Negara: Iran

  • Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Jakarta

    Seakan menegaskan bahwa AS percaya virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 dari China, Presiden AS Donald Trump menghentikan pendanaan riset virus untuk negara tersebut.

    Donald Trump berpesan kepada para pejabat untuk menghentikan pendanaan riset virus berbahaya di negara yang dianggap kurang tanggap dan aman dari segi regulasi serta pengawasan. Tak ragu-ragu, China dan Iran disebut secara frontal di cuitan akun X @RapidResponse47 milik Gedung Putih.

    Perintah tersebut berbunyi bahwa AS memberi wewenang kepada National Institutes of Health dan badan-badan lain untuk mengidentifikasi dan menarik dana dari penelitian biologi yang dianggap berbahaya bagi kesehatan publik atau keamanan nasional.

    “@POTUS baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melindungi warga Amerika dari penelitian gain-of-function yang berbahaya. Perintah tersebut: – Mengakhiri semua pendanaan Federal saat ini dan di masa mendatang untuk penelitian gain-of-function yang berbahaya di negara-negara yang menjadi perhatian seperti China dan Iran dan di negara-negara asing yang dianggap memiliki pengawasan penelitian yang tidak memadai,” tulis tweet tersebut.

    Lebih lanjut, ditulis lagi bahwa AS melarang pendanaan Federal untuk berkontribusi pada penelitian asing yang kemungkinan akan menyebabkan pandemi lainnya.

    “Langkah-langkah ini akan secara drastis mengurangi potensi insiden terkait laboratorium yang melibatkan penelitian gain-of-function, seperti yang dilakukan pada virus corona kelelawar di China oleh EcoHealth Alliance dan Wuhan Institute of Virology,” lanjutnya.

    Dengan begitu, ini menegaskan bahwa pemerintah AS percaya asal mula pandemi COVID-19 lima tahun lalu adalah dari China. Trump juga menyepakati untuk melindungi warga Amerika dari kecelakaan laboratorium dan insiden biosekuriti lainnya, seperti yang kemungkinan menyebabkan COVID-19 dan flu Rusia 1977.

    Sebenarnya, pertanyaan apakah COVID-19 berasal dari China masih diperdebatkan. Yang pasti, tweet ini mendukung badan intelijen AS terkemuka, termasuk FBI, Departemen Energi, dan CIA, yang sepakat bahwa COVID-19 mungkin disebabkan oleh kecelakaan laboratorium di Wuhan.

    Pandangan ini dianut oleh mantan tokoh kesehatan seperti Dr Robert Redfield, mantan Direktur CDC, sebagaimana dilaporkan oleh New York Post.

    Namun, ada pakar yang terus mendukung hipotesis perpindahan zoonosis alami, yang menyatakan bahwa virus tersebut berpindah dari hewan ke manusia tanpa campur tangan manusia. Ini termasuk kepala penasihat medis pemerintahan Biden, Dr Anthony Fauci, dan mantan Direktur NIH Dr Francis Collins.

    (ask/ask)

  • Iran Tuding Netanyahu Seret AS ke ‘Bencana’ di Timur Tengah

    Iran Tuding Netanyahu Seret AS ke ‘Bencana’ di Timur Tengah

    Teheran

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi menuding Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berupaya menyeret sekutunya, Amerika Serikat (AS), ke dalam “bencana” di kawasan Timur Tengah. Araghchi juga memperingatkan agar tidak ada upaya apa pun untuk menyerang Teheran.

    “Netanyahu secara langsung MENCAMPURI pemerintah AS untuk MENYERETNYA ke dalam BENCANA lainnya di kawasan kita,” kata Araghchi dalam pernyataan via media sosial X, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (6/5/2025).

    Araghchi memperingatkan Tel Aviv untuk tidak melakukan “kesalahan APA PUN terhadap Iran”.

    Dia juga menuduh Netanyahu “berusaha untuk secara terang-terangan MENDIKTE apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan Presiden (Donald) Trump dalam diplomasinya dengan Iran”.

    Sang Menlu Iran itu merujuk pada dukungan AS untuk Israel dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 lalu. Dia juga merujuk pada serangan balasan AS terhadap kelompok Houthi yang gencar melancarkan serangan menargetkan Israel dan kapal-kapal komersial di Laut Merah.

    “Dukungan yang MEMATIKAN untuk Genosida Netanyahu di Gaza dan mengobarkan PERANG atas nama Netanyahu di Yaman tidak menghasilkan APA PUN bagi rakyat Amerika,” sebut Araghchi dalam pernyataannya.

    Pernyataan Menlu Iran ini muncul setelah putaran terakhir perundingan nuklir dengan AS, yang seharusnya digelar pada 3 Mei lalu, ditunda karena “alasan logistik”.

    Lihat Video ‘Iran Pamer Rudal Balistik Baru, Ancam Pangkalan Militer AS di Timur Tengah’:

    Netanyahu telah menyerukan pembongkaran program nuklir Iran, dan mengatakan bahwa kesepakatan yang kredibel harus “menghilangkan kapasitas Iran untuk memperkaya uranium untuk senjata nuklir” dan mencegah pengembangan rudal balistik.

    Sementara Trump, pada Minggu (4/5), mengatakan dirinya hanya akan menerima “pembongkaran total” program nuklir Iran, tetapi juga mengisyaratkan keterbukaan untuk membahas penggunaan program nuklir itu untuk tujuan sipil.

    “Sekarang, ada teori baru yang beredar bahwa Iran akan diizinkan untuk memiliki (program nuklir) sipil — yang berarti untuk menghasilkan listrik,” kata Trump dalam wawancara dengan NBC News, sembari menambahkan bahwa dirinya “akan terbuka untuk mendengar” argumen tersebut.

    Teheran secara konsisten membantah tuduhan soal pihaknya berupaya mendapatkan senjata nuklir, dan bersikeras menyatakan program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.

    Araghchi menegaskan kembali bahwa jika tujuannya adalah agar Iran tidak memiliki senjata nuklir, maka “kesepakatan dapat dicapai dan hanya ada SATU JALAN untuk mencapainya: DIPLOMASI yang didasarkan pada SALING MENGHORMATI dan KEPENTINGAN BERSAMA”.

    Lihat Video ‘Iran Pamer Rudal Balistik Baru, Ancam Pangkalan Militer AS di Timur Tengah’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Kalap, Serang Sekaligus Palestina, Yaman, Lebanon, dan Suriah

    Israel Kalap, Serang Sekaligus Palestina, Yaman, Lebanon, dan Suriah

    Serangan Israel semakin membabi-buta menimbulkan kehancuran di berbagai wilayah di Timur Tengah. Sepanjang Senin hingga Selasa, serangan serentak mereka lancarkan ke Palestina, Yaman, Lebanon, dan Suriah.

    Di Lebanon, Angkatan Udara Israel melancarkan serangkaian serangan udara pada Senin malam menargetkan Dataran Tinggi Shaara di pegunungan timur Lebanon. Menurut Almayadeen, Serangan juga meluas hingga melintasi perbatasan, ketika pesawat Israel mengebom pinggiran kota Serghaya di Suriah, yang terletak di seberang pegunungan timur Lebanon.

    Kantor Berita Nasional melaporkan, jet tempur Israel terlihat terbang terus menerus di ketinggian rendah di atas Lembah Bekaa. Di selatan, serangan udara Israel menargetkan kota Tayr Harfa, menghantam empat bangunan prefabrikasi. Serangan udara tambahan juga melanda kota Srifa.

    Serangan-serangan ini merupakan bagian dari pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon dan mengikuti pola agresi berulang-ulang baik di wilayah sipil maupun perbatasan.

    Beberapa hari sebelumnya, seorang warga Lebanon menjadi syuhada dan dua warga negara Suriah terluka dalam serangan udara Israel sebelumnya yang menargetkan sebuah truk pickup yang melakukan perjalanan antara kota Meiss El Jabal dan Blida di Lebanon selatan.

    Militer Israel juga mengatakan pasukannya telah menemukan “markas pusat” bekas rezim Suriah Bashar al-Assad di Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Suriah dekat perbatasan dengan Lebanon.

    “Pasukan tersebut menemukan infrastruktur militer rezim lama, bunker dan sejumlah senjata, termasuk meriam, peluncur, mortir, roket, bahan peledak dan ranjau,” katanya dalam sebuah pernyataan. “Semua sumber daya dihancurkan atau disita oleh pasukan.”

    Militer Israel, yang terus menduduki sebagian wilayah Suriah, termasuk Dataran Tinggi Golan, terus melancarkan serangan di seluruh negeri meskipun mendapat kecaman dari dunia internasional.

    Sementara, puluhan warga Palestina menjadi syuhada sepanjang Senin dalam pembantaian baru di Jalur Gaza. Serangan intensif Israel ini seiring terungkapnya rencana mereka menguasai Gaza sepenuhnya.

    Serangan ke Gaza dan Tepi Barat…

    Sumber-sumber medis mengatakan kepada Aljazirah bahwa 54 warga Palestina telah syahid dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak fajar hari Senin, termasuk 18 orang syahid dalam pemboman yang menargetkan daerah Al-Karama di barat laut Kota Gaza.

    Sedangkan pada Selasa pagi, Israel menyerang sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Korban jiwa akibat serangan terhadap rumah keluarga Hamdan itu sedikitnta dua orang, dan beberapa orang luka-luka. Serangan juga dilaporkan media lokal pada dini hari tadi di beberapa wilayah Gaza.

    Diantaranya, serangan artileri dan jet tempur Israel menghantam bagian timur Kota Gaza. Pasukan darat Israel juga dilaporkan menghancurkan bangunan di timur Kota Gaza pagi ini. Tembakan artileri dan senapan mesin berat dari kendaraan lapis baja Israel dilaporkan terjadi di kota Abasan al-Kabira, sebelah timur Khan Younis di selatan Jalur Gaza. 

    Setidaknya satu anak syahid dan lainnya terluka ketika tenda penampungan bagi pengungsi paksa menjadi sasaran pesawat Israel di daerah al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis.

    Warga Palestina melemparkan batu ke kendaraan militer Israel saat bentrokan usai serangan tentara Israel di kota Nablus, Tepi Barat, 4 Mei 2025. – (EPA-EFE/ALAA BADARNEH)

    Helikopter serang Israel menembaki sebuah apartemen perumahan di daerah Hawuz, sebelah barat Khan Younis, menyebabkan kerusakan parah dan kebakaran besar.

    Serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki juga berlanjut sepanjang malam hingga Selasa pagi, dengan penggerebekan dilaporkan terjadi di beberapa kota besar dan kecil. Aljazirah melaporkan seorang pria Palestina diculik dari rumahnya dalam penggerebekan di selatan kota Tulkarem.

    Pasukan Israel juga menyerbu daerah Masaken di timur Nablus dan di kota Salfit, di utara Tepi Barat. Tentara Israel menyerbu daerah al-Shu’aba di Hebron, dan daerah Khallet al-Eis di kota Ash-Shuyukh, sebelah utara Hebron.

    Pasukan juga melakukan penggerebekan dan penggeledahan di wilayah Balata al-Balad di timur Nablus. Outlet media Channel 14 Israel melaporkan bahwa militer Israel bekerja sepanjang malam “untuk menghancurkan” bangunan di kamp pengungsi Tulkarem dan Nur Shams.

    Serangan di Yaman…

    Di Yaman, Israel melancarkan serangan udara sejak Senin malam berkoordinasi dengan Amerika Serikat. Mereka mengeklaim hal itu sebagai respons terhadap serangan rudal di Bandara Ben Gurion pada Ahad.

    Militer Israel mengumumkan bahwa mereka mengebom sasaran Houthi di Hodeidah, Yaman barat, dan menambahkan bahwa serangan itu menargetkan pelabuhan Hodeidah dan pabrik beton di timur kota.

    Tentara penjajah Israel mengklaim bahwa pelabuhan Hodeidah digunakan untuk menyelundupkan senjata dan peralatan militer Iran ke Houthi, dan mengatakan bahwa kelompok Ansar Allah “beroperasi dengan pendanaan dan bimbingan Iran untuk mengganggu stabilitas dan mengancam navigasi internasional,” seperti yang dikatakannya.

    Media yang berafiliasi dengan Ansar Allah membenarkan bahwa “agresi Amerika-Israel menargetkan distrik Bajil di Hodeidah, Yaman barat,” dan bahwa pelabuhan Hodeidah juga menjadi sasaran enam serangan udara.

    “Agresi tersebut menargetkan sebuah pabrik semen di distrik Bajil di Hodeidah, Yaman barat.” Media itu mencatat bahwa 21 orang terluka dalam penggerebekan di pabrik tersebut.

    Channel 12 Israel mengungkapkan bahwa jet tempur Israel menyerbu Yaman, mengutip para pejabat yang mengatakan 30 jet tempur Israel berpartisipasi dalam serangan tersebut, tanpa mengungkapkan rincian lebih lanjut.

    Sumber keamanan Israel mengatakan kepada Channel 12 Israel bahwa 48 bom dijatuhkan di lebih dari 10 sasaran selama serangan di Yaman, dan menambahkan bahwa pelabuhan Hodeidah mengalami pukulan hebat, menurut sumber tersebut.

    Yossi Mekelberg dari Chatham House mengatakan bahwa ketika Israel meningkatkan serangan militer terhadap lawan-lawannya di seluruh Timur Tengah, isu inti yang menjadi inti situasi ini adalah konflik Palestina-Israel.

    “Masalahnya adalah lingkaran setan ini dapat meningkat dengan sangat cepat menjadi perang besar-besaran tanpa pemenang,” katanya kepada Aljazirah. “Alih-alih mengurangi skala dan mencapai gencatan senjata, hal ini justru akan memperburuk situasi di Gaza, dan mungkin setelah kunjungan Presiden Trump ke wilayah tersebut, mereka akan menggunakan lebih banyak kekuatan.”

    Pertanyaan bagi Israel adalah apa strateginya untuk berperang di semua lini, kata Mikelberg, seraya mencatat bahwa Israel berencana untuk mengambil kendali penuh atas wilayah tersebut. Ia menyatakan sejauh ini belum ada negara Arab yang mampu menghentikan kebrutalan Israel. “Hal ini tidak hanya meresahkan rakyat Palestina, tapi juga meresahkan kawasan ini. Dan saat ini, Anda tidak melihat ada kekuatan di kawasan yang bisa menghentikannya.”

  • Trump Akan Ajak Erdogan Akhiri Konflik Rusia-Ukraina, Sebut Itu Perang Konyol yang Mematikan – Halaman all

    Trump Akan Ajak Erdogan Akhiri Konflik Rusia-Ukraina, Sebut Itu Perang Konyol yang Mematikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan ia ingin bekerja sama dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina, setelah kedua pemimpin berbicara melalui telepon.

    “Saya berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Erdogan untuk mengakhiri perang yang konyol namun mematikan antara Rusia dan Ukraina — SEKARANG!” tulis Trump di Truth Social pada Senin (5/5/2025).

    Trump menambahkan di platform Truth Social, Erdogan juga mengundangnya untuk mengunjungi Turki dan presiden Turki itu akan menemuinya di Washington.

    “Presiden mengundang saya untuk pergi ke Turki di masa mendatang dan, demikian pula, dia akan datang ke Washington, DC,” kata Trump.

    Sebelumnya Trump berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam setelah memulai masa jabatan keduanya pada bulan Januari.

    Setelah dilantik menjadi presiden AS, Trump mendorong Kyiv dan Moskow untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Sementara itu Turki, sebagai anggota NATO, telah berupaya menjaga hubungan baik dengan kedua tetangganya di Laut Hitam sejak invasi Rusia.

    Turki juga pernah dua kali menjadi tuan rumah pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Pada 29 April, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan Washington akan melepaskan peran mediator antara Rusia dan Ukraina jika tidak ada kemajuan dalam perundingan menuju perdamaian, seperti diberitakan Pravda.

    Isi Percakapan Telepon Trump dan Erdogan

    Selain Rusia dan Ukraina, Trump mengatakan ia dan Erdogan membahas Suriah, Gaza, dan banyak lagi.

    Trump menyebut percakapan telepon tersebut sebagai percakapan telepon yang sangat bagus dan produktif dengan Erdogan.

    Trump mengatakan dia dan Erdogan memiliki hubungan yang sangat baik selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS dari tahun 2017 hingga 2021.

    Kantor presiden Turki mengatakan Erdogan memberi tahu Trump, upaya AS untuk meringankan sanksi terhadap Suriah akan berkontribusi untuk menstabilkan negara yang dilanda perang itu.

    Washington menyatakan normalisasi atau pencabutan sanksi apa pun setelah penggulingan pemimpin Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember akan bergantung pada kemajuan yang dapat diverifikasi oleh otoritas baru Suriah mengenai prioritas termasuk tindakan melawan teror.

    Erdogan juga berterima kasih kepada Trump atas pendekatannya untuk mengakhiri perang, dengan pernyataan yang menyebutkan Ukraina, Gaza, dan negosiasi mengenai Iran, seperti diberitakan TASS.

    Ia mengangkat isu Jalur Gaza yang dilanda perang, dan memberi tahu Trump, bantuan kemanusiaan harus dikirim ke Gaza tanpa gangguan.

    Pada bulan Maret lalu, Israel menghentikan semua bantuan kepada 2,4 juta warga Palestina di Gaza dan pada 5 Mei 2025 kabinet keamanannya telah menyetujui perluasan operasi militer di Gaza termasuk “penaklukan” wilayah Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Israel-AS Bombardir Yaman dengan 30 Jet Tempur, Balas Serangan Houthi di Ben Gurion

    Israel-AS Bombardir Yaman dengan 30 Jet Tempur, Balas Serangan Houthi di Ben Gurion

    GELORA.CO – Israel melancarkan serangan udara terhadap Yaman pada Senin (5/5/2025) malam setelah berkoordinasi dengan sekutunya, Amerika Serikat (AS).

    Israel mengklaim serangan itu sebagai respons terhadap serangan rudal di Bandara Ben Gurion pada Minggu (4/5/2025). 

    Pada Senin malam, militer Israel mengumumkan mereka mengebom sasaran-sasaran kelompok Ansar Allah (Houthi) di Hodeidah, Yaman barat.

    Mereka mengklaim serangan itu menargetkan pelabuhan Hodeidah dan sebuah pabrik beton di sebelah timur kota tersebut.

    Tentara pendudukan Israel mengklaim pelabuhan Hodeidah digunakan untuk menyelundupkan senjata dan peralatan militer Iran ke Houthi.

    “Houthi beroperasi dengan pendanaan dan arahan Iran untuk mengganggu stabilitas dan mengancam navigasi internasional,” kata militer Israel dalam pernyataannya pada Senin malam, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Media yang berafiliasi dengan Houthi mengonfirmasi serangan Israel-AS menargetkan distrik Bajil di Hodeidah, Yaman barat, dan pelabuhan Hodeidah juga menjadi sasaran enam serangan udara.

    “Agresi tersebut menargetkan pabrik semen di distrik Bajil, Hodeidah, Yaman barat dan 21 orang terluka dalam penggerebekan di pabrik tersebut,” lapor media tersebut.

    Sementara itu, media Israel Channel12 Israel mengungkapkan jet tempur Israel menyerbu Yaman, mengutip pejabat Israel yang mengatakan 30 jet tempur Israel berpartisipasi dalam penyerbuan itu, tanpa mengungkapkan rincian lebih lanjut.

    Sumber keamanan Israel mengatakan kepada Channel12 Israel bahwa 48 bom dijatuhkan di lebih dari 10 target selama serangan di Yaman.

    Ia mengklaim pelabuhan Hodeidah mengalami pukulan hebat.

    Sementara itu, Israel Hayom, mengutip sumber keamanan Israel yang mengatakan serangan terhadap Yaman dilakukan dalam delapan gelombang dengan puluhan pesawat Israel menyerang pelabuhan Hodeidah, bersamaan dengan serangan AS terhadap Houthi.

    Israel Hayom mengungkapkan tentara Israel telah menamai serangan di Yaman “Operasi Kota Pelabuhan.”

    Sementara itu Channel14 Israel melaporkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Israel Katz mengawasi serangan Hodeidah dari Ruang Komando Staf Umum Angkatan Darat di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv.

    Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Axios bahwa serangan Israel di Yaman dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, dan Israel telah memberi tahu mereka sebelum melakukan serangan tersebut.

    Houthi Akan Balas Serangan Israel

    Setelah serangan tersebut, Houthi mengumumkan dua orang tewas dan 42 orang terluka.

    “Dua orang syahid dan 42 orang terluka telah gugur dalam jumlah korban awal agresi AS-Israel terhadap Pabrik Semen Bajel,” lapor saluran TV Al-Masirah milik Houthi pada Senin malam.

    Houthi berjanji untuk melakukan serangan selektif terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan tersebut, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    Houthi terlibat pertempuran dengan Israel setelah kelompok tersebut menyatakan solidaritasnya pada Oktober 2023 untuk warga Gaza yang menghadapi agresi Israel.

    Kelompok tersebut memblokade kapal-kapal terkait Israel yang melintasi Laut Merah dan melakukan serangan udara langsung ke Israel menggunakan rudal yang diluncurkan dari Yaman.

    Serangan Houthi sempat berhenti ketika Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyetujui perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari 2025.

    Namun, Houthi kembali menyerang Israel pada 14 Maret 2025 setelah Israel mengabaikan permintaan mereka untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.

    Sementara itu, sekutu Israel, AS, bersama pendukungnya membentuk koalisi untuk menyerang Yaman, yang diklaim sebagai serangan terhadap Houthi untuk menghentikan blokade di Laut Merah.

  • Israel-AS Bombardir Yaman dengan 30 Jet Tempur, Balas Serangan Houthi di Ben Gurion – Halaman all

    Israel-AS Bombardir Yaman dengan 30 Jet Tempur, Balas Serangan Houthi di Ben Gurion – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melancarkan serangan udara terhadap Yaman pada Senin (5/5/2025) malam setelah berkoordinasi dengan sekutunya, Amerika Serikat (AS).

    Israel mengklaim serangan itu sebagai respons terhadap serangan rudal di Bandara Ben Gurion pada Minggu (4/5/2025). 

    Pada Senin malam, militer Israel mengumumkan mereka mengebom sasaran-sasaran kelompok Ansar Allah (Houthi) di Hodeidah, Yaman barat.

    Mereka mengklaim serangan itu menargetkan pelabuhan Hodeidah dan sebuah pabrik beton di sebelah timur kota tersebut.

    Tentara pendudukan Israel mengklaim pelabuhan Hodeidah digunakan untuk menyelundupkan senjata dan peralatan militer Iran ke Houthi.

    “Houthi beroperasi dengan pendanaan dan arahan Iran untuk mengganggu stabilitas dan mengancam navigasi internasional,” kata militer Israel dalam pernyataannya pada Senin malam, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Media yang berafiliasi dengan Houthi mengonfirmasi serangan Israel-AS menargetkan distrik Bajil di Hodeidah, Yaman barat, dan pelabuhan Hodeidah juga menjadi sasaran enam serangan udara.

    “Agresi tersebut menargetkan pabrik semen di distrik Bajil, Hodeidah, Yaman barat dan 21 orang terluka dalam penggerebekan di pabrik tersebut,” lapor media tersebut.

    Sementara itu, media Israel Channel12 Israel mengungkapkan jet tempur Israel menyerbu Yaman, mengutip pejabat Israel yang mengatakan 30 jet tempur Israel berpartisipasi dalam penyerbuan itu, tanpa mengungkapkan rincian lebih lanjut.

    Sumber keamanan Israel mengatakan kepada Channel12 Israel bahwa 48 bom dijatuhkan di lebih dari 10 target selama serangan di Yaman.

    Ia mengklaim pelabuhan Hodeidah mengalami pukulan hebat.

    Sementara itu, Israel Hayom, mengutip sumber keamanan Israel yang mengatakan serangan terhadap Yaman dilakukan dalam delapan gelombang dengan puluhan pesawat Israel menyerang pelabuhan Hodeidah, bersamaan dengan serangan AS terhadap Houthi.

    Israel Hayom mengungkapkan tentara Israel telah menamai serangan di Yaman “Operasi Kota Pelabuhan.”

    Sementara itu Channel14 Israel melaporkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Israel Katz mengawasi serangan Hodeidah dari Ruang Komando Staf Umum Angkatan Darat di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv.

    Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Axios bahwa serangan Israel di Yaman dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, dan Israel telah memberi tahu mereka sebelum melakukan serangan tersebut.

    Houthi Akan Balas Serangan Israel

    Setelah serangan tersebut, Houthi mengumumkan dua orang tewas dan 42 orang terluka.

    “Dua orang syahid dan 42 orang terluka telah gugur dalam jumlah korban awal agresi AS-Israel terhadap Pabrik Semen Bajel,” lapor saluran TV Al-Masirah milik Houthi pada Senin malam.

    Houthi berjanji untuk melakukan serangan selektif terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan tersebut, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    Houthi terlibat pertempuran dengan Israel setelah kelompok tersebut menyatakan solidaritasnya pada Oktober 2023 untuk warga Gaza yang menghadapi agresi Israel.

    Kelompok tersebut memblokade kapal-kapal terkait Israel yang melintasi Laut Merah dan melakukan serangan udara langsung ke Israel menggunakan rudal yang diluncurkan dari Yaman.

    Serangan Houthi sempat berhenti ketika Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyetujui perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari 2025.

    Namun, Houthi kembali menyerang Israel pada 14 Maret 2025 setelah Israel mengabaikan permintaan mereka untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.

    Sementara itu, sekutu Israel, AS, bersama pendukungnya membentuk koalisi untuk menyerang Yaman, yang diklaim sebagai serangan terhadap Houthi untuk menghentikan blokade di Laut Merah.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Trump Siap Gandeng Erdogan Akhiri Konflik Ukraina dan Rusia

    Trump Siap Gandeng Erdogan Akhiri Konflik Ukraina dan Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan siap bekerja sama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina. Kedua pemimpin itu sempat berbincang melalui sambungan telepon.

    Trump melalui jejaring sosial Truth Social miliknya mengatakan bahwa Erdogan juga telah mengundangnya untuk mengunjungi Turki. Undangan balasan agar pemimpin Turki itu ke Washington juga disiapkan.

    “Saya berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Erdogan untuk mengakhiri perang yang konyol namun mematikan antara Rusia dan Ukraina — Sekarang!,” tulis Trump dilansir AFP, Selasa (6/5/2025).

    Trump, yang berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam setelah memulai masa jabatan keduanya pada bulan Januari, telah mendesak Kyiv dan Moskow untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Turki, anggota NATO, telah berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan kedua tetangganya di Laut Hitam tersebut sejak invasi Rusia dan telah dua kali menjadi tuan rumah pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang.

    Kedua pemimpin tersebut juga membahas tentang Suriah hingga Gaza. Trump menyebut percakapan teleponnay dengan Erdogan sebagai hal produktif.

    Trump mengatakan bahwa ia dan Erdogan memiliki hubungan yang sangat baik selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS dari tahun 2017 hingga 2021.

    Washington mengatakan bahwa normalisasi atau pencabutan sanksi apa pun setelah penggulingan Bashar al-Assad pada bulan Desember akan bergantung pada kemajuan yang dapat diverifikasi oleh otoritas baru Suriah mengenai prioritas termasuk tindakan melawan “teror.”

    Erdogan juga berterima kasih kepada Trump atas “pendekatannya untuk mengakhiri perang,” dengan pernyataan yang menyebutkan Ukraina, Gaza, dan negosiasi tentang Iran.

    Ia mengangkat isu Jalur Gaza yang dilanda perang. Erdogan memberi tahu Trump bahwa bantuan kemanusiaan harus “dikirim ke Gaza tanpa gangguan.”

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Asimetris, Rudal Houthi Rp 328 Juta Bisa Hancurkan Drone MQ-9 Reaper AS yang Nilainya Rp 493 Miliar – Halaman all

    Asimetris, Rudal Houthi Rp 328 Juta Bisa Hancurkan Drone MQ-9 Reaper AS yang Nilainya Rp 493 Miliar – Halaman all

    Senjata Ansar Allah Berbiaya Rendah Merusak Aset Militer AS yang Mahal

    TRIBUNNEWS.COM- Rudal berbiaya rendah Ansar Allah mengungkap ketidakseimbangan biaya yang semakin besar dalam peperangan modern, menjatuhkan pesawat tak berawak AS yang mahal dan membebani anggaran pertahanan Barat, Ynet melaporkan.

    Ketidakseimbangan yang berkembang dalam peperangan modern terlihat ketika rudal berbiaya rendah yang ditembakkan oleh Ansar Allah mampu menjatuhkan pesawat tak berawak AS bernilai tinggi, memberikan beban berat pada anggaran pertahanan Barat dan mengintensifkan krisis yang sedang berlangsung di wilayah Laut Merah, menurut laporan surat kabar Israel Ynet .

    Ketimpangan yang mencolok ini terlihat ketika rudal yang diperkirakan menelan biaya $20.000 (Rp 328 juta) yang ditembakkan dari Yaman berhasil menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper AS yang bernilai lebih dari $30 juta (Rp 493 Miliar), menurut Ynet. 

    Tren ini menandakan pergeseran yang meresahkan dalam ekonomi peperangan modern, karena senjata yang relatif murah menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi militer Barat.

    Ketidakseimbangan biaya ini menjadi pusat perkembangan terkini di Laut Merah, tempat operasi berkelanjutan oleh Ansar Allah telah mengganggu rute perdagangan global yang penting dan memaksa Barat untuk mengalokasikan sumber daya yang signifikan guna menjaga keamanan maritim.

    Laporan tersebut mencatat bahwa “Amerika Serikat telah melancarkan lebih dari 800 serangan udara terhadap target-target di Yaman sejak 15 Maret, namun rentetan serangan pesawat tanpa awak dan rudal belum berhenti.”

    Ditambahkannya bahwa “seiring Houthi terus menargetkan kapal-kapal yang terhubung dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Israel di salah satu koridor maritim paling kritis di dunia, tekanan militer dan ekonomi terhadap AS dan sekutu-sekutunya meningkat, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir.”

    Perang asimetris dan pengurangan keuangan

    Jonathan Schanzer, analis riset di Foundation for Defense of Democracies, menggambarkan operasi Ansar Allah sebagai operasi yang sifatnya asimetris. 

    “Tidak perlu menimbulkan korban dalam jumlah besar; itu sudah cukup untuk membuat lawan Anda menderita kerugian finansial,” jelasnya.

    Menurut Schanzer, Iran telah mengubah strateginya, tidak lagi mengirim sistem rudal lengkap. Sebaliknya, Iran memasok komponen seperti suku cadang, pesawat nirawak, sistem pemandu, dan hulu ledak, yang kemudian dirakit oleh Ansar Allah di Yaman.  

    “Pendekatan modular ini membuat intersepsi menjadi lebih sulit dan memastikan rantai pasokan yang stabil,” katanya.

    Anggaran pertahanan negara-negara Barat terbatas

    Kolonel Inggris pensiunan Richard Kemp berpendapat bahwa ketidakseimbangan biaya yang semakin meningkat tidak dapat dipertahankan, dengan mencatat bahwa mencegat satu rudal atau mempertahankan operasi angkatan laut membutuhkan biaya jutaan dolar, sementara biaya serangan pesawat tanpa awak hanya sebagian kecil dari biaya tersebut.

    Baik Kemp maupun Schanzer mengkritik strategi Barat. Kemp secara khusus menyalahkan respons Washington di bawah pemerintahan Biden, dengan menunjuk pada apa yang ia gambarkan sebagai kesalahan langkah strategis dalam menghapus Ansar Allah dari daftar organisasi teroris. 

    Ia mengklaim tindakan tersebut ditujukan untuk menenangkan Iran tetapi pada akhirnya memungkinkan terjadinya eskalasi saat ini.

    Schanzer menyuarakan kekhawatiran tersebut, dengan menyatakan bahwa pemboman udara saja tidak akan menyelesaikan konflik, mengingat dukungan militer Iran yang terus berlanjut. 

    Ia menggambarkan situasi tersebut sebagai siklus penghancuran dan regenerasi, di mana “untuk setiap fasilitas rudal yang dihancurkan atau komandan yang disingkirkan, Ansar Allah membangun dan menggantinya.”

    Dengan dukungan logistik dan taktis yang berkelanjutan dari Iran, Schanzer memperingatkan bahwa konflik yang didorong oleh biaya ini dapat berlangsung tanpa batas, sehingga menimbulkan tantangan strategis dan ekonomi jangka panjang bagi AS dan sekutunya.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Video: Netanyahu Ancam Balas Houthi dan Iran

    Video: Netanyahu Ancam Balas Houthi dan Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia –Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan akan memberikan respon tegas terhadap kelompok houthi dan “Patron” mereka, Iran, setelah serangan rudal menggempur area dekat bandara internasional Ben Gurion

    Selengkapnya saksikan di Program Evening Up CNBC Indonesia, Senin (05/05/2025).

  • Iran Ultimatum Trump, Ancam Bakal Gempur Pangkalan Militer AS di Timur Tengah – Halaman all

    Iran Ultimatum Trump, Ancam Bakal Gempur Pangkalan Militer AS di Timur Tengah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh mengancam akan membalas setiap tindakan militer AS dengan menargetkan pangkalan militer pasukan Amerika di Timur Tengah.

    Nasirzadeh mengatakan bahwa Iran tidak memendam permusuhan terhadap tetangganya.

    Tetapi memperingatkan bahwa jika Washington melancarkan serangan, pangkalan AS yang terletak di negara tetangga tersebut akan dianggap sebagai target yang sah.

    Ia juga menekankan bahwa Iran memiliki kapasitas dan kesiapan militer untuk merespons dengan kekuatan setara jika negara mereka menjadi sasaran agresi

    “Jika kami diserang jika perang dipaksakan kepada kami, kami akan merespons dengan tegas,” ucap Nasirzadeh dilansir Al Arabiya.

    “Kami akan menargetkan kepentingan dan pangkalan-pangkalan mereka (AS-red),” tegasnya.

    Gertakan tersebut dilontarkan Nasirzadeh sebagai bagian dari langkah pembalasan, mencerminkan sikap Iran yang waspada dan siap untuk mempertahankan kedaulatannya.

    Mengingat belakangan ini ketegangan antara Iran dan AS terus memanas, hingga membuat situasi geopolitik di kawasan tersebut menegang.

    Adapun ketegangan itu terjadi sejak 12 Apil silam tepatnya ketika Iran dan AS gagal terlibat dalam perundingan nuklir.

    Iran menekankan pentingnya negosiasi tidak langsung dan menolak pendekatan yang mengedepankan ancaman atau tekanan. 

    Sementara itu, AS menginginkan kesepakatan yang lebih ketat dan langsung, dengan penekanan pada pembatasan program nuklir Iran dan pengawasan yang lebih ketat.

    Perbedaan pendekatan ini lantas menyebabkan kesulitan dalam mencapai titik temu yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, hingga perundingan nuklir Iran dan AS gagal ditekan.

    Iran Pamer Rudal Baru 

    Bersamaan dengan gertakan yang ditujukan Iran kepada AS, Teheran mengungkap bahwa militernya baru saja merilis rudal balistik terbaru bernama Qassem Basir.

    “Rudal Qassem Basir adalah rudal balistik berbahan bakar padat dengan jangkauan 1.200 kilometer (746 mil),” tulis kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan pemerintah Iran

    Tak seperti rudal tempur Iran sebelumnya, rudal ini mampu menyerang target-target yang terletak jauh di kawasan Timur Tengah, termasuk pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang jaraknya sekitar 1.200 km.

    Menariknya, Qassem Basir dilengkapi dengan sistem pemandu yang memungkinkan rudal ini untuk melakukan manuver selama penerbangan.

    Kemampuan ini membuatnya lebih sulit untuk dilacak atau dihentikan oleh sistem pertahanan udara musuh, seperti Iron Dome Israel atau sistem pertahanan rudal lainnya. 

    Selain itu kelebihan ini juga mampu  meningkatkan kemungkinan rudal untuk mencapai targetnya meskipun ada upaya untuk mengalihkan atau menghancurkannya di udara.

    Qassem Basir juga dibekali fitur penting yang mampu menargetkan dengan presisi tinggi, bahkan tanpa bergantung pada GPS. 

    Ini membuatnya lebih tahan terhadap gangguan sinyal atau upaya untuk merusak sistem navigasi yang digunakan oleh musuh, seperti yang dapat terjadi pada sistem GPS atau satelit.

    Untuk bahan bakarnya, Qassem Basir menggunakan bahan bakar padat, yang memberikan keunggulan dalam hal daya tahan dan stabilitas selama penerbangan. B

    Bahan bakar padat juga memungkinkan rudal ini siap diluncurkan dengan waktu yang lebih singkat dan lebih efektif dalam berbagai kondisi cuaca.

    Bagi Iran, rudal ini lebih dianggap sebagai alat pertahanan yang dapat mempengaruhi perubahan dalam kebijakan luar negeri negara-negara besar.

    (Tribunnews.com / Namira)