Negara: Irak

  • Gembong IDF Pergi ke Negeri Jiran, Israel Takut Yordania Jadi Perpanjangan Tangan Iran – Halaman all

    Gembong IDF Pergi ke Negeri Jiran, Israel Takut Yordania Jadi Perpanjangan Tangan Iran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah rezim Bashar al-Assad di Suriah tumbang, Israel dikabarkan khawatir bahwa Yordania akan menjadi perpanjangan tangan Iran.

    Para pejabat Israel dan Yordania dilaporkan bertemu hari Jumat, (20/12/2024), guna menggelar pembicaraan rahasia untuk membahas pengaruh Iran.

    Dari pihak Israel ada Direktur Shin Beth Israel Ronen Bar, Kepala Cabang Intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayjen Shlomi Binder, dan para perwira senior.

    Mereka bertemu dengan Direktur Dinas Intelijen Umum Yordania Ahmad Husni dan para panglima militer senior Yordania.

    Salah satu topik yang dibahas kedua belah pihak ialah situasi di Suriah. Selain itu, mereka juga mendiskusikan kontak Yordania dan Israel dengan rezim yang kini berkuasa di Suriah.

    Dalam pembicaraan itu mereka menyebut upaya Iran untuk menyelundupkan senjata melalui Yordania makin kuat.

    Perbatasan Yordania-Israel. (RNTV)

    Media All Israel News menyebutkan para pemimpin di Timur Tengah kini khawatir bahwa revolusi di Suriah baru-baru ini bisa memicu revolusi lainnya di kawasan itu, mirip dengan fenomena Musim Semi Arab atau Arab Spring tahun 2011 silam.

    Eyal Pinko, mantan panglima Angkatan Laut Israel, mengklaim Iran ingin mengganti kerugiannya di Suriah.

    Iran juga disebut ingin memasang milisi proksi yang nantinya bisa mengambil alih pemerintahan Yordania.

    “Iran kehilangan banyak cengkeramannya di Suriah dan Lebanon,” ujar Pinko.

    “Sejak tahun 1979 Iran punya ambisi strategis untuk menjadi penguasa Timur Tengah. Mereka harus membangktkan kekuatan melalui proksi.”

    Menurut dia, Iran kini mengintai dua negara yang sedang goyah, yakni Irak dan Yordania. Iran mendukung 134 milisi berbeda di Irak, sedangkan Yordania dianggap menjadi jalan untuk mengepung Israel.

    “Campur tangan Iran dan inspirasi dari Suriah bisa membuat warga Palestina bangkit melawan para penguasa di Yordania,” katanya.

    Dia mengatakan Iran sudah membuktikan bisa bekerja sama dengan kelompok Israel Sunni. Dalam beberapa bulan belakangan muncul tanda-tanda bahwa Iran berhasil memperbaiki citranya di Yordania.

    Sementara itu, Ahmad Sharawi, analis di Yayasan Kebebasan Demokrasi (FDD) menyebut sentimen negatif terhadap Iran mulai berubah.

    “Dengan menggambarkan tindakan militer mereka sebagai bagian dari aksi lebih besar untuk melawan Israel dan membebaskan rakyat Palestina, Iran dan proksi-proksinya telah membantu membalikkan sentimen negatif, yang dominan, terhadap Teheran dan rekan-rekannya yang kurang dari sedasawarsa lalu,” kata Sharawi.

    Salah satu proksi Iran sekaligus anggota Poros Perlawanan, yakni kelompok Hizbullah di Lebanon, juga bertambah baik citranya di Yordania.

    “Ketika Hizbullah pada tanggal 8 Oktober terjun ke dalam konflik itu demi solidaritas dengan Hamas, popularitasnya di Yordania mulai meningkat, terutama di antara para keturunan Palestina,” ujar Sharawi.

    Dia mengklaim kematian Hassan Nasrallah (pemimpin Hizbullah) juga memicu pertambahan dukungan.

    Kepercayaan proksi-proksi Iran perihal Yordania juga bertambah. Hal itu ditunjukkan oleh Kataib Hizbullah yang pada bulan April lalu mengaku bisa mempersenjatai 12.000 pejuang Yordania untuk melawan Israel demi membela rakyat Palestina.

    Penyelidikan yang dilakukan oleh Israel dan Yordania beberapa beberapa bulan terakhir mengungkap banyaknya jaringan penyeludupan oleh Iran. Negara Syiah itu menggunakan Yordania sebagai koridor untuk mengirimkan senjata dari Suriah  dan Irak ke tanah Palestina.

    Adapun tentara Israel tahun lalu sudah mengumumkan akan menguatkan perbatasan Israel-Yordania. Bahkan, Israel dilaporkan membuat brigade baru untuk mengamankan perbatasan.

    (Tribunnews/Febri)

  • Ambisi Netanyahu Terwujud: Hamas, Hizbullah, dan Suriah Takluk, Tahun Depan Giliran Iran – Halaman all

    Ambisi Netanyahu Terwujud: Hamas, Hizbullah, dan Suriah Takluk, Tahun Depan Giliran Iran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Tahun 2025 akan menjadi tahun perhitungan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan musuh bebuyutan negaranya, Iran.

    Pemimpin veteran Israel itu siap memperkuat tujuan strategis selanjutnya.

    Yakni memperketat kontrol militernya atas Gaza, menggagalkan ambisi nuklir Iran, dan memanfaatkan pembubaran sekutu Teheran-Hamas Palestina, Hizbullah Lebanon, dan penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

    Runtuhnya Assad, tersingkirnya para pemimpin tinggi Hamas dan Hizbullah, serta hancurnya struktur militer mereka menandai serangkaian kemenangan monumental bagi Netanyahu.

    Tanpa Suriah, aliansi yang telah dibina Teheran selama beberapa dekade telah hancur.

    Dikutip dari Reuters, Sabtu (21/12/2024), seiring melemahnya pengaruh Iran, Israel muncul sebagai kekuatan dominan di kawasan tersebut.

    Netanyahu siap memusatkan perhatian pada ambisi nuklir dan program rudal Iran serta menerapkan fokus yang kuat untuk membongkar dan menetralisir ancaman strategis ini terhadap Israel.

    Iran, kata pengamat Timur Tengah, menghadapi pilihan yang sulit yakni  melanjutkan program pengayaan nuklirnya atau mengurangi aktivitas atomnya dan menyetujui perundingan.

    “Iran sangat rentan terhadap serangan Israel, khususnya terhadap program nuklirnya,” kata Joost R. Hiltermann, Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara dari International Crisis Group.

    “Saya tidak akan terkejut jika Israel melakukannya, tetapi itu tidak akan menyingkirkan Iran.”

    “Jika mereka (Iran) tidak mundur, Trump dan Netanyahu mungkin akan menyerang, karena sekarang tidak ada yang bisa menghalangi mereka,” kata analis Palestina Ghassan al-Khatib, merujuk pada Presiden terpilih Donald Trump .

    Khatib berpendapat bahwa kepemimpinan Iran, yang telah menunjukkan pragmatisme di masa lalu, mungkin bersedia berkompromi untuk menghindari konfrontasi militer.

    Trump, yang menarik diri dari perjanjian tahun 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia yang bertujuan untuk mengekang tujuan nuklir Teheran, kemungkinan akan meningkatkan sanksi terhadap industri minyak Iran.

    Meskipun ada seruan untuk kembali ke negosiasi dari para kritikus yang melihat diplomasi sebagai kebijakan jangka panjang yang lebih efektif.

    Korupsi Netanyahu

    Di tengah kekacauan di Iran dan Gaza, persidangan korupsi Netanyahu yang telah berlangsung lama, yang dilanjutkan pada bulan Desember, juga akan memainkan peran penting dalam membentuk warisannya.

    Untuk pertama kalinya sejak pecahnya perang Gaza pada tahun 2023, Netanyahu mengambil sikap dalam persidangan yang telah memecah belah warga Israel.

    Dengan berakhirnya tahun 2024, Perdana Menteri Israel kemungkinan akan setuju untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Hamas untuk menghentikan perang Gaza yang telah berlangsung selama 14 bulan dan membebaskan sandera Israel yang ditawan di daerah kantong tersebut, menurut sumber yang dekat dengan negosiasi tersebut.

    Namun Gaza akan tetap berada di bawah kendali militer Israel jika tidak ada rencana AS pascaperang agar Israel menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina (PA), yang ditolak Netanyahu.

    Negara-negara Arab tidak menunjukkan keinginan untuk menekan Israel agar berkompromi atau mendorong PA yang sedang membusuk untuk merombak kepemimpinannya guna mengambil alih.

    “Israel akan tetap berada di Gaza secara militer di masa mendatang karena penarikan pasukan akan membawa risiko Hamas melakukan reorganisasi. Israel percaya bahwa satu-satunya cara untuk mempertahankan perolehan militer adalah dengan tetap berada di Gaza,” kata Khatib kepada Reuters.

    Bagi Netanyahu, hasil seperti itu akan menandai kemenangan strategis, yang mengonsolidasikan status quo yang sejalan dengan visinya:

    Mencegah berdirinya negara Palestina sambil memastikan kontrol jangka panjang Israel atas Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur — wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian integral negara Palestina di masa depan.

    Perang Gaza meletus ketika militan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapi dengan serangan udara dan darat yang telah menewaskan 45.000 orang, kata otoritas kesehatan di sana, menyebabkan 1,2 juta orang mengungsi dan membuat sebagian besar wilayah kantong itu hancur.

    Meskipun pakta gencatan senjata akan segera mengakhiri permusuhan di Gaza, namun hal itu tidak akan menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang lebih dalam dan telah berlangsung puluhan tahun, kata pejabat Arab dan Barat.

    Di lapangan, prospek berdirinya negara Palestina, sebuah opsi yang berulang kali dikesampingkan oleh pemerintahan Netanyahu, menjadi semakin tidak mungkin tercapai, dengan para pemimpin pemukim Israel optimis bahwa Trump akan selaras dengan pandangan mereka.

    Meningkatnya kekerasan pemukim dan meningkatnya kepercayaan diri gerakan pemukim – papan iklan jalan raya di beberapa wilayah Tepi Barat bertuliskan pesan dalam bahasa Arab “Tidak Ada Masa Depan di Palestina” – mencerminkan tekanan yang semakin besar terhadap warga Palestina.

    Bahkan jika pemerintahan Trump berupaya keras untuk mengakhiri konflik tersebut, “resolusi apa pun akan mengikuti ketentuan Israel,” kata Hiltermann dari Crisis Group.

    “Semuanya sudah berakhir jika menyangkut negara Palestina, tetapi orang-orang Palestina masih ada di sana,” katanya.
    Pada masa jabatan Trump sebelumnya, Netanyahu memperoleh beberapa kemenangan diplomatik, termasuk

    Kesepakatan Abad Ini,” rencana perdamaian yang didukung AS yang diluncurkan Trump pada tahun 2020 untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

    Rencana tersebut, jika dilaksanakan, menandai perubahan dramatis dalam kebijakan AS dan perjanjian internasional dengan secara terang-terangan berpihak pada Israel dan menyimpang tajam dari kerangka kerja tanah untuk perdamaian yang telah lama ada, yang secara historis telah memandu negosiasi.

    Kesepakatan ini akan memungkinkan Israel untuk mencaplok wilayah yang luas di Tepi Barat yang diduduki, termasuk permukiman Israel dan Lembah Yordan. Kesepakatan ini juga akan mengakui Yerusalem sebagai “ibu kota Israel yang tidak terbagi” – yang secara efektif menolak klaim Palestina atas Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka, aspirasi utama dalam tujuan kenegaraan mereka dan sesuai dengan resolusi PBB.

    Suriah di Tengah Krisis

    Di seberang perbatasan Israel, Suriah berada pada titik kritis menyusul penggulingan Assad oleh pasukan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani.

    Golani kini menghadapi tugas berat untuk mengonsolidasikan kendali atas Suriah yang terpecah-pecah, di mana militer dan kepolisian telah runtuh.

    HTS harus membangun kembali dari awal, mengamankan perbatasan dan menjaga stabilitas internal terhadap ancaman dari para jihadis, sisa-sisa rezim Assad, dan musuh lainnya.

    Ketakutan terbesar di kalangan warga Suriah dan pengamat adalah apakah HTS, yang pernah terkait dengan al-Qaeda tetapi sekarang menampilkan dirinya sebagai kekuatan nasionalis Suriah untuk mendapatkan legitimasi, akan kembali ke ideologi Islam yang kaku.

    Kemampuan kelompok tersebut – atau kegagalannya – untuk menavigasi keseimbangan ini akan membentuk masa depan Suriah, rumah bagi berbagai komunitas Sunni, Syiah, Alawi, Kurdi, Druze, dan Kristen.

    “Jika mereka berhasil dalam hal itu (nasionalisme Suriah), ada harapan bagi Suriah, tetapi jika mereka kembali ke zona nyaman Islamisme yang sangat ternoda ideologis, maka itu akan memecah belah Suriah,” kata Hiltermann.

    “Anda bisa mengalami kekacauan dan kelemahan Suriah dalam jangka waktu lama, seperti yang kita lihat di Libya dan Irak.”

     

     

     

  • Houthi dan Perlawanan Islam Irak Gelar Operasi Bersama Melawan Israel – Halaman all

    Houthi dan Perlawanan Islam Irak Gelar Operasi Bersama Melawan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Houthi Yaman telah meluncurkan dua operasi gabungan yang ditujukan untuk menyerang militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki.

    Salah satu operasi tersebut dilakukan bersama dengan Perlawanan Islam Irak, dengan sasaran penting di selatan wilayah Palestina.

    Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengungkapkan bahwa operasi tersebut melibatkan penggunaan drone yang berhasil mencapai targetnya.

    “Kami tidak akan ragu untuk menargetkan instalasi vital musuh Israel dan gerakan militer musuh Amerika yang menargetkan Yaman,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan di hadapan ribuan pendukung di Yaman.

    Saree menegaskan bahwa operasi ini merupakan respons terhadap eskalasi agresi Israel dan Amerika Serikat terhadap Yaman.

    Dukungan untuk Gaza

    Ribuan rakyat Yaman juga melanjutkan unjuk rasa mingguan mereka untuk mendukung Gaza, berkumpul di Sanaa pada Jumat lalu.

    Mereka menekankan komitmen untuk terus mendukung rakyat Palestina.

    “Dengan Gaza ada jihad mobilisasi kami siap untuk mencegah segala agresi,” kata mereka, seperti dilansir Al Mayadeen.

    Sejak 19 November 2023, Houthi telah menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah sebagai upaya untuk menekan Israel agar menghentikan agresi di Jalur Gaza.

    Houthi menyatakan bahwa serangan akan terus berlanjut sampai agresi Israel di Gaza dihentikan dan pengepungan dicabut.

    Sebagai respons terhadap serangan Houthi, sekutu Israel, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah membentuk koalisi di Laut Merah untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman.

    Koalisi ini bertujuan untuk menekan Houthi agar menghentikan serangan terhadap kapal-kapal terkait Israel.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah kematian warga Palestina telah meningkat menjadi lebih dari 45.206 jiwa, dengan lebih dari 107.512 lainnya terluka sejak awal serangan Israel pada 7 Oktober 2023.

    Di sisi lain, Israel melaporkan 1.147 kematian di wilayahnya akibat serangan yang dilancarkan oleh Hamas.

    Israel mengeklaim terdapat 101 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza setelah pertukaran sandera yang terjadi pada akhir November 2023.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Diplomat AS Sambangi Penguasa Baru Suriah

    Diplomat AS Sambangi Penguasa Baru Suriah

    Damaskus

    Kaburnya Bashar Assad dari Damaskus menandakan berakhirnya separuh abad kekuasaan totaliter dan berakhirnya perang saudara di Suriah.

    Kemenangan Hay’at Tahrir al-Sham dan kelompok oposisi bersenjata lain mengejutkan Barat, yang kini berusaha mempengaruhi pembentukan pemerintahan baru di Damaskus agar lebih moderat dan inklusif. Karena meski telah telah meninggalkan terorisme, HTS betapapun juga tetap diisi oleh banyak mantan jihadis jebolan al-Qaeda dan Islamic State.

    Sebab itu, Amerika Serikat mengirimkan misi diplomatik pertama ke Damaskus sejak berkecamuknya Musim Semi Arab 2011 silam. Para diplomat akan bertemu dengan perwakilan HTS, yang hingga kini masih dikategorikan sebagai kelompok teroris, serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat prodemokrasi.

    Delegasi AS mencakup Barbara Leaf, pejabat tinggi Kemenlu AS untuk Timur Tengah, dan Daniel Rubinstein, diplomat veteran yang berpengalaman di dunia Arab, kata seorang jurubicara Kemenlu.

    Hadir pula Roger Carstens, negosiator AS, yang ditugaskan mencari petunjuk tentang warga Amerika yang hilang, termasuk Austin Tice, seorang jurnalis yang diculik pada bulan Agustus 2012.

    Demi Suriah yang inklusif

    Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambangi satu per satu negara jiran Suriah. Dalam sebuah pertemuan pada hari Sabtu (14/12) di resor Aqaba, Yordania, negara-negara Barat dan Arab serta Turki bersama-sama menyerukan untuk sebuah “pemerintahan yang inklusif, non-sektarian, dan representatif” yang menghormati hak-hak semua komunitas Suriah yang beragam.

    Seruan itu ikut digaungkan Iran, yang sebelumnya mendukung rejim Assad di Damaskus. Presiden Masoud Pezeskhian mengimbau “partisipasi semua kelompok Suriah pada pemerintahan baru, serta rasa hormat kepada keyakinan dan agama yang berbeda-beda.”

    Protes juga digalang ribuan warga Kurdi di Qamshli, di timur laut, karena mengkhawatirkan pengaruh Turki, yang kini giat menyerang dari seberang perbatasan. Mereka meneriakkan yel-yel “bangsa Suriah adalah satu,” atau “katakan tidak kepada perang, tolak intervensi militer Turki.”

    Turki gencarkan operasi militer

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan rekonsiliasi dan pemulihan “integritas dan persatuan teritorial” Suriah. Dia juga mendesak “pembentukan Suriah yang bebas dari terorisme.”

    Turki belakangan menggencarkan serangan terhadap gerilyawan Kurdi di Suriah, dan mengatakan pada hari Kamis bahwa operasi akan terus dilanjutkan demi “melucuti senjata.”

    Wilayah timur laut Suriah yang semiotonom dilindungi oleh Pasukan Demokratik Suriah, sebuah kelompok yang dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat, YPG.

    Turki menuduh YPG sebagai cabang dari Partai Buruh Kurdistan, PKK, yang oleh Washington dan Ankara dianggap sebagai kelompok teroris.

    AS gandakan pasukan di Suriah

    Sementara itu, Amerika Serikat dilaporkan telah menggandakan jumlah pasukannya di Suriah. Demikian diungkapkan Pentagon pada hari Kamis (19/14), yang mengakui bahwa pasukan tambahan tersebut telah berada di sana selama berbulan-bulan atau bahkan lebih dari setahun.

    AS telah mengatakan selama ini bahwa hanya ada sekitar 900 tentara di Suriah. Menurut Mayjen Pat Ryder, sekretaris pers Kementerian Pertahanan, saat ini ada sekitar 2.000 tentara di sana.

    Washington acap bersitegang dengan Turki dan Irak, soal keberadaan pasukannya di Suriah. Ryder mengatakan bahwa dirinya “tidak mengira” adanya tambahan jumlah pasukan di masa mendatang. Namun, hal itu dapat berubah di masa Presiden terpilih Donald Trump yang mengatakan tidak mendukung pasukan AS untuk terlibat lebih jauh di Suriah.

    Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa peningkatan jumlah pasukan bersifat sementara dan mereka berada di sana untuk menambah operasi AS melawan kelompok ISIS. Pasukan konvensional dan operasi khusus Angkatan Darat AS merupakan bagian terbesar dari pasukan tambahan tersebut.

    rzn/hp (ap,afp)

    (nvc/nvc)

  • Terungkap Fakta AS Gandakan Jumlah Pasukan di Suriah

    Terungkap Fakta AS Gandakan Jumlah Pasukan di Suriah

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) ternyata menggandakan jumlah pasukannya di wilayah Suriah sejak awal 2024. Upaya itu dilakukan sebagai bagian dari operasi AS melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS).

    Dirangkum detikcom, Jumat (20/12/2024), diakui oleh Departemen Pertahanan AS atau Pentagon, saat ini sekitar 2.000 tentara AS ditempatkan di wilayah Suriah.

    Washington selama bertahun-tahun menyatakan pihaknya menempatkan sekitar 900 personel militer di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional memerangi ISIS, yang sempat menguasai wilayah strategis di negara itu dan di negara tetangga, Irak, sebelum dikalahkan oleh pasukan lokal yang didukung AS.

    Dilansir AFP, Juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS Mayor Jenderal Pat Ryder mengungkapkan kepada wartawan bahwa jumlah pasukan AS di Suriah lebih banyak dari yang disebutkan sebelumnya.

    Dia menyebut saat ini terdapat “sekitar 2.000 tentara AS di Suriah” dan pengerahan tersebut setidaknya sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Diakui oleh Ryder bahwa dirinya baru saja menerima jumlah terbaru tersebut.

    “Jumlah tambahan tersebut… dianggap sebagai pasukan sementara yang berada di sana untuk mendukung misi D-ISIS, untuk mendukung pasukan yang dikerahkan di sana dalam jangka panjang,” sebut Ryder merujuk pada misi mengalahkan ISIS, atau misi Defeat-ISIS.

    2 Ribu Tentara AS di Suriah

    Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder. Foto: Getty Images via AFP/DREW ANGERER

    AS yang juga menyatakan memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak, selama bertahun-tahun telah melancarkan serangan dan penyerbuan secara berkala untuk membantu mencegah kebangkitan ISIS di kawasan tersebut.

    Namun Washington semakin meningkatkan serangannya sejak tumbangnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah pada awal bulan ini, setelah pasukan pemberontak menyerbu ibu kota Damaskus dan merebut kendali atas sejumlah kota penting di negara tersebut hanya dalam waktu sepekan.

    Dalam rentetan serangan terbarunya, militer AS menargetkan area-area yang sebelumnya dilindungi oleh sistem pertahanan udara Suriah dan sekutunya, Rusia.

    Salah satu serangan militer Washington dilancarkan pada 8 Desember lalu, hari di mana pasukan pemberontak merebut Damaskus dari rezim Assad.

    Pada saat itu, AS mengumumkan serangan terhadap lebih dari 75 target ISIS, yang menurut Komando Pusat AS (CENTCOM), bertujuan memastikan kelompok radikal itu “tidak berusaha mengambil keuntungan dari situasi terkini untuk berkumpul kembali di Suriah bagian tengah”.

    Pada Senin (16/12) waktu setempat, CENTCOM mengumumkan pasukan militer AS telah menewaskan 12 militan ISIS dalam serangan terhadap “wilayah bekas rezim dan area-area yang sebelumnya dikuasai Rusia”.

    Halaman 2 dari 2

    (taa/fas)

  • Niat Erdogan Habisi ISIL dan Pejuang Kurdi di Suriah, Termasuk Militan yang Dibela AS – Halaman all

    Niat Erdogan Habisi ISIL dan Pejuang Kurdi di Suriah, Termasuk Militan yang Dibela AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Jumat (19/12/2024), sudah waktunya untuk menghancurkan kelompok teroris yang menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan hidup Suriah.

    Kelompok yang dimaksud adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIL) dan pejuang Kurdi, Agence France-Presse melaporkan.

    “Daesh, PKK dan afiliasinya — yang mengancam kelangsungan hidup Suriah — harus diberantas,” katanya kepada wartawan saat kembali dari pertemuan puncak di Kairo, menggunakan akronim bahasa Arab untuk ISIL.

    “Sudah saatnya menetralisir organisasi teroris yang ada di Suriah.”

    Turki memandang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai organisasi teror karena didominasi oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), kelompok Kurdi yang dikatakan terkait dengan militan terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah berperang selama puluhan tahun di tanah Turki.

    Namun pasukan yang didukung AS memimpin pertempuran melawan militan ISIS di Suriah pada tahun 2019, dan SDF dipandang oleh Amerika Serikat sebagai pasukan yang “penting” untuk mencegah kebangkitan ISIS di wilayah tersebut.

    Erdoğan mengatakan pemerintahnya mengambil “tindakan pencegahan” terhadap kelompok-kelompok yang menimbulkan ancaman bagi Turki.

    “Tidak mungkin bagi kami untuk menerima risiko seperti itu,” katanya, sambil berharap para pemimpin baru Suriah tidak akan memilih untuk bekerja sama dengan mereka.

    “Kami tidak yakin ada kekuatan yang akan terus bekerja sama dengan organisasi teroris di masa mendatang,” katanya.

    “Pimpinan organisasi teroris seperti ISIS dan PKK-YPG … akan dihancurkan dalam waktu sesingkat mungkin,” ia memperingatkan.

    Erdoğan juga mengatakan diplomat utamanya Hakan Fidan akan segera mengunjungi Damaskus, mengikuti jejak kepala mata-mata İbrahim Kalın yang pergi ke ibu kota Suriah hanya empat hari setelah jatuhnya Assad dan bertemu dengan pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Eks Orang Nomor 2 Iran

    Mantan Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan masa depan Suriah kini rumit dan tak menentu setelah rezim Bashar al-Assad diambrukkan oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham.

    Eks orang nomor dua di Iran itu mengklaim HTS memiliki kesamaan dengan Al-Qaeda dan Daesh (ISIS), dua kelompok yang secara luas dianggap sebagai teroris.

    Di samping itu, dia berujar “tampilan demokratis” HTS saat ini hanya sementara. Oleh karena itu, dia memprediksi Suriah nantinya akan menghadapi masa-masa sulit.

    Rouhani mengklaim Suriah bisa saja kembali menjadi markas Daesh dan Al-Qaeda. Hal itu juga bisa mengancam Lebanon dan Irak.

    “Apa yang terjadi di Suriah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya dan bukan sekadar hasil dua atau tiga minggu perencanaan,” kata Rouhani saat rapat hari Rabu, (18/12/2024), dikutip dari IRNA.

    “Kenyataannya ialah bahwa perang Suriah melawan Daesh dan teroris lainnya tetap tidak terselesaikan karena kengototan Turki untuk menghentikan operasi di Kota Idlib, tempat para teroris berkumpul.”

    Presiden Hassan Rouhani berbicara kepada media setelah memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di ibukota Teheran. Iran, Jumat (21/02/2020) (AFP)

    Dia mengatakan belakang ini Rusia terpaksa mengabaikan atau meninggalkan Suriah karena memfokuskan perang di Ukraina.

    “Turki, Amerika Serikat, Israel, dan Qatar memanfaatkan situiasi ini dan beberapa negara Arab bergabung dengan mereka, memunculkan situasi baru di Suriah.”

    Selain itu, dia juga memperingatkan ancaman dari musuh besar Iran, yakni Israel.

    Rouhani mengutip penyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebutkan bahwa perimbangan kekuatan di Timur Tengah akan berubah drastis.

    Menurut dia, pernyataan Netanyahu itu menunjukkan bahwa Israel ingin menyeret Iran ke dalam perang, tetapi gagal karena adanya kebijaksanaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatolah Ali Khamenei.

    Dia kemudian menyinggung pentingnya memperbarui strategi-strategi Iran.

    “Strategi yang kuat tidaklah mencukupi, strategi itu harus dikembangkan ketika diperlukan.”

    Hubungan HTS dengan Al-Qaeda

    Dikutip dari BBC, HTS berawal dari organisasi bernama Jabhat al-Nusra yang dibentuk tahun 2011. Kelompok itu terafiliasi langsung dengan Al-Qaeda.

    HTS dianggap sebagai salah satu kelompok oposisi terkuat yang melawan Presiden Bashar al-Assad.

    Kelompok itu dimasukkan dalam daftar kelompok teroris oleh PBB, AS, Turki, dan negara lain.

    Akan tetapi, pemimpin HTS yang dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda.

    Dia membubarkan Jabhat al-Nusra kemudian membentuk organisasi baru bernama Hayat Tahrir al-Sham. Faksi-faksi lain bergabung dengan HTS setahun berselang.

    Pada saat itu mencul keraguan apakah HTS benar-benar sudah terputus dari Al-Qaeda. Akan tetapi, pesan-pesan yang disampaikan HTS menandakan bahwa kelompok itu menolak kekerasan ataupun balas dendam.

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammad al-Jolani (Daily News Egypt)

    Iran: AS dan Israel dalang di balik tumbangnya Assad

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding AS dan Israel berada di balik runtuhnya pemerintahan Assad.

    Dia juga mengklaim intelijen Iran sudah memberi tahun pemerintahan Assad mengenai potensi adanya serangan selama tiga bulan.

    Intel Iran memprediksi para pemuda Suriah pada akhirnya akan merebut Suriah dari tangan Assad.

    “Tak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di Suriah adalah hasil rencana Amerika dan Zionis. Ya, pemerintahan tetangga di Iran jelas berperan dalam hal ini, dan masih berperan, semua melihatnya, tetapi konspirator utama, dalang, dan pusat komando berada di rezim Amerika dan Zionis,” kata Khamenei hari Rabu dikutip dari The Guardian.

    Dia bahkan mengklaim memiliki bukti keterlibatan AS dan Israel.

    The Guardian menyebut “pemerintahan tetangga” yang disebut Khamanei barangkali merujuk kepada Turki. Turki memainkan peran penting dalam mendukung pasukan oposisi di Suriah.

    “Biarkan semua orang tahu bahwa situasi ini tidak akan tetap seperti ini. Kenyataan bahwa beberapa orang di Damaskus merayakannya, menari, dan mengganggu rumah warga lainnya saat rezim Zionis mengebom Suriah, memasuki wilayahnya dengan tank dan artileri, tidak bisa diterima.

    Khamenei mengatakan para pemuda Suriah pasti nantinya bisa mengatasi situasi tersebut.

    (Tribunnews/ Chrysnha, Febri)

  • Terungkap! Momen Terakhir Assad di Suriah Sebelum Tumbang

    Terungkap! Momen Terakhir Assad di Suriah Sebelum Tumbang

    Damaskus

    Presiden Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, sempat bertekad untuk bertahan di Damaskus ketika pasukan pemberontak bergerak mendekati ibu kota pada awal Desember. Namun potensi adanya pertumpahan darah memaksa Assad segera meninggalkan negaranya tersebut dan terbang ke Rusia.

    Momen-momen terakhir Assad di Suriah dilaporkan media Al Majalla, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (20/12/2024), yang menyebut bahwa Assad sedang berada di Moskow pada 27 November, saat pemberontak Suriah melancarkan serangan mendadak.

    Dia berniat menghadiri seremoni pemberian gelar PhD untuk putranya, Hafez, namun akhirnya batal dan memantau situasi Suriah dari kamar hotelnya di Moskow. Ketika pasukan pemberontak berhasil merebut Aleppo pada 29 November, Assad sedang dalam penerbangan ke Suriah.

    Setelah Aleppo jatuh ke tangan pasukan pemberontak, Assad dilaporkan menolak saran dari Rusia, sekutu dekatnya, untuk bersiap mengundurkan diri guna menghindari pertumpahan darah.

    Rencana Assad kabur ke Rusia, menurut laporan Al Majalla, belum dipastikan hingga malam hari pada 7-8 Desember lalu. Dari Damaskus, Assad sempat menghubungi Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed Shia al-Sudani dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayedh.

    Pada saat itu, dia disebut meminta dukungan dari milisi Irak yang didukung Iran dan meminta bantuan keuangan dari UEA.

    Kantor media Assad pada saat itu telah menyiapkan pidato untuk dibaca olehnya di istana kepresidenan. Pada 7 Desember, atau sehari sebelum rezimnya tumbang, Assad masih berupaya meyakinkan jajaran pejabatnya, termasuk diplomat utamanya, bahwa situasi masih terkendali dan bahwa “dukungan Rusia akan diberikan”.

    Lihat Video Trump: Assad Kabur karena Rusia Enggan Melindunginya

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Ternyata, AS Sudah Tambah Pasukan di Suriah Sejak Awal Tahun Ini

    Ternyata, AS Sudah Tambah Pasukan di Suriah Sejak Awal Tahun Ini

    Damaskus

    Amerika Serikat (AS) telah menggandakan jumlah pasukannya di wilayah Suriah sejak awal tahun ini, sebagai bagian dari operasi melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS). Diakui oleh Pentagon (Departemen Pertahanan AS), bahwa saat ini sekitar 2.000 tentara AS ditempatkan di wilayah Suriah.

    Washington selama bertahun-tahun menyatakan pihaknya menempatkan sekitar 900 personel militer di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional memerangi ISIS, yang sempat menguasai wilayah strategis di negara itu dan di negara tetangga, Irak, sebelum dikalahkan oleh pasukan lokal yang didukung AS.

    Juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS Mayor Jenderal Pat Ryder, seperti dilansir AFP, Jumat (20/12/2024), mengungkapkan kepada wartawan bahwa jumlah pasukan AS di Suriah lebih banyak dari yang disebutkan sebelumnya.

    Dia menyebut saat ini terdapat “sekitar 2.000 tentara AS di Suriah” dan pengerahan tersebut setidaknya sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Diakui oleh Ryder bahwa dirinya baru saja menerima jumlah terbaru tersebut.

    “Jumlah tambahan tersebut… dianggap sebagai pasukan sementara yang berada di sana untuk mendukung misi D-ISIS, untuk mendukung pasukan yang dikerahkan di sana dalam jangka panjang,” sebut Ryder merujuk pada misi mengalahkan ISIS, atau misi Defeat-ISIS.

    AS yang juga menyatakan memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak, selama bertahun-tahun telah melancarkan serangan dan penyerbuan secara berkala untuk membantu mencegah kebangkitan ISIS di kawasan tersebut.

    Namun Washington semakin meningkatkan serangannya sejak tumbangnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah pada awal bulan ini, setelah pasukan pemberontak menyerbu ibu kota Damaskus dan merebut kendali atas sejumlah kota penting di negara tersebut hanya dalam waktu sepekan.

    Lihat Video: Iran Bicara Ironi Terorisme Justru Subur saat AS Tiba di Suriah

  • AS Akhirnya Ngaku Pasukannya di Suriah Masih Sangat Banyak, Bukan 900, tapi 2.000 Pasukan – Halaman all

    AS Akhirnya Ngaku Pasukannya di Suriah Masih Sangat Banyak, Bukan 900, tapi 2.000 Pasukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui pasukannya di Suriah masih sangat banyak.

    Sebelumnya, Pentagon menyebut terdapat 900 pasukan AS yang masih berada di Suriah.

    Kini, Pentagon merevisi jumlah tersebut dengan mengungkapkan bahwa jumlah total pasukan AS di Suriah dua kali lebih banyak dari pernyataan sebelumnya.

    Saat ini, pasukan AS di Suriah ada sekitar 2.000 tentara, menurut Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder.

    Ia mengatakan, jumlah pasukan AS di Suriah tersebut mencakup pasukan sementara untuk “persyaratan misi yang berubah-ubah” dan misi Mengalahkan ISIS.

    Penambahan pasukan AS ini terjadi sebelum jatuhnya rezim Assad, kata Ryder, tanpa menyebutkan kapan tepatnya pengerahan tentara dilakukan.

    “Saya mengetahui angkanya hari ini,” kata Ryder, dikutip dari Al Arabiya.

    “Sebagai seseorang yang berdiri di sini dan memberi tahu Anda angka 900 (tentara), saya ingin memberi tahu Anda apa yang kami ketahui tentang itu,” lanjutnya.

    Meskipun kepala Pentagon, Lloyd Austin, mengetahui jumlah sebenarnya, ia tidak meminta siapa pun untuk mencegahnya dipublikasikan.

    Sebaliknya, ia mengaitkan kurangnya transparansi dengan “sensitivitas dari sudut pandang keamanan diplomatik dan operasional”.

    AS memiliki kemitraan dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dianggapnya penting.

    Hal ini ditegaskan ketika Jenderal Erik Kurilla, jenderal tertinggi AS untuk Timur Tengah, mengunjungi beberapa pangkalan di Suriah minggu lalu untuk bertemu dengan pasukan AS dan anggota SDF.

    Ia kemudian melakukan perjalanan ke Irak, menekankan komitmen AS untuk mengalahkan ISIS dan mengamankan mitranya di kawasan tersebut, termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel.

    Namun, serangan Turki terhadap pejuang SDF di Manbij dan Suriah utara telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, khususnya di Pentagon.

    SDF secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper milik Amerika setelah mengira pesawat nirawak itu milik Turki minggu lalu.

    AS dan Turki sebelumnya pernah berselisih mengenai penargetan pejuang SDF.

    Pada Desember 2022, Direktur CIA Bill Burns dilaporkan memperingatkan Turki bahwa serangan udara Ankara di Suriah membahayakan pasukan AS.

    Pada Oktober 2023, sebuah F-16 Amerika menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Turki yang memasuki zona terlarang AS kurang dari setengah kilometer dari pasukan AS.

    AS telah berulang kali memperingatkan Turki tentang risiko menerbangkan pesawat nirawak di dekat personel AS.

    Pasukan Bashar al-Assad Serahkan Senjata ke Pemerintah Baru

    Ilustrasi tentara Suriah (Al Mayadeen/X)

    Mantan pasukan keamanan rezim Bashar al-Assad telah menyerahkan senjata mereka kepada pemerintah transisi.

    Dalam sebuah video yang dirilis AFP menunjukkan barisan pria berpakaian preman tengah menyerahkan senjata api mereka kepada pejabat Kementerian Dalam Negeri pemerintah baru Suriah.

    Para pejabat terlihat mewawancarai para pria itu secara informal dan mengambil foto mereka saat mereka menyerahkan senjata mereka, seperti yang ditunjukkan dalam rekaman AFP.

    Dilansir CNN, ratusan berbagai jenis pistol dan amunisi terlihat menumpuk tinggi di sudut-sudut kantor pemerintah.

    Hal ini terjadi ketika kepemimpinan baru Suriah, yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al Sham (HTS), telah berupaya untuk mentransfer kekuasaan secara damai dan memperoleh legitimasi internasional.

    Seorang pemimpin pemerintah yang terkait dengan pemberontak Suriah, Mohammad Al-Bashir, telah ditunjuk sebagai perdana menteri sementara negara itu untuk tiga bulan ke depan, di mana pemerintahannya akan mengawasi transisi Suriah ke pemerintahan baru.

    Para menterdi dari bekas Pemerintahan Keselamatan yang terkait dengan HTS, serta pegawai negeri sipil era Assad, akan terus menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan sementara hingga 1 Maret 2025, kata Al-Bashir.

    Media pemerintah Suriah telah melaporkan, kota-kota lain di Suriah, seperti Daraa, telah menerapkan skema serupa untuk mengembalikan senjata.

    Setelah menerima senjata api, otoritas baru mengeluarkan kartu sementara kepada pasukan rezim Suriah sebelumnya yang akan memberi mereka kebebasan untuk beraktivitas di wilayah “yang telah dibebaskan” di Suriah.

    Sementara “proses hukum mereka diselesaikan”, menurut pemberitahuan yang dipasang di luar kantor pemerintah.

    Pemberitahuan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang “proses hukum” tersebut.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Apa Itu Sekte Alawi, Disebut Agama Presiden Suriah Bashar Al Assad?

    Apa Itu Sekte Alawi, Disebut Agama Presiden Suriah Bashar Al Assad?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sekte Alawi menjadi sorotan karena diduga menjadi sekte agama yang dianut Presiden Suriah Bashar Al Assad yang baru digulingkan setelah 24 tahun berkuasa.

    Assad mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Hafez Al Assad, yang juga memimpin Suriah sebelum dirinya selama lebih dari dua dekade. Selama dinasti politik keluarga Assad berkuasa, mereka disebut mengembangkan dan menganut sekte Alawi, suatu aliran dalam Islam Syiah.

    Padahal, mayoritas Muslim di Suriah sendiri menganut Islam Sunni.

    Assad juga disebut mempertahankan komunitas Alawi untuk tetap menjadi berpengaruh di Suriah. Lalu, apa sebetulnya yang dimaksud sekte Alawi?

    Dalam bahasa Arab, istilah ʿAlawī secara umum merujuk ke semua kelompok Muslim yang berafiliasi dengan atau merupakan keturunan Ali bin Abi Thalib.

    Sekte alawi di Suriah didirikan oleh Husain bin Hamdan Al Khas pada masa Dinasti Hamdaniyah (905-1004). Dinasti ini juga berawal dari Irak dan tumbuh subur di sana.

    Di Suriah, mereka sempat memiliki pengaruh kuat di kota terbesar negara ini, Aleppo, demikian dikutip Britannica.

    Umat Muslim kadang menyebut kaum Alawi Suriah sebagai Nuṣayriyyah, atau Namīriyyah.

    Alawi kerap dikaitkan dengan Syiah yang berasal dari Irak dan beberapa sumber bahkan menyebut sebagai cabang ajaran itu.

    Namun, pengaruh komunitas ini mulai luntur saat kekuasaan Syiah runtuh. Mereka bahkan menjadi korban penganiayaan. Selama beberapa dekade mereka tak punya kekuatan ekonomi maupun politik.

    Sekte ini kemudian kembali jadi dominan saat Suriah di bawah kekuasaan Hafez Al Assad, ayah Bashar Al Assad, pada 1971. Komunitas tersebut mayoritas berada di Latakia dan menyebar hingga Antakya, Turki.

    Sejak saat itu, pengaruh politik dan ekonomi yang tidak proporsional dari kaum Alawi di Suriah memicu konflik dengan mayoritas Sunni.

    Komunitas ini menjadi kelompok mayoritas kedua di Suriah setelah Sunni.

    Kepercayaan Alawi

    Mereka berpendapat Tuhan memanifestasikan diri dalam berbagai cara melalui menantu Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib.

    Alawi juga mempercayai Rukun Islam yang menjadi pondasi bagi umat Muslim. Beberapa poinnya adalah mengucap dua kalimat syahadat yang berarti bagi kebanyakan umat Muslim meyakini bahwa Tuhan satu dan Nabi Muhammad sebagai utusan Dia.

    Poin yang lain yakni menunaikan haji bagi yang mampu. Namun, komunitas alawi memiliki cara pandang sendiri dalam memaknai konsep tersebut.

    Beberapa di antaranya mereka meyakini tiga serangkai ketuhanan yang mewujud dalam tujuh siklus. Mereka juga menerjemahkan poin rukun Islam soal haji adalah sekadar simbolis dan tak berziarah ke Mekkah, demikian dikutip Oxford University Press.

    Komunitas alawi juga memiliki ritual minum anggur yang dianggap sebagai lambang cahaya ilahi.

    Tak hanya itu, mereka memiliki situs suci di daerah tempat tinggal mereka.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]