Negara: Iran

  • Korban Tewas Ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee Iran Bertambah Jadi 14 Orang

    Korban Tewas Ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee Iran Bertambah Jadi 14 Orang

    Jakarta

    Korban meninggal akibat ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee, Iran, terus bertambah. Saat ini total korban mencapai 14 orang.

    “Setidaknya 14 orang tewas dan 750 orang terluka dalam ledakan besar di pelabuhan Bandar Abbas di Iran barat daya,” kata media resmi Iran dilansir CNN, Minggu (27/4/2025).

    Kementerian Dalam Negeri Iran awalnya menyebutkan delapan orang meninggal usai ledakan terjadi di Pelabuhan Rajaee. Ledakan itu mengeluarkan gumpalan asap tebal berwarna abu-abu dari bagian Shahid Rajaee di kompleks Pelabuhan. Pemerintah Iran mengatakan ledakan itu kemungkinan terkait dengan bahan kimia yang disimpan.

    Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni mengatakan enam orang masih hilang sementara petugas pemadam kebakaran terus berupaya memadamkan api. Belum ada informasi pasti terkait ada penyebab ledakan dahsyat tersebut.

    Pelabuhan Shahid Rajaee berada di kota Bandar Abbas. Otoritas Iran saat ini juga telah mengumumkan keadaan darurat di kota Bandar Abbas untuk melindungi warga di tengah “peningkatan polusi udara yang signifikan.”

    Kementerian Kesehatan telah mengerahkan tim kesehatan dan menerapkan langkah-langkah darurat untuk melindungi kesehatan masyarakat. Warga diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, menghindari aktivitas di luar ruangan, dan menutup jendela.

    “Puing-puing tersebar di area yang luas dan banyak bangunan di kompleks pelabuhan rusak parah,” menurut media pemerintah.

    “Jendela dalam radius beberapa kilometer pecah,” kata mereka.

    Shahid Rajaee adalah fasilitas besar untuk pengiriman peti kemas, yang meliputi lahan seluas 2.400 hektar. Fasilitas ini menangani 70 juta ton kargo setiap tahunnya, termasuk minyak dan pengiriman umum. Fasilitas ini memiliki gudang seluas hampir 500.000 meter persegi dan 35 tempat berlabuh pengiriman.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Tutup Sekolah-Kantor Usai Ledakan Dahyat di Pelabuhan Shahid Rajaee

    Iran Tutup Sekolah-Kantor Usai Ledakan Dahyat di Pelabuhan Shahid Rajaee

    Jakarta

    Ledakan dahsyat terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee yang berlokasi di kota Bandar Abbas, Iran. Pemerintah Iran telah memerintahkan untuk menutup sekolah dan kantor di sekitar wilayah Bandar Abbas.

    “Dengan asap yang menyesakkan menyebar ke seluruh area, semua sekolah dan kantor yang berjarak 23 kilometer di Bandar Abbas, ibu kota provinsi Hormozgan, telah diperintahkan tutup pada hari Minggu,” kata Tv pemerintah Iran dilansir AFP, Minggu (27/4/2025).

    Ledakan terjadi pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Kebijakan penutupan sekolah dan kantor dilakukan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pencarian korban. Sekitar 10 jam setelah ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee di Iran selatan, TV pemerintah melaporkan kebakaran semakin parah.

    Meskipun penyebab ledakan tersebut belum jelas, kantor bea cukai pelabuhan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh TV pemerintah ledakan tersebut mungkin disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di depot penyimpanan bahan kimia dan hazmat.

    “Intensitas kebakaran di Pelabuhan Shahid Rajaee telah meningkat dan ada kemungkinan api dapat menyebar ke area dan peti kemas lainnya”, kata TV pemerintah Sabtu malam.

    Shahid Rajaee adalah pelabuhan komersial terbesar di Iran. Pelabuhan itu terletak di dekat Selat Hormuz yang dilalui oleh seperlima dari produksi minyak dunia.

    Api membakar truk gandeng dan darah menodai sisi mobil yang hancur, sementara helikopter menjatuhkan air ke awan asap hitam besar yang mengepul dari balik tumpukan kontainer pengiriman.

    Mengutip layanan darurat setempat, TV pemerintah melaporkan bahwa “ratusan orang telah dipindahkan ke pusat medis terdekat”, sementara pusat transfusi darah provinsi mengeluarkan seruan untuk donasi.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ledakan di Pelabuhan Iran, 8 Orang Tewas-750 Terluka

    Ledakan di Pelabuhan Iran, 8 Orang Tewas-750 Terluka

    Jakarta

    Ledakan dahsyat terjadi di Pelabuhan Shahid Rajee, Iran. Pemerintah Iran mengatakan delapan orang tewas akibat insiden tersebut.

    “Insiden ini telah menewaskan delapan orang dan melukai 750 orang,” kata Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni dilansir AFP, Minggu (27/4/2025).

    Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Eskandar mengatakan proses pemadaman api akibat ledakan masih dilakukan saat ini.

    “Semua sumber daya dari kota-kota lain dan Teheran telah dikirim dan kami berharap dapat memadamkan api dalam beberapa jam mendatang,” katanya.

    Media pemerintah Iran, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/4), melaporkan bahwa “ledakan besar” mengguncang area Shahid Rajaee, yang merupakan pelabuhan komersial terbesar di negara tersebut, yang terletak di Provinsi Hormozgan, pesisir selatan Iran.

    Tayangan televisi pemerintah Iran menunjukkan kepulan asap hitam pekat membubung ke udara dari area pelabuhan tersebut, yang menjadi tempat banyak peti kemas disimpan. Sejumlah helikopter dikerahkan untuk memadamkan api.

    “Ratusan orang telah dibawa ke pusat-pusat medis terdekat,” sebut laporan televisi pemerintah Iran tersebut.

    “Ledakan itu terjadi pada bagian dermaga pelabuhan Shahid Rajaee, dan kami sedang berupaya memadamkan kebakaran,” ucap salah satu pejabat pelabuhan, Esmaeil Malekizadeh.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Bisnis.com, JAKARTA—Iran dan Amerika Serikat (AS) membuka peluang kesepakatan soal nuklir dalam diskusi terbaru oleh kedua negara tersebut.

    Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (26/4/2025) pukul 23.42 WIB, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa terdapat negosiasi yang lebih serius tentang peluang kerja sama program nuklir. Pernyataan itu dia ungkapkan kepada saluran televisi pemerintah setelah babak ketiga diskusi dilakukan di Muscat, Oman.

    “Kami secara bertahap memasuki diskusi yang lebih detail dan teknis,” katanya.

    Diskusi berlangsung selama 5 jam, menandai pertemuan paling lama antara pihak Iran dan AS sejak Oman memediasi pertemuan pada awal bulan ini. Delegasi pun menyetujui perbincangan keempat pada pekan depan, ujar Araghchi, tnpa menyebutkan tempatnya.

    Araghchi yang memimpin tim negosiasi Iran, bermitra dengan pihak AS Steve Witkoff, menyebut bahwa dia puas dengan laju dan progress diskusinya. Namun, dia mengakui tetap berhati-hati dengan perbedaan utama.

    “Terkadang, keinginan saja tak cukup dan perbedaan bisa begitu serius sehingga kesepakatan tak bisa tercapai,” katanya.

    Menteri Luar Negeri Oman Badr Albusaidi yang memfasilitasi perbincangan menyebut melalui kanal X, bahwa kedua negara telah mengidentifikasi aspirasi bersama untuk mencapai kesepakatan berdasarkan rasa saling menghormati dan komitmen bersama.

    “Prinsip utama, objektif, dan kekhawatiran teknis akan disinggung,” katanya.

    Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan perbincangan berada di suasana serius. Hal itu terlihat dengan ahli ekonomi, perbankan, dan nuklir terlibat dalam diskusi tersebut yang fokus pada membangun kepercayaan terhadap program nuklir Iran, menjaga hak Iran untuk menggunakan energi nuklir dengan prinsip perdamaian, dan mengamankan bantuan dari sanksi.

    Perbincangan terbaru ini hadir di tengah optimisme terkait kemungkinan kesepakatan baru. Dalam wawancara terbaru yang dilansir Majalah Time, Presiden AS Donald Trump menyebut Israel bisa menetapkan keputusannya untuk mengarahkan serangan ke fasilitas nuklir Iran kendati bisa juga kesepakatan dibuat tanpa serangan.

    Sebelumnya, Trump berjanji tak akan membuka peluang Iran mengembangkan senjata nuklir dan mencari kesempatan melakukan negosiasi untuk menggantikan kesepakatan pada 2015. Di sisi lain, Iran masih mempertahankan sikapnya untuk mengembangkan nuklir dengan perdamaian sebagai tujuannya sambil menjaga kemampuannya memperkaya uranium.

  • Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan besar mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu (26/4/2025) waktu setempat, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 500 orang, menurut laporan media pemerintah Iran.

    Melansir Reuters, ledakan itu terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman. Namun, sejauh ini belum ada indikasi bahwa kedua peristiwa tersebut saling berkaitan.

    Juru Bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran Hossein Zafari menyebut ledakan itu kemungkinan besar dipicu oleh buruknya penyimpanan bahan kimia di dalam kontainer pelabuhan.

    “Penyebab ledakan itu adalah bahan kimia di dalam kontainer,” ujarnya kepada kantor berita ILNA, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/4/2025).

    Ia juga menambahkan, “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya.”

    Meski bahan kimia diduga kuat menjadi pemicu, juru bicara pemerintah Iran menegaskan, penyebab pasti ledakan masih dalam penyelidikan.

    Dari insiden ini, saluran berita resmi Iran menayangkan rekaman dramatis, asap hitam dan jingga pekat membubung di atas pelabuhan, gedung-gedung perkantoran hancur, dengan puing-puing berserakan di mana-mana.

    Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan pelabuhan terbesar di Iran, menangani sebagian besar lalu lintas kontainer negara tersebut. Ledakan ini begitu kuat hingga memecahkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan suara dentumannya terdengar sampai ke Pulau Qeshm, sekitar 26 kilometer dari Bandar Abbas.

    Kantor berita Tasnim juga mengunggah video suasana kacau, memperlihatkan korban-korban yang terluka tergeletak dan tengah mendapatkan perawatan darurat.

    Sebelumnya, TV pemerintah melaporkan kelalaian dalam penanganan bahan mudah terbakar merupakan “faktor penyebab” ledakan. Seorang pejabat manajemen krisis menyebutkan ledakan bermula dari beberapa kontainer yang meledak.

    Dalam upaya penyelamatan, truk-truk dievakuasi dari pelabuhan, dan aktivitas di sana sementara dihentikan. Para pejabat memperingatkan area kontainer kemungkinan menyimpan “barang-barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Serangkaian Insiden Mematikan

    Ledakan di pelabuhan ini menambah daftar panjang insiden mematikan yang terjadi di Iran dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kecelakaan seperti kebakaran kilang minyak, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 lalu, yang merenggut nyawa seorang pekerja, sebagian besar disebabkan oleh kelalaian.

    Namun, tidak semua insiden murni kecelakaan. Iran juga menuduh Israel berada di balik beberapa serangan terhadap infrastruktur strategis mereka. Teheran menyalahkan Israel atas serangan terhadap jaringan pipa gas pada Februari 2024, serta serangan siber yang melumpuhkan sistem komputer di pelabuhan Shahid Rajaee pada tahun 2020 silam. Washington Post sebelumnya melaporkan, serangan siber itu merupakan balasan atas operasi siber Iran terhadap Israel.

    Meski begitu, hingga saat ini belum ada komentar resmi dari militer Israel maupun dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan mereka dalam ledakan Sabtu ini.

    Yang pasti, otoritas Iran memastikan fasilitas minyak di sekitar pelabuhan tetap aman. Dalam pernyataannya, Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran menegaskan bahwa insiden ini “tidak ada kaitannya dengan kilang minyak, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, maupun jaringan pipa minyak.”

    (dce)

  • Detik-Detik Ledakan Dahsyat Guncang Pelabuhan Iran, 500 Orang Terluka

    Detik-Detik Ledakan Dahsyat Guncang Pelabuhan Iran, 500 Orang Terluka

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • Menlu RI Tekankan Urgensi Persatuan Negara Islam untuk Wujudkan Gencatan Senjata di Palestina

    Menlu RI Tekankan Urgensi Persatuan Negara Islam untuk Wujudkan Gencatan Senjata di Palestina

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono menekankan pentingan persatuan negara-negara Islam untuk mewujudkan gencatan senjata, serta membuka kembali akses bantuan kemanusiaan di Palestina, saat melakukan pembicaraan telepon dengan timpalannya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi Hari Kamis.

    Berbicara melalui penggilan telepon pada Hari Kamis, kedua diplomat utama masing-masing negara membahas hubungan bilateral, serta perkembangan di regional dan global, selain masalah Jalur Gaza.

    Dalam percakapan kali ini, Menlu Araqchi menguraikan sikap Iran terkait perkembangan di Asia Barat, dengan menyebut pendudukan dan pembantaian warga Palestina yang sedang berlangsung sebagai salah satu masalah global yang paling mendesak, dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Jumat 25 April.

    Menlu Iran menegaskan, Israel, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, telah mengubah Gaza dan Tepi Barat menjadi tempat genosida dan penyiksaan terhadap warga Palestina yang tidak bersalah.

    Meski ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional dan perintah sementara dari Pengadilan Internasional untuk menghentikan genosida, lanjut Menlu Iran, kejahatan keji Zionis masih terus berlanjut.

    Menlu Araqchi mencatat, Israel terus melancarkan serangannya ke Lebanon dan Suriah, dan AS mendukungnya dengan melancarkan serangan ke Yaman.

    Ia menekankan, dalam situasi yang mengerikan ini, negara-negara Islam harus mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk menghentikan kejahatan tersebut dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang tertindas.

    Pada gilirannya, Menlu Sugiono mendukung sikap Araqchi mengenai kondisi parah yang dihadapi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

    Menlu Sugiono menekankan urgensi bagi negara-negara Islam untuk bersatu guna segera mewujudkan gencatan senjata dan membuka kembali jalur bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

    Mengenai hubungan bilateral kedua negara, Menlu Araqchi menggarisbawahi pentingnya memperkuat hubungan antara Teheran dan Jakarta

    Ia menekankan perlunya menindaklanjuti perjanjian yang dibuat antara Iran dan Indonesia dan menyoroti pentingnya mempertahankan kontak tingkat tinggi untuk mencapai tujuan tersebut.

    Menanggapi hal tersebut, Menlu Sugiono menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memperluas kerja sama dengan Iran baik di tingkat bilateral maupun multilateral, serta menyatakan persetujuannya terhadap usulan untuk memperkuat hubungan bilateral.

  • 45 Tahun Lalu: Operasi Militer Amerika di Iran Bersandi ‘Eagle Claw’ Gagal Total, 8 Tentara AS Tewas – Halaman all

    45 Tahun Lalu: Operasi Militer Amerika di Iran Bersandi ‘Eagle Claw’ Gagal Total, 8 Tentara AS Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tanggal 25 April 1980 atau 45 tahun silam, Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi militer rahasia di gurun Tabas, timur laut Iran.

    Operasi tersebut diberi nama sandi Eagle Claw atau Cakar Elang

    Operasi militer ini bertujuan untuk mengevakuasi personel Kedutaan Besar AS yang ditahan di Teheran. 

    Namun, operasi ini berakhir dengan kegagalan total karena badai pasir. 

    Awal Masalah

    Pada tanggal 4 November 1979, hampir 3.000 mahasiswa Iran menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran dan menyandera 63 personel Amerika. 

    Penyerbuan Kedutaan Besar terjadi setelah jatuhnya rezim Reza Pahlevi yang didukung AS oleh kekuatan Revolusi Islam Iran. 

    Amerika Serikat, sebagai negara super power merasa direndahkan akibat penyanderaan tersebut.

    Sebagai hasilnya, pada tanggal 16 April 1980, setelah berbulan-bulan sandera ditahan, Presiden AS Jimmy Carter menyetujui operasi penyelamatan militer untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri krisis, dengan nama sandi Eagle Claw.

    Rencana Operasi

    Operasi tersebut melibatkan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Korps Marinir, dan Angkatan Udara militer Amerika Serikat dalam sebuah perencanaan misi multi-tahap yang kompleks.

    Tahap pertama mengharuskan pesawat AS ke masuk ke zona pendaratan Desert One, 320 kilometer tenggara Teheran. 

    Keberhasilan mencapai Lokasi persiapan ini akan memungkinkan pesawat dapat mengisi bahan bakar dan memungkinkan helikopter dalam misi tersebut untuk berhasil menyelesaikan penerbangan pulang pergi, mengangkut pasukan serbu. 

    Menurut Angkatan Udara Amerika Serikat, pesawat-pesawat berikut direncanakan akan digunakan selama operasi:

    3 – USAF Lockheed MC-130
    3 – USAF Lockheed EC-130
    8 – Helikopter USMC Sikorsky RH-53D
    USAF Lockheed C-141
    USAF AC-130 Gunship

    Sedangkan pasukan darat yang dikerahkan untuk melaksanakan misi:

    Detasemen Operasional Pasukan Khusus ke-1 Angkatan Darat AS – Delta
    Resimen Ranger ke-75 Angkatan Darat AS
    Divisi Kegiatan Khusus CIA

    Operasi Eagle Claw akan menjadi operasi pertama bagi Delta Force yang baru dibentuk. 

    Unit tersebut dipimpin oleh pendiri mereka Kolonel Charles Beckwith yang menjabat sebagai Komandan Angkatan Darat dalam operasi tersebut.

    Operasi yang Direncanakan

    Setelah waktu yang dihabiskan untuk pelatihan dan persiapan, Pemerintahan Carter mulai melaksanakan operasi penyelamatan dua hari yang direncanakan. 

    Operasi akan dimulai dengan MC-130 yang membawa pasukan penyerang yang terdiri dari 118 orang. 

    Selain itu, EC-130 membawa bahan bakar untuk melakukan pengisian bahan bakar selama operasi, lepas landas dari Pulau Masirah di Oman menuju Desert One.

    Pada saat yang sama, delapan helikopter RH-53D akan berangkat dari USS Nimitz dalam perjalanan menuju Desert One. 

    Setelah proses pengisian bahan bakar, pasukan penyerang akan terbang menuju tujuan yang berjarak lebih dari 100 kilometer di luar Teheran.

    Di pos pemeriksaan ini, tim penyerang bersembunyi bersama personel CIA dari Divisi Aktivitas Khusus dan aset lokal.

    Keesokan harinya, personel dan aset CIA akan membawa pasukan penyerang ke Kedutaan. 

    Pada saat itu, para sandera akan diamankan dan sebuah helikopter akan menjemput semua orang di Kedutaan dan mengangkut mereka sejauh 55 kilometer ke selatan ke daerah yang diamankan oleh anggota Resimen Ranger ke-75 di Manzariyeh. 

    Pada saat ini, pesawat angkut C-141 akan menerbangkan para sandera keluar dari negara tersebut.

    Misi Gagal

    Hingga kemudian pada tanggal 24 April atau 25 April waktu Iran, Operasi Eagle Claw yang telah direncanakan berminggu-minggu akhirnya dilaksanakan.

    Pesawat MC-130 dan EC-130 lepas landas dari Pulau Masirah dan menuju Desert One. 

    Setelah memasuki wilayah udara Iran, pesawat itu tiba-tiba menghadapi apa yang disebut orang Iran sebagai “haboob.” 

    Haboob adalah badai debu dahsyat yang melanda bagian selatan negara itu. 

    Pesawat itu tidak terpengaruh oleh badai debu tetapi awak pesawat mengirim pesan radio untuk memperingatkan helikopter RH-53D yang rentan yang mengikuti di belakang. 

    Namun yang jadi masalah, pesan itu tidak diterima oleh awak helikopter yang sudah dalam perjalanan.

    Masalah Pertama

    Prioritas utama komandan operasi, dari delapan helikopter, setidaknya enam harus mencapai Desert One agar misi dapat dilanjutkan. 

    Sepanjang perjalanan, salah satu helikopter menghadapi peringatan yang merinci kebocoran nitrogen di rotor. 

    Awak helikopter terpaksa meninggalkan helikopter dan dijemput oleh salah satu dari tujuh helikopter lainnya. Pada titik ini, helikopter baru saja menghadapi haboob pertama mereka.

    Terbongkar

    Pada saat ini, MC-130 dan EC-130 mulai mendarat di Desert One ketika mereka melihat sebuah bus penumpang di dekat zona pendaratan. 

    Tak mau ambil risiko ada penumpang bus tersebut yang membahayakan kerahasiaan operasi, pasukan AS menahan 45 penumpang bus.

    Segera setelah itu, sebuah truk bahan bakar melaju di jalan raya yang berdekatan dengan landasan pendaratan Desert One. 

    Setelah memberi perintah kepada pengemudi truk untuk menghentikan kendaraan, yang tidak mereka patuhi, pasukan Amerika menembakkan rudal antitank M72 LAW ke truk bahan bakar tersebut yang meledak. 

    Sebuah truk pikap yang mengikuti truk bahan bakar tersebut mengangkat satu-satunya penumpang kendaraan tersebut dan dengan cepat melarikan diri ke arah yang berlawanan dengan pasukan Amerika. 

    Meskipun terjadi kekacauan ini, komandan pasukan penyerang memutuskan untuk melanjutkan operasi.

    Saat helikopter melanjutkan perjalanan, sejumlah besar debu menyebabkan masalah kritis. Salah satu helikopter mengalami kebocoran hidrolik meskipun awak pesawat terus melaju. 

    Helikopter lain kurang beruntung, mengalami masalah kelistrikan dan kehilangan instrumen penerbangan saat terbang melalui apa yang digambarkan pilot sebagai “terbang di mangkuk susu yang gelap.” 

    Hal ini memaksa helikopter untuk berbalik dan kembali ke Kapal Induk USS Nimitz, meninggalkan enam helikopter

    Saat pasukan bersiap untuk berangkat, sebuah helikopter RH-53D justru menabrak sebuah C-130 yang membawa bahan bakar tambahan untuk pengisian bahan bakar.

    Insiden ini menewaskan 5 Penerbang dan 3 Marinir.

    Operasi Eagle Claw menjadi bencana. Gagal total.

    Banyak orang percaya bahwa insiden ini memainkan peran besar dalam kekalahan Carter dalam pemilihan presiden AS 1980. 

    Pendiri Revolusi Islam Iran. Imam Khomeini, pada saat itu menggambarkan badai pasir dan partikel pasir sebagai agen Tuhan Yang Maha Kuasa yang datang untuk menghukum penyerang. 

    Pemimpin Revolusi Islam lebih lanjut mengatakan bahwa perintah Carter untuk melanggar integritas teritorial Iran dengan operasi agresif ini bertujuan untuk mengamankan kemenangannya dalam pemilihan tahun itu.

    Sejak operasi AS Eagle Claw yang gagal 45 tahun yang lalu, Iran telah meningkatkan dan memodernisasi kemampuan pertahanannya dan dapat menahan berbagai ancaman.

    Kemarin, publik Iran kembali memperingati kegagalan AS menggelar operasi militer 45 tahun silam.

    Teheran mengingatkan Amerika Serikat tentang kekalahan yang memalukan dalam agresi terhadap integritas teritorialnya, menyarankan Washington untuk belajar dari pelajaran itu.

    Teheran juga menyerukan akhir dari lebih dari empat dekade permusuhan terhadap bangsa Iran yang tangguh.

    Perlu dicatat bahwa Iran kini jauh lebih kuat dibandingkan dengan tahun-tahun awal setelah Revolusi Islam 1979.

    Iran telah membuat sanksi dan ancaman Amerika tidak efektif.

    Dianggap sebagai pukulan besar bagi militer AS, pengamat berpendapat bahwa Operasi Eagle Claw berfungsi sebagai peringatan bagi Presiden Donald Trump untuk tidak memulai perang.

  • Trump Ancam Pimpin Serang Iran Jika Tak Ada Kesepakatan Baru soal Nuklir

    Trump Ancam Pimpin Serang Iran Jika Tak Ada Kesepakatan Baru soal Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan AS akan memimpin dalam menyerang Iran jika pembicaraan mengenai program nuklir Teheran tidak menghasilkan kesepakatan baru. Trump mengungkapkan hal itu dalam wawancara Majalah Time.

    Dilansir AFP, Jumat (25/4/2025), Presiden AS dalam wawancara Majalah Time tetap menyatakan harapan bahwa kesepakatan tersebut dapat dicapai, sementara juga mengatakan bahwa ia terbuka untuk bertemu langsung dengan pemimpin tertinggi atau presiden Iran.

    “Ada kemungkinan kita harus menyerang karena Iran tidak akan memiliki senjata nuklir,” kata Trump kepada Time.

    Ancaman baru itu muncul saat Washington dan Teheran melanjutkan pembicaraan mengenai program nuklir negara itu, dengan putaran ketiga dijadwalkan pada Sabtu (26/4), di Oman. Kedua belah pihak menyatakan optimisme pada akhir pertemuan terakhir di Roma, tanpa memberikan rincian apa pun.

    Negosiasi sejauh ini telah mengecualikan musuh bebuyutan Iran, Israel, meskipun Trump pada Selasa (22/4), mengatakan setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa “kami berada di pihak yang sama dalam setiap isu.”

    Trump, ditanya oleh Time tentang laporan bahwa ia telah menghalangi Israel untuk melakukan serangan sepihak terhadap Iran, menjawab: “Itu tidak benar.”

    “Akhirnya saya akan menyerahkan pilihan itu kepada mereka, tetapi saya katakan saya lebih suka kesepakatan daripada bom yang dijatuhkan.”

    Trump membantah bahwa ia khawatir Netanyahu akan menyeret Amerika Serikat ke dalam perang dengan Iran, dengan mengatakan: “Ia mungkin akan berperang. Tetapi kita tidak akan terseret ke dalamnya.”

    Trump pada tahun 2018 membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang dinegosiasikan di bawah Presiden Barack Obama dan memberlakukan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran.

    Kekuatan Barat dan Israel, yang oleh para ahli dianggap sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah, telah lama menuduh Teheran berupaya mengembangkan senjata nuklir.

    Iran selalu membantah tuduhan tersebut, bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil. Ketika ditanya apakah ia bersedia bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei atau Presiden Masoud Pezeshkian, Trump menjawab: “Tentu.”

    (rfs/aud)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Informasi Rencana Israel Serang Iran – Halaman all

    Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Informasi Rencana Israel Serang Iran – Halaman all

    Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Persiapan Rencana Serang Iran

    TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel telah membuka penyelidikan terhadap kebocoran dokumen militer sensitif baru-baru ini oleh anggota Skuadron 69 angkatan udara, yang mencakup persiapan untuk serangan potensial terhadap Iran. 

    Data tersebut diunggah ke Click Portal, sistem manajemen berkas yang digunakan oleh tentara Israel, oleh anggota skuadron angkatan udara elit, menurut laporan Haaretz .

    Sistem ini paling sering digunakan untuk berkas dan data yang tidak diklasifikasikan. Siapa pun yang memiliki akses ke Click Portal dapat melihat dokumen yang bocor, termasuk ratusan ribu anggota cadangan, veteran, dan rekrutan. 

    “Materi yang diunggah oleh perwira senior dapat diakses oleh semua pengguna. Beberapa berkas telah dipindai dan diunggah menggunakan [aplikasi China] CamScanner, aplikasi pemindai dokumen seluler yang sebelumnya dihapus dari Google Play Store karena kerentanan keamanan,” kata laporan tersebut.

    “Dokumen-dokumen ini mencakup ringkasan investigasi keselamatan dan jadwal untuk berbagai acara mendatang, termasuk yang dirahasiakan seperti pengarahan tentang status kesiapan tempur menjelang potensi serangan terhadap Iran. Menurut catatan sistem, beberapa dokumen ini diunggah oleh komandan skuadron sendiri,” tambahnya. 

    Beberapa berkas memuat presentasi pelatihan rahasia untuk penggunaan persenjataan rahasia dan metode untuk menangani persenjataan musuh.

    Tidak ada kerusakan yang terjadi dan berkas telah dihapus dari sistem. 

    Namun, insiden tersebut telah memicu kekhawatiran atas “kerentanan yang mengkhawatirkan” pada sistem komputasi awan yang digunakan oleh militer, seperti Click Portal. 

    “Ini melanggar dua prinsip dasar doktrin keamanan informasi IDF: pemisahan berbagai bagian pasukan, dan kerahasiaan informasi pasukan,” kata pakar keamanan kepada Haaretz .

    Para pejabat angkatan udara terkejut bahwa pelanggaran itu terjadi dari unit elit, yang terlibat dalam pembunuhan kepala Hizbullah Hassan Nasrallah tahun lalu.

    Kepala angkatan udara saat ini, Tomer Bar, sebelumnya adalah anggota Skuadron 69.

    Seorang juru bicara Israel mengatakan insiden itu adalah “masalah serius yang segera ditangani,” seraya menambahkan bahwa “Investigasi menyeluruh sedang dilakukan, dipimpin oleh Kepala Departemen Keamanan Informasi bekerja sama dengan angkatan udara.”

    Kebocoran tersebut muncul di tengah laporan bahwa Israel sedang mempersiapkan serangan potensial terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Laporan New York Times (NYT) minggu lalu mengutip sumber yang mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump menolak usulan Israel untuk melakukan serangan gabungan terhadap fasilitas nuklir Iran. 

    Menurut laporan NYT, usulan serangan Israel memuat sejumlah opsi untuk sejumlah skenario, termasuk satu skenario yang melibatkan pasukan komando Israel yang melakukan operasi darat terhadap fasilitas nuklir Iran dengan dukungan jet tempur AS.

    Sehari kemudian, sejumlah pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah Israel “tidak menutup kemungkinan” untuk melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam waktu dekat.

    Menteri luar negeri Israel membantah laporan bahwa rencana semacam itu sedang dibuat dalam wawancara baru-baru ini. 

     

    SUMBER: THE CRADLE