghanistan. 

    “Walau begitu, keputusan MA Rusia tersebut mencerminkan pergeseran Moskow yang sedang berlangsung menuju aliansi regional baru setelah invasinya ke Ukraina yang membuat hubungan dengan mitra tradisionalnya menjadi tegang,” tulis ulasan di TMT, dikutip Minggu (20/4/2025).

    Moskow telah mengambil langkah-langkah untuk menormalisasi hubungan dengan Taliban sejak kelompok Islam itu menguasai Afghanistan pada tahun 2021 menyusul penarikan pasukan AS dan NATO yang kacau dari negara itu. 

    “Rusia telah lama bekerja sama dengan Taliban meskipun mereka secara resmi ditetapkan sebagai organisasi teroris,” kata Ruslan Suleymanov, pakar Asia Tengah dan gerakan Islam, kepada TMT.

    “Kerja sama dengan Taliban dan kelompok Islamis lainnya telah menjadi bagian dari kebijakan negara dan propaganda Rusia dalam konfrontasinya dengan Barat. Karena Taliban adalah contoh nyata perlawanan terhadap pengaruh Barat, penting bagi Rusia untuk menunjukkan solidaritas dengan gerakan-gerakan tersebut di panggung internasional,” kata Suleymanov.

    Pergeseran sikap Rusia itu tampak dengan mengundang delegasi Taliban mengunjungi Forum Ekonomi Internasional St Petersburg yang merupakan acara utama Rusia pada 2022 dan 2024. 

    Tahun lalu, diplomat tertinggi Taliban juga mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow.

    “Kami telah lama bergerak menuju keputusan ini (mendekati Taliban),” kata seorang pejabat pemerintah Rusia kepada TMT, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah ini.

    “Pertanyaannya adalah seberapa terkoordinasinya langkah ini dengan mitra dan sekutu kami,” katanya, mengacu pada negara-negara mitra regional Rusia di Asia Tengah. 

    “Kita lihat saja bagaimana reaksi mitra kami. Ini akan menjadi ujian lakmus bagi hubungan kami,” ujarnya menjelaskan konsekuensi langkah Rusia mendekati Taliban dan dampaknya terhadap sekutu mereka di Asia Tengah.

    Analis politik dan pakar Asia Tengah, Arkady Dubnov menyebut langkah Rusia tersebut “sudah diduga dan merupakan tindakan yang oportunistik secara politik.”

    “Menolak melabeli Taliban sebagai teroris sama sekali tidak sama dengan memberi mereka pengakuan politik,” tulisnya di aplikasi perpesanan Telegram. 

    “Taliban harus diberi insentif melalui cara-cara ekonomi dan pragmatis — sebuah proses yang akan memakan waktu bertahun-tahun. Waktu berjalan lambat di Timur. Namun Afghanistan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Asia Tengah,” katanya.

    Dubnov menggarisbawahi kalau kepentingan Rusia di kawasan itu menuntut kerja sama dengan Kabul.

    Salah satu bidang kerja sama utama adalah keamanan. 

    Personel keamanan Taliban dari Korps Al-Badr 205 militer Afghanistan mengendarai kendaraan militer lapis baja selama parade untuk merayakan ulang tahun ketiga pengambilalihan negara tersebut oleh Taliban, di Kandahar pada 14 Agustus 2024. – Otoritas Taliban memulai perayaan ulang tahun ketiga kekuasaan mereka atas Afghanistan pada 14 Agustus, di bekas pangkalan udara AS Bagram. (Photo by Sanaullah SEIAM / AFP) (AFP/SANAULLAH SEIAM)

    Saling Puji Rusia-Taliban

    Rusia, juga pada Kamis, menyampaikan rasa terima kasih kepada Taliban atas “operasi militer yang dilakukan oleh pihak berwenang,” karena baik Moskow maupun Taliban telah berupaya untuk melenyapkan ISIS-K.

    Kelompok ekstremis tersebut bertanggung jawab atas sejumlah serangan mematikan di Afghanistan dan Rusia, termasuk pembantaian gedung konser di Moskow pada bulan Maret 2024 yang menewaskan 145 orang.

    Taliban memuji pencabutan larangan aktivitasnya di Rusia, dengan mengatakan kalau Moskow dan Kabul “akan menjalin hubungan ekonomi dan diplomatik yang kuat di masa depan.”

    Namun, meskipun hubungannya semakin erat, Taliban tetap diklasifikasikan secara hukum sebagai organisasi teroris di Rusia selama hampir dua dekade — sebuah sebutan yang disertai konsekuensi. 

    Setidaknya 37 orang di Rusia menghadapi tuntutan pidana atau administratif antara tahun 2016 dan 2025 atas dugaan hubungan dengan kelompok tersebut, menurut media berita independen, Vyorstka.

    Dari jumlah tersebut, sekitar 20 orang dihukum karena memajang simbol-simbol Taliban di media sosial atau platform pengiriman pesan dengan denda atau penangkapan administratif singkat.

