Negara: Irak

  • Houthi Klaim Tangkap Agen Mossad dan CIA di Yaman, Mata-mata Israel Incar Abdul-Malik al-Houthi – Halaman all

    Houthi Klaim Tangkap Agen Mossad dan CIA di Yaman, Mata-mata Israel Incar Abdul-Malik al-Houthi – Halaman all

    Houthi Klaim Tangkap Agen Mossad dan CIA di Yaman, Mata-mata Israel Incar Abdul-Malik al-Houthi

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Ansarallah (Houthi) Yaman pekan ini mengumumkan penangkapan sejumlah mata-mata di Yaman yang diduga bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS), CIA.

    “Badan-badan keamanan, dalam beberapa hari terakhir, telah menangkap sejumlah (yang tidak disebutkan jumlahnya) mata-mata yang direkrut oleh (buronan) yang dicari Hamid Hussein Fayed Majali,” saluran TV Al-Masirah yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan, mengutip pernyataan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut, dikutip dari Anews, Senin (30/12/2024).

    Incar Abdul-Malik al-Houthi

    Pernyataan tersebut, yang tidak menyebutkan kewarganegaraan mata-mata yang ditangkap.

    Namun, pernyataan itu menjelaskan kalau Mossad dan CIA telah menugaskan mata-mata ini dalam beberapa tugas.

    “Tugas-tugas itu, termasuk “memantau dan mengumpulkan informasi tentang para ahli, laboratorium, platform peluncuran, sistem rudal, dan pesawat tanpa awak yang menargetkan musuh Zionis (Israel), serta lokasi pasukan angkatan laut, kamp, ​​dan depot senjata,” tambah laporan tersebut

    Selain itu, tugas agen Mossad dan CIA ini termasuk “melacak dan mengumpulkan informasi tentang keberadaan pemimpin mereka Abdul-Malik al-Houthi, bersama dengan para pemimpin politik, militer, dan keamanan lainnya,”

    Dalam beberapa pola dan metode serangan, Israel memang menargetkan kepala organisasi perlawanan seperti yang terjadi pada Hassan Nasrallah, pada Hizbullah Lebanon, dan Ismail Haniyeh pada Hamas.

    Pemimpin gerakan perlawanan Ansarullah Yaman Abdul-Malik al-Houthi menyampaikan pidato yang disiarkan langsung dari ibu kota Yaman, Sana’a, pada 19 Desember 2024. (via PressTV)

    Mata-mata tersebut diduga diperintahkan untuk memberikan koordinat lokasi ini kepada Hamid Majali, yang kemudian akan meneruskannya ke Mossad untuk memfasilitasi penargetan oleh angkatan udara AS, Israel, dan Inggris.

    Mata-mata ini juga bertugas “mencoba menyusup, merekrut, dan menempatkan agen di dalam angkatan bersenjata dan aparat keamanan,” menurut kelompok Yaman tersebut.

    Kelompok Houthi telah menargetkan kapal kargo Israel atau kapal-kapal yang terkait dengan Tel Aviv di Laut Merah dengan rudal dan drone untuk menunjukkan dukungan terhadap kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, tempat lebih dari 45.300 orang tewas dalam perang genosida Israel sejak 7 Oktober 2023.

    Rudal Houthi dipamerkan saat pawai militer di Sanaa, Yaman, 21 September 2022. (Xinhua/Mohammed)

    Teknologi Houthi Underrated

    Terkait eskalasi yang berlangsung, seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

     

    (oln/Anews/*)

  • Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024 – Halaman all

    Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024 – Halaman all

    Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024

    TRIBUNNEWS.COM – Perang atrisi yang dilancarkan Iran dan milisi proksinya dalam kerangka ‘Poros Perlawanan’ mulai berdampak terhadap Israel.

    Dari sisi perekonomian, Kementerian Keuangan Israel memperkirakan anggaran tahun 2024 akan mencatat defisit fiskal sebesar 7,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

    “Defisit ini merupakan peningkatan signifikan dari ekspektasi sebelumnya yang mengindikasikan defisit hanya sebesar 6,6 persen (pada 2024),” kata laporan Khaberni, Minggu (29/12/2024). 

    Laporan itu menyatakan, peningkatan defisit fiskal Israel ini mencerminkan dampak perang yang sedang berlangsung di Gaza dan eskalasi militer di Lebanon, Yaman, Suriah, dan front lain.

    “Munculnya front-front (perang) pertempuran ini mengakibatkan peningkatan belanja militer Israel secara signifikan,” kata laporan itu.

    Israel menuding, Iran berada di belakang para milisi perlawanan di kawasan mulai dari Hizbullah Lebanon hingga Houthi di Yaman yang menjadikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina melawan agresi Israel di Gaza sebagai dalil terus menyerang negara zionis tersebut.

    Di sisi lain, milisi proksi Iran seperti Hizbullah dan Houthi terus menggaungkan strategi perang atrisi terhadap Israel.

    Gerakan Hamas, juga menyatakan menjalankan taktik ini melawan pasukan Israel.

    Sebagai informasi, Perang atrisi adalah strategi militer yang bertujuan melemahkan lawan dengan cara terus-menerus menyerang pasukan dan peralatan mereka hingga mereka kelelahan dan tidak dapat melanjutkan pertempuran.  

    Kementerian Keuangan Israel memperkirakan defisit hanya akan mencapai 4,2 persen pada tahun 2023, namun seiring dengan meningkatnya ketegangan militer dan meluasnya cakupan konflik di kawasan, biaya militer meningkat secara signifikan. 

    Menurut perkiraan, defisit akan mencapai sekitar 35 miliar dolar AS atau sebesar Rp 566,5 Triliun pada akhir tahun ini.

    Angka fantastis ini mencerminkan beban keuangan yang diakibatkan oleh perang.

    Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

    Belanja Militer Bengkak, Bantuan AS Belum Sepenuhnya Terwujud

    Pada tahun 2022, Israel mencapai surplus anggaran sebesar 0,6 persen dari PDB, berkat belanja militer yang stabil, peningkatan investasi asing, dan peningkatan pengumpulan pajak.

    Namun, awal tahun 2024 menunjukkan dampak krisis keuangan yang memporak-porandakan perekonomian Israel akibat eskalasi militer dan belanja pertahanan yang tinggi.

    “Dalam upaya untuk mengatasi defisit ini, Parlemen Israel (Knesset) baru-baru ini setuju untuk memperluas anggaran tahun 2024 untuk menutupi biaya militer, karena total pengeluaran ditetapkan sekitar 760,5 miliar shekel (sekitar 207 miliar dolar), dan termasuk anggaran reguler sebesar 557,5 miliar shekel ( 152 miliar dolar) dan anggaran untuk pengembangan proyek. Neraca modal berjumlah 202,8 miliar shekel ($55,3 miliar),” kata laporan Khaberni.

    Meskipun ada upaya Kementerian Keuangan Israel untuk mengurangi defisit melalui dukungan Amerika Serikat (AS), dukungan militer yang dijanjikan AS belum sepenuhnya terpenuhi, sehingga memperburuk situasi keuangan Israel.

    “Pada saat yang sama, laporan ekonomi menunjukkan bahwa defisit fiskal Israel telah mencapai tingkat rekor, sebagian disebabkan oleh peningkatan belanja militer dan lemahnya pertumbuhan ekonomi, yang memberikan tantangan besar bagi pemerintah di masa depan,” kata laporan Khaberni.

    Sebuah rudal diluncurkan saat berlangsungnya latihan tahunan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) di wilayah pesisir Teluk Oman dan dekat Selat Hormuz, Iran. (tangkap layar The Jerusalem Post/credit photo: Reuters))

    Iran Targetkan Kehancuran Israel Pada 2040

    Israel dan Iran, dua musuh lama di kawasan, telah saling bertukar serangan langsung beberapa kali selama 2024 ini.

    Serangan sekitar 200 rudal hipersonik Iran ke Israel pada Rabu (2/10/2024) silam, digaungkan hanya sebagian kecil dari kekuatan Teheran dalam menghancurkan kekuatan musuh bebuyutannya itu.

    Serangan itu dideklarasikan Iran sebagai pembalasan yang sudah mereka janjikan atas kematian sejumlah tokoh penting mereka, baik tokoh militer dalam negeri maupun pemimpin gerakan proksi di kawasan.

    Pemimpin gerakan proksi yang dimaksud antara lain pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan tentu saja yang terbaru, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian, secara terbuka mengatakan, apa yang menjadi pertunjukan pada Rabu dini kemarin hanya sebagian kecil dari kekuatan rudal Iran.

    Teheran, kata dia, masih menyimpan banyak kekuatan senjata yang bisa dikerahkan untuk menyerang Israel meski mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu baratnya.

    Lalu kenapa Iran tak sekalian meluncurkan semua kekuatan rudal mereka ke Israel?

    Untuk mengetahui jawaban tersebut, Shlomo Ben-Ami, mantan menteri luar negeri Israel, pernah memberikan analisisnya saat Iran memberikan pembalasan ke Israel atas pemboman konsulat mereka di Damaskus, Surah, April silam.

    Sistem pertahanan Israel mencoba mencegat serangan roket balistik Iran yang ditembakkan ke negara Yahudi itu di dekat kota utara Baqa al-Gharbiya pada Selasa malam, 1 Oktober 2024. (AFP)

    Perang Atrisi, Targetkan Kehancuran Israel Pada 2040

    Dimuat di laman situs The Strategist, Ben-Ami secara sederhana mengindikasikan kalau Iran tidak melancarkan pembalasan habis-habisan karena menjalankan strategi perang atrisi jangka panjang terhadap Israel.

    All out menghadapi Israel yang didukung Amerika Serikat dalam tempo singkat, dinilai justru akan menyeret Iran dalam perang dahsyat melibatkan nuklir yang justru menghancurkan diri sendiri. 

    “Iran telah menunjukkan kehati-hatiannya dengan gamblang; bersikap radikal tidak berarti bersikap tidak rasional dan ingin bunuh diri. Alih-alih pertikaian bersejarah, nuklir atau konvensional, Iran tampaknya melancarkan perang atrisi jangka panjang terhadap Israel,” kata ulasan Ben-Ami di laman tersebut, dikutip Selasa (2/10/2024).

    Untuk menjelaskan strategi perang atrisi yang dilancarkan Iran ini, Ben-Ami menarik ke belakang soal motivasi Iran memerangi Israel.

    Menurutnya, seperti halnya Adolf Hitler, Vladimir Putin, dan bahkan Osama bin Laden, niatan Iran memerangi Israel muncul karena nilai-nilai ideologis dan keyakinan.

    “Dorongan untuk melenyapkan Israel berakar pada kepercayaan eskatologis Syiah bahwa Mahdi, Imam Kedua Belas dan mesias Islam, akan muncul kembali di akhir dunia.

    Rezim Iran semakin melihat pemberantasan Israel sebagai langkah yang diperlukan untuk kembalinya Mahdi. 

    Pendiri Republik Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengaitkan kemunduran Islam secara historis dengan konspirasi asing, menuduh kekuatan Barat menggunakan Zionisme untuk menyusup ke Timur Tengah.

     Dari perspektif ini, membebaskan tempat-tempat suci Islam di Yerusalem dari kendali Israel dan menghancurkan rezim Zionis akan menebus dan memperbarui Islam kontemporer.

    Yang mengkhawatirkan, banyak orang di rezim Iran telah mengindikasikan bahwa waktunya tepat untuk mencapai tujuan suci ini,” kata Ben-Ami dalam tulisannya.

    Ben-Ami lalu menjabarkan apa yang dia ketahui terkait hal itu.

    “Pada tahun 2017, Iran meluncurkan jam digital yang menghitung mundur hari-hari hingga kehancuran Israel pada tahun 2040. Pameran yang terletak di Palestine Square, Teheran, mewujudkan komitmen lama Republik Islam untuk memusnahkan negara Yahudi tersebut,” katanya dalam ulasan itu.

    Ben-Ami menilai, sebagian orang memandang janji Iran ini sebagai sekadar ‘latihan retorika’ untuk menggalang dukungan di dalam negeri dan di seluruh dunia Muslim.

    Namun, seiring berlanjutnya perang Gaza dan tampaknya akan meluas, tambah Ben-Ami, banyak orang di Israel, termasuk mantan perdana menteri Ehud Barak, melihat rencana yang dapat ditindaklanjuti yang ingin dilaksanakan Iran, meskipun konsekuensinya tidak dihiraukan.

    Ben-Ami yang juga menjabat sebagai wakil presiden Toledo International Center for Peace tersebut, mencatat kalau pada tahun 2020, Ayatollah Ali Khamenei, penerus Khomeini sebagai pemimpin tertinggi, menyebut rezim Zionis sebagai ‘tumor kanker’ yang ‘tidak diragukan lagi akan dicabut dan dihancurkan.’

    “Akhir tahun lalu, Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Iran, bersumpah untuk menyingkirkan Israel ‘dari muka bumi’ setelah serangan udara Israel di Damaskus menewaskan seorang jenderal tinggi Iran,” kata  penulis buku Prophets Without Honor: The 2000 Camp David Summit and the End of the Two-State Solution (Oxford University Press, 2022) itu.

    Melemahkan Israel, Menghindari Perang Terbuka Secara Langsung 

    Ben-Ami menambahkan, Perang Gaza menggambarkan strategi Iran untuk mengepung Israel dengan jaringan pasukan proksi, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, Jihad Islam di Tepi Barat, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Suriah dan Irak. 

    “Tujuannya adalah untuk melemahkan Israel sambil menghindari konfrontasi langsung,” kata dia.

    Serangan ratusan rudal pada Rabu malam dan serangan pesawat nirawak dan rudal besar-besaran Iran terhadap Israel pada April, kata dia, merupakan pengecualian penting dari strategi Iran tersebut.

    Namun, kata Ben-Ami, serangan pembalasan langsung Iran ke Israel, dua kali hanya dalam waktu sekitar enam bulan, perlu untuk menjaga kredibilitas sebagai pemimpin dari apa yang disebut Poros Perlawanan dan di antara konstituen konservatifnya.

    Keputusan Iran baru-baru ini untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel melalui proksinya dipengaruhi oleh kapasitas Hamas yang mengejutkan untuk mengisolasi negara itu dan mengungkap kelemahannya.

    Secara khusus, Iran tidak dapat mengabaikan fakta bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober telah menggagalkan rencana Arab Saudi untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham dan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. 

    Serangan mematikan dan perang yang terjadi setelahnya telah menggagalkan visi besar Presiden Joe Biden tentang aliansi Arab Sunni-Israel yang didukung AS, yang dipandang Iran sebagai ancaman eksistensial.

    Selain itu, Iran baru-baru ini membuat ‘kemajuan yang mengkhawatirkan dan belum pernah terjadi sebelumnya menuju program nuklir militer,’ menurut Institut Studi Keamanan Nasional Israel.

    Namun, ini tidak berarti bahwa Iran akan meluncurkan bom nuklir pertamanya di Tel Aviv. Sebaliknya, dengan payung nuklir ini, Iran dapat melipatgandakan upayanya untuk melemahkan Israel, menggunakan cara konvensional untuk menghancurkannya. 

    “Mengingat kemampuan serangan balasan Israel yang diantisipasi, Iran memahami bahwa pertikaian nuklir kemungkinan akan mengakibatkan kehancurannya sendiri,” katanya.

    Untuk menjaga kredibilitasnya sebagai pemimpin Poros Perlawanan, Iran pernah memperingatkan, seperti yang dilakukan misinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 28 Juni, tentang ‘perang yang menghancurkan’ jika Israel menyerang Lebanon, Iran ingin menghalangi Israel dan mencegah perang non-nuklir yang dapat menghancurkan ‘aset-aset’ Lebanonnya.

    Serangan langsung ke Israel pada Rabu malam, adalah juga upaya Iran untuk menjaga citra pemimpin Poros Perlawanan di mata para  proksinya.

    “Adapun Hizbullah bergabung dalam perang melawan Israel hanya untuk menyelamatkan muka di hadapan Palestina dan akan senang jika Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata di Gaza yang akan melepaskan milisi Syiah dari konflik tersebut,” kata Ben-Ami.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan menolak proposal gencatan senjata di Gaza yang mengakhiri perang dengan Hamas seperti usulan yang disampaikan Amerika Serikat kepadanya. (Times of Israel/Dudu Bachar)

    Netanyahu Gali Lubang Kubur Sendiri

    Dengan latar belakang ini, kata Ben-Ami, pendorong utama bagi Iran untuk melancarkan perang gesekan (atrisi) sebenarnya adalah pemerintah Israel sendiri. 

    Tujuan Netanyahu yang tidak realistis untuk mencapai ‘kemenangan penuh’ di Gaza justru ‘melayani’ strategi Iran untuk menipu Israel dalam konflik yang tidak meyakinkan sambil mengatur rencana jangka panjang untuk menghancurkan negara Yahudi tersebut, kata dia dalam analisisnya. 

    Dengan memperpanjang perang secara tidak perlu dan menolak menerima peran Otoritas Palestina dalam pemerintahan Gaza, ujar Ben-Ami, pemerintah Netanyahu telah mengisolasi Israel, merenggangkan hubungan dengan para dermawan AS-nya, dan mengikis pencegahan strategisnya sendiri.

    “Ternyata satu-satunya fanatik yang benar-benar tidak rasional dan suka menarik pelatuk dalam persamaan yang mematikan ini adalah Netanyahu dan sekutu teofasisnya, yang bertekad untuk terlibat dalam perang apokaliptik di Gaza dan Lebanon.

    Ketika Israel utara terbakar akibat rentetan roket terbesar Hizbullah hingga saat ini, dan penduduk sipilnya dievakuasi, Orit Strock, menteri permukiman dan misi nasional dari Partai Zionis Religius, berseru bahwa ini adalah ‘waktu keajaiban’ bagi permukiman Tepi Barat. Strock merujuk pada kepercayaan bahwa Tuhan akan menghancurkan musuh-musuh Israel dan mewariskan tanah itu kepada mereka.

    Para halusinator mesianik ini memiliki kolaborator yang bersedia di Netanyahu. Bersama-sama, mereka melakukan lebih banyak hal untuk memusnahkan proyek nasional Yahudi daripada yang dapat dicapai Iran sendiri,” tulis Ben-Ami menyimpulkan kalau Israel tengah mendesain sendiri kehancuran mereka.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai – Halaman all

    Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai – Halaman all

    Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai

    TRIBUNNEWS.COM – Media MNA, mengutip narasumber yang mereka labeli ‘terpercaya’ mengumumkan kedatangan 2 pesawat angkut (kargo) militer Amerika Serikat (AS) di pangkalan Ain al-Asad di Irak barat.

    “Pesawat kargo militer AS tersebut membawa tentara dan peralatan militer ke pangkalan tersebut,” kata laporan MNA, Minggu (29/12/2024).

    Laporan itu menambahkan, sejumlah sumber juga mengumumkan kalau pangkalan Ain al-Asad di Irak barat akan diubah AS menjadi pusat logistik.

    “Pangkalan itu akan diubah menjadi pangkalan perlengkapan bagi pangkalan lain AS di wilayah tersebut,” tulis laporan MNA.

    Sumber tersebut juga menganggap langkah ini sebagai awal dari dimulainya pengerahan terbesar pasukan Amerika di Timur Tengah.

    “Pada hari Sabtu, sebuah sumber yang terpercaya mengungkapkan tiga alasan peningkatan lalu lintas udara di pangkalan Ain al-Asad di Irak barat untuk mengubahnya menjadi pusat perlengkapan pangkalan lainnya,” tambah laporan itu.

    Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Baghdad Al-Youm, sumber ini mengatakan, “Penerbangan pesawat kargo besar di Ain al-Asad di bagian barat negara itu dimulai dengan kecepatan yang meningkat setelah tanggal 8 Desember tahun ini.”

    “Puncaknya terjadi dalam beberapa hari terakhir, beberapa dari penerbangan ini dilakukan dari pangkalan Amerika di wilayah Teluk Persia dan yang lainnya dari pangkalan di Eropa, yang membawa tentara, peralatan, dan perbekalan,” kata narasumber tersebut.

    Pangkalan Ain al-Asad Jadi Pusat Logistik Pangkalan Militer AS

    Sebelumnya beredarnya informasi yang mengindikasikan kalau Washington telah memberi lampu hijau untuk membangun tiga pangkalan baru di Suriah antara lain di Damaskus, Daraa, dan Quneitra,

    Adapun Pangkalan Militer Ain al-Asad di Irak menjadi pusat sementara dan pangkalan terbesar di Timur Tengah.

    “Pasukan serta peralatan militer akan dikirim dari sana (Ain al-Asad) ke tujuh pangkalan Amerika di Suriah, khususnya di Hasakah,” sumber tersebut menambahkan.

    Hal ini terjadi setelah sumber lokal di Suriah melaporkan kedatangan konvoi AS dari Irak ke negara Arab tersebut.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa konvoi militer AS, termasuk 50 truk yang membawa kendaraan lapis baja, peralatan militer, dan logistik, sedang dalam perjalanan menuju salah satu pangkalan militer AS di timur dan utara Suriah melalui perbatasan Al-Waleed.

    Ini bukan pertama kalinya konvoi militer Amerika memasuki Suriah dari Irak dengan tujuan yang meragukan dan tidak jelas.

    Selain memindahkan konvoi militer, AS menjarah minyak dan gandum dari wilayah timur Suriah dan memindahkannya ke pangkalannya di Irak.

    Memanfaatkan pergolakan di Suriah dan berlarutnya Perang Gaza antara Israel dan Hamas, AS dilaporkan bermanuver guna membangun lebih banyak pangkalan militer di kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari strategi geopolitik.

    Satu di antaranya adalah dalam membantu Israel dalam konfliknya melawan Iran. 

    Sudah Ada Pasukan Khusus AS di Hasakah

    Sebelumnya di beritakan kalau Amerika Serikat (AS) dilaporkan menambah jumlah pasukan dan persenjatannya ke Suriah, Kamis (26/12/2024).

    “AS meningkatkan kehadirannya di Suriah seiring dengan semakin banyaknya pasukan Amerika yang tiba di pangkalan militer di provinsi Hasakah di timur laut,” demikian laporan media, MNA, Kamis.

    Konvoi pasukan militer AS, yang terdiri dari 20 kendaraan dan truk, memasuki pangkalan di Hasakah di timur laut Suriah dari pangkalan Ain al-Asad di Irak Kamis pagi, menurut media Suriah.

    Konvoi pasukan tersebut, yang dilindungi oleh dukungan udara (air support), juga termasuk Pasukan Khusus AS yang dikerahkan ke kawasan tersebut.

    Sumber-sumber lokal melaporkan, militer AS baru-baru ini mengerahkan sejumlah besar pasukan tempur dari pangkalan Ain al-Assad di provinsi Anbar dan pangkalan Harir di Erbil selatan.

    Suriah saat ini tengah mengalami pergolakan dan pelengseran rezim.

    Kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad awal bulan ini, segera setelah mereka melancarkan serangan kilat terhadap pemerintah pusat.

    Israel memanfaatkan situasi ini untuk merebut wilayah perbatasan termasuk puncak Gunung Hermon dengan dalil bubarnya perjanjian pada 1973 silam sering jatuhnya rezim Assad.

    Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. (Photo: The US Army, via Wikimedia Commons)

    AS Tempatkan Ribuan Tentara di Suriah

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengakui kehadiran lebih dari 2.500 tentara Amerika di Irak.

    Pentagon juga menyatakan jumlah pasukan di Suriah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ancaman.

    “Setidaknya ada 2.500 anggota pasukan Amerika di Irak, selain beberapa pasukan pendukung sementara yang dikerahkan secara berkala,” kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder dalam sebuah pernyataan, Senin (23/12/2024).

    Dia menambahkan, karena pertimbangan diplomatik, Pentagon tidak akan memberikan rincian lebih lanjut.

    AS menyelesaikan perundingan sensitif dengan pemerintah Irak pada bulan September lalu yang menetapkan dimulainya penarikan pasukan setelah pemilu pada bulan November.

    Kehadiran pasukan AS di sana merupakan beban politik jangka panjang bagi para pemimpin Irak, yang semakin mendapat tekanan dari Iran.

    Pejabat Amerika tidak memberikan rincian mengenai perjanjian penarikan tersebut, namun perjanjian tersebut mencakup penghentian misi melawan ISIS pada bulan September 2025, dengan beberapa pasukan AS tersisa hingga tahun 2026 untuk mendukung misi melawan ISIS di Suriah.

    Ada kemungkinan beberapa pasukan akan tetap berada di wilayah Kurdistan setelah itu karena pemerintah daerah ingin kehadiran mereka terus berlanjut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    2.000 Tentara AS di Suriah

    Sebelumnya pada Kamis (19/12/2024), Pat Ryder mengumumkan ada sekitar 2.000 tentara Amerika di Suriah, lebih dari dua kali lipat dari 900 tentara yang diakui secara terbuka oleh AS sampai sekarang.

    Pada Senin (23/12/2024), ia mengatakan setidaknya ada 1.100 tentara tambahan dikerahkan untuk jangka waktu singkat untuk melakukan perlindungan pasukan, transportasi, pemeliharaan dan tugas-tugas lainnya.

    Jumlah tersebut berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir dan meningkat seiring waktu.

    “Jumlah pasukan sementara tambahan ini telah berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir berdasarkan kebutuhan misi, tetapi secara umum telah meningkat seiring waktu karena meningkatnya ancaman terhadap pasukan dasar,” kata Pat Ryder, Senin.

    Setelah Presiden Suriah Bashar Assad digulingkan oleh oposisi bersenjata pada 8 Desember lalu, negara itu bergulat dengan kekacauan. 

    Media lokal di Suriah melaporkan pada Senin kemarin terjadi bentrokan sengit antara SDF yang didukung AS dan yang didukung Turki di sekitar Bendungan Tishrin di Provinsi Aleppo, seperti diberitakan Mehr.

    Apa Kepentingan AS di Suriah?

    AS menjadi satu di antara banyak pihak yang berkepentingan di Suriah pasca-lengsernya rezim Assad.

    Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, AS justru menjadi pemain inti dari para pemain regional yang punya kepentingan di Suriah.

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12/2024), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah dengan kalimat, “Ini bukan perang kita (AS).”

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara,” kata sang profesor dilansir BBC.

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan ribuan tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Seorang personel Tentara Amerika Serikat (AS) di Suriah duduk di atas tank dengan berbendera AS.

    Incar Si Emas Hitam

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit,” kata Bilgic.

     

    (oln/MNA/BBC/*)

  • Intelijen Israel Taruh Bom di Bantal Ismail Haniyeh di Teheran: Pengamanan IRGC Iran Bobol Total – Halaman all

    Intelijen Israel Taruh Bom di Bantal Ismail Haniyeh di Teheran: Pengamanan IRGC Iran Bobol Total – Halaman all

    Israel Akui Bunuh Ismail Haniyeh: Bom Ditaruh di Bantal, Iran Bobol Total

     

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel berbahasa Ibrani, Channel 12 pada Kamis pekan kemarin mengungkapkan informasi baru tentang pembunuhan kepala biro politik Hamas, almarhum Ismail Haniyeh.

    Haniyeh gugur di Teheran, ibu kota Iran, pada 31 Juli 2024 karena ledakan bom di kamar tempat dia menginap.

    Dalam laporan terbaru soal detail pembunuhan Haniyeh, media Israel itu mengatakan kalau bom yang menewaskan Ismail Haniyeh di kamarnya diletakkan di bantalnya sendiri.

    Laporan media Israel itu diklaim berasal dari narasumber dengan label informasi eksklusif.

    Ismail Haniyeh dan rekannya meninggal pada 31 Juli tahun ini setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.

    Penampakan lokasi Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, diserang pada Rabu (31/7/2024), di dekat Kompleks Saadabad, Teheran utara, Iran. (Anadolu Ajansi)

    Intelijen Iran Bobol Total

    Pada Senin, 23 Desember 2024 kemarin, Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz mengakui Tel Aviv bertanggung jawab atas pembunuhan kepala biro politik Hamas tersebut.

    Pengakuan Katz, dalam klaim resmi pertama Israel atas pembunuhan yang dilakukan di ibu kota Iran, Teheran.

    Dalam pidatonya pada upacara penghormatan terhadap sekelompok perwira cadangan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keamanan dan Angkatan Darat Israel, Katz mengakui pembunuhan Haniyeh saat mengeluarkan ancaman kepada Houthi.

    “Kami akan memukul mereka (Houthi) dengan keras, menargetkan infrastruktur strategis mereka, dan kami akan memenggal kepala para pemimpin mereka, seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, mantan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah. Seperti di Teheran, Gaza dan Lebanon, kami akan melakukan itu di Hodeidah dan Sanaa,” kata Katz.

    Pernyataan Katz itu sekaligus menampar Iran dengan menunjukkan lemahnya sistem pengamanan mereka hingga mudah disusupi yang berujung pada kematian Haniyeh, tamu negara Iran saat itu.

    Haniyeh tiba di Teheran pada Selasa (30/7/2024).

    Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Laporan Iran mengatakan bahwa serangan udara terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas berduka atas kematian Haniyeh, yang menurutnya terbunuh dalam “serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran”.

    Hamas mengatakan mereka yakin Haniyeh terbunuh, bersama salah satu pengawalnya, oleh serangan udara Israel di kediamannya.

    Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang bertanggung jawab melindungi Haniyeh, mengatakan pada awal Agustus bahwa Haniyeh dibunuh dengan “proyektil jarak pendek dengan hulu ledak sekitar 7 kilogram”.

    “Tindakan ini dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika,” jelas IRGC.

    Sementara media barat mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh oleh alat peledak yang ditanam jauh-jauh hari di kamarnya, kemungkinan oleh agen yang direkrut oleh Mossad, badan intelijen Israel. 

    Sebuah laporan oleh The Telegraph mengatakan alat peledak itu ditempatkan di tiga kamar terpisah di wisma tamu, yang menunjukkan operasi yang direncanakan dengan sangat cermat.

    Saat itu, tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu tetapi kecurigaan langsung tertuju pada Israel.

    Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang, bertemu dengan Presiden Turki dan Iran.

    Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz (Tehran Times)

    Israel Ancam Hancurkan Houthi

    Dalam pidato yang sama, Israel Katz juga menyinggung betapa Israel mampu menetralisir sistem pertahanan Iran.

    “Pada hari-hari ini ketika Houthi menembakkan rudal ke Israel, saya ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada mereka. Di awal pidato saya, kami mengalahkan Hamas, kami mengalahkan Hizbullah, kami menonaktifkan sistem pertahanan Iran dan menyerang jaringan produksi. 

    Katz juga menyiratkan peran Israel dalam penggulingan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang menurutnya adalah pukulan telak bagi ‘Poros Perlawanan’, jaringan proksi milisi perlawanan yang dikendalikan Iran.

    “Kami menghancurkan rezim Assad di Suriah dan memberikan pukulan telak terhadap Poros Kejahatan. Kami juga akan menyerang dengan keras organisasi Houthi, yang masih menjadi kelompok terakhir yang bertahan dan menembaki Israel. Siapa pun yang mengangkat tangannya melawan Israel akan dipotong tangannya, tentara Israel akan memukulnya dan meminta pertanggungjawabannya,” kata Katz.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Pejabat Israel: Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan

    Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (oln/fbr/khbrn/*)

     

     

  • AS Tambah Pasukan-Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah: Incar Minyak dan Gas – Halaman all

    AS Tambah Pasukan-Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah: Incar Minyak dan Gas – Halaman all

    AS Tambah Pasukan dan Senjata ke Suriah, Pasukan Khusus Tiba di Pangkalan Hasakah 

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dilaporkan menambah jumlah pasukan dan persenjatannya ke Suriah, Kamis (26/12/2024).

    “AS meningkatkan kehadirannya di Suriah seiring dengan semakin banyaknya pasukan Amerika yang tiba di pangkalan militer di provinsi Hasakah di timur laut,” demikian laporan media, MNA, Kamis.

    Konvoi pasukan militer AS, yang terdiri dari 20 kendaraan dan truk, memasuki pangkalan di Hasakah di timur laut Suriah dari pangkalan Ain al-Asad di Irak Kamis pagi, menurut media Suriah.

    Konvoi pasukan tersebut, yang dilindungi oleh dukungan udara (air support), juga termasuk Pasukan Khusus AS yang dikerahkan ke kawasan tersebut.

    Sumber-sumber lokal melaporkan, militer AS baru-baru ini mengerahkan sejumlah besar pasukan tempur dari pangkalan Ain al-Assad di provinsi Anbar dan pangkalan Harir di Erbil selatan.

    Suriah saat ini tengah mengalami pergolakan dan pelengseran rezim.

    Kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad awal bulan ini, segera setelah mereka melancarkan serangan kilat terhadap pemerintah pusat.

    Israel memanfaatkan situasi ini untuk merebut wilayah perbatasan termasuk puncak Gunung Hermon dengan dalil bubarnya perjanjian pada 1973 silam sering jatuhnya rezim Assad.

    Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. (Photo: The US Army, via Wikimedia Commons)

    AS Tempatkan Ribuan Tentara di Suriah

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengakui kehadiran lebih dari 2.500 tentara Amerika di Irak.

    Pentagon juga menyatakan jumlah pasukan di Suriah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ancaman.

    “Setidaknya ada 2.500 anggota pasukan Amerika di Irak, selain beberapa pasukan pendukung sementara yang dikerahkan secara berkala,” kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder dalam sebuah pernyataan, Senin (23/12/2024).

    Dia menambahkan, karena pertimbangan diplomatik, Pentagon tidak akan memberikan rincian lebih lanjut.

    AS menyelesaikan perundingan sensitif dengan pemerintah Irak pada bulan September lalu yang menetapkan dimulainya penarikan pasukan setelah pemilu pada bulan November.

    Kehadiran pasukan AS di sana merupakan beban politik jangka panjang bagi para pemimpin Irak, yang semakin mendapat tekanan dari Iran.

    Pejabat Amerika tidak memberikan rincian mengenai perjanjian penarikan tersebut, namun perjanjian tersebut mencakup penghentian misi melawan ISIS pada bulan September 2025, dengan beberapa pasukan AS tersisa hingga tahun 2026 untuk mendukung misi melawan ISIS di Suriah.

    Ada kemungkinan beberapa pasukan akan tetap berada di wilