Negara: Irak

  • Sepak Terjang Golani, Bos Pemberontak Suriah Eks Al Qaeda, Lepas Sorban Kini Lebih Moderat – Halaman all

    Sepak Terjang Golani, Bos Pemberontak Suriah Eks Al Qaeda, Lepas Sorban Kini Lebih Moderat – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH – Abu Mohammed al-Golani, pemimpin oposisi bersenjata yang dituduh sebagai pemberontak,  klaim telah merebut sebagian besar wilayah Suriah dalam serangan mendadak sejak 27 November 2024 lalu.

    Abu Mohammed al-Golani dulunya adalah seorang ekstremis eks Al Qaeda yang kini berubah lebih moderat.

    Sebagai pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang berakar pada cabang al-Qaeda di Suriah, Golani mengatakan tujuan serangannya adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

    “Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kami untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan itu,” kata Golani kepada CNN dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Jumat (6/12/2024).

    Golani selama bertahun-tahun beroperasi dari balik bayang-bayang, lari dan bersembunyi. 

    Sekarang, ia menjadi pusat perhatian setelah pemberontakannya di Suriah terbilang sukses.

    Abu Mohammed al-Golani dulu sering memakai sorban. (MEE)

    Kini dia berani tampil di depan publik, memberikan wawancara kepada media internasional dan memperlihatkan dirinya di kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo.

    Selama bertahun-tahun ia berhenti mengenakan sorban yang biasa dikenakan para jihadis, dan lebih memilih seragam militer.

    Pada Rabu lalu, ia mengenakan kemeja khaki dan celana panjang untuk mengunjungi benteng Aleppo.

    Golani berdiri di pintu kendaraan putih yang dinaikininya  sambil melambaikan tangan dan berjalan di antara kerumunan.

    Sejak memutuskan hubungan dengan al-Qaeda pada tahun 2016, Golani berusaha menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang lebih moderat.

    Abu Mohammed al-Golani dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN baru-baru ini. 

    Namun ia belum dapat meredakan kecurigaan di kalangan analis dan pemerintah Barat yang masih menggolongkan HTS sebagai organisasi teroris.

    “Dia seorang radikal pragmatis,” kata Thomas Pierret, seorang spesialis Islam politik, kepada AFP.

    “Pada tahun 2014, ia berada di puncak radikalismenya,” kata Pierret, merujuk pada periode perang ketika ia berusaha bersaing dengan kelompok jihadis ISIS.

    “Sejak saat itu, ia telah memoderasi retorikanya.”

    Sepak Terjang Golani

    Lahir pada tahun 1982, Golani dibesarkan di Mazzeh, distrik kelas atas di Damaskus.

    Ia berasal dari keluarga kaya dan merupakan seorang terpelajar.

    Selama serangan yang dilancarkannya pada tanggal 27 November, ia mulai menandatangani pernyataannya dengan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa.

    Pada tahun 2021, ia mengatakan kepada lembaga penyiaran AS PBS bahwa nama samaran yang dipakainya merujuk pada akar keluarganya di Dataran Tinggi Golan.

    Dia mengatakan kakeknya terpaksa melarikan diri setelah Israel mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari.

    Menurut situs berita Middle East Eye, setelah serangan 11 September 2001, Golani pertama kali tertarik pada pemikiran jihad.

    “Akibat kekagumannya terhadap para penyerang 9/11, tanda-tanda pertama jihadisme mulai muncul dalam kehidupan Golani, saat ia mulai menghadiri ceramah-ceramah rahasia dan diskusi panel di daerah pinggiran kota Damaskus,” kata situs web tersebut.

    Setelah invasi pimpinan AS ke Irak, ia meninggalkan Suriah untuk ikut serta dalam pertempuran.

    Ia bergabung dengan al-Qaeda di Irak, yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi.

    Kemudian ditahan selama lima tahun, sehingga ia tidak dapat naik pangkat dalam organisasi jihad tersebut.

    Pada bulan Maret 2011, ketika pemberontakan terhadap pemerintahan Assad meletus di Suriah.

    Dia kembali ke tanah air dan mendirikan Front Al-Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah.

    Pada tahun 2013, ia menolak untuk bersumpah setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, yang kemudian menjadi emir kelompok ISIS.

    Dia sebaliknya menjanjikan kesetiaannya kepada Ayman al-Zawahiri dari al-Qaeda.

    Seorang realis di mata para pendukungnya, seorang oportunis bagi para musuhnya, Golani mengatakan pada bulan Mei 2015 bahwa dia tidak seperti ISIS,.

    Tidak mempunyai niat untuk melancarkan serangan terhadap Barat.

    Ia juga menyatakan bahwa apabila Assad dikalahkan, tidak akan ada serangan balas dendam terhadap minoritas Alawite yang merupakan asal klan presiden.

    Dia memutuskan hubungan dengan al-Qaeda, dengan alasan ingin menghilangkan alasan Barat untuk menyerang organisasinya.

    Menurut Pierret, sejak itu ia berusaha memetakan jalan untuk menjadi negarawan yang kredibel.

    Pada bulan Januari 2017, Golani memaksakan penggabungan dengan HTS terhadap kelompok-kelompok Islam pesaing di Suriah barat laut, dengan demikian mengklaim kendali atas sebagian besar provinsi Idlib yang telah jatuh dari tangan pemerintah.

    Di wilayah kekuasaannya, HTS mengembangkan pemerintahan sipil dan mendirikan negara di provinsi Idlib, sambil menghancurkan para pemberontak yang menjadi pesaingnya.

    Selama proses ini, HTS menghadapi tuduhan dari penduduk dan kelompok hak asasi manusia atas pelanggaran brutal terhadap mereka yang berani menentang, yang oleh PBB digolongkan sebagai kejahatan perang.

    Mungkin menyadari ketakutan dan kebencian yang ditimbulkan kelompoknya, Golani telah berbicara kepada penduduk Aleppo, rumah bagi minoritas Kristen yang cukup besar, dalam upaya untuk meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan menghadapi bahaya apa pun di bawah rezim barunya.

    Ia juga meminta para pejuangnya untuk menjaga keamanan di wilayah yang telah mereka “bebaskan” dari kekuasaan Assad.

    “Saya pikir yang terutama adalah politik yang baik,” kata Aron Lund, seorang peneliti di lembaga pemikir Century International.

    “Semakin sedikit kepanikan lokal dan internasional yang Anda rasakan dan semakin Golani tampak seperti aktor yang bertanggung jawab alih-alih ekstremis jihad yang beracun, semakin mudah pekerjaannya. Apakah itu benar-benar tulus? Tentu saja tidak,” katanya.

    “Tetapi itu adalah hal yang cerdas untuk dikatakan dan dilakukan saat ini.”

    Sumber: CNN/Times of Israel

     

     

  • Suriah Geger Serangan Pemberontak: AS, Yordania, Irak Desak Warga Angkat Kaki Tinggalkan Damaskus – Halaman all

    Suriah Geger Serangan Pemberontak: AS, Yordania, Irak Desak Warga Angkat Kaki Tinggalkan Damaskus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak warga negaranya untuk segera meninggalkan ibu kota Suriah, Damaskus di tengah meningkatnya pertempuran antara pemberontak dan pasukan rezim.

    Desakan itu disampaikan Kedubes AS di Damaskus, Suriah, Sabtu (7/12/2024).

    Dalam keterangan resmi yang dikutip dari Anadolu, Kedubes AS menghimbau warga negaranya untuk segera meninggalkan Suriah karena situasi keamanan di wilayah itu terus bergejolak buntut pertempuran antar kelompok bersenjata.

    Terlebih saat ini Kedubes AS di Damaskus telah menghentikan operasinya sejak 2012.

    Oleh karena itu pemerintah AS tidak dapat memberikan layanan konsuler bagi warga AS apabila tidak segera mengevakuasi dirinya dari Suriah

    “Departemen Luar Negeri mendesak warga AS untuk meninggalkan Suriah sekarang sementara opsi komersial masih tersedia di Damaskus,” kata Kedubes AS.

    Tak hanya AS, Yordania turut mengeluarkan peringatan keamanan dan meminta warganya untuk segera meninggalkan Suriah sesegera mungkin.

    “Kami mendesak warganya untuk evakuasi secepatnya karena adanya perang saudara di Suriah. Untuk mempercepat evakuasi pemerintah telah membentuk tim krisis yang bertugas membawa warga negara Yordania kembali dengan selamat,” tegas Kementerian Luar Negeri Yordania

    Langkah serupa juga diikuti  Kedutaan Irak di Damaskus, yang mendesak warganya agar menghubungi fasilitas diplomatik untuk membantu mereka kembali ke Irak.

    Menyusul yang lainnya, Rusia melalui kedutaannya juga mengimbau warganya “untuk meninggalkan Suriah menggunakan pesawat komersial dari bandara yang masih beroperasi,”

    Geger Serangan Pemberontak di Suriah

    Ketegangan di Suriah mulai memanas setelah Kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra) dan sejumlah kelompok bersenjata lainnya melancarkan operasi besar-besaran terhadap pemerintah Suriah.

    Mereka perlahan bergerak maju dari arah utara di wilayah Idlib, di sebelah barat laut Suriah, menuju Kota Aleppo dan Hama.

    Hingga akhirnya Aleppo kota terbesar kedua di Suriah, berhasil direbut yang adalah kelompok-kelompok militan itu.

    Terbaru, para pasukan pemberontak dikabarkan mulai memasuki ibu kota Suriah, Damaskus pada Minggu (8/7/2024).

    Pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Jolani,mengungkap ada 2 tujuan utama mengapa para pemberontak menggulingkan pemerintahan Bashar Al Assad.

    Pertama untuk menciptakan pemerintahan yang didasarkan pada lembaga dan dewan yang “dipilih oleh rakyat.”

    Kedua, menerapkan praktik Islam yang tidak brutal. Ini lantaran beberapa praktik Islam ekstrem yang diterapkan presiden Bashar Al Assad telah menciptakan “perpecahan” antara HTS dan kelompok jihad.

    Presiden Suriah Kabur

    Pasca pasukan pemberontak memasuki kota Damaskus, Presiden Suriah Bashar Al Assad melarikan diri.

    Pemerintah Suriah belum mengonfirmasi kepergian Assad, tetapi menurut badan pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights ia terbang ke luar negeri.

    Hal serupa juga dikonfirmasi dua perwira senior militer, mereka mengatakan kepada Reuters, bahwa Assad telah kabur namun belum diketahui kepergiannya.

    Namun, setelah pesawat tersebut pergi meninggalkan Suriah, jurnalis Mesir Khaled Mahmoued mengatakan pesawat itu menunjukkan pergerakan yang tidak biasa dan dilaporkan mengalami penurunan ketinggian dengan cepat.

    Tak lama kemudian, pesawat tersebut dikabarkan hilang dari radar setelah mengalami kecelakaan di dekat Al-Suwayri dan jatuh di suatu tempat di luar kota Homs, mengutip dari Next.

    “Pesawat yang dilaporkan membawa Assad telah menghilang dari radar dan tiba-tiba jatuh dari ketinggian lebih dari 3.650 meter ke 1.070 meter dalam beberapa menit,” ungkap Khaled Mahmoued di X, mengutip dari Newsx.

    Meski demikian laporan media setempat belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai munculkan isu ini

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • Tentara Suriah Kabur ke Irak usai Rezim Assad Tumbang oleh Pemberontak

    Tentara Suriah Kabur ke Irak usai Rezim Assad Tumbang oleh Pemberontak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Tentara dari angkatan bersenjata Suriah yang loyal terhadap Presiden Bashar Al Assad dilaporkan mulai melarikan diri ke Irak menyusul kejatuhan rezim oleh pemberontak yang mulai menduduki ibu kota Damaskus, Minggu (8/12).

    Menurut sejumlah rekaman video yang tersebar di media sosial, Al Jazeera melaporkan sejumlah besar tentara Suriah terus melarikan diri ke Irak melalui pos perbatasan al-Qaim.

    Sebuah video yang diposting oleh Anbar Media Centre menunjukkan para tentara yang berada di atas tank dan kendaraan militer di jalan-jalan Al Qaim.

    Media tersebut menyebutkan bahwa “ribuan” pasukan telah memasuki Irak setelah “melarikan diri dari pertempuran yang sedang berlangsung di negara mereka”.

    Video lain yang diverifikasi oleh Al Jazeera menunjukkan warga Irak membagikan makanan kepada para tentara yang “kelelahan”.

    Pada Sabtu (7/12) atau sehari sebelum pemberontak merangsek Damaskus, Wali Kota  A Qaim mengatakan bahwa sekitar 2.000 tentara Suriah telah menyeberang ke Irak untuk mencari perlindungan.

    Militer Suriah sebelumnya juga telah memberitahukan para perwira bahwa pemerintahan Presiden Bashar Al Assad telah berakhir setelah serangan kilat pemberontak berhasil menduduki sejumlah besar wilayah, termasuk ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12).

    [Gambas:Twitter]

    Dikutip Reuters, seorang personel militer Suriah mengatakan pengumuman itu diutarakan oleh komandan militernya.

    Laporan ini muncul tak lama setelah pemberontak Suriah mendeklarasikan bahwa rezim Assad telah berakhir.

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Al Jazeera.

    Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.

    “Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.

    Sementara itu, keberadaan Assad belum diketahui. Namun, sejumlah laporan menyebutkan Assad telah kabur keluar Suriah menggunakan pesawat dari bandara Damaskus.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pemberontak Suriah Sukses Rebut Homs, Bersiap Serang Damaskus

    Pemberontak Suriah Sukses Rebut Homs, Bersiap Serang Damaskus

    GELORA.CO -Hanya dalam 24 jam, kelompok pemberontak Suriah yang dipimpin oleh Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menguasai wilayah baru yakni Homs pada Minggu pagi, 8 Desember 2024.

    Kesuksesan pemberontak merebut lebih dari empat kota besar dalam sepekan merupakan tamparan keras bagi pasukan Suriah di bawah kepemimpinan Presiden Bashar Al Assad.

    Komandan pemberontak HTS, Abu Mohammed al-Golani menyebut penguasaan Homs sebagai momen bersejarah dan mendesak para pejuang untuk tidak melukai tentara yang sudah menyerah.

    Golani juga mengungkap rencana mereka selanjutnya untuk menyerang Damaskus dan menggulingkan Assad.

    “Operasi sedang berlangsung untuk membebaskan sepenuhnya pedesaan di sekitar Damaskus dan pasukan pemberontak sedang mengincar ibu kota,” tegasnya, seperti dimuat Reuters.

    Di satu daerah pinggiran kota, patung ayah Assad, mendiang Presiden Hafez al-Assad, dirobohkan dan dirobek.

    Penguasaan Homs merupakan simbol kuat dari kebangkitan dramatis gerakan pemberontak dalam konflik yang telah berlangsung selama 13 tahun.

    Selain itu, Homs akan memberi pemberontak kendali atas jantung strategis Suriah dan persimpangan jalan raya utama.

    Kondisi ini membuat Ibu Kota Damaskus, tempat rezim Assad berada menjadi terpisah dari wilayah pesisir yang merupakan benteng sekte Alawite Assad dan tempat sekutu Rusia-nya memiliki pangkalan angkatan laut dan pangkalan udara.

    Tentara Suriah mengatakan mereka memperkuat pasukan di sekitar Damaskus, dan televisi pemerintah melaporkan pada Sabtu, 7 Desember 2024, bahwa Assad masih berada di kota itu.

    Jatuhnya Homs dan ancaman terhadap ibu kota menimbulkan bahaya eksistensial langsung terhadap pemerintahan dinasti Assad.

     

    Pejabat asing mengatakan pemerintah mungkin berada di ambang kehancuran. Seorang pejabat AS memperkirakan jangka waktu lima hingga 10 hari, sementara yang lain mengatakan Assad dapat digulingkan dalam minggu mendatang.

    Laju kejadian telah mengejutkan ibu kota Arab dan menimbulkan kekhawatiran akan gelombang baru ketidakstabilan regional.

    Qatar, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Irak, Iran, Turki, dan Rusia mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa krisis tersebut merupakan perkembangan yang berbahaya dan menyerukan solusi politik.

    Namun, tidak ada indikasi bahwa mereka menyetujui langkah konkret apapun, karena situasi di dalam Suriah berubah setiap jam.

  • Pemberontak Mendekat ke Damaskus, Yordania dan Irak Minta Warganya Keluar dari Suriah

    Pemberontak Mendekat ke Damaskus, Yordania dan Irak Minta Warganya Keluar dari Suriah

    JAKARTA – Pemerintah Yordania dan Irak mengimbau warga mereka untuk meninggalkan Suriah di tengah perkembangan eskalasi militer.

    Kementerian Luar Negeri Yordania mendesak warganya untuk evakuasi secepatnya karena adanya perang saudara di Suriah.

    Dilansir ANTARA dari Anadolu, Sabtu, 7 Desember, Kemlu Yordania membentuk tim krisis yang bertugas mengevakuasi warga negara Yordania dan memastikan mereka kembali dengan selamat ke negara kerajaan itu.

    Sementara itu, Kedutaan Irak di Damaskus, mendesak warganya yang ingin meninggalkan Suriah untuk menghubungi fasilitas diplomatik untuk membantu mereka kembali ke Irak.

    Dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita negara Irak (INA), kedutaan besar meminta warga Irak di Suriah yang ingin pergi untuk mendaftar guna memfasilitasi perjalanan, bersama dengan istri warga Suriah mereka, atau anak-anak perempuan Irak yang memiliki suami warga Suriah.

    Selain Yordania dan Irak, Rusia melalui kedutaannya pada Jumat juga mengimbau warganya “untuk meninggalkan Suriah menggunakan pesawat komersial dari bandara yang masih beroperasi,” karena memburuknya situasi militer dan politik di negara itu.

    Terbaru, pemberontak Suriah mengklaim menguasai kota Daraa di selatan pada Sabtu. Daraa menjadi tempat lahirnya pemberontakan tahun 2011 melawan Presiden Bashar al-Assad.

    Sumber-sumber di pemberontak mengatakan militer Suriah setuju menarik diri dari Daraa berdasarkan kesepakatan yang memberikan jalan aman bagi para pejabat militer ke ibu kota Damaskus, sekitar 100 km (60 mil) utara.

    Dilansir Reuters, Sabtu, 7 Desember, video di media sosial menunjukkan pemberontak yang mengendarai sepeda motor dan lainnya berbaur dengan warga di jalanan. Orang-orang melepaskan tembakan ke udara di alun-alun utama kota untuk merayakannya, menurut video tersebut.

    Belum ada komentar langsung dari militer atau pemerintah Assad. Reuters tidak dapat memverifikasi klaim pemberontak secara independen.

    Dengan jatuhnya Daraa, pasukan Assad telah menyerahkan empat pusat penting kepada pemberontak dalam sepakan.

    Daraa, yang berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa sebelum perang saudara dimulai 13 tahun lalu, memiliki kepentingan simbolis sebagai tempat lahirnya pemberontakan.

    Ini adalah ibu kota provinsi berpenduduk sekitar 1 juta orang, berbatasan dengan Yordania.

  • Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat, Pengepungan Damaskus Dimulai – Halaman all

    Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat, Pengepungan Damaskus Dimulai – Halaman all

    Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat, Pengepungan Damaskus Dimulai

    TRIBUNNEWS.COM – Faksi oposisi bersenjata Suriah pada Sabtu (7/12/2024), mengumumkan bahwa mereka telah memulai fase pengepungan ibu kota Suriah, Damaskus, Khaberni melaporkan.

    Komandan operasi militer koalisi faksi oposisi, Ahmed Al-Sharaa, julukan dari Panglima Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani  Al-Julani, memberikan instruksi bagi para petempur anti-rezim pemerintah Suriah untuk berfokus pada ibu kota, Damaskus.

    “Serahkan kota-kota yang telah dibebaskan kepada polisi, Damaskus sedang menunggu Anda,” kata Al-Julani, Sabtu.

    Adapun kementerian Pertahanan Suriah membantah penarikan pasukan militer dari daerah sekitar ibu kota.

    Di sisi lain, dalam sebuah postingan di Telegram, Hassan Abdel Ghani, seorang pemimpin faksi oposisi bersenjata, mengatakan, “Pasukan kami telah mulai menerapkan tahap akhir untuk mengepung ibu kota, Damaskus.”

    Kementerian Pertahanan Suriah menegaskan, “tidak ada kebenaran atas berita apa pun yang diterima mengenai penarikan unit angkatan bersenjata kami yang ada di seluruh wilayah Damaskus.”

    tentara suriah ()

    Rezim Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat

    Dalam perkembangan terbaru, Pasukan rezim Suriah, di bawah Presiden Bashar al-Assad, dilaporkan menarik diri dari daerah-daerah utama di Suriah timur laut, termasuk pusat provinsi al-Hasakah dan distrik Qamishli.

    Kekosongan dari pasukan rezim Suriah ini membuat wilayah-wilayah itu kini di bawah kendali kelompok Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang jadi satu di antara bagian koalisi faksi oposisi anti-rezim Suriah.

    SDF diketahui memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
     
    SDF diketahui didominasi oleh YPG, yang merupakan cabang dari PKK. SDF merupakan persekutuan militer multi etnis yang bertempur dalam perang sipil Suriah. SDF bermitra dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.  

    Pasukan Demokratik Suriah (SDF) (Rudaw)

     Adapun YPG adalah sayap bersenjata dari PKK yang didominasi oleh suku Kurdi.

    YPG didirikan sebagai respons terhadap kerusuhan di kota Qamishli, Suriah pada tahun 2004. YPG memperoleh pengakuan internasional setelah memerangi ISIS selama perang saudara Suriah.  
     
    SDF memiliki hubungan dengan PKK yang diragukan karena Uni Eropa menggolongkan PKK sebagai organisasi teroris.

    Selain itu, Turki juga bermusuhan dengan pemerintahan suku Kurdi. Turki telah melakukan operasi militer untuk mengamankan perbatasannya dari YPG sejak tahun 2015.  

    “Pasukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menarik diri dari pusat provinsi al-Hasakah dan distrik Qamishli di timur laut negara itu, timur Sungai Efrat, meninggalkan mereka di bawah pendudukan kelompok PKK/YPG,” tulis laporan Anews mengutip sumber-sumber lokal, Sabtu.

    Tentara rezim Suriah pada Jumat juga telah menarik beberapa pasukannya yang ditempatkan di provinsi Deir ez-Zor di timur negara itu yang berbatasan dengan Irak dan menyerahkan pusat provinsi kepada PKK/YPG.

    Langkah ini mengikuti lebih dari seminggu perkembangan dramatis di negara itu, dengan pasukan yang menentang Assad membuat keuntungan dengan mengorbankan pasukan rezim.

    Di tengah kemunduran bagi rezim Assad, kelompok PKK/YPG berusaha mengeksploitasi situasi keamanan yang tidak jelas.

    Hingga saat ini, situasi di lapangan masih dalam perkembangan.

     

     

  • 10 Fakta Kemunduran Rezim Assad Saat Pasukan Oposisi Suriah Berbaris ke Damaskus: Kota Daraa Jatuh – Halaman all

    10 Fakta Kemunduran Rezim Assad Saat Pasukan Oposisi Suriah Berbaris ke Damaskus: Kota Daraa Jatuh – Halaman all

    10 Poin Utama Kemunduran Rezim Bashar al-Assad Saat Faksi Oposisi Berbaris ke Damaskus: Kota Daraa Jatuh

     

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam potret kemunduran lain terhadap kekuasaan Presiden Bashar al-Assad, pasukan pemerintah Suriah telah kehilangan kendali atas kota Daraa.

    Jatuhnya Daraa menandai yang terbaru dalam serangkaian kekalahan medan perang yang menakjubkan bagi rezim Assad ketika pasukan pemberontak menekan kemajuan mereka, merebut kota-kota besar dan petak-petak luas wilayah, NDTV melaporkan Sabtu (7/12/2024).

    Adapun Kota Daraa secara luas dianggap sebagai tempat kelahiran pemberontakan sipil Suriah 2011.

    Berikut adalah 10 poin dari cerita besar kemunduran kekuasaan rezim Assad ini:

    1. Pada tahun 2011, kota Daraa, yang terletak sekitar 100 km dari ibukota Damaskus, menjadi pusat protes nasional setelah pemerintah Assad menahan dan diduga menyiksa sekelompok anak laki-laki karena menuliskan grafiti anti-rezim. 

    Apa yang dimulai sebagai demonstrasi damai segera berubah menjadi konflik kekerasan yang sejak itu membuat lebih dari 500.000 orang tewas dan jutaan orang mengungsi.

    2. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, pasukan oposisi sekarang menguasai 90 persen provinsi Daraa, dengan pasukan rezim mundur dalam gelombang berturut-turut.

    Pejuang oposisi Suriah berdiri di depan Universitas Aleppo, setelah pemberontak yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan mereka telah mencapai jantung Aleppo, Suriah, 30 November 2024. (Tehran Times)

    3. Kejatuhan Daraa mengikuti hilangnya Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dan Hama di wilayah tengah negara itu. 

    Kemenangan besar ini telah mendorong pemberontak untuk maju ke selatan menuju Homs, kota terbesar ketiga Suriah, dan bahkan lebih dekat ke Damaskus, kursi kekuasaan Assad.

    4. Koalisi pemberontak yang mempelopori serangan ini dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok dengan asal-usul di Al-Qaeda.

    Meskipun ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Barat, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa tujuan utama kelompok itu tetap menggulingkan Assad.

    Pejuang antipemerintah berkumpul di Aleppo tengah pada tanggal 30 November 2024. – Para jihadis dan sekutu mereka yang didukung Turki menerobos kota kedua Suriah, Aleppo, pada tanggal 29 November, saat mereka melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah yang didukung Iran dan Rusia. (Photo by Aaref WATAD / AFP) (AFP/AAREF WATAD)

    5. Di timur negara itu, pasukan pemerintah mengosongkan Deir Ezzor, menyerahkan wilayah kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat.

    Penarikan itu muncul tiba-tiba, dengan pasukan dilaporkan berkumpul kembali di Palmyra, persimpangan utama di jalan menuju Homs.

    6. Serangan udara oleh pesawat Suriah dan Rusia telah berusaha untuk memperlambat kemajuan pemberontak, tetapi pengamat mencatat bahwa upaya ini relatif terbatas, kemungkinan mencerminkan komitmen militer Rusia yang membentang di tempat lain, terutama di Ukraina.

    7. Yordania telah menutup penyeberangan perbatasannya dengan Suriah, sementara Lebanon telah memberlakukan pembatasan penyeberangan darat. Israel, yang menempati Dataran Tinggi Golan, mengumumkan bala bantuan untuk pasukan udara dan daratnya.

     Turki, yang telah mendukung unsur-unsur oposisi Suriah, menyatakan campuran persetujuan dan kehati-hatian atas kemajuan pemberontak.

    8. Negara-negara di dunia telah mengeluarkan imbauan bagi warga negaranya untuk ke luar dari Suriah dan untuk sepenuhnya “menghindari semua perjalanan ke Suriah sampai pemberitahuan lebih lanjut”.

    Negara-negara juga meminta warga negaranya yang saat ini berada di Suriah untuk “tetap berhubungan dengan Kedutaan Besar di Damaskus”.

    Seorang pejuang antipemerintah melepaskan tembakan ke udara sementara yang lain menyaksikannya, di kota Aleppo di wilayah utara Suriah pada tanggal 30 November 2024. Para jihadis dan sekutu mereka yang didukung Turki menerobos kota kedua Suriah, Aleppo, pada tanggal 29 November, saat mereka melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah yang didukung Iran dan Rusia. (Photo by Omar HAJ KADOUR / AFP) (AFP/OMAR HAJ KADOUR)

    9. Menurut New York Times, Iran mengevakuasi personel militer dan pejabat militernya dari Suriah ke Irak dan Lebanon.

    Warga sipil Iran di Suriah juga dilaporkan mengevakuasi berkat meningkatnya permusuhan terhadap rezim Iran atas dukungannya yang berkelanjutan terhadap al-Assad.

    10. Lebih dari 280.000 orang telah mengungsi sejak serangan dimulai, menurut perkiraan PBB.

    Di Homs, yang telah mengalami beberapa kekerasan paling mematikan dalam konflik, puluhan ribu penduduk, terutama dari minoritas Alawit Assad, melarikan diri untuk mengantisipasi kedatangan para pemberontak.

     

    (oln/ndtv/*)

     
     
     

  • Angkatan Udara Israel Cegat Rudal yang Diluncurkan dari Yaman, Tak Ada Sirene Berbunyi – Halaman all

    Angkatan Udara Israel Cegat Rudal yang Diluncurkan dari Yaman, Tak Ada Sirene Berbunyi – Halaman all

    Angkatan Udara Israel Cegat Rudal yang Diluncurkan dari Yaman, Tak Ada Sirene Berbunyi

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel pada Sabtu (7/12/2024) mengklaim kalau angkatan udaranya telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman sebelum memasuki wilayah udara Israel.

    Mengunggah pemberiahuan di platform X, juru bicara militer Israel mengkonfirmasi bahwa rudal itu dicegat oleh angkatan udara sebelum melanggar wilayah udara Israel.

    “Tidak ada sirene yang dipicu (pencegatan rudal),” tambahnya dalam laporan yang dilansir Anews, Sabtu.

    Sejak November 2023, Houthi Yaman telah menargetkan kapal kargo yang terkait dengan Israel atau Israel di Laut Merah dengan rudal dan drone, serta meluncurkan serangan di wilayah Israel.

    Pemimpin kelompok Ansar Allah, Abdul Malik Al-Houthi, mengumumkan Kamis lalu kalau tingkat kejahatan Israel selama 14 bulan telah mencapai titik di mana beberapa orang Israel sendiri mengakui bahwa itu adalah kejahatan genosida dan pembersihan etnis.

    Al-Houthi menekankan bahwa Kejahatan Israel terus berlanjut di Tepi Barat terhadap rakyat Palestina, selain menargetkan tempat-tempat suci Islam

    Houthi mengatakan tindakan ini dalam solidaritas dengan Gaza di tengah perang genosida Israel yang dimulai pada Oktober 2023 dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 44.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

    Bulan lalu Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena perangnya di Gaza.

    Dalam foto selebaran yang disediakan oleh pusat media Houthi, para petempur Houthi berpartisipasi dalam latihan militer pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (HandOut/Houthi via Getty Images)

    Operasi Gabungan dengan Irak

    Angkatan Bersenjata Yaman di pemerintah Sanaa mengumumkan pada tanggal 3 Desember bahwa mereka telah melaksanakan beberapa operasi gabungan dengan Perlawanan Islam di Irak (IRI) sebagai kelanjutan dari kampanye mereka dalam mendukung Gaza dan Palestina.

    Tentara Yaman dan faksi perlawanan Irak menyerang beberapa target di utara dan selatan Israel.

    “Angkatan Bersenjata Yaman, bekerja sama dengan Perlawanan Islam di Irak, melancarkan tiga operasi militer terhadap musuh Israel selama 48 jam terakhir,” kata Yahya Saree, juru bicara tentara pemerintah Sanaa, yang bergabung dengan gerakan perlawanan Ansarallah Yaman. 

    Operasi gabungan tersebut adalah sebagai berikut: “Dua operasi menargetkan dua target Israel di wilayah Palestina utara yang diduduki dengan sejumlah pesawat tanpa awak, dan operasi ketiga menargetkan target vital di wilayah Umm al-Rashrash (Eilat) dengan sejumlah pesawat tanpa awak.” 

    “Kami akan terus bersama para pejuang perlawanan Irak untuk menanggapi kejahatan musuh Israel terhadap saudara-saudara kami di Jalur Gaza,” lanjut pernyataan Yaman, seraya menambahkan bahwa operasi ini tidak akan berhenti sampai agresi berhenti dan pengepungan di Jalur Gaza dicabut.

    Sejak gencatan senjata antara Israel dan Lebanon diumumkan akhir bulan lalu, tentara Yaman terus melakukan operasi angkatan laut serta serangan yang menargetkan wilayah Israel. 

    Tentara Israel mengumumkan pencegatan rudal balistik Yaman di luar wilayah udara Israel pada hari Minggu. 

    Hari itu, tentara Yaman menyatakan mereka menargetkan kapal perusak AS dan tiga kapal pasokan dengan rudal dan drone. 

    Sumber-sumber dalam perlawanan Irak mengonfirmasi minggu lalu bahwa mereka akan melanjutkan operasi untuk mempertahankan Gaza. 

    “Para pemimpin Komite Koordinasi Perlawanan Irak mengadakan pertemuan penting dan sepakat selama pertemuan tersebut untuk melanjutkan serangan melalui pesawat tanpa awak dan rudal canggih terhadap Israel pada tahap berikutnya, bahkan setelah gencatan senjata di Lebanon,” Kantor Berita Shafaq melaporkan pada tanggal 27 November, mengutip sumber dalam IRI. 

    Operasi Yaman-Irak bertepatan dengan serangan besar-besaran yang didukung Turki yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok ekstremis terhadap Tentara Arab Suriah (SAA) di Suriah utara. 

    Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memimpin serangan terhadap Suriah, diketahui memiliki hubungan yang erat dengan Israel. 

    “Upaya entitas Zionis untuk membuka front sekunder melalui agen-agennya di Suriah, yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian dan membubarkan Nexus Perlawanan, tidak akan melemahkan tekad kami,” kata Akram al-Kaabi, sekretaris jenderal Gerakan Al-Nujaba Irak, pada tanggal 3 Desember. 

    “Fokus kami akan tetap teguh pada Al-Aqsa, dan kami tidak akan goyah dalam mendukung Gaza atau menyimpang dari tujuan utama kami: Pembebasan Palestina yang diduduki,” tambahnya. 

     

    (oln/mba/Anws/TC/*)

     

  • Oposisi Anti-Rezim Assad Merangsek ke Damaskus, Negara-Negara Minta Warganya Tinggalkan Suriah – Halaman all

    Oposisi Anti-Rezim Assad Merangsek ke Damaskus, Negara-Negara Minta Warganya Tinggalkan Suriah – Halaman all

    Oposisi Anti-Rezim Assad Merangsek ke Damaskus, Negara-Negara Minta Warga Negara Tinggalkan Suriah

    TRIBUNNEWS.COM – Perkembangan situasi lapangan di Suriah dilaporkan terus meningkat.

    Hal itu seiring pengumuman faksi-faksi oposisi bersenjata Suriah yang menyatakan kemajuannya menuju kota Homs dan kendalinya atas desa terakhir di pinggiran kota strategis terakhir tersebut.

    Pihak oposisi bersenjata menyatakan, ‘para pejuangnya dalam perjalanan menuju ibu kota, Damaskus’.

    Sementara oposisi melaju, Kementerian Pertahanan Suriah membantah penarikan pasukannya dari Kota Homs.

    Mereka menyatakan, kalau pasukan pemerintah Suriah, bersama dengan pesawat Rusia, menargetkan lokasi pertemuan faksi oposisi, yang mereka gambarkan sebagai kelompok teroris.

    Adapun pihak oposisi bersenjata menegaskan kendali pasukannya atas seluruh kota Daraa di selatan, faksi lokal di Suwayda.

    Oposisi mengatakan kalau mereka pada gilirannya telah mengambil kendali markas keamanan dan militer Suriah.

    Faksi oposisi dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) bahakan mengumumkan penempatan kekuatan mereka di Deir ez-Zor di bagian timur Suriah.

    Pertempuran Sengit di Homs

    Dalam perjalanan menuju Homs, faksi oposisi yang menamai serangan mereka dengan operasi “Pencegahan Agresi” mengeluarkan seruan, yang menurut mereka merupakan seruan terakhir, kepada pasukan rezim di kota Homs untuk membelot dari rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

    “Mereka juga menyiarkan gambar saat pasukan mereka memasuki kota Rastan dan Talbiseh, yang dianggap sebagai gerbang utara Homs dan 12 kilometer dari pusat kota Homs,” tulis laporan Khaberni, Sabtu (7/12/2024).

    Departemen Operasi Militer – yang memimpin operasi Pencegahan Agresi – menegaskan kendalinya atas desa terakhir di pinggiran kota Homs.

    Mereka juga mengindikasikan kalau faksi Oposisi di Rastan mengantisipasi kedatangan faksi lain oposisi di sana, dengan menyerang posisi tentara Suriah dalam persiapan untuk masuknya mereka ke wilayah tersebut.

    Di pihak berlawanan, media resmi pemerintah mengatakan kalau tentara Suriah mengebom rumah sakit lapangan dan kelompok bersenjata di kota Talbiseh di pedesaan Homs dengan peluru artileri. 

    Kantor berita resmi Suriah (SANA) juga mengutip sumber militer yang mengatakan kalau tidak ada kebenaran atas laporan tentang penarikan tentara Suriah dari Kota Homs.

    Laporan itu menambahkan kalau tentara Suriah tetap ada di Homs dan pedesaannya, serta dikerahkan di “garis pertahanan yang tetap dan kokoh,”.

    Laporan SANA menambahkan kalau tentara Suriah telah diperkuat dengan kekuatan tambahan yang besar yang dilengkapi dengan berbagai jenis peralatan dan senjata.

    SANA mengatakan bahwa tentara Suriah menargetkan, dengan artileri, rudal, dan pesawat tempur gabungan Suriah-Rusia, kendaraan yang mereka gambarkan sebagai teroris dan pertemuan mereka di pedesaan utara dan selatan Hama.

    Serangan tentara Suriah ini diklaim menyebabkan puluhan kematian dan cedera di antara barisan faksi oposisi.

    “Pesawat-pesawat tempur Suriah dan Rusia mencoba memperlambat kemajuan pasukan oposisi, membom Jembatan Rastan di pedesaan utara Homs, dan melancarkan sejumlah serangan di kota tersebut, dan sekitarnya menjadi sasaran pemboman artileri setelah oposisi bersenjata mengumumkan kendali atasnya,” tulis laporan itu dilansir Khaberni.

    Operasi di Selatan Suriah

    Di bagian selatan negara itu, “Ruang Operasi Selatan”, yang didirikan di provinsi Daraa, Quneitra, dan Suwayda, mengumumkan kendalinya atas seluruh kota Daraa di barat daya, setelah konfrontasi dengan pasukan rezim dan kelompok militer yang didukung oleh Iran.

    Departemen Operasi Militer mengatakan, mereka telah menguasai jalan raya internasional Amman-Damaskus, kota Izraa, salah satu kota terbesar di wilayah tersebut, dan sekitar 50 desa dan kota kecil pasukan rezim di kota tersebut.

    Mereka menyatakan kalau para pejuangnya telah memasuki perbatasan Nassib dengan Yordania.

    Pihak oposisi juga mengumumkan penyitaan kendaraan militer dan amunisi, dan menegaskan bahwa mereka telah menguasai Brigade ke-52 di pedesaan timur Daraa.

    Pihak oposisi menyiarkan gambar orang-orang yang merobohkan patung mendiang Presiden Suriah Hafez al-Assad, yang dibangun kembali pada tahun 2018.

    Di kota As-Suwayda, faksi-faksi lokal mengatakan dalam sebuah pernyataan pagi ini bahwa mereka mengambil kendali Departemen Intelijen Angkatan Udara rezim Assad di kota tersebut, serta Cabang Keamanan Kriminal dan Resimen Pasukan Khusus ke-405 setelah peristiwa pembelotan anggota rezim.

    Faksi lokal di Suwayda mengatakan sebelumnya kalau mereka telah mengambil alih markas polisi di kota dan penjara pusat.

    Faksi-faksi lokal tersebut menjelaskan bahwa mereka menyerang pasukan rezim Assad di pos pemeriksaan Shahba, di utara kota Suwayda.

    Situs-situs media melaporkan pernyataan yang dikeluarkan oleh “Ruang Operasi Resolusi Pertempuran,” yang mengumumkan pembentukan faksi militer di Suwayda, memberikan waktu kepada pasukan rezim dan cabang keamanan untuk mengevakuasi posisi mereka tanpa perlawanan.

    Di Deir ez-Zor, bagian timur negara itu, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mengatakan bahwa anggota Dewan Militer Deir ez-Zor telah dikerahkan di kota Deir ez-Zor dan wilayah barat Sungai Eufrat.

    Organisasi tersebut menambahkan dalam pernyataannya bahwa gerakan-gerakan ini dilakukan untuk melindungi masyarakat, mengingat perkembangan yang terjadi di Suriah merupakan ancaman terhadap keamanan masyarakat dan kawasan.

    Reuters mengutip sumber-sumber militer Suriah yang mengatakan bahwa pasukan SDF, yang merupakan tulang punggung Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, mengambil alih perbatasan Albukamal dengan Irak.

    Seorang prajurit Tentara Nasional Suriah (SNA) berpose dengan bendera di pesawat setelah menguasai Bandara Militer Kuwairis, sebelah timur Aleppo, saat Operasi Dawn of Freedom, yang diluncurkan untuk mencegah koridor teror PKK/YPG (PKK yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan UE serta YPG yang dianggap Turki sebagai perpanjangan PKK di Suriah) antara Tel Rifat dan Manbij berlanjut, di Aleppo, Suriah pada 01 Desember 2024. Sebagai bagian dari operasi tersebut, SNA telah merebut desa-desa milik Tel Rifat, yaitu Shagoreet, Tebnah, Al-Malikiyah, Kafr Kalbin, Kafr Naya, Miskan, Al-Ghuz, Tatmuras, Tal Anab, Mazraat Hamad, Zouyan, Maaranaz, dan Bukit Zouyan. Mustafa Bathis / Anadolu (Mustafa Bathis / ANADOLU / Anadolu via AFP)

       

    Negara-Negara Minta Warganya Tinggalkan Suriah

    Sejumlah negara meminta warganya untuk meninggalkan Suriah mengingat kekuatan oposisi semakin maju dan menguasai lebih banyak kota di negara tersebut.

    Departemen Luar Negeri AS meminta warga AS yang berada di wilayah Suriah untuk segera meninggalkan negaranya “selagi opsi perjalanan komersial masih tersedia.”

    Kementerian tersebut menyampaikan peringatan keamanan dalam unggahan yang diposting di media sosial.

    “Situasi keamanan di Suriah masih bergejolak dan tidak dapat diprediksi, dengan bentrokan aktif antara faksi-faksi bersenjata di seluruh negeri.”

    Hal serupa juga disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Kanada kepada warganya untuk segera meninggalkan Suriah.

    Yordania juga meminta warganya yang tinggal dan berada di Suriah untuk segera meninggalkan negaranya, dengan alasan kekhawatiran keamanan akibat “perkembangan” di negara tetangga tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan bahwa sebuah kelompok krisis telah dibentuk yang mencakup berbagai lembaga negara di Kerajaan untuk berupaya mengevakuasi warga Yordania dari Suriah dan memastikan mereka kembali dengan selamat ke tanah air mereka “secepat mungkin.”

    Pada saat yang sama, Kedutaan Besar Irak di Damaskus meminta warga negaranya yang ingin meninggalkan Suriah untuk mengunjungi kedutaan mereka negara tersebut guna mendaftarkan nama mereka guna memfasilitasi prosedur kepulangan mereka ke negara tersebut.

    Sebelumnya, Kedutaan Besar Rusia di Damaskus telah mendesak warganya di Suriah untuk meninggalkan negara tersebut “karena situasi politik dan militer yang memburuk.”

    Pada tanggal 27 November, faksi oposisi bersenjata Suriah mulai menyerang pasukan pemerintah dari Kegubernuran Idlib di barat laut negara itu, dan mampu menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut. 

     

    (oln/anadolu/khbrn/*)
     

  • Komandan FSA Jamin Hubungan Damai dengan Israel Jika Presiden Suriah Digulingkan – Halaman all

    Komandan FSA Jamin Hubungan Damai dengan Israel Jika Presiden Suriah Digulingkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang komandan militer dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menyatakan bahwa kelompoknya akan menormalisasi hubungan Suriah dengan Israel jika mereka berhasil mengkudeta Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

    Pernyataan ini mencuat di tengah konflik berkepanjangan di Suriah yang telah berlangsung sejak 2011.

    Pernyataan Komandan FSA

    Dalam wawancara dengan surat kabar The Times of Israel, komandan yang identitasnya dirahasiakan itu mengungkapkan harapannya untuk masa depan Suriah.

    Ia menegaskan bahwa FSA dan Israel memiliki musuh yang sama, yaitu rezim Assad dan milisi Iran.

    “Kami akan menempuh perdamaian penuh dengan Israel. Kami akan hidup berdampingan sebagai tetangga,” ujarnya pada Jumat, 6 Desember 2024.

    Komandan tersebut juga mengapresiasi serangan Israel terhadap fasilitas Hizbullah dan infrastruktur Iran di Suriah, yang dianggapnya sebagai dukungan terhadap perjuangan FSA.

    “Satu-satunya fokus kami adalah menyingkirkan Assad dan milisi Iran,” tambahnya.

    FSA Butuh Dukungan Politik dari Israel

    Meski memiliki pandangan positif terhadap Israel, komandan FSA mengakui bahwa saat ini mereka tidak memiliki hubungan resmi dengan pejabat Israel.

    Ia menekankan pentingnya dukungan politik dari Israel untuk membangun kepercayaan di antara rakyat Suriah.

    “Kami membutuhkan sikap politik yang jelas dari Israel terhadap rezim Assad,” jelasnya.

    Komandan itu juga berharap Israel dapat membantu FSA dalam menargetkan pasukan yang didukung Iran melalui serangan udara.

    Ia memperingatkan bahwa militan Irak yang didukung Iran telah dikirim ke Suriah untuk mendukung rezim Assad, yang memerlukan tindakan segera dari Israel.

    Sejarah Perang Saudara Suriah

    Perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika rakyat Suriah melakukan demonstrasi menuntut pengunduran diri Bashar Al-Assad, yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade.

    Kekerasan meningkat ketika pasukan keamanan menembaki para demonstran, yang mengakibatkan banyak korban jiwa.

    Sejak saat itu, berbagai kelompok pemberontak, termasuk FSA, muncul untuk melawan rezim Assad.

    Intervensi militer Iran dan Rusia pada tahun-tahun berikutnya semakin memperumit situasi, dengan Rusia membantu Assad merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang.

    Meskipun beberapa perjanjian gencatan senjata telah dicapai, pertempuran antara militer Suriah dan kelompok pemberontak terus berlanjut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).