    Dalam putusan yang jarang diberikan, jurnalis terkemuka Nadezhda Kevorkova  dibebaskan  dengan denda setelah dinyatakan bersalah atas “pembenaran terorisme” atas dua unggahan media sosial yang menyebutkan Taliban .

    Setidaknya sembilan orang lainnya dihukum berdasarkan tuntutan pidana karena mempromosikan atau menghasut terorisme.

    Beberapa dijatuhi hukuman hingga 12,5 tahun di koloni hukuman dengan keamanan tinggi, kata Vyorstka.

    Sejak invasi Ukraina, Rusia telah menambahkan banyak tokoh oposisi terkemuka ke dalam daftar “ekstremis dan teroris”, sebutan yang berarti mereka dilarang memegang profesi tertentu, mencalonkan diri untuk jabatan publik, mendirikan perusahaan media, dan rekening bank mereka dibekukan.

    “Ada saya dan rekan-rekan dari Yayasan Anti-Korupsi, ayah Leonid Volkov dan banyak orang hebat dan baik yang ada dalam daftar teroris,” kata Ivan Zhdanov, sekutu yang diasingkan dari mendiang kritikus Kremlin Alexei Navalny.

    “Saya bertanya-tanya, jika kita semua bergabung dengan Taliban, apakah mereka akan melarangnya lagi?” kata Zhdanov, yang masuk dalam daftar ekstremis dan teroris pada tahun 2022.

    Minggu ini, empat jurnalis independen dijatuhi hukuman 5,5 tahun penjara karena diduga terkait dengan kelompok Navalny, yang dilarang Rusia karena dianggap “ekstremis.”

    PERSONEL TALIBAN – Personel keamanan Taliban memeriksa kendaraan yang melewati checkpoint di Kabul, Afghanistan. Rusia saat ini tidak lagi menganggap Taliban sebagai organisasi teroris, sebuah perubahan sikap drastis yang menandai manuver Moskow di Kawasan Asia Tengah.

    Apa Tujuan Rusia Dekati Taliban?

    Keputusan untuk mencabut larangan terhadap Taliban dapat menjadi langkah strategis bagi Moskow, karena kemampuannya untuk bekerja sama dengan pihak berwenang di Afghanistan dapat memberinya pengaruh terhadap mitra regional dan pemerintahan baru AS.

    Menurut analis politik Andrei Serenko, masih belum jelas permainan politik macam apa yang akan dilakukan Rusia dalam merehabilitasi Taliban. 

    “Akankah Moskow mencoba menghidupkan kembali upaya untuk membangun konsensus regional mengenai Afghanistan — dengan Iran, Tiongkok, dan negara-negara lain — sebagai tanggapan terhadap inisiatif AS di masa mendatang?”

    “Atau akankah Kremlin mengambil langkah berani dan, di tengah meningkatnya intrik kemungkinan pemulihan hubungan AS-Rusia, memutuskan untuk memainkan permainan Afghanistan bersama dengan pemerintahan Donald Trump?” tanya Serenko dalam komentarnya kepada media Rusia.

     

    (oln/tmt/*)

  • Iran akan Luncurkan Kapal Perang Baru, IRGC: Lebih Baik dari Model Serupa Kapal Amerika – Halaman all

    Iran akan Luncurkan Kapal Perang Baru, IRGC: Lebih Baik dari Model Serupa Kapal Amerika – Halaman all

    Iran Akan Luncurkan Kapal Perang Baru, IRGC: Lebih Bagus dari Model Kapal AS yang Serupa
     

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan elite militer Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC) dilaporkan akan mengungkap kapal perang baru mereka.

    Kapal-kapal baru Iran ini oleh Komandan Angkatan Laut IRGC, Laksamana Muda Alireza Tangsiri digambarkan sebagai “lebih baik daripada model Amerika yang serupa.”

    Berbicara dalam program TV IRIB, Tangsiri memaparkan pencapaian militer Angkatan Laut IRGC dalam beberapa tahun terakhir.

    Angkatan Laut IRGC, kata Tangsiri, telah memproduksi berbagai jenis rudal, drone, dan kapal selam.

    “Kementerian Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata juga telah memproduksi kapal selam yang bagus,” katanya dilansir MNA, Minggu (20/4/2025).

    Mengacu pada pembangunan kapal induk drone IRIS Shahid Bagheri, Laksamana Tangsiri mengatakan, “Kapal Shahid Bagheri adalah kapal serba guna dan pangkalan angkatan laut; kapal ini dapat membawa dua kelompok peluncur rudal, yaitu 14 kapal peluncur rudal.”

    KAPAL PERANG IRAN – Kapal Shahid Hassan Bagheri adalah salah satu dari tiga korvet rudal kelas Soleimani baru. Kapal ini merupakan kapal perang dengan persenjataan terlengkap di armada Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

    “Kami telah membangun sebuah kapal yang lebih baik daripada model-model Amerika yang sejenis, dan jika diperlukan, kami mungkin akan meluncurkannya,” kata komandan Angkatan Laut IRGC, saat berbicara tentang kapal-kapal baru milik angkatan tersebut.

    Ketika ditanya tentang konfrontasi Iran-AS di perairan Teluk Persia, ia berkata, “Saat ini, Amerika Serikat tidak dapat menyerang kapal tanker minyak kami, dan jika mereka melakukannya, kami akan menghadapinya.”

    “Amerika tidak dapat menghadapi kita di Teluk Persia karena kita dapat melawan mereka,” tegasnya.

    Dalam tiga tahun terakhir, Angkatan Laut Korps IRGC Iran (IRGCN) telah meluncurkan ratusan kapal baru.

    Sebagian besar merupakan varian baru dari speedboat berpeluru kendali, roket, dan senapan mesin berat yang telah lama menjadi tulang punggung armada IRGCN.

    Pun, mulai tahun 2022, IRGCN mulai meresmikan kelas kapal perang baru yang mampu beroperasi di laut lepas.

    Kapal-kapal tersebut, empat korvet katamaran bersenjata rudal yang baru dirancang dan sebuah kapal kontainer yang diubah menjadi pangkalan laut ekspedisi, membawa kemampuan baru bagi pasukan garis keras yang dikenal melakukan misi-misi berbahaya seperti memasang ranjau di badan kapal dan membajak kapal-kapal dagang.

    KAPAL PERANG BARU – Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran (IRGCN) dilaporkan akan meluncurkan kapal perang baru dengan persenjataan dan daya tahan lebih. Model seperti Kapal Shahid Hassan Bagheri, yang terlihat di sini pada parade maritim bulan April, diklaim lebih baik dari model serupa milik Amerika Serikat (AS).

    “Kemampuan ini memberikan Iran pilihan untuk membuat musuh dengan angkatan laut dan angkatan udara yang maju seperti Arab Saudi dan AS, (menjadi) tidak seimbang,” tulis ulasan BI.

    Sebagai kapal terbesar yang pernah ditugaskan dalam dinasnya di IRGCN, kapal-kapal tersebut memungkinkan IRGCN untuk mengoperasikan kombatan permukaan utama dengan senjata antikapal dan antiudara jarak jauh.

    Kapal-kapal ini juga membantu pasukan pesisir secara historis untuk menjalankan misi baru yang baru-baru ini diberikan kepadanya: untuk memproyeksikan kekuatan ke laut lepas melalui operasi ekspedisi.

    “Dengan korvet rudal katamaran keempat yang sedang dalam perjalanan dan kapal kontainer lain yang diubah menjadi kapal induk drone , armada masa depan IRGCN akan mendapatkan kapal yang lebih besar dan daya tembak yang dibutuhkan untuk menghadapi musuh-musuhnya di luar Teluk Persia,” ulas laporan BI.

     

    (oln/MNA/BI/*)

  • Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Amerika Tembus Rp 12,3 Triliun – Halaman all

    Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Amerika Tembus Rp 12,3 Triliun – Halaman all

    Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Tembus Rp 12,3 T

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok bersenjata Houthi di Yaman mengklaim telah menembak jatuh pesawat nirawak militer AS MQ-9 Reaper hari ini, Minggu (20/4/2024)

    Ini merupakan pesawat nirawak ke-21 yang ditembak jatuh sejak 7 Oktober 2023, tanggal Israel memulai serangan militer besar-besaran terhadap Jalur Gaza yang terkepung.

    Penembakan jatuh pesawat tak berawak MQ-9 Reaper ke-21 terjadi hanya beberapa jam setelah petempur Houthi berhasil menembak jatuh pesawat tak berawak ke-20 di wilayah udara Sanaa, yang kemudian dikonfirmasi oleh pejabat senior militer AS.

    Penembakan jatuh drone MQ-9 Reaper ke-21 dikonfirmasi oleh juru bicara kelompok Houthi.

    Drone MQ-9 Reaper ke-21 yang ditembak jatuh oleh pejuang Houthi adalah drone Reaper ke-6 yang berhasil ditembak jatuh sejak 15 Maret ketika jet tempur AS memulai serangan udara harian terhadap posisi kelompok bersenjata itu di Yaman.

    Setiap drone MQ-9 Reaper yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika, General Atomics Aeronautical Systems (GASI), diperkirakan berharga US$35 juta (atau setara Rp 590 M) tiap unitnya.

    Ini adalah drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang tidak hanya mampu melakukan misi pengawasan, intelijen dan pemantauan, tetapi juga dapat dilengkapi dengan rudal dan sistem persenjataan lainnya untuk melakukan serangan udara.
     
    “Dengan ditembak jatuhnya pesawat nirawak MQ-9 Reaper ke-21, militer AS diperkirakan menderita kerugian sebesar US$735 juta (Rp 12,3 Triliun) setelah 21 pesawat nirawak canggihnya ditembak jatuh oleh pejuang Houthi,” menurut seorang pengamat militer dilansir DSA, Minggu.

    Drone canggih MQ-9 Reaper milik pasukan Amerika Serikat dibidik sistem pertahanan udara Houthi Yaman. Ini menjadi drone ke-13 yang ditembak jatuh. Houthi juga menyerang Bandara Ben Gurion, Tel Aviv Israel dan pembangkit listrik di Yerusalem, Israel. (DSA/Tangkap Layar)

    Seputar MQ-9 Reaper

    Militer AS menggunakan drone MQ-9 Reaper yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems (GASI) untuk memastikan bahwa perairan di lepas pantai Yaman aman untuk digunakan oleh kapal komersial, selain untuk mencari target di daratan Yaman.

    MQ-9 Reaper canggih buatan AS mampu terbang selama 27 jam tanpa henti pada ketinggian 50.000 kaki dan membawa muatan seberat lebih dari 1,7 ton termasuk sistem sensor dan komponen elektronik sensitif.

    Drone MQ-9 Reaper, yang dioperasikan terutama untuk operasi dan misi Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR), juga dapat dilengkapi dengan rudal “Hellfire”, GBU-12 Paveway II, GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) untuk tujuan serangan.

    Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021, militer Amerika Serikat (terutama Angkatan Udara Amerika Serikat – USAF) dilaporkan mengoperasikan lebih dari 300 drone MQ-9 Reaper, yang pertama kali diperkenalkan ke militer Amerika Serikat pada tahun 2007.

    Militer AS dilaporkan berencana untuk memensiunkan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper pada tahun 2035.

    Pesawat tak berawak MQ-9 Reaper AS diyakini ditembak jatuh menggunakan rudal mode ganda Saqr-358.

    Rudal Saqr 358 dikembangkan oleh Iran, diyakini melalui Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dan pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 2019.

    Industri pertahanan Iran biasanya menggunakan metode rekayasa balik dan keahlian lokal untuk memproduksi sistem persenjataan yang efektif dengan biaya rendah, seperti yang terlihat pada desain Saqr 358 yang juga menggunakan komponen komersial yang tersedia secara luas.

    Rudal ini secara resmi diluncurkan di Teheran pada tahun 2023 saat kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, meskipun pada kenyataannya telah digunakan secara aktif oleh kelompok proksi Iran setidaknya sejak tahun 2019.

     

    (olan/dsa/*)

     

     

  • Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Jakarta

    Kelompok Houthi menargetkan dua kapal induk milik Amerika Serikat (AS) setelah Negeri Paman Sam itu melancarkan serangan dengan menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman. Serangan ini dilancarkan Houthi sebagai balasan terhadap perbuatan AS.

    Berawal ketika militer AS mengumumkan bahwa mereka sekali lagi mengerahkan kapal induk ke kawasan Timur Tengah. Pengerahan kapal induk ini diumumkan sehari setelah Washington secara resmi menetapkan kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman sebagai organisasi teroris asing.

    Para pejabat AS yang tidak disebut namanya, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (6/3), mengatakan bahwa kapal induk USS Harry S Truman telah kembali ke wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS (CENTCOM) di Timur Tengah pekan ini.

    USS Harry S Truman meninggalkan Laut Merah dan berlabuh Teluk Souda bulan lalu, untuk melakukan kunjungan pelabuhan setelah dua bulan terlibat operasi tempur di Laut Merah, terutama untuk melawan serangan Houthi dari Yaman.

    Pengerahan kapal induk AS ini diumumkan setelah kelompok Houthi, pada Selasa (4/3), mengklaim telah menembak jatuh drone MQ-9 Reaper milik AS, yang disebut melakukan “misi permusuhan” di langit Yaman.

    Seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Angkatan Udara AS kehilangan kontak dengan satu drone MQ-9 yang beroperasi di Laut Merah, dekat Yaman. Namun disebut oleh pejabat AS itu bahwa hilangnya drone itu sedang diselidiki lebih lanjut.

    Drone MQ-9, menurut pejabat AS itu, sedang melakukan operasi untuk mendukung Operasi Poseidon Archer, yang merujuk pada upaya militer AS dalam menargetkan Houthi.

    80 Orang Tewas

    Foto Kehancuran Terminal Minyak di Yaman: (Al-Masirah TV/Handout via REUTERS)

    Beberapa hari yang lalu, Houthi mengungkapkan AS menyerang pelabuhan bahan bakar Ras Issa di Yaman. Akibat dari peristiwa ini, 80 orang dilaporkan tewas.

    Dilansir AFP, Sabtu (19/4), serangan terhadap Ras Issa itu bertujuan untuk memutus pasokan dan dana bagi pemberontak yang menguasai sebagian besar wilayah negara termiskin di Jazirah Arab itu, kata militer AS.

    Juru bicara kementerian kesehatan Houthi, Anees Alasbahi mengatakan tim penyelamat masih mencari mayat di terminal bahan bakar di Laut Merah, yang menunjukkan jumlah korban tewas dapat meningkat.

    TV Al-Masirah milik pemberontak, mengutip pejabat setempat, mengatakan jumlah korban dari serangan tersebut telah meningkat menjadi 80 orang tewas dan 150 orang terluka.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Iran-Hamas Mengecam

    Foto Kebakaran Ras Issa: (AFP PHOTO/HANDOUT/AL-MASIRAH TV)

    Atas serangan itu, Iran dan Hamas yang merupakan sekutu Houthi pun mengecam serangan AS itu.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” ujar Jubir Kemlu Iran Esmaeili Baqaei.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Houthi Targetkan Kapal Induk AS dan Israel

    Foto ilustrasi kapal induk AS: (AFP/CHRISTINA SEARS)

    Seakan untuk balas dendam, kini Houthi mengumumkan kelompoknya menargetkan dua kapal induk AS dan menyerang wilayah Israel sebagai respons.

    “Peningkatan kekuatan Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4).

    Saree menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah aksi protes yang digelar Houthi di ibu kota Sanaa pada Jumat (18/4) waktu setempat.

    Ditambahkan oleh Saree bahwa pasukan Houthi juga menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel, selain menyerang dua kapal induk AS yang ada di kawasan.

    Belum ada tanggapan dari AS maupun Israel soal serangan Houthi.

    Halaman 2 dari 4

    (zap/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS-Iran Bahas Perjanjian Nuklir, Trump Ancam Aksi Militer Jika Gagal

    AS-Iran Bahas Perjanjian Nuklir, Trump Ancam Aksi Militer Jika Gagal

    Jakarta,CNBC Indonesia – Iran dan Amerika Serikat memulai putaran baru perundingan nuklir di Roma pada Sabtu (19/4/2025) untuk menyelesaikan kebuntuan mereka selama puluhan tahun. Perundingan ini dilanjutkan di bawah bayang-bayang ancaman Presiden Donald Trump untuk melancarkan aksi militer jika diplomasi gagal.

    Laporan Reuters menyebut Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dan utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff akan berunding secara tidak langsung melalui seorang pejabat Oman yang akan menyampaikan pesan-pesan antara kedua belah pihak.

    Pejabat dari kedua negara belum mengadakan negosiasi langsung sejak 2015 di bawah mantan Presiden AS Barack Obama.

    Araqchi mengatakan Iran selalu berkomitmen pada diplomasi dan meminta “semua pihak yang terlibat dalam pembicaraan untuk memanfaatkan kesempatan guna mencapai kesepakatan nuklir yang masuk akal dan logis”.

    “Kesepakatan semacam itu harus menghormati hak-hak sah Iran dan mengarah pada pencabutan sanksi yang tidak adil terhadap negara sambil mengatasi keraguan apa pun tentang program nuklirnya,” kata Araqchi seperti dikutip oleh media pemerintah Iran.

    Sebelumnya, ia mengatakan bahwa Iran yakin mereka bisa mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya dengan AS asalkan Washington bersikap realistis.

    “Roma menjadi ibu kota perdamaian dan dialog,” tulis Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani di X. “Saya mendorong (Araqchi) untuk mengikuti jalur negosiasi melawan senjata nuklir. Harapan pemerintah Italia adalah bahwa semua pihak bersama-sama dapat menemukan solusi positif untuk Timur Tengah.”

    Sementara itu, Trump mengatakan kepada wartawan pada Jumat: “Saya mendukung Iran tak lagi memiliki senjata nuklir. Mereka tidak dapat memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi besar, makmur, dan hebat.”

    Trump menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran sejak kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari.

    Washington ingin Iran menghentikan produksi uranium yang diyakininya ditujukan untuk membuat bom atom.

    Sementara Teheran, yang selalu menyatakan bahwa program nuklirnya bersifat damai, mengatakan bersedia menegosiasikan beberapa pembatasan sebagai imbalan atas pencabutan sanksi, tetapi menginginkan jaminan yang kuat bahwa Washington tidak akan mengingkarinya lagi.

    Sejak 2019, Iran telah melanggar dan melampaui batas kesepakatan 2015 mengenai pengayaan uraniumnya. Negara tersebut terus menghasilkan stok uranium yang jauh di atas ambang batas yang menurut Barat diperlukan untuk program energi sipil.

    (hsy/hsy)

  • AS Kembali Gempur Yaman, Hamas Tolak Gencatan Senjata Parsial di Gaza

    AS Kembali Gempur Yaman, Hamas Tolak Gencatan Senjata Parsial di Gaza

    Sanaa

    Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) melaporkan, telah melancarkan serangan ke Pelabuhan Ras Isa, Yaman, untuk “melemahkan sumber ekonomi” kekuatan militan Houthi yang didukung Iran. Serangan itu diklaim sebagai upaya untuk memutus sumber pasokan dan pendanaan bagi kelompok pemberontak Houthi.

    “Hari ini, pasukan AS mengambil tindakan untuk memusnahkan sumber bahan bakar bagi teroris Houthi yang didukung Iran,” tulis CENTCOM di media sosial yang dikutip AFP.

    “Serangan ini tidak bertujuan mencederai rakyat Yaman, yang saat ini ingin menumbangkan kelompok Houthi dan ingin hidup secara damai,” tambah pernyataan itu.

    Pelabuhan Ras Isa selama ini diyakini menjadi salah satu titik utama distribusi bahan bakar yang digunakan oleh kelompok Houthi, sekaligus menjadi sumber pemasukan finansial melalui jalur penjualan ilegal.

    Puluhan tewas dan luka-luka

    Serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 38 orang, tulis media yang terkait dengan Houthi. Jumlah korban tewas itu termasuk sedikitnya lima paramedis, demikian menurut Kementerian Kesehatan di bawah kendali Houthi.

    Sementara itu sekitar “50 pekerja dan karyawan terluka di pelabuhan minyak Ras Isa, setelah agresi Amerika,” tambah kementerian tersebut.

    Jumlah korban tewas dari serangan di pelabuhan di barat Yaman ini menandai salah satu rekor korban tertinggi serangan militer AS, setelah Washington memulai serangan udara melawan kelompok militan pro Iran tersebut bulan lalu.

    Pertalian Houthi, Hamas dan Iran

    Iran selama ini mendukung kelompok pemberontak Houthi di Yaman, dalam konflik melawan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi. Iran juga dituduh memberikan bantuan kepada Hamas dalam upayanya melawan Israel.

    Baik Hamas maupun Houthi berbagi musuh yang sama, yaitu Israel dan negara-negara yang mendukung pemerintah resmi Yaman yang diakui internasional, termasuk Arab Saudi dan koalisinya.

    Hamas menolak proposal gencatan senjata ‘parsial’

    Sementara itu, kelompok militan Palestina Hamas dilaporkan menolak persyaratan yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk gencatan senjata baru.

    Kepala Biro Politik Hamas di Gaza dan ketua tim negosiasi, Khalil Al-Hayya, mengatakan kelompok tersebut tidak akan setuju dengan gencatan senjata “parsial”.

    “Netanyahu dan pemerintahannya menggunakan kesepakatan parsial sebagai kedok untuk agenda politik mereka, yang didasarkan pada melanjutkan perang pemusnahan dan kelaparan, meskipun harga yang harus dibayar adalah mengorbankan semua sandera,” tandas Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi.

    “Kami tidak akan menjadi bagian dari kebijakan ini.”

    Hayya mengatakan Hamas siap untuk segera terlibat dalam “negosiasi paket komprehensif” untuk membebaskan semua sandera yang masih mereka tahan, sebagai imbalan untuk mengakhiri perang Gaza, pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, dan rekonstruksi Gaza.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Artikel ini pertama kali dirilis di DW bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

    Editor: Agus Setiawan

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS-Iran Gelar Putaran Kedua Perundingan Nuklir di Roma

    AS-Iran Gelar Putaran Kedua Perundingan Nuklir di Roma

    Roma

    Amerika Serikat (AS) dan Iran melanjutkan perundingan berisiko tinggi membahas program nuklir Teheran pada Sabtu (19/4) waktu setempat. Putaran kedua antara para pejabat tinggi Washington dan Teheran ini digelar di Roma, Italia, sepekan setelah putaran pertama digambarkan oleh kedua negara sebagai “konstruktif”.

    Laporan televisi pemerintah Iran, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menyebut putaran kedua pembicaraan antara pejabat AS dan Iran, yang dimediasi oleh Oman, mulai digelar di Roma pada Sabtu (19/4) sekitar pukul 09.30 GMT.

    Tayangan televisi pemerintah Iran menunjukkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi tiba di Roma pada Sabtu (19/4) dini hari. Araghchi akan melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi AS, mencakup Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Pertemuan di Roma ini digelar seminggu setelah kedua negara menggelar pembicaraan tidak langsung di Muscat. Itu menjadi pembicaraan pertama pada level tinggi antara AS dan Iran sejak Presiden Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir penting pada tahun 2018.

    Negara-negara Barat, termasuk AS, telah sejak lama menuduh Iran berusaha memperoleh senjata nuklir. Tuduhan semacam itu sudah berulang kali dibantah oleh Teheran, yang bersikeras menegaskan program nuklirnya memiliki tujuan sipil yang damai.

    AS dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi sejak tak lama setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu.

    Trump, setelah kembali menjabat pada Januari lalu, menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” sanksi terhadap Teheran.

    Dikatakan oleh Trump pada Kamis (17/4) bahwa “saya tidak terburu-buru” untuk menggunakan opsi militer. “Saya pikir Iran ingin berunding,” katanya.

    Sementara Araghchi, pada Jumat (18/4), mengatakan Iran “melihat adanya keseriusan” dari kubu AS selama putaran pertama, tepat mempertanyakan niat mereka.

    “Meskipun kami memiliki keraguan serius tentang niat dan motivasi pihak Amerika, bagaimanapun juga kami akan berpartisipasi dalam negosiasi besok (Sabtu),” ucapnya dalam konferensi pers saat masih berada di Moskow, Rusia.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan AS ke Pelabuhan Minyak Yaman Tewaskan 74 Orang

    Serangan AS ke Pelabuhan Minyak Yaman Tewaskan 74 Orang

    JAKARTA – Serangan Amerika Serikat ke terminal bahan bakar Ras Isa di Yaman di pantai Laut Merah menewaskan 74 orang dalam serangan paling mematikan sejak AS memulai operasi militer pengebomannya terhadap Houthi tahun lalu.

    Presiden AS Donald Trump memerintahkan peningkatan serangan bulan lalu dalam operasi militer AS terbesar di Timur Tengah sejak ia menjabat pada Januari.

    Washington berjanji untuk terus menyerang Houthi yang berpihak pada Iran sampai kelompok itu menghentikan serangan terhadap pengiriman di Laut Merah.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Anees al-Asbahi mengatakan 171 orang terluka dalam serangan pada Kamis, menurut angka awal. Sementara tim penyelamat terus berupaya mencari korban.

    Militer AS mengatakan serangan itu bertujuan untuk memutus sumber bahan bakar bagi kelompok militan Houthi. Pelabuhan itu memiliki kehadiran militer yang besar selain menjadi pusat utama impor bahan bakar, kata sumber Yaman.

    Di antara yang tewas adalah pegawa Safer Oil Company, yang mengoperasikan pelabuhan itu, dan Yemen Petroleum Company, yang bertanggung jawab untuk mengawasi pengiriman bahan bakar impor dan distribusinya, sumber tersebut menambahkan.

    Komando Pusat AS tidak menanggapi angka korban dari kementerian kesehatan.

    “Tujuan dari serangan ini adalah untuk melemahkan sumber kekuatan ekonomi Houthi, yang terus mengeksploitasi dan mendatangkan penderitaan besar bagi rekan senegaranya,” katanya dalam postingan di X dilansir Reuters, Sabtu, 19 April.

    AS dan Israel sebelumnya menargetkan pelabuhan tersebut, melihatnya sebagai pusat peluncuran drone, rudal, dan serangan terhadap kapal.

    Houthi yang berpihak pada Iran telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama dekade terakhir.

    Sejak November 2023, kelompok tersebut telah meluncurkan puluhan serangan pesawat nirawak dan rudal terhadap kapal-kapal di Laut Merah, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina atas perang di Gaza.

    Pangkalan Ras Isa, yang berjarak sekitar 55 km (35 mil) di utara kota pelabuhan Hodeidah, memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 3 juta barel.

  • Perundingan Nuklir Iran-AS di Roma: Apa Hasilnya? – Halaman all

    Perundingan Nuklir Iran-AS di Roma: Apa Hasilnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali digelar di Roma, dimediasi oleh Menteri Luar Negeri Oman, Badr bin Hamad al-Busaidi.

    Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari dialog sebelumnya yang berlangsung di Muscat, Oman, dan menjadi salah satu upaya penting dalam mencari kesepakatan mengenai program nuklir Iran.

    Dengan format yang bersifat tidak langsung, kedua pihak akan mendiskusikan batasan masing-masing serta kemungkinan mencapai kesepakatan.

    Siapa yang Memimpin Delegasi?
    Delegasi Iran: Siapa yang Terlibat?

    Delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri dan negosiator nuklir senior, Abbas Araghchi.

    Ia didampingi oleh beberapa pejabat lainnya, termasuk Majid Takht-Ravanchi sebagai wakil politik dan Kazem Gharibabadi sebagai wakil hukum dan urusan internasional.

    Ali Shamkhani, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa delegasi Iran datang dengan wewenang penuh untuk mencapai kesepakatan komprehensif.

    Delegasi AS: Siapa yang Mengwakili?

    Dari pihak AS, Steve Witkoff, yang merupakan teman dekat mantan Presiden Donald Trump dan seorang pengembang properti asal New York, kembali ditunjuk sebagai pemimpin delegasi.

    Witkoff juga dikenal terlibat dalam berbagai perundingan terkait konflik lain di Timur Tengah, termasuk konflik Israel-Gaza dan Rusia-Ukraina.

    Apa Tujuan dari Pertemuan Ini?

    Ali Shamkhani mengungkapkan bahwa tujuan utama Iran adalah mencapai kesepakatan yang seimbang, berdasarkan sembilan prinsip.

    Prinsip-prinsip tersebut meliputi jaminan keseimbangan, pencabutan sanksi, penolakan terhadap model Libya dan UEA, serta penghindaran ancaman dari pihak ketiga, termasuk Israel.

    Iran menegaskan bahwa mereka tidak datang untuk menyerah dalam perundingan ini.

    Apa yang Dikatakan Donald Trump?

    Mantan Presiden AS, Donald Trump, menegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dalam bentuk apa pun.

    Ia menyatakan, “Saya mendukung penghentian Iran dari memiliki senjata nuklir.” Trump ingin Iran menjadi negara yang hebat dan makmur, tetapi tetap menolak keras kepemilikan senjata nuklir oleh Teheran.

    Ia juga memberikan peringatan bahwa jika Iran memiliki senjata nuklir, konsekuensi serius akan mengikuti.

    Apa Langkah Selanjutnya?

    Witkoff menekankan bahwa setiap kesepakatan yang dicapai dengan Iran harus mencakup penghentian total program pengayaan dan persenjataan nuklirnya.

    Ancaman untuk menggunakan kekuatan militer bersama Israel terhadap fasilitas nuklir Iran juga diungkapkan sebagai langkah yang mungkin diambil jika diperlukan.

    Pertemuan di Roma ini akan menjadi forum kunci dalam mengkaji langkah-langkah selanjutnya dalam perundingan nuklir ini.

    Dengan dinamika yang kompleks dalam perundingan ini, banyak yang berharap agar hasil dari pertemuan di Roma dapat membawa kemajuan menuju solusi damai dan menghindari ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Mengapa AS Mengurangi Pasukan di Suriah? – Halaman all

    Mengapa AS Mengurangi Pasukan di Suriah? – Halaman all

    Militer Amerika Serikat (AS) sedang menjalani proses penarikan ratusan tentaranya dari Suriah.

    Langkah ini dijelaskan oleh Pentagon sebagai konsolidasi pasukan yang mencerminkan perubahan situasi keamanan di wilayah tersebut.

    Seperti apa rincian dari proses ini dan apa yang menjadi faktor pendorongnya?

    Apa yang Menjadi Dasar Penarikan Pasukan AS dari Suriah?

    Pernyataan dari Juru Bicara Pentagon, Sean Parnell, mengungkapkan bahwa konsolidasi pasukan ini dilakukan berdasarkan pengakuan keberhasilan AS dalam melawan ISIS. “Proses ini akan dilakukan secara bertahap dan berbasis kondisi,” katanya, sambil menyebut bahwa jumlah pasukan AS di Suriah akan dikurangi menjadi kurang dari 1.000 orang dalam beberapa bulan ke depan.

    Keputusan ini mengingatkan pada upaya penarikan total pasukan oleh mantan Presiden Donald Trump pada tahun 2018, yang juga diiringi dengan protes dari kalangan petinggi militer saat itu.

    Seberapa Banyak Pasukan yang Ditarik dan Dimana?

    The New York Times melaporkan bahwa AS akan menutup tiga dari delapan pos militernya di timur laut Suriah.

    Sekitar 600 personel diperkirakan akan ditarik dari beberapa lokasi, termasuk Mission Support Site Green Village dan fasilitas kecil lainnya.

    Ironisnya, meskipun proses penarikan sedang berlangsung, pemerintahan Biden sebelumnya justru menambah jumlah pasukan menjadi sekitar 2.000 orang di Suriah pada bulan Desember 2024.

    Peningkatan ini bertujuan untuk menghadapi ancaman dari ISIS dan milisi pro-Iran yang semakin aktif.

    Kenapa Jumlah Pasukan AS di Suriah Kembali ke Angka 900?

    Dengan pengurangan ini, jumlah pasukan AS akan kembali ke kisaran 900, angka yang sama yang dipertahankan setelah kekalahan ISIS pada tahun 2019.

    Pasukan ini tetap ditugaskan untuk memburu sisa-sisa ISIS, menahan kelompok pro-Iran, serta mencegah serangan dari Turki terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi oleh Kurdi.

    Pentagon meyakinkan bahwa konsolidasi pasukan ini masih memungkinkan AS untuk menekan aktivitas ISIS dan merespons ancaman teroris lainnya.

    Namun, situasi lapangan menunjukkan peningkatan aktivitas militan, dengan ISIS mengeklaim 294 serangan di Suriah pada tahun 2024, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 121 serangan.

    Bagaimana dengan Ancaman Lain yang Dihadapi AS di Wilayah Tersebut?

    AS juga menghadapi tekanan dari milisi pro-Iran.

    Sebuah insiden tragis terjadi pada Januari 2024, ketika tiga tentara AS tewas dalam serangan drone di Yordania.

    Sejak tahun 2014, AS memimpin koalisi internasional dalam upaya melawan ISIS, mendukung pasukan lokal di Irak dan Suriah, termasuk SDF.

    Walaupun kekhalifahan ISIS sudah runtuh, kelompok ini masih aktif di wilayah pedesaan yang terpencil, dan AS terus melancarkan operasi militer untuk menggagalkan potensi kebangkitan kelompok ini.

    Selain itu, perhatian militer AS juga mulai beralih ke Yaman, di mana kelompok Houthi menyerang jalur pelayaran internasional.

    Apa yang Terjadi di Irak?

    Sementara itu, Irak juga berupaya mengakhiri kehadiran koalisi pimpinan AS di wilayahnya.

    Kesepakatan antara Washington dan Baghdad menyatakan bahwa misi militer AS di Irak akan berakhir pada akhir 2025, dan di wilayah Kurdistan pada September 2026.

    Dengan semua dinamika ini, pertanyaan yang muncul adalah:

    Akankah AS benar-benar mengangkat kaki sepenuhnya dari Suriah?

    Atau akankah kehadiran militer AS tetap ada dalam bentuk yang berbeda untuk menghadapi tantangan baru yang muncul di wilayah tersebut?

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).