Negara: Iran

  • Rudal dari Yaman Lumpuhkan Lalu Lintas Udara di Israel, Paksa Jutaan Pemukim Mengungsi ke Shelter – Halaman all

    Rudal dari Yaman Lumpuhkan Lalu Lintas Udara di Israel, Paksa Jutaan Pemukim Mengungsi ke Shelter – Halaman all

    Rudal dari Yaman Lumpuhkan Lalu Lintas Udara di Israel, Paksa Jutaan Pemukim Mengungsi ke Shelter

     

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) mengumumkan pada Sabtu (3/5/2025) kalau sebuah rudal diluncurkan dari Yaman menuju Palestina tengah yang diduduki Israel.

    Komando Front Dalam Negeri Israel melaporkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di Tel Aviv, Yerusalem, dan beberapa permukiman Tepi Barat setelah peluncuran roket.

    Media Israel melaporkan bahwa sistem pertahanan udara menembakkan rudal untuk mencegat ancaman tersebut, sementara para saksi melaporkan mendengar ledakan di sekitar Bandara Ben Gurion dan pecahan rudal jatuh di dalamnya.

    Menyusul perkembangan tersebut, Channel 12 Israel mengumumkan penangguhan sementara semua penerbangan yang datang dan berangkat dari Bandara Ben Gurion.

    Belakangan, Times of Israel menyatakan bandara sudah dibuka kembali dan sejumlah penerbangan sudah beroperasi kembali.

    Adapun surat kabar Israel Hayom melaporkan, jutaan warga Israel bergegas ke bomb shelter alias tempat perlindungan serangan udara setelah peringatan tersebut, sementara pihak berwenang masih memantau dampak dari insiden tersebut.

    SASAR ISRAEL – Peluncuran rudal oleh kelompok Houthi Yaman. Terkait Houthi, Komando Front Dalam Negeri Israel melaporkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di Tel Aviv, Yerusalem, dan beberapa permukiman Tepi Barat yang dipicu serangan udara dari Yaman, Sabtu (3/5/2025).

    Adapun Militer Israel mengonfirmasi sistem pertahanan udaranya gagal menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman dan meledak di kompleks Bandara Internasional Ben Gurion, 20 km dari Kota Tel Aviv, hari ini, Minggu pagi waktu Israel, 4 Mei 2025.

    Rudal tersebut menghantam batas Bandara Internasional Ben Gurion di Israel, merusak jalan dan kendaraan serta menyebabkan lalu lintas udara terhenti, berdasarkan sejumlah foto dan rekaman video yang diverifikasi oleh Al Jazeera.

    Militer Israel menyatakan, sudah ada beberapa upaya untuk mencegat serangan rudal tersebut. Namun gagal menembaknya di udara. 

    Militer Israel langsung penyelidikan pasca serangan rudal ini. Mereka menurunkan petugas menyisir landasan pacu Bandara Ben Gurion untuk mendeteksi serpihan rudal yang meledak.

    Delapan Orang Luka

    Pihak petugas kesehatan Israel menyatakan, serangan rudal Yaman ini menyebabkan delapan orang terluka.

    Pemberontak Houthi Yaman mengaku bertanggung jawab atas rudal yang diluncurkan di bandara tersibuk di Israel tersebut.

    DELAPAN LUKA – Suasana penumpang di Terminal keberangkatan Bandara Ben Gurion Tel Aviv, Israel sesaat setelah serangan rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman dan meledak di kompleks Bandara Internasional Ben Gurion, Minggu pagi waktu Israel, 4 Mei 2025.

    Sebelumnya, dalam pernyataan yang disiarkan televisi, juru bicara militer Houthi Yahya Saree memperingatkan maskapai penerbangan bahwa bandara Ben Gurion “tidak lagi aman untuk perjalanan udara”.

    Serangan rudal ini menyebabkan semua penerbangan di Bandara Ben Gurion dibatalkan dan beberapa penerbangan harus dialihkan.

    Semua pintu masuk ke bandara juga ditutup sementara sementara perjalanan kereta api menuju lokasi dihentikan.

    Sirene meraung-raung di Israel tengah, mendorong banyak orang untuk pindah ke tempat perlindungan, menurut media Israel.

    Video lokasi jatuhnya rudal yang beredar di media sosial menunjukkan rudal menghantam jalan penghubung di dalam perimeter bandara dengan beberapa puing berserakan di jalan-jalan yang berdekatan.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan melakukan pembalasan yang keras.

    “Siapa pun yang menyerang kami, kami akan membalas tujuh kali lipat,” kata Katz dalam referensi yang jelas dalam Taurat yang berkaitan dengan hukuman berat, atau keadilan ilahi.

    Tembakan rudal balistik ini membuat warga sekitar Bandara Ben Gurion panik. Mereka berlarian keluar rumah dan keluar gedung. Mobil ambulans hilir mudik meraung-raung. (Kolase Tribunnews)

    Pemimpin partai Ketahanan Israel dan mantan anggota kabinet perang Benny Gantz mengatakan Teheran harus disalahkan atas serangan rudal oleh kelompok yang berpihak pada Iran.

    “Iran-lah yang menembakkan rudal balistik ke negara Israel, dan negara itu harus bertanggung jawab,” katanya dalam sebuah posting media sosial tanpa memberikan bukti.

    “Penembakan di negara Israel pasti akan memicu reaksi keras di Teheran,” ujar Benny Gantz. 

    Kelompok Ansharullah Houthi sebelumnya mengumumkan telaj menyerang Bandara Ben Gurion dengan rudal balistik hipersonik bertipe “Falastin-2.”

    Mereka menyatakan bahwa serangan tersebut berhasil melumpuhkan aktivitas penerbangan sipil di Israel.

     

    (oln/khbrn/*) 

  • Israel Berduka, Perwira IDF Masuk Daftar Hampir Seribu Tentara Gugur dalam Tragedi Gaza Selatan – Halaman all

    Israel Berduka, Perwira IDF Masuk Daftar Hampir Seribu Tentara Gugur dalam Tragedi Gaza Selatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – IDF (Pasukan Pertahanan Israel) pada Minggu (4/5/2025) mengumumkan perwiranya tewas dalam pertempuran.

    Mereka adalah Kapten Noam Ravid, 23 tahun, dari Sha’arei Tikva, seorang perwira di unit Yahalom, dan Sersan Staf Yaly Seror, 20 tahun, dari Omer, seorang prajurit di unit tersebut, dalam tugas di Jalur Gaza selatan. 

    Jumlah korban IDF dalam perang “Pedang Besi” mencapai 853, dikutip dari AllIsrael.

    Kemarin, sekitar pukul 17.30, selama operasi yang dilakukan Brigade Golani di lingkungan Jenina, Rafah, sebuah terowongan ditemukan di dalam sebuah gedung selama pencarian dan pengepungan di area tersebut.

    Para pejuang Yahalom, yang dilatih untuk operasi bawah tanah, dipanggil ke tempat kejadian.

    Selama pemeriksaan terowongan, sebuah alat peledak yang kuat meledak. Ravid dan Seror tewas; dua tentara lainnya terluka parah dan sedang.

    IDF mengatakan bahwa di wilayah Rafah ini, diisolasi oleh militer dan terputus dari Khan Younis melalui Rute Morag, banyak sekelompok orang terlihat bersembunyi di bawah tanah.

    Itulah sebabnya IDF juga beroperasi di bawah tanah.

    Sumber-sumber militer mengatakan bahwa di lingkungan Jenina dan Shaboura, gambar-gambar militan yang menyerah telah muncul; tekanan terhadap mereka berhasil dan mulai menunjukkan hasilnya.

    Sehari sebelum kemarin, telah diketahui bahwa Sersan Niv Dayag, 19 tahun, dari Ramat HaSharon, seorang prajurit di Batalyon ke-890 Brigade Parasut, tewas dalam kecelakaan mobil saat melakukan kegiatan operasional di Dataran Tinggi Golan.

    Dalam insiden tersebut, dua prajurit lainnya dari Batalyon ke-890 dan seorang prajurit dari markas besar Divisi Golan (474) mengalami luka ringan dan dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis.

    Keluarga mereka telah diberitahu. Keadaan insiden tersebut masih dalam penyelidikan.

    Seminggu yang lalu, Sersan Dua (Sersan) Neta Yitzhak Kahana, seorang Mista’arav (agen rahasia) di Kepolisian Perbatasan Selatan, 19 tahun, dari Moshav Eitan, tewas dalam sebuah pertemuan dengan teroris selama pertempuran di wilayah Shejaiya di Jalur Gaza.

     Selain itu, Kapten Ido Wallach, seorang perwira korps lapis baja berusia 21 tahun dari Yerusalem, seorang komandan peleton di Batalyon ke-46 Divisi “Iron Tracks”, tewas dalam insiden terpisah di wilayah tersebut.

    Bandara Diserang

    Serangan rudal Houthi yang menargetkan Bandara Internasional Ben Gurion di Israel pada hari Minggu, (4/5/2025), memicu kegemparan.

    Media-media Israel melaporkan rudal itu sukses menghantam bandara dan gagal dicegat oleh sistem pertahanan canggih Arrow 3 dan THAAD.

    Beberapa orang terluka akibat serangan itu. Adapun skala kerusakan yang ditimbulkan merupakan yang pertama kalinya sejak Houthi kembali menyerang Israel.

    Alex Gatopoulos, seorang jurnalis Al Jazeera bidang pertahanan, memuji serangan rudal Houthi yang menghantam bandara.

    Dia mengatakan serangan terbaru ini adalah serangan rudal keempat Houthi dalam beberapa hari terakhir.

    “Gagasan bahwa Houthi bisa menembakkan rudal dari jarak 2.000 km dan menyerang Israel beberapa minggu setelah serangan Amerika Serikat (AS) yang sangat intens di Yaman adalah sesuatu yang luar biasa,” kata Gatopoulos dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka (AS) sudah menyerang kelompok bersenjata itu, tetapi Houthi masih bisa melakukan hal ini, yakni menyerang target di salah satu negara dengan pertahanan terketat di dunia.”

    Padahal, kata dia, sistem pertahanan Israel sangat canggih dan makin bagus seiring dengan munculnya konflik.

    “Serangan itu mengingatkan orang Israel bahwa mereka rentan,” ucapnya.

    DIHAJAR RUDAL YAMAN – Rudal balistik yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman menghajar kompleks Bandara Ben Gurion yang terletak di pinggiran utara Kota Lod, di selatan Kota Or Yehuda, Israel, Minggu, 4 Mei 2025. (Kolase Tribunnews)

    Sementara itu, video yang beredar di media sosial memperlihatkan asap mengepul di atas Bandara Ben Gurion.

    Video yang dibagikan oleh Israel Hayom memperlihatkan ada kawah besar di tempat jatuhnya rudal Houthi.

    Akses jalan ke Terminal 3 Bandara Ben Gurion rusak karena serangan itu.  Narasumber dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut belum diketahui dengan pasti apakah kerusakan itu akibat rudal yang jatuh di sana ataukah karena puing-puing rudal.

    Militer Israel mengatakan pihaknya kini sedang menyelidiki kasus serangan itu. Menurut Israel, rudal itu diluncurkan dari Yaman.

    Namun, Benny Gantz, anggota dewan dan mantan menteri Israel, mengklaim bukan Yaman yang berada di balik serangan itu.

    “Ini bukan dari Yaman, ini dari Iran,” kata Gantza di media sosial X tanpa menyodorkan bukti untuk mendukung klaimnya itu.

    “Iranlah yang menembakkan rudal balistik ke negara Israel, dan harus dimintai pertanggungjawaban.”

    Dia meminta Israel memberikan balasan keras atas serangan itu.

    Pernyataan Houthi

    Houthi mengonfirmasi bahwa pihaknya berada di balik serangan rudal yang menargetkan bandara Israel.

    “Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan operasi militer yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Yaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik,” kata Houthi dikutip dari kantor berita Saba.

    Houthi menyebut rudal itu sukses menghantam target. Di samping itu, Houthi mengungkapkan “hasil sampingan” serangan itu.

    “Kegagalan sistem pertahanan AS dan Israel untuk mencegatnya, larinya lebih dari tiga juga Zionis ke tempat perlindungan, operasional bandara ditangguhkan sepenuhnya selama lebih dari satu jam.

    Media Israel melaorkan ada dua orang mengalami luka ringan dan sedang. Adapun korban ketiga terluka ketika bergegas ke tempat perlindungan. Semua korban luka dibawa ke Pusat Kesehatan Shiba.

    Pinchas Idan, seorang pemimpin serikat buruh di Otoritas Bandara, mengatakan orang-orang segera pergi ke tempat perlindungan setelah mendengar sirene.

    “Kami mendengar ledakan keras. Rudal jatuh di dekat pesawat. Kami beruntung karena pesawatnya sedang di udara,” ujar Idan.

    Houthi memperingatkan semua maskapai penerbangan dunia agar tidak meneruskan terbang ke Bandara Ben Gurion lantaran lalu lintas udara kini tidak aman.

    (*)

  • Masih Bisa Tembakkan Rudal yang Menghantam Bandara Israel, Houthi Dapat Pujian – Halaman all

    Masih Bisa Tembakkan Rudal yang Menghantam Bandara Israel, Houthi Dapat Pujian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan rudal yang diluncurkan oleh kelompok Houthi dan menargetkan Bandara Internasional Ben Gurion di Israel pada hari Minggu, (4/5/2025), memicu kepanikan di daerah itu.

    Media Israel melaporkan bahwa rudal tersebut berhasil menghantam bandara, sementara sistem pertahanan canggih Israel, yakni Arrow 3 dan THAAD, gagal mencegatnya.

    Beberapa orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat serangan ini.

    Menurut Alex Gatopoulos, jurnalis Al Jazeera yang mengkhususkan diri dalam isu pertahanan, serangan ini adalah yang keempat dalam beberapa hari terakhir.

    Dia memuji Houthi yang masih bisa melancarkan serangan ke Israel.

    “Gagasan bahwa Houthi bisa menembakkan rudal dari jarak 2.000 km dan menyerang Israel beberapa minggu setelah serangan AS yang intens di Yaman adalah sesuatu yang luar biasa,” kata Gatopoulos.

    Ia menambahkan bahwa meskipun Israel memiliki sistem pertahanan yang sangat canggih, serangan ini mengingatkan warga Israel akan kerentanan mereka.

    Video yang beredar di media sosial menunjukkan asap mengepul dari lokasi serangan, dengan gambar yang diunggah oleh Israel Hayom memperlihatkan kawah besar di tempat jatuhnya rudal.

    Akses jalan ke Terminal 3 Bandara Ben Gurion juga mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat ini sedang menyelidiki serangan ini.

    Menurut mereka, rudal tersebut diluncurkan dari Yaman.

    Namun, Benny Gantz, anggota dewan dan mantan menteri Israel, berpendapat bahwa serangan ini tidak berasal dari Yaman, tetapi dari Iran.

    “Iranlah yang menembakkan rudal balistik ke negara Israel dan harus dimintai pertanggungjawaban,” tulis Gantz di media sosial X.

    Kelompok Houthi mengonfirmasi bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan ini.

    “Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan operasi militer yang menargetkan Bandara Ben Gurion dengan rudal balistik hipersonik,” ujar pernyataan resmi Houthi yang dikutip dari kantor berita Saba.

    Mereka juga melaporkan bahwa sistem pertahanan AS dan Israel gagal mencegat rudal tersebut.

    Houthi memperingatkan semua maskapai penerbangan dunia agar tidak melanjutkan penerbangan ke Bandara Ben Gurion karena situasi lalu lintas udara yang dianggap tidak aman.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Rudal Houthi Hantam Ben Gurion, Mengapa Sistem Pertahanan Canggih Israel-AS Gagal Menangkis? – Halaman all

    Rudal Houthi Hantam Ben Gurion, Mengapa Sistem Pertahanan Canggih Israel-AS Gagal Menangkis? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kegagalan sistem pertahanan canggih Arrow 3 milik Israel dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Amerika Serikat (AS) dalam menangkis rudal Houthi memunculkan pertanyaan besar yang belum bisa dijawab dengan pasti.

    Rudal itu sukses menembus sistem pertahanan berlapis milik Israel dan jatuh di Bandara Internasional Ben Gurion pada hari Minggu, (4/5/2025).

    Salah satu media Israel, All Israel News, dalam artikelnya bahkan menyebut peristiwa itu adalah pertama kalinya rudal Houthi gagal dicegat sejak 7 Oktober 2023 atau meletusnya perang di Jalur Gaza.

    Artikel itu berjudul “Penangkisan Gagal – Pertama Kalinya sejak 7 Oktober, Rudal Houthi Menghantam Israel, Mendarat di Dekat Bandara Ben Gurion setelah Upaya Penangkisan Gagal”.

    Sementara itu, militer Israel mengaku sudah melakukan upaya untuk mencegat rudal itu.

    “Setelah sirene yang berbunyi di beberapa tempat di Israel, beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman,” demikian pernyataan resmi militer Israel.

    Channel 12 melaporkan militer Israel meyakini bahwa Arrow 3 dan THAAD telah gagal menangkis rudal Yaman. Kegagalan itu memincu kekhawatiran mengenai keamanan Bandara Ben Gurion.

    Salah satu media Israel lainnya menyebut serangan terbaru Houthi sebagai “operasi militer paling berbahaya sejak awal perang”.

    Adapun surat kabar Maariv berujar bahwa serangan itu “dramatis dalam skala global”.

    BANDARA DISERANG – Foto yang diambil dari Yedioth Ahronoth memperlihatkan Bandara Internasional Ben Gurion di Israel berasap setelah diserang rudal Houthi, Minggu, 4 Mei 2025. (Yedioth Ahronoth)

    Rudal jenis baru?

    Israel kini masih menyelidiki penyebab lolosnya rudal Yaman. Sementara itu, Al Mayadeen menyodorkan klaim yang mungkin bisa menjadi petunjuknya.

    Al Mayadeen mengklaim rudal yang baru saja ditembakkan itu adalah rudal jenis baru.

    “Houthi telah mengembakan rudal dan senjata strategis yang mampu menghindari sistem radal,” kata media itu.

    “Mereka juga mengembangkan senjata sistem pertahanan dan masih juga mengembangkan rudal dipersonik secara kuantitatif maupun kualitatif.”

    Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim rudal Houthi sudah terdeteksi setelah diluncurkan. Lalu, dua rudal pencegat dikerahkan, tetapi gagal menangkis rudal Houthi.

    Pusat Informasi Terorisme dan Intelijen Israel sebelumnya mengatakan Houthi punya rudal balistik jenis Quds 2 dan Quds 3 yang jarak jangkauannya mencapai 1.300 hingga 2.000 km.

    Rudal itu bisa secara efektif menghantam target di Israel yang berjarak lebih dari 1.500 km dari Yaman.

    Joshua Kaliski, seorang peneliti iNCC, pernah menerbitkan artikel yang menyebutkan bahwa rudal balistik Houthi sebenarnya adalah rudal Iran yang punya jangkauan 1.600 hingga 2.000 km.

    Sebagai contoh, rudal canggih Shihab 3 milik Iran punya jangkauan 2.000 km. Lalu, rudal penjelajah Sumar juga punya jangkauan hingga 2.000 km.

    Diperkirakan bahwa sejumlah rudal yang ditembakkan Houthi beberapa hari belakangan memang ditujukan untuk menguji kemampuannya dalam menghindari sistem pertahanan Israel dan AS.

    SERANGAN HOUTHI – Bandara Ben Gurion di Israel dihantam rudal balistik Houthi pada hari Minggu, 4 Mei 2025. (The Times of Israel)

    Rudal Houthi dipuji

    Alex Gatopoulos, seorang jurnalis Al Jazeera bidang pertahanan, memuji serangan rudal Houthi yang menghantam bandara.

    Dia mengatakan serangan terbaru ini adalah serangan rudal keempat Houthi dalam beberapa hari terakhir.

    “Gagasan bahwa Houthi bisa menambakkan rudal dari jarak 2.000 km dan menyerang Israel beberapa minggu setelah serangan Amerika Serikat (AS) yang sangat intens di Yaman adalah sesuatu yang luar biasa,” kata Gatopoulos dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka (AS) sudah menyerang kelompok bersenjata itu, tetapi Houthi masih bisa melakukan hal ini, yakni menyerang target di salah satu negara dengan pertahanan terketat di dunia.”

    Padahal, kata dia, sistem pertahanan Israel sangat canggih dan makin bagus seiring dengan munculnya konflik.

    “Serangan itu mengingatkan orang Israel bahwa mereka rentan,” ucapnya.

  • Meledak di Bandara Ben Gurion, Militer Israel Mengaku Gagal Cegat Rudal Balistik Yaman, 8 Luka – Halaman all

    Meledak di Bandara Ben Gurion, Militer Israel Mengaku Gagal Cegat Rudal Balistik Yaman, 8 Luka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Militer Israel mengonfirmasi sistem pertahanan udaranya gagal menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman dan meledak di kompleks Bandara Internasional Ben Gurion, 20 km dari Kota Tel Aviv, hari ini, Minggu pagi waktu Israel, 4 Mei 2025.

    Rudal tersebut menghantam batas Bandara Internasional Ben Gurion di Israel, merusak jalan dan kendaraan serta menyebabkan lalu lintas udara terhenti, berdasarkan sejumlah foto dan rekaman video yang diverifikasi oleh Al Jazeera.

    Militer Israel menyatakan, sudah ada beberapa upaya untuk mencegat serangan rudal tersebut. Namun gagal menembaknya di udara. 

    Militer Israel langsung penyelidikan pasca serangan rudal ini. Mereka menurunkan petugas menyisir landasan pacu Bandara Ben Gurion untuk mendeteksi serpihan rudal yang meledak.

    Delapan Orang Luka

    Pihak petugas kesehatan Israel menyatakan, serangan rudal Yaman ini menyebabkan delapan orang terluka.

    Pemberontak Houthi Yaman mengaku bertanggung jawab atas rudal yang diluncurkan di bandara tersibuk di Israel tersebut.

    DELAPAN LUKA – Suasana penumpang di Terminal keberangkatan Bandara Ben Gurion Tel Aviv, Israel sesaat setelah serangan rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman dan meledak di kompleks Bandara Internasional Ben Gurion, Minggu pagi waktu Israel, 4 Mei 2025.

    Sebelumnya, dalam pernyataan yang disiarkan televisi, juru bicara militer Houthi Yahya Saree memperingatkan maskapai penerbangan bahwa bandara Ben Gurion “tidak lagi aman untuk perjalanan udara”.

    Serangan rudal ini menyebabkan semua penerbangan di Bandara Ben Gurion dibatalkan dan beberapa penerbangan harus dialihkan.

    Semua pintu masuk ke bandara juga ditutup sementara sementara perjalanan kereta api menuju lokasi dihentikan.

    Sirene meraung-raung di Israel tengah, mendorong banyak orang untuk pindah ke tempat perlindungan, menurut media Israel.

    Video lokasi jatuhnya rudal yang beredar di media sosial menunjukkan rudal menghantam jalan penghubung di dalam perimeter bandara dengan beberapa puing berserakan di jalan-jalan yang berdekatan.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan melakukan pembalasan yang keras.

    “Siapa pun yang menyerang kami, kami akan membalas tujuh kali lipat,” kata Katz dalam referensi yang jelas dalam Taurat yang berkaitan dengan hukuman berat, atau keadilan ilahi.

    Tembakan rudal balistik ini membuat warga sekitar Bandara Ben Gurion panik. Mereka berlarian keluar rumah dan keluar gedung. Mobil ambulans hilir mudik meraung-raung. (Kolase Tribunnews)

    Pemimpin partai Ketahanan Israel dan mantan anggota kabinet perang Benny Gantz mengatakan Teheran harus disalahkan atas serangan rudal oleh kelompok yang berpihak pada Iran.

    “Iran-lah yang menembakkan rudal balistik ke negara Israel, dan negara itu harus bertanggung jawab,” katanya dalam sebuah posting media sosial tanpa memberikan bukti.

    “Penembakan di negara Israel pasti akan memicu reaksi keras di Teheran,” ujar Benny Gantz. 

    Kelompok Ansharullah Houtsi sebelumnya mengumumkan telaj menyerang Bandara Ben Gurion dengan rudal balistik hipersonik bertipe “Falastin-2.”

    Mereka menyatakan bahwa serangan tersebut berhasil melumpuhkan aktivitas penerbangan sipil di Israel.

  • Ben Gurion Dirudal, Houthi Dipuji Luar Biasa, Masih Bisa Serang Israel meski Baru Saja Digempur AS – Halaman all

    Ben Gurion Dirudal, Houthi Dipuji Luar Biasa, Masih Bisa Serang Israel meski Baru Saja Digempur AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan rudal Houthi yang menargetkan Bandara Internasional Ben Gurion di Israel pada hari Minggu, (4/5/2025), memicu kegemparan.

    Media-media Israel melaporkan rudal itu sukses menghantam bandara dan gagal dicegat oleh sistem pertahanan canggih Arrow 3 dan THAAD.

    Beberapa orang terluka akibat serangan itu. Adapun skala kerusakan yang ditimbulkan merupakan yang pertama kalinya sejak Houthi kembali menyerang Israel.

    Alex Gatopoulos, seorang jurnalis Al Jazeera bidang pertahanan, memuji serangan rudal Houthi yang menghantam bandara.

    Dia mengatakan serangan terbaru ini adalah serangan rudal keempat Houthi dalam beberapa hari terakhir.

    “Gagasan bahwa Houthi bisa menambakkan rudal dari jarak 2.000 km dan menyerang Israel beberapa minggu setelah serangan Amerika Serikat (AS) yang sangat intens di Yaman adalah sesuatu yang luar biasa,” kata Gatopoulos dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka (AS) sudah menyerang kelompok bersenjata itu, tetapi Houthi masih bisa melakukan hal ini, yakni menyerang target di salah satu negara dengan pertahanan terketat di dunia.”

    Padahal, kata dia, sistem pertahanan Israel sangat canggih dan makin bagus seiring dengan munculnya konflik.

    “Serangan itu mengingatkan orang Israel bahwa mereka rentan,” ucapnya.

    DIHAJAR RUDAL YAMAN – Rudal balistik yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman menghajar kompleks Bandara Ben Gurion yang terletak di pinggiran utara Kota Lod, di selatan Kota Or Yehuda, Israel, Minggu, 4 Mei 2025. (Kolase Tribunnews)

    Sementara itu, video yang beredar di media sosial memperlihatkan asap mengepul di atas Bandara Ben Gurion.

    Video yang dibagikan oleh Israel Hayom memperlihatkan ada kawah besar di tempat jatuhnya rudal Houthi.

    Akses jalan ke Terminal 3 Bandara Ben Gurion rusak karena serangan itu.  Narasumber dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut belum diketahui dengan pasti apakah kerusakan itu akibat rudal yang jatuh di sana ataukah karena puing-puing rudal.

    Militer Israel mengatakan pihaknya kini sedang menyelidiki kasus serangan itu. Menurut Israel, rudal itu diluncurkan dari Yaman.

    Namun, Benny Gantz, anggota dewan dan mantan menteri Israel, mengklaim bukan Yaman yang berada di balik serangan itu.

    “Ini bukan dari Yaman, ini dari Iran,” kata Gantza di media sosial X tanpa menyodorkan bukti untuk mendukung klaimnya itu.

    “Iranlah yang menembakkan rudal balistik ke negara Israel, dan harus dimintai pertanggungjawaban.”

    Dia meminta Israel memberikan balasan keras atas serangan itu.

    Houthi mengonfirmasi bahwa pihaknya berada di balik serangan rudal yang menargetkan bandara Israel.

    “Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan operasi militer yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Yaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik,” kata Houthi dikutip dari kantor berita Saba.

    Houthi menyebut rudal itu sukses menghantam target. Di samping itu, Houthi mengungkapkan “hasil sampingan” serangan itu.

    “Kegagalan sistem pertahanan AS dan Israel untuk mencegatnya, larinya lebih dari tiga juga Zionis ke tempat perlindungan, operasional bandara ditangguhkan sepenuhnya selama lebih dari satu jam.

    Media Israel melaorkan ada dua orang mengalami luka ringan dan sedang. Adapun korban ketiga terluka ketika bergegas ke tempat perlindungan. Semua korban luka dibawa ke Pusat Kesehatan Shiba.

    Pinchas Idan, seorang pemimpin serikat buruh di Otoritas Bandara, mengatakan orang-orang segera pergi ke tempat perlindungan setelah mendengar sirene.

    “Kami mendengar ledakan keras. Rudal jatuh di dekat pesawat. Kami beruntung karena pesawatnya sedang di udara,” ujar Idan.

    Houthi memperingatkan semua maskapai penerbangan dunia agar tidak meneruskan terbang ke Bandara Ben Gurion lantaran lalu lintas udara kini tidak aman.

  • Menelusuri Dinamika Keamanan di Asia Selatan: Antara Pakistan, Kashmir, dan Kabul – Halaman all

    Menelusuri Dinamika Keamanan di Asia Selatan: Antara Pakistan, Kashmir, dan Kabul – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam beberapa dekade, Pakistan telah menghadapi tuduhan serius atas dugaan melindungi dan mempromosikan terorisme di seluruh dunia.

    Namun Pakistan berulang kali membantahnya.

    Dikutip dari News X, Minggu (4/5/2025), serangan besar-besaran di India dan Afghanistan hingga hubungan teror di Rusia, Iran, dan Inggris diduga ada yang memainkan peran penting, terutama dalam membina kelompok-kelompok ekstremis.

    Pengakuan Mengejutkan Nawaz Sharif dan Musharraf

    Pada tahun 2018, mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif secara terbuka mengisyaratkan keterlibatan negaranya dalam serangan teror Mumbai tahun 2008.

    Operasi mematikan itu dilakukan oleh Lashkar-e-Taiba (LeT), sebuah organisasi yang berbasis di Pakistan.

    Selain itu, mantan penguasa militer Pervez Musharraf pernah mengakui bahwa kelompok militan telah dilatih untuk menargetkan pasukan India di Kashmir.

    “Pemerintah menutup mata,” katanya,

    Dirinya juga membenarkannya sebagai cara untuk menekan India agar melakukan perundingan damai dan untuk menyoroti masalah Kashmir secara internasional.

    Afghanistan: Perang Proksi yang Mematikan

    Salah satu tuduhan yang paling merusak datang dari Afghanistan.

    Intelijen Antar-Layanan (ISI) atau badan intelijen Pakistan dituduh mendukung Taliban Afghanistan dan Jaringan Haqqani.

    Kelompok-kelompok ini dikenal karena serangan brutal mereka terhadap warga sipil, pasukan Afghanistan, dan pasukan internasional.

    Pengeboman Kedutaan Besar India di Kabul tahun 2008 dan serangan terhadap Kedutaan Besar AS tahun 2011 terkait langsung dengan kelompok-kelompok ini.

    Menurut jurnalis Carlotta Gall, pengeboman kedutaan bukanlah operasi oleh agen-agen ISI nakal yang bertindak sendiri. Itu disetujui dan dipantau oleh pejabat paling senior dalam intelijen Pakistan.

    Kehidupan Rahasia Osama bin Laden di Abbottabad

    Pada tahun 2011, ketika Pasukan Khusus Angkatan Laut AS membunuh Osama bin Laden, teroris paling dicari di dunia di Abbottabad, Pakistan, ternyata jaraknya tak jauh dari pangkalan militer.

    Temuan bahwa bin Laden dapat hidup tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun menimbulkan kecurigaan mendalam akan keterlibatan atau ketidaktahuan yang disengaja oleh ISI.

    Kamp Pelatihan Teroris

    Pakistan juga dituding menjadi tuan rumah bagi banyak kamp teror di seluruh provinsi seperti Punjab, Khyber Pakhtunkhwa, Waziristan, dan Kashmir. 

    Kamp-kamp ini dijalankan oleh kelompok-kelompok seperti Lashkar-e-Taiba, Jaish-e-Mohammed, Hizbul Mujahideen, dan bahkan organisasi internasional seperti ISIS-Khorasan.

    Kamp-kamp ini menyediakan pelatihan dalam penggunaan senjata, indoktrinasi, dan teknik bom bunuh diri.

    Banyak mantan pejabat militer Pakistan diyakini membantu dalam proses pelatihan, yang memberikan operasi tersebut keunggulan yang mematikan.

    Sementara itu, laporan tentang Terorisme 2019 dari Departemen Luar Negeri AS menuding Pakistan sebagai ‘tempat berlindung yang aman bagi kelompok teroris tertentu yang berfokus pada kawasan’.

    Hal ini menggemakan peringatan sebelumnya dari badan intelijen Barat tentang keengganan negara tersebut untuk membongkar infrastruktur di wilayah perbatasannya.

    Sebuah laporan oleh Yayasan Eropa untuk Studi Asia Selatan berjudul Tentara Pakistan dan Terorisme: Aliansi yang Tidak Suci menyoroti hubungan yang kuat antara militer Pakistan dan ISI.

    Pengakuan Mengejutkan Brigadir tentang Pendanaan Teror

    Dalam momen yang ditayangkan di televisi pada tahun 2019, Brigadir Shah membuat pengakuan publik di saluran berita Pakistan Hum News.

    Berbicara kepada jurnalis Nadeem Malik, ia mengungkapkan bahwa Pakistan telah menghabiskan jutaan untuk Jamaat-ud-Dawa (JuD), kelompok yang diduga terkait dengan terorisme.

    Mantan Presiden Musharraf juga secara terbuka menyatakan bahwa warga Kashmir ‘dilatih di Pakistan’ untuk berperang sebagai mujahidin.

    Dikutip dari Kompas.com, Putra eks PM Pakistan Benazir Bhutto, yakni Bilawal Bhutto mengakui bahwa Pakistan punya masa lalu terkait kelompok ekstremis.

    Menurutnya, negaranya sudah melalui gelombang ekstremisme yang membuat Pakistan mengalami reformasi internal untuk memberantas ekstremisme tersebut.

    Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan antara India dan Pakistan setelah beberapa waktu lalu terjadi penembakan terhadap puluhan turis di Pahalgam, Kashmir.

    SUMBER

  • Menlu AS Rubio Sebut Iran Harus Menjauh dari Semua Pengayaan Uranium

    Menlu AS Rubio Sebut Iran Harus Menjauh dari Semua Pengayaan Uranium

    JAKARTA – Iran harus ‘menjauh’ dari pengayaan uranium dan pengembangan rudal jarak jauh, harus mengizinkan inspektur Amerika Serikat untuk memeriksa fasilitasnya, kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, saat putaran perundingan nuklir ditunda.

    Komentar Menlu Rubio menggarisbawahi perpecahan utama yang tersisa dalam perundingan antara kedua negara untuk menyelesaikan pertikaian yang telah berlangsung lama mengenai program nuklir Iran, dengan Presiden Donald Trump mengancam akan mengebom Iran jika tidak ada kesepakatan.

    “Mereka harus menjauh dari mensponsori teroris, mereka harus menjauh dari membantu Houthi (di Yaman), mereka harus menjauh dari membangun rudal jarak jauh yang tidak memiliki tujuan lain selain memiliki senjata nuklir, dan mereka harus menjauh dari pengayaan,” kata Menlu Rubio dalam wawancara dengan Fox News, melansir Reuters 2 Mei.

    Menlu Rubio mengatakan Iran harus mengimpor uranium yang diperkaya untuk program tenaga nuklirnya, daripada memperkaya uranium ke tingkat apa pun.

    “Jika Anda memiliki kemampuan untuk memperkaya pada 3,67 persen, hanya butuh beberapa minggu untuk mencapai 20 persen, lalu 60 persen, lalu 80 dan 90 persen yang Anda butuhkan untuk senjata,” jelas Menlu Rubio.

    Iran sendiri mengatakan mereka memiliki hak untuk memperkaya uranium berdasarkan ketentuan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Mereka menyangkal keinginan untuk membuat bom nuklir.

    Menlu Rubio juga mengatakan Iran harus menerima, Amerika Serikat dapat terlibat dalam rezim inspeksi apa pun dan bahwa inspektur akan memerlukan akses ke semua fasilitas, termasuk fasilitas militer.

    Iran telah berulang kali mengatakan tidak akan menghentikan program rudalnya atau pengayaan uraniumnya, proses yang digunakan untuk membuat bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi juga dapat menghasilkan bahan untuk hulu ledak atom.

    Pada Hari Kamis, seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters, putaran keempat pembicaraan yang dijadwalkan akan berlangsung di Roma pada Hari Sabtu telah ditunda, sementara tanggal baru akan ditetapkan “tergantung pada pendekatan AS”.

  • Trump Desak Boikot Total Minyak Iran, Teheran: Sanksi AS Tak Akan Pengaruhi Kami – Halaman all

    Trump Desak Boikot Total Minyak Iran, Teheran: Sanksi AS Tak Akan Pengaruhi Kami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran menegaskan bahwa sanksi yang terus dijatuhkan Amerika Serikat tidak akan mengubah kebijakan negara tersebut.

    Meski Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengancam akan memberikan hukuman berat bagi siapa pun yang bertransaksi dengan minyak Iran.

    Dalam pernyataan resmi pada Jumat (2/5/2025), Kementerian Luar Negeri Iran menyebut langkah AS sebagai ‘perilaku ilegal’.

    “Kelanjutan dari perilaku ilegal ini tidak akan mengubah posisi Iran yang logis, sah, dan berdasarkan hukum internasional,” kata pernyataan kementerian luar negeri, dikutip dari Al-Arabiya.

    Menurutnya, ancaman Trump justru membuat pihaknya tidak yakin dengan peran AS dalam negosiasi nuklir ini.

    “Ini telah menciptakan kecurigaan dan ketidakpercayaan yang mendalam tentang keseriusan Amerika di jalur diplomasi,” tegasnya.

    Sehari sebelumnya, Trump menyerukan boikot global terhadap minyak dan produk petrokimia Iran.

    “Semua pembelian minyak Iran atau produk petrokimia harus dihentikan, sekarang!” tulis Trump melalui platform Truth Social.

    Ia memperingatkan bahwa negara atau pihak mana pun yang membeli minyak dari Iran akan terkena sanksi sekunder dan tidak akan dapat berbisnis dengan AS dalam bentuk apa pun. 

    Meski demikian, rincian tentang bagaimana larangan ini akan diterapkan masih belum jelas.

    Ancaman Trump muncul di tengah penundaan negosiasi nuklir antara Iran dan AS. 

    Menteri Luar Negeri Oman, Badr bin Hamad al-Busaidi, yang berperan sebagai mediator, mengumumkan pada Kamis (1/5/2025) bahwa putaran keempat perundingan di Roma ditunda karena alasan logistik.

    “Karena alasan logistik, kami menjadwalkan ulang pertemuan AS-Iran yang sebelumnya direncanakan pada Sabtu, 3 Mei,” tulis al-Busaidi, dikutip dari Al Jazeera.

    Al-Busaidi mengatakan tanggal baru akan diumumkan setelah disepakati bersama kedua pihak.

    Perundingan antara AS dan Iran sudah berlangsung sejak 12 April 2025, dengan tiga putaran sebelumnya digelar di Muscat dan Roma.

    Pada putaran ketiga, AS sempat menyebut adanya ‘kemajuan’ menuju kesepakatan nuklir.

    Namun, seorang pejabat senior Iran mengungkapkan kepada Reuters bahwa sanksi AS justru menghambat penyelesaian sengketa melalui jalur diplomasi.

    Sementara itu, seorang sumber kepada Al Arabiya English menyebut AS sebenarnya belum pernah mengonfirmasi keikutsertaannya pada putaran keempat yang sedianya digelar 3 Mei. 

    Meski begitu, pembicaraan lanjutan diperkirakan tetap akan berlangsung dalam waktu dekat.

    Ketegangan antara Iran dan AS semakin memanas dalam beberapa pekan terakhir. 

    Pemerintahan Trump telah memberlakukan dua putaran sanksi baru terhadap Iran pekan ini, sehari setelah insiden jatuhnya jet tempur AS dari kapal induk USS Harry S. Truman akibat manuver menghindari serangan Houthi.

    Sejak menarik AS keluar dari perjanjian nuklir 2015 pada tahun 2018, Trump memang menerapkan kebijakan garis keras terhadap Teheran. 

    Pemerintahannya berulang kali menegaskan bahwa tujuannya adalah mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. 
    Namun, Teheran tetap bersikeras bahwa program nuklir mereka hanya untuk tujuan energi sipil.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Iran Vs Amerika Memanas

  • AS Tunda Pengiriman Tank Abrams, Desak Yunani Serahkan Patriot ke Ukraina, Bersiap Hadapi China? – Halaman all

    AS Tunda Pengiriman Tank Abrams, Desak Yunani Serahkan Patriot ke Ukraina, Bersiap Hadapi China? – Halaman all

    AS Tunda Pengiriman Tank Abrams, Desak Yunani Serahkan Rudal Patriot ke Ukraina, Apa Maksud Taktik Ini?
     

    TRIBUNNEWS.COM – Pada 29 April 2025, muncul laporan kalau Amerika Serikat (AS) sedang mengambil pendekatan yang rumit dan tampaknya kontradiktif terhadap dukungan militernya terhadap Ukraina.

    Langkah AS ini menimbulkan pertanyaan tentang prioritas strategisnya yang lebih luas di berbagai front, termasuk di kawasan Asia Pasifik.

    Bersiap Hadapi China di Pasifik

    Menurut media Yunani, Kathimerini, AS telah menekan Yunani untuk mentransfer salah satu sistem pertahanan udara Patriotnya ke Ukraina, sebuah langkah yang akan memperkuat pertahanan Kiev terhadap serangan udara Rusia.

    Pada saat yang sama, postingan di X dan laporan media menunjukkan kalau AS telah menunda ekspor 59 tank M1A1 Abrams yang dijanjikan oleh Australia ke Ukraina, dengan alasan kebijakan penghentian dalam persetujuan bantuan militer di bawah pemerintahan Donald Trump saat ini.

    “Pendekatan ganda ini—mendesak sekutu Eropa (Yunani) untuk memasok sistem penting sekaligus membatasi kontribusi dari sekutu Pasifik (Australia)—menunjukkan perubahan yang disengaja dalam kebijakan AS, yang memprioritaskan pelestarian sumber daya di kawasan Asia-Pasifik untuk kemungkinan konfrontasi dengan China (Tiongkok) sekaligus mengalihkan beban dukungan terhadap Ukraina ke Eropa,” tulis ulasan situs militer BM, dikutip Jumat (2/5/2025).

    Implikasi dari strategi AS ini tidak hanya menyentuh soal ketahanan medan perang Ukraina tetapi juga keamanan sekutu di Timur Tengah dan kohesi NATO.

    SISTEM RUDAL PATRIOT – Foto yang diambil dari laman NATO tanggal 6 Maret 2025 memperlihatkan sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika Serikat. Ukraina dilaporkan mulai kehabisan rudal Patriot. (Laman NATO)

    Seputar Sistem Pertahanan Udara Patriot

    Sistem pertahanan udara Patriot yang menjadi inti desakan ke Yunani merupakan landasan teknologi pertahanan rudal modern. 

    Dikembangkan oleh Raytheon pada tahun 1970-an dan pertama kali digunakan pada tahun 1980-an, Patriot, yang secara resmi disebut sebagai MIM-104, dirancang untuk mencegat rudal balistik taktis, rudal jelajah, dan pesawat canggih.

    Versi yang dimaksud, Patriot PAC-2, dilengkapi dengan hulu ledak fragmentasi ledakan dan dioptimalkan untuk menyerang target aerodinamis seperti pesawat terbang dan rudal jelajah, meskipun kemampuannya terhadap rudal balistik terbatas dibandingkan dengan varian PAC-3 yang lebih baru.

    Setiap baterai Patriot biasanya mencakup satu set radar, stasiun kontrol pertempuran, generator listrik, dan hingga delapan peluncur, yang masing-masing menampung empat rudal.

    Yunani, menurut Kathimerini , memiliki enam baterai seperti itu, yang terdiri dari sekitar 36 peluncur M901, yang telah menjadi bagian integral pertahanan nasionalnya dan, hingga baru-baru ini, untuk melindungi Arab Saudi dari serangan rudal dan pesawat nirawak Houthi di Yaman.

    Radar sistem tersebut, AN/MPQ-53, dapat melacak hingga 100 target secara bersamaan dan menghadapi berbagai ancaman pada jarak yang melebihi 100 mil, menjadikannya aset vital untuk mempertahankan infrastruktur penting atau instalasi militer.

    Namun, bukan berarti sistem pertahanan udara ini tanpa cela.

    Kinerjanya secara historis, masih diperdebatkan.

    Selama Perang Teluk 1991, Patriot mencapai rekor beragam terhadap rudal Scud Irak, dengan klaim awal intersepsi yang hampir sempurna kemudian direvisi menjadi tingkat keberhasilan kurang dari 50 persen, menurut penyelidikan Kongres tahun 1992.

    Up-grade pada tahun 1990-an meningkatkan keandalannya, dan pada Operasi Pembebasan Irak tahun 2003, PAC-2 dilaporkan mencegat setiap rudal balistik yang dihadapinya, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional.

    Imbal Jasa dan Risiko Buat Yunani

    Desakan ke Yunani untuk mentransfer salah satu baterai ini ke Ukraina muncul di saat yang genting.

    Kathimerini melaporkan pada 22 April 2024, AS telah menawarkan Yunani jaminan keamanan dan keuangan yang tidak disebutkan jumlahnya untuk melepaskan sistem Patriot, sebuah proposal yang telah memicu perdebatan di Athena mengingat hubungan negara itu yang tegang dengan Turki.

    Patriot Yunani telah dikerahkan tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di Arab Saudi, di mana mereka telah mencegat banyak pesawat nirawak dan rudal Houthi sejak 2015, menurut The Guardian .

    Memindahkan salah satu sistem ini ke Ukraina akan mengurangi kapasitas pertahanan Yunani dan berpotensi melemahkan perlindungan Arab Saudi terhadap ancaman yang didukung Iran, terutama karena AS mengejar kesepakatan senjata senilai $100 miliar dengan Riyadh, seperti yang disebutkan dalam berbagai laporan media.

    “Logika di balik tekanan ini tampaknya terkait dengan kebutuhan mendesak Ukraina akan pertahanan udara,” kata ulasan BM. 

    Serangan udara Rusia telah meningkat sejak 2022, menargetkan kota-kota dan infrastruktur dengan rudal jelajah dan pesawat nirawak, yang sangat cocok untuk dilawan oleh PAC-2.

    Ukraina telah secara terbuka meminta 25 sistem Patriot untuk mengamankan wilayah udaranya, angka yang jauh melampaui komitmen saat ini, dengan Jerman telah mengirimkan satu baterai dan menjanjikan enam lagi, menurut Pengakuan Angkatan Darat.

    Tank Abrams Amerika Serikat, Tank ini dikabarkan sudah sampai di Ukraina dan siap diterjunkan ke medang perang melawan Rusia. (U.S. Army National Guard)

    Efektivitas Tank Abrams Buat Ukraina

    Sementara itu, penangguhan pengiriman tank M1A1 Abrams dari Australia ke Ukraina menggambarkan gambaran yang kontras atas sikap AS. 

    M1 Abrams, yang dirancang oleh General Dynamics pada akhir tahun 1970-an, adalah salah satu tank tempur utama paling tangguh di dunia, dengan berat 70 ton dan ditenagai oleh mesin turbin gas berkekuatan 1.500 tenaga kuda.

    Meriam laras halus 120 mm dapat menembakkan berbagai amunisi, termasuk peluru uranium terdeplesi yang dapat menembus lapis baja, sementara lapis baja kompositnya, yang disempurnakan dengan lapisan reaktif pada model-model selanjutnya, menawarkan perlindungan yang kuat terhadap senjata anti-tank.

    Varian M1A1, yang dijanjikan Australia kepada Ukraina, tidak memiliki perangkat elektronik canggih seperti M1A2 tetapi tetap memiliki daya tembak dan lapis baja yang sebanding.

    Mobilitas tank, dengan kecepatan tertinggi 42 mil per jam, dan kemampuannya untuk beroperasi di berbagai medan telah menjadikannya andalan bagi sekutu AS, termasuk Mesir, Arab Saudi, dan Irak.

    Namun, konsumsi bahan bakarnya yang tinggi—hingga 2 galon per mil—dan persyaratan perawatan yang rumit telah menuai kritik, terutama di medan perang Ukraina yang banyak diterjang pesawat nirawak, di mana target statis rentan.

    Postingan di X dari 29 April 2025, mengutip ABC News , melaporkan kalau sebanyak 59 tank M1A1 Abrams milik Australia, yang bernilai $163 juta, tetap dihentikan produksinya karena AS belum menyetujui ekspornya, sebuah keputusan yang terkait dengan penghentian sementara bantuan militer pemerintah Trump ke Ukraina.

    Keraguan Australia untuk mempercepat transfer tersebut mencerminkan kekhawatiran yang lebih dalam. Pada bulan Oktober 2024, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengumumkan sumbangan tank-tank ini, yang dijadwalkan akan diganti dengan model M1A2 yang lebih baru, menurut AP News.

    Namun, seperti dilansir ABC News, pejabat militer Australia secara pribadi mempertanyakan kegunaan tank tersebut bagi Ukraina, dengan alasan kerentanannya terhadap drone dan rudal anti-tank, pandangan yang diamini oleh kru Ukraina yang melaporkan tantangan pemeliharaan dengan Abrams yang dipasok AS pada Juni 2024, menurut Pengakuan Angkatan Darat Ukraina.

    Keengganan militer Australia mungkin juga berasal dari perhitungan strategis.

    Dengan meningkatnya ketegangan di Indo-Pasifik, khususnya terkait Taiwan, Australia tampaknya khawatir akan mengurangi kemampuan persenjataannya, terutama saat bersiap menghadapi potensi konflik yang kini lebih dekat dengan negaranya.

    Hal ini sejalan dengan perubahan kebijakan AS yang lebih luas, terbukti sejak Strategi Keamanan Nasional 2022 pemerintahan Biden, yang memprioritaskan melawan Tiongkok daripada mempertahankan keterlibatan besar dalam keamanan Eropa.

    USS CARL VINSON – Tangkap layar yang diambil dari laman resmi US Navy (11/4/2025), memperlihatkan Kapal induk USS Carl Vinson yang semula berada di lautan Asia-Pasifik kini telah bergeser ke wilayah Timur Tengah untuk mendampingi kapal induk USS Harry S. Truman, dalam menjalankan kampanye AS melawan Houthi. (Tangkap layar yang diambil dari laman resmi US Navy)

    Membaca Strategi AS

    Perpaduan kedua kasus ini—yang mendorong Yunani untuk menyerahkan baterai Patriot sekaligus memblokir sumbangan tank Australia—mengungkapkan strategi AS yang penuh nuansa.

    Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS telah memberikan lebih dari $24 miliar bantuan militer, termasuk 31 tank M1A1 Abrams dan sistem Patriot, menurut Reuters dan POLITICO.

    Namun, di bawah pemerintahan saat ini, ada tanda-tanda kalau AS berpikir ulang soal jumlah bantuan ke Ukraina. 

    Pusat Studi Strategis dan Internasional pada Maret 2025 mencatat , meskipun pengiriman peralatan ke Ukraina diproyeksikan meningkat tahun ini, mencapai $920 juta per bulan, skeptisisme pemerintah tentang keberlanjutan tingkat dukungan ini semakin meningkat.

    Wakil Presiden JD Vance telah menyatakan secara terbuka bahwa keunggulan jumlah Rusia dalam hal tenaga kerja dan persenjataan membuat bantuan lebih lanjut kurang berdampak, sentimen yang mungkin menjelaskan penghentian persetujuan ekspor tank Australia. 

    “Pada saat yang sama, tekanan terhadap Yunani menunjukkan bahwa AS mendorong sekutu Eropa untuk mengisi kekosongan tersebut, sebuah langkah yang menjaga sumber daya Amerika dan sekutu Pasifik untuk wilayah lain,” ulas laporan BM menganalisis strategi AS tersebut.

     

    (oln/BM/*)