34 Personel TNI Dikerahkan Evakuasi WNI di Iran dan Israel
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com-
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen
Kristomei Sianturi
mengungkapkan, ada 34 personel TNI yang akan dilibatkan dalam evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel.
“Rencana evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel akan melibatkan Tim Crisis Response Team (CRT) yang terdiri dari 34 personel gabungan TNI,” kata Kristomei dalam siaran pers, Kamis (19/6/2025).
Kristomei menjelaskan, evakuasi akan dimulai pada Jumat (20/6/2025) besok di mana para WNI dari Iran akan melakukan perjalanan darat menuju Baku, Azerbaijan, selama sekitar 30 jam.
Para WNI akan transit di Baku selama dua malam sebelum pulang ke Indonesia dengan pesawat komersial pada Minggu (22/6/2025).
“Sedangkan evakuasi WNI dari Israel direncanakan akan melalui Amman (Yordania), sebelum diberangkatkan melalui jalur udara,” ujar Kristomei.
Kristomei mengatakan, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto telah menginstruksikan jajaran untuk berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait guna memastikan kelancaran proses evakuasi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan.
TNI juga menyiagakan unsur-unsur pendukung yang diperlukan sesuai perkembangan situasi dan kebutuhan pemerintah.
Kristomei menegaskan bahwa melindungi WNI di luar negeri adalah wujud kehadiran negara untuk memastikan keselamatan warga negara Indonesia dimanapun berada.
Ia pun menekankan, evakuasi WNI ini merupakan amanat UU TNI yang menyatakan bahwa salah satu tugas TNI adalah membantu dalam melindungi dan menyelamatkan Warga Negara serta kepentingan nasional di luar negeri.
“TNI siap menjalankan tugas ini dengan penuh tanggung jawab, demi melindungi rakyat, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di tengah konflik internasional,” ujar Kristomei.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono menyebutkan bahwa
WNI di Iran
dan Israel akan dievakuasi setelah meningkatnya eskalasi antara Iran dan Israel yang mulai menyasar target sipil
“Yang disasar juga lagi bukan saja target-target militer tapi juga target-target sipil. (Evakuasi melalui) jalur darat, kalau udara nggak bisa,” kata Sugiono kepada awak media di St. Petersburg, Rusia, dikutip dari
YouTube
Sekretariat Presiden, Kamis.
Kemenlu mencatat ada 386 orang WNI di Iran dan 194 orang
WNI di Israel
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Iran
-
/data/photo/2025/05/20/682bd05627a74.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
34 Personel TNI Dikerahkan Evakuasi WNI di Iran dan Israel
-

Rudal AS Bisa Hancurkan Bunker Nuklir Iran Seketika, Ini Teknologinya
Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat memiliki senjata super canggih yang diyakini menjadi satu-satunya yang mampu menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang tersembunyi jauh di dalam tanah.
Senjata itu adalah GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom penghancur bunker seberat 13,6 ton yang dikembangkan untuk menembus perlindungan beton dan batuan sedalam 61 meter, sebelum meledak.
Desain untuk bom ini dimulai pada awal 2000-an, dan pesanan untuk 20 unit yang ditempatkan pada Boeing pada tahun 2009.
Bom GBU-57 didesain khusus untuk menghancurkan target yang terlindungi. Dengan panjang 6,6 meter, bom ini memiliki lapisan baja keras dan peledak berfuse khusus yang tidak langsung meledak saat menabrak permukaan.
Senjata ini akan menembus lapisan beton dan batu sebelum meledak tepat di target terdalam.
“Senjata ini dirancang dengan selongsong baja yang agak tebal, baja yang dikeraskan, untuk menembus lapisan batu ini,” kata Masao Dahlgren, seorang peneliti di bidang pertahanan rudal di Center for Strategic and International Studies (CSIS), dikutip dari AFP, Kamis (19/6/2025).
Satu-satunya pesawat yang mampu membawa dan menjatuhkan bom ini adalah B-2 Bomber, pesawat siluman milik AS. Tiap pesawat bisa membawa dua unit GBU-57.
Menurut pengamatan citra satelit, sejumlah pesawat B-2 sempat terlihat di pangkalan militer Diego Garcia, Samudera Hindia, pada awal Mei lalu, lokasi strategis yang memungkinkan operasi ke Timur Tengah.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
-

Diskriminatif! Israel Larang Keluarga Muslim dan Kristen Masuk Bunker Perlindungan
GELORA.CO – Warga sipil dari kalangan Muslim dan Kristen dilarang masuk ke dalam bunker perlindungan di Israel. Hanya orang-orang Yahudi yang boleh masuk bunker perlindungan saat serangan balasan dari Iran datang. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai bahwa penguasa Israel telah mendiskriminasi warga sipil atas dasar agama.
“Pelarangangan terhadap orang Islam dan kristen di bunker adalah perbuatan yang nista,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim kepada Republika, Kamis (19/6/2025).
Sudarnoto menambahkan, apa yang dilakukan Israel itu semakin membuktikan bahwa Israel sudah tidak memperdulikan hukum internasional. Hak-hak dasar manusia, sebagaimana yang diatur dalam hukum humaniter internasional telah dilanggar. Warga sipil, apapun agamanya, harusnya memperoleh perlindungan maksimal, tidak boleh dibiarkan sehingga menjadi korban.
“Pihak penguasa Israel telah mendiskriminasi warga atas dasar agama sehingga mereka akan menjadi korban dalam pertentangan bersenjata Iran dan Israel,” ujarnya.
Sudarnoto mengatakan, daftar kejahatan Israel semakin bertumpuk dan tidak ada alasan untuk tidak memberikan sanksi kepada Israel dan menangkap Benjamin Netanyahu. Semua negara cinta kemanusiaan, damai dan kedaulatan harus bergerak bersama-sama memaksa Israel hentikan agresi yang sangat menjijikkan.
“Apa yang dilakukan oleh Iran sudah benar memberikan perlawanan terhadap imperialisme Israel, semoga Israel rontok,” kata Sudarnoto.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen yang tinggal di Israel mengatakan bahwa mereka tidak diberikan akses masuk ke bunker. Padahal sebelumnya mereka dibolehkan masuk ke tempat perlindungan bawah tanah itu di tengah gempuran rudal Iran.
Diskriminasi itu dialami warga yang tinggal di Jalan Yehuda Hayamit. Mereka mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka telah diberi tahu bahwa kode masuk yang memberi mereka akses ke tempat perlindungan tersebut telah diubah. Ini setelah sekitar 12 orang dari mereka berlindung di sana dalam beberapa hari terakhir saat sirene berbunyi, menyusul serangan rudal Iran yang menargetkan Tel Aviv di dekatnya.
Mereka mengatakan bahwa kejadian tersebut menyoroti diskriminasi dan bahaya yang mereka hadapi sebagai warga Palestina di Israel bahkan di salah satu kota campuran di negara tersebut. Di mana sekitar sepertiga penduduknya tetap menjadi warga Palestina.
Nasir Ktelat (63 tahun), seorang pria dengan masalah kesehatan yang tinggal di apartemen lantai empat di seberang jalan dari tempat perlindungan, mengatakan bahwa dia dan orang lain dari kediamannya telah diberi akses oleh seseorang dari komite pembangunan mereka. Dia mengatakan bahwa merupakan hal yang biasa bagi mereka yang tinggal di gedung-gedung tua di dekatnya untuk berkumpul di tempat perlindungan ketika sirene berbunyi.
Namun, Nasir mengatakan ketika mereka memasuki tempat penampungan itu selama akhir pekan, mereka dibuat merasa tidak diterima oleh warga Israel yang tinggal di gedung baru.
“Jelas mereka tidak senang melihat kami,” kata Ktelat.
“Kami berjumlah sekitar 12 hingga 15 orang Muslim dan Kristen dari gedung di dekat situ. Tentu saja, kami merasa tidak diterima, tetapi kami tidak peduli,” ujarnya.
Keesokan harinya, kata Ktelat, mereka telah kembali dan diizinkan masuk tetapi sekali lagi disampaikan bahwa mereka tidak diterima.
“Pada akhirnya, mereka memberi tahu kami bahwa itu adalah saat terakhir,” katanya.
“Mereka berkata, ‘Kami telah membuat keputusan bahwa kami tidak ingin anda datang, dan kami akan mengubah tata tertibnya.’ Seorang penghuni gedung itu tampak simpatik, tetapi tetap mengatakan kepada mereka bahwa semua penghuni setuju bahwa mereka tidak boleh diizinkan menggunakan tempat penampungan itu,” kata Nasir Ktelat.
Nasir mengatakan, Jalan Yehuda Hayamit merupakan campuran antara tempat tinggal lama dan bangunan baru. Warga Yahudi Israel yang tinggal di bangunan lama di lingkungan itu tampaknya masih diizinkan masuk ke tempat penampungan itu.
-

Dunia di Ujung Tanduk, Perang Dunia III Mengintai
GELORA.CO – Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas sejak 13 Juni 2025, memicu kekhawatiran global akan potensi pecahnya Perang Dunia ketiga. Serangan rudal saling berbalas terus terjadi, memperburuk situasi keamanan di kawasan Timur Tengah.
Amerika Serikat pun mulai menunjukkan keseriusannya. Negeri Paman Sam mengerahkan kapal perang dan pesawat tempurnya ke wilayah tersebut, memicu spekulasi bahwa Washington mungkin akan turun langsung membantu Israel dalam serangan ke Iran.
Eskalasi ini tak hanya menyita perhatian dunia, tetapi juga mengundang respons dari tokoh nasional Indonesia. Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), melalui akun media sosial X resminya, @SBYudhoyono, pada Kamis (19/6/2025), menyampaikan keprihatinan mendalam.
“Situasi di Timur Tengah saat ini sangat mengkhawatirkan. Jika perang Iran-Israel lepas kendali, dunia bisa benar-benar berada di ambang kehancuran,” tulis SBY.
SBY juga menyebut, beberapa tokoh berpengaruh di dunia yang dapat memainkan peran besar dalam meredakan konflik. Lima sosok penting yang diyakini mampu menentukan arah perdamaian global, yakni Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, serta Presiden Tiongkok Xi Jinping.
“Nasib dunia, khususnya dalam hal perdamaian dan keamanan, saat ini sangat ditentukan oleh lima tokoh kuat tersebut,” kata SBY.
SBY turut menggarisbawahi pentingnya para pemimpin dunia untuk mengendalikan ego dan ambisi politik mereka. Ia mengingatkan bahwa keputusan yang keliru atau perhitungan yang salah bisa berujung pada kehancuran besar dan jatuhnya banyak korban jiwa.
“Semoga Tuhan memberikan kebijaksanaan dan kejernihan hati kepada para pemimpin ini dalam membuat keputusan. Jangan sampai terjadi kesalahan langkah atau salah perhitungan,” ucapnya.
Menurutnya, tindakan gegabah akan membawa dampak yang sangat buruk bagi banyak bangsa dan negara. Oleh karena itu, kehati-hatian dan kebijaksanaan sangat dibutuhkan dalam kondisi ini.
Sementara itu, retorika ancaman terus terlontar dari kedua negara. Iran pernah menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Benjamin Netanyahu tewas. Sebaliknya, Israel menyatakan konflik akan selesai jika Ali Khamenei tidak lagi hidup.
Menanggapi hal tersebut, SBY mengingatkan bahwa sejarah telah menunjukkan banyak perang meletus akibat ego dan ambisi para pemimpin. Ia pun menyayangkan masih adanya pemimpin yang gemar memicu perang, padahal mayoritas manusia di dunia menginginkan kedamaian.
“Perang besar, termasuk Perang Dunia ke-3, masih bisa dihindari. Kita harus mencegahnya. Masih ada waktu dan jalan menuju perdamaian,” tutup SBY.
-

Israel Disebut Jadikan Rumah Sakit sebagai Tameng, Viral Video Tempat Persembunyian Tentara Zionis
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Perang antara Iran dan Israel semakin memanas. Serangan rudal skala besar diluncurkan dari Iran pada Kamis pagi, menargetkan Tel Aviv dan daerah sekitarnya di wilayah pendudukan.
Menurut laporan media Israel, sekitar 20 rudal juga ditembakkan ke Haifa dan al-Naqab.
Serangan tersebut mengakibatkan beberapa dampak yang dikonfirmasi, termasuk serangan langsung di pusat kota Tel Aviv dan distrik utara Ramat Gan.
Peluncuran rudal terjadi saat pesawat penumpang El Al dilaporkan berada di udara, bersiap untuk mendarat. Menurut media Israel, pesawat itu dialihkan kembali ke Larnaca.
Sementara itu, menurut kantor berita IRNA, target utama serangan itu adalah markas Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, dan Intelijen (IOF C4I) tentara pendudukan Israel.
Pangkalan intelijen militer tersebut terletak di taman teknologi Gav-Yam, berdekatan dengan Rumah Sakit Soroka di Beer al-Sabe. Fasilitas tersebut menampung ribuan personel militer, sistem komando digital, unit operasi siber, dan sistem C4ISR milik tentara Zionis.
Para pengguna media sosial di Indonesia juga menyoroti perang itu. Bahkan, muncul sejumlah spekulasi terkait jatuhnya rudal Iran di rumah sakit.
“BREAKING. Kantor Berita Iran: Target serangan rudal adalah markas komando dan intelijen tentara Israel di sebelah Rumah Sakit Soroka. Zionis menjadikan Rumah Sakit Soroka sebagai tameng bagi markas komando dan intelijen tentara Israel,” tulis akun @SoftWarNews di X, dikutip Kamis (19/6/2025).
Ada pula yang membagikan video desain rumah sakit yang di bagian bawahnya terdapat sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista).
-

Seberapa Tangguh Ekonomi Israel?
Jakarta –
Perang adalah perkara mahal. Selain menciptakan kehancuran, tragedi perorangan, dan korban jiwa, biaya pengadaan dan pengerahan peralatan militer menelan biaya besar.
Perang juga menguras tenaga kerja, sebagaimana yang saat ini dirasakan perekonomian Israel.
Sejak kelompok militan Islam Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023, Israel meluluhlantakkan Jalur Gaza, yang diikuti serangan udara ke Lebanon sebagai balasan atas serangan rudal dan drone oleh Hezbollah.
Pekan lalu, Israel juga menyerang sasaran di dalam wilayah Iran untuk melumpuhkan program nuklir milik Teheran.
Masalah besar, anggaran besar
Bagi negara sekecil Israel, eskalasi konflik dengan cepat berimbas terhadap perekonomian. Banyak tentara cadangan yang dipanggil untuk bertempur, misalnya, terpaksa meninggalkan pekerjaan untuk sementara.
Selain itu, izin kerja bagi warga Palestina juga banyak yang dibatalkan, ketika akses lintas perbatasan makin sulit, yang memperparah kekurangan tenaga kerja.
Di saat bersamaan, pemerintah menggandakan belanja pertahanan. Tahun 2024, anggaran militer naik 65% menjadi 46,5 miliar dolar AS, menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute.
Jumlah tersebut setara dengan 8,8% dari PDB, tertinggi kedua di dunia setelah Ukraina.
Dari jumlah itu, sekitar USD38,6 miliar dialokasikan untuk pertahanan, menurut laporan The Times of Israel.
Masa depan ekonomi penuh ketidakpastian
Profesor ekonomi dari Coller School of Management, Universitas Tel Aviv, Itai Ater, mengatakan saat ini perang menelan biaya yang “sangat mahal” dan memicu “ketidakpastian besar dalam jangka pendek dan panjang.”
“Biaya militer, baik di fron ofensif maupun defensif, sangat tinggi. Beban ini pasti akan berdampak pada anggaran, defisit, PDB, dan utang negara,” kata Ater kepada DW.
Selama 20 bulan terakhir, banyak warga sipil Israel yang menjalani tugas militer selama berbulan-bulan. Banyak pula yang dievakuasi dari rumah mereka di daerah perbatasan, menyebabkan disrupsi besar dalam kehidupan warga.
Sejak serangan terakhir pekan lalu, banyak pekerja, terutama di sektor manufaktur, perdagangan, teknologi, dan pendidikan yang menganggur, tambah Ater.
Penerbangan komersial dari dan ke Israel juga masih ditangguhkan. Sebagian besar maskapai telah mengevakuasi armada pesawatnya, dan wilayah udara di hampir penjuru Timur Tengah juga ditutup.
Kenaikan pajak demi tutupi biaya perang
Untuk mengendurkan tekanan fiskal, pemerintah akhirnya menaikkan pajak. Awal tahun ini, pajak pertambahan nilai (PPN) untuk sebagian besar barang dan jasa naik dari 17% menjadi 18%. Pajak kesehatan yang dipotong dari gaji karyawan, serta iuran asuransi nasional, juga meningkat.
Menurut profesor emeritus ekonomi dari Universitas Haifa, Benjamin Bental, ekonomi Israel terpukul dalam satu setengah tahun terakhir, namun “menunjukkan ketahanan yang mengejutkan,” kata dia.
Karena ketika sektor pariwisata, manufaktur, konstruksi dan pertanian tertekan, industri teknologi tinggi, pertahanan, dan ritel makanan tetap kuat. Pada 2024, PDB Israel mencapai lebih dari USD540 miliar, melampaui tahun-tahun sebelumnya.
Bental menyoroti keberhasilan sektor teknologi tinggi dan ketatnya pasar tenaga kerja. Hingga kini, kekhawatiran bahwa infrastruktur energi dan internet akan diserang oleh Hezbollah atau Iran juga belum terbukti, sehingga aktivitas bisnis tetap berjalan.
Ketergantungan pada industri teknologi tinggi
Israel dikenal sebagai negara industri teknologi tinggi. Selain mempekerjakan 12% dari total tenaga kerja, sektor ini menyumbang sekitar 25% dari total penerimaan pajak penghasilan berkat tingginya upah rata-rata, menurut laporan Jefferies, bank investasi asal AS.
Produk dan layanan teknologi tinggi mencakup 64% dari ekspor negara dan sekitar 20% dari PDB.
Namun, jumlah pekerja di sektor teknologi mengalami stagnasi sejak tahun 2022, menurut laporan Otoritas Inovasi Israel pada April. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, jumlah tenaga kerja lokal di sektor teknologi menurun, sementara semakin banyak pekerja yang memilih pindah ke luar negeri untuk jangka panjang.
Saat ini, sekitar 390 ribu pekerja teknologi berada di Israel, sementara 440 ribu lainnya bermukim di luar negeri. Kenaikan pajak dikhawatirkan mendorong lebih banyak perusahaan atau tenaga kerja yang fleksibel untuk hengkang.
Risiko jangka panjang
Ketidakpastian situasi di Israel dan sekitarnya menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar tenaga kerja, pelaku usaha, dan investor.
“Namun, jika melihat pasar saham dan nilai tukar, investor terlihat cukup optimistis, karena mungkin berharap perang akan segera berakhir, atau ancaman nuklir Iran bisa dinetralisir, dan ekonomi akan pulih,” ujar Ater.
Kendati risiko jangka pendek meningkat, risiko bagi investor akan bergantung pada berapa lama konflik berlangsung dan bagaimana akhirnya.
“Jika skenario alternatif terjadi, yakni perang jangka panjang dengan Iran, maka perekonomian sulit berkembang,” tambahnya.
Ke depan, Ater menilai persoalan keamanan, terutama konflik Israel-Palestina, tetap menjadi tantangan jangka panjang bagi perekonomian.
Selain itu, dia menyoroti pentingnya mencermati perpecahan sosial di dalam negeri serta reformasi yudisial yang bisa berdampak pada institusi demokrasi.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
Editor: Hendra Pasuhuk(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-
/data/photo/2025/06/17/685080666e93a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
KBRI Teheran dan Aman Siapkan Evakuasi Ratusan WNI di Iran dan Israel
KBRI Teheran dan Aman Siapkan Evakuasi Ratusan WNI di Iran dan Israel
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Iran dan Jordania bersiap melakukan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Iran dan Israel.
Persiapan evakuasi ini dilakukan setelah Presiden Prabowo Subianto menyatakan Israel dan Iran dalam status Siaga I karena konflik bersenjata yang berkepanjangan.
“Bapak Menlu sudah mengarahkan agar kita melakukan langkah-langkah evakuasi warga negara Indonesia. Dan saat ini Kementerian Lembaga di (pemerintah) pusat dan juga
KBRI Teheran
sedang mempersiapkan langkah-langkah evakuasi,” ujar Judha dalam keterangan video, Kamis (19/6/2025).
Judha menjelaskan, KBRI Teheran sudah melakukan
town hall meeting
dengan para WNI yang berada di Iran untuk menyampaikan status Siaga I.
Begitu juga dengan WNI yang berada di Israel, KBRI Aman juga telah menyusun langkah-langkah evakuasi kepada WNI yang berada di wilayah tersebut.
Saat ini, WNI yang bermukim di Iran berjumlah 386, yang mayoritas merupakan pelajar atau mahasiswa yang berada di Kota Qom.
Sedangkan di Israel, terdapat 194 WNI yang merupakan peserta magang pendidikan yang berada di Kota Arafat.
“Dengan eskalasi yang terjadi saat ini, kami menerima informasi ada 11 warga negara Indonesia yang di Israel yang meminta untuk dievakuasi,” tuturnya.
“Dan untuk itu KBRI Aman saat ini juga sedang melakukan langkah-langkah persiapan evakuasi,” imbuh dia.
Namun, Judha kembali menegaskan, proses evakuasi yang dilakukan
Kemenlu RI
bukanlah sebuah perintah atau kewajiban WNI.
Dia mengatakan, proses evakuasi bersifat sukarela.
“Dapat kami jelaskan juga bahwa proses evakuasi ini sifatnya
voluntary
, bukan
mandatory
,” tuturnya.
Untuk diketahui, konflik antara Iran dan Israel kembali memanas dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran internasional terhadap potensi eskalasi di Timur Tengah.
Konflik ini dipicu oleh serangan Israel pada Jumat (13/6/2025) yang menyasar perumahan hingga fasilitas nuklir Iran.
Iran kemudian melakukan serangan balasan pada Sabtu (14/6/2025) yang merusak fasilitas ekonomi Israel.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Paniknya Warga Israel saat Rumah Sakit Hancur Kena Rudal Iran
Jakarta –
Konflik antara Iran dan Israel kian memanas. Rudal-rudal balistik Iran terus menyasar tempat-tempat vital di Israel, seperti rumah sakit.
Salah satu rumah sakit yang terdampak adalah Pusat Medis Soroka di Beersheba. Menurut Sara Bushri, seorang relawan di RS tersebut, langit-langit rumah sakit, hingga kaca semuanya hancur imbas serangan rudal Iran.
“Kami pikir ledakan itu terjadi tepat di dalam bangsal. Semuanya hancur berantakan. Kaca, langit-langit semuanya runtuh,” kata Bushri dikutip dari The Times of Israel, Kamis (19/6/2025).
“Kami mengevakuasi semua orang dan untungnya tidak ada satupun pasien yang terluka, meskipun ada kaca di tempat tidur,” sambungnya.
Pihak rumah sakit memutuskan untuk memindahkan para pasien ke tempat yang lebih aman.
Atas kejadian ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Gideon Saar menginstruksikan untuk membuka pusat operasi pers di rumah sakit tersebut.
“Dimaksudkan untuk menyajikan kepada media internasional serangan yang disengaja oleh rezim Iran terhadap rumah sakit dan penduduk sipil Israel,” kata Kemenlu Israel dalam sebuah pernyataan.
(dpy/kna)
-

Mungkinkah Iran Tutup Selat Hormuz? Apa Akibatnya?
Jakarta –
Pertikaian antara Israel dan Iran kembali menimbulkan kekhawatiran bahwa Iran akan mencoba menutup Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak paling vital di dunia.
Sekitar seperlima dari minyak mentah di dunia hilir mudik melalui jalur selebar 40 km pada bagian tersempitnya.
Awal tahun ini, Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi, Alireza Tangsiri, mengemukakan kemampuan pihaknya.
“Kami punya kemampuan menutup Selat Hormuz,” kata Alireza sebagaimana dikutip berbagai media.
Kekhawatiran soal penutupan selat tersebut bukan tanpa alasan.
Mantan kepala badan intelijen Inggris MI6, Sir Alex Younger, mengungkapkan kepada terkait risiko penutupan Selat Hormuz.
“Menutup Selat [Hormuz] jelas akan menjadi masalah ekonomi yang luar biasa mengingat dampaknya terhadap harga minyak.”
Berapa banyak minyak yang melewati Selat Hormuz?
Jumlah itu setara dengan perdagangan energi senilai hampir US$600 miliar per tahun yang diangkut melalui rute maritim.
Gangguan dalam bentuk apa pun di jalur laut dapat menyebabkan penundaan pengiriman minyak global secara signifikan, yang segera berdampak pada harga minyak.
Stocktrek / Getty ImagesFoto satelit Selat Hormuz
Namun, para analis memperingatkan konsekuensi yang berpotensi lebih serius adalah peningkatan konflik antara Israel dan Iran.
Sebab, hal ini dapat menyeret negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, ke dalam pertikaian karena mereka bergantung pada impor minyak dari negara-negara Teluk.
Seberapa sempit Selat Hormuz?
Selat Hormuz merupakan jalur perairan sempit yang terletak antara Iran dan Oman.
Jalur masuk dan keluarnya memiliki lebar sekitar 50 km, dan sekitar 40 km pada titik tersempitnya.
BBC
Kendati demikian, selat itu cukup dalam untuk dilalui kapal besar di bagian tengahnya.
Peta navigasi maritim menunjukkan jalur masuk yang aman, jalur keluar yang aman, dan zona penyangga di antara keduanya.
Semuanya khusus untuk kapal tanker besar pengangkut minyak.
Gallo Images via Getty ImagesIran terletak di bagian atas foto satelit Selat Hormuz ini. Di bagian bawah terdapat Pulau Qeshm dan Uni Emirat Arab.
Saat kapal-kapal tanker itu melalui Teluk Persia, posisi mereka akan berada di dekat pulau Greater dan Lesser Tunbwilayah sengketa antara Iran dan negara-negara Arab.
Lalu lintas maritim itu akan sangat terganggu jika terjadi pertikaian militer. Ini pernah terjadi selama perang Iran-Irak antara 1980 hingga 1988.
Doktrin pertahanan?
Analis mengatakan bahwa bagi Iran, menutup Selat Hormuz merupakan bentuk “daya cegah”mirip dengan kepemilikan senjata nuklir.
Artinya, pihak luar akan berpikir beberapa kali untuk bertikai dengan Iran karena Teheran mampu menutup Selat Hormuzyang kemudian akan mengganggu perekonomian.
Baca juga:
Karena itu, sejumlah negara menyatakan tidak bakal mengizinkan Teheran menggunakan posisi geografisnya yang strategis itu untuk menghambat aliran pasokan energi global.
Menurut para ahli, Iran mungkin memblokir selat untuk sementara waktu.
Akan tetapi, banyak yang juga yakin bahwa Amerika Serikat dan sekutunya dapat dengan cepat memulihkan arus lalu lintas maritim dengan memanfaatkan kekuatan militer.
Seberapa besar kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz?
NurPhoto via Getty Images Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) punya speed boat yang bisa dipakai untuk memblokade Selat Hormuz.
Sebuah laporan tahun 2012 oleh Layanan Penelitian Kongres AS menilai Iran bisa melakukan pendekatan bertahap.
Langkah-langkah itu meliputi:
Mengumumkan larangan navigasi di Selat Hormuz, tanpa secara terang-terangan menyatakan konsekuensi dari pelanggaran atas larangan tersebut.Menyatakan bahwa kapal yang melintas berpotensi diperiksa atau bahkan disita.Tembakan peringatan pada kapal-kapal.Menargetkan kapal-kapal tertentu berkekuatan militer.Meletakkan ranjau laut di Selat dan Teluk Persia.Menggunakan kapal selam dan rudal untuk menargetkan kapal komersial dan militer.
AFP via Getty ImagesKapal tanker Adriande diserang Iran pada 1987.
Dalam perang Iran-Irak sebelumnya, Iran mengerahkan rudal Silkworm melawan kapal tanker minyak dan meletakkan ranjau laut di perairan Teluk.
Salah satu ranjau ini menghantam kapal USS Samuel B Roberts yang kemudian memicu aksi pembalasan militer AS.
Saat itu, Iran gagal total menutup Selat Hormuz, tetapi secara signifikan menaikkan premi asuransi pengiriman dan menciptakan kemacetan maritim yang mahal di jalur keluar Teluk.
Norbert Schiller via Getty ImagesHelikopter AL AS dari kapal perang USS Chandler bergerak menyelamatkan awak kapal tanker Pivot pada perang Iran-Irak 1980-1988.
Kemampuan militer Iran
Dua hari sebelum serangan udara Israel menghantam Teheran dan menewaskan Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jendral Hossein Salami, dia berkunjung ke markas Angkatan Laut di Selat Hormuz.
Ia menggambarkan Teluk Persia dan sekelilingnya sebagai salah satu zona pertahanan Iran yang kritis.
Secara spesifik, ia menunjuk pada kapal-kapal peluncur rudal yang mampu menempuh perjalanan sejauh 10 km di bawah tiga menit.
NurPhoto via Getty ImagesKomandan Korps Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, tewas dalam serangan Israel pada 13 Juni 2025.
Jenderal Salami menyampaikan kapal serang cepat, kapal tempur yang lebih berat, dan rudal akan diaktifkan dalam operasi pertahanan.
Ia juga menyoroti ranjau laut penghancur kapal sebagai salah satu senjata paling menentukan dalam perang di laut.
Salami juga mengatakan drone angkatan laut telah diperluas jangkauannya dan keragamannya.
Apa prediksi para pakar?
Para ahli memperkirakan cara Iran paling efektif untuk menghentikan sekitar 3.000 kapal yang berlayar tiap bulan melalui Selat Hormuz adalah dengan menebar ranjau menggunakan kapal serang cepat dan kapal selam.
Angkatan Laut Iran dan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran berpotensi menyerang kapal perang asing dan kapal komersial.
Akan tetapi, kapal militer besar tersebut bisa juga menjadi sasaran empuk serangan udara Israel dan AS.
Getty ImagesMiliter Iran memiliki beragam kapal.
Kapal cepat Iran kerap dilengkapi dengan rudal anti-kapal, dan negara itu juga mengoperasikan kapal reguler, kapal perang hibrid, dan kapal selam.
Saat ini, situs pelacakan maritim yang menggunakan citra satelit melaporkan pergerakan kapal militer Iran di dekat perbatasan laut bagian selatan.
Negara mana yang paling terdampak penutupan Selat Hormuz?
Penelitian lembaga kajian Vortexa mengindikasikan bahwa ekspor minyak mentah dari Arab Saudi mencapai sekitar enam juta barel per hari melalui jalur Selat Hormuz.
Jumlah ini melebihi pengiriman dari negara-negara lain di kawasan tersebut.
China, India, Jepang, dan Korea Selatan masuk di antara importir teratas minyak mentah.
EIA memperkirakan bahwa pada 2022, sekitar 82% minyak mentah dan kondensat (hidrokarbon cair berkepadatan rendah yang mirip gas alam) melintasi selat menuju ke negara-negara di Asia.
Pada 16 April 2025, tiga hari sebelum rudal Israel menerjang pertahanan udara Iran, kantor berita Iran IRNA mengutip Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang mengatakan bahwa sebanyak 60% pasokan minyak di negaranya melalui Selat Hormuz.
EIA juga mengungkapkan AS mengimpor sekitar 700.000 barel minyak mentah dan kondensat dari selat per harikira-kira 11% dari keseluruhan impor minyak dan 3% dari konsumsi bensin.
Sementara itu, minyak yang diangkut ke Eropa melalui Selat Hormuz mencapai kurang dari 1 juta barel per hari.
Mengacu pada kondisi tersebut, negara-negara Arab dan Asia sepertinya akan mengalami kerugian cukup besar ketimbang AS dan Eropa apabila Selat Hormuz ditutup.
Terlebih lagi, AS dan Eropa secara politik sejalan dengan Israel dalam konflik baru-baru ini. Sedangkan, sejumlah negara Asia masih menjaga hubungan baik dengan Iran.
Pengaruh China
China merupakan konsumen terbesar minyak yang melintasi Selat Hormuz. Sebagian besar minyak ini dijual Iran dengan harga di bawah harga pasar global.
Cara ini merupakan jaring pengaman ekonomi yang membantu Teheran bertahan dari rentetan sanksi AS.
Sebagai pembeli utama minyak milik Iran, Beijing tidak menyambut baik kenaikan harga minyak atau gangguan dalam rute pengiriman logistiknya.
CFOTO / Future Publishing via Getty ImagesKilang minyak China memproses minyak dalam jumlah besar dari pasokan yang melalui Selat Hormuz.
China diharapkan bisa menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk mencegah penutupan jalur energi yang penting ini.
Anas Alhajji, mitra dari konsultan energi Outlook Advisors, menyampaikan pada CNBC, penutupan Selat Hormuz bisa merugikan sekutu Iran ketimbang musuh-musuhnya.
“Mereka [Iran] tidak mau melakukan sesuatu yang mampu merugikan mereka sendiri,” ujar Alhajji.
Rute alternatif mengatasi blokade?
Ancaman penutupan Selat Hormuz selama bertahun-tahun mendorong negara-negara pengekspor minyak di wilayah Teluk untuk mengembangkan jalur ekspor alternatif.
Berdasarkan laporan EIA, Arab Saudi telah mengaktifkan pipa Timur-Barat, jalur sepanjang 1.200 km yang mampu mengangkut hingga lima juta barel minyak mentah per hari.
Pada 2019, Arab Saudi menggunakan kembali pipa gas alam untuk mengangkut minyak mentah sementara waktu.
Chip Hires via Getty ImagesSekitar seperlima minyak mentah dunia diangkut melalui Selat Hormuz.
Uni Emirat Arab juga telah menyambungkan ladang minyaknya ke Pelabuhan Fujairah di Teluk Oman melalui pipa dengan kapasitas harian 1,5 juta barel.
Pada Juli 2021, Iran meresmikan pipa Goreh-Jask, yang dimaksudkan untuk mengalirkan minyak mentah dari Teluk Oman.
Belakangan ini, pipa-pipa ini bisa membawa 350.000 barel per harimeski dari laporan menunjukkan Iran belum melakukannya.
EIA juga memperkirakan rute-rute alternatif ini secara kolektif dapat menampung 3,5 juta barel minyak mentah per harisekitar 15% dari minyak mentah yang saat ini dikirimkan melalui Selat Hormuz.
Tonton juga “Rudal Iran Hantam Gedung Tingkat Israel, 25 Orang Terluka” di sini:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Perang Rudal Iran vs Israel, Ratusan WNI Ternyata Masih di Teheran, Pemerintah Didesak Mengevakuasi
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Konflik yang semakin memanas antara Iran dengan Israel membuat khawatir banyak pihak.
Hingga kini masih ada 380 Warga Negara Indonesia (WNI) di Iran. Sebagian besar di antara mereka berada di Teheran.
Komisi I DPR mendorong agar pemerintah mempercepat evakuasi ratusan WNI tersebut.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKB Syamsu Rizal menyampaikan hal itu pada Kamis (19/6).
Dia menyatakan bahwa ratusan WNI yang berada di wilayah rawan konflik harus secepatnya dievakuasi ke daerah yang lebih aman. Apalagi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tehran sudah menetapkan status siaga I.
”Kami prihatin dengan meningkatnya eskalasi konflik di kawasan tersebut. Pemerintah melalui KBRI Tehran harus segera mengambil langkah cepat dan terukur. Setiap detik sangat berharga dalam situasi genting seperti ini,” kata Deng Ical, sapaannya, kepada awak media.
Politisi asal Sulawesi Selatan itu menekankan pentingnya koordinasi intensif antara KBRI Tehran, Pemerintah Pusat, dan negara-negara di sekitar Iran. Tujuannya agar proses evakuasi ratusan WNI dari Iran dapat berjalan dengan aman dan lancar. Dia pun mengingatkan bahwa keselamatan para WNI jadi yang utama.
”Keselamatan dan keamanan WNI harus menjadi prioritas utama. Kami berharap evakuasi berjalan lancar dan seluruh WNI dapat kembali dengan selamat,” ujar Syamsul Rizal.
Karena saat ini wilayah udara Iran tidak kondusif, evakuasi paling memungkinkan dilakukan melalui jalur darat. Syamsul Rizal ingin jalur tersebut sudah dipastikan aman untuk dilalui oleh para WNI. Mereka harus dikawal dan disediakan akomodasi serta logistik seperti makanan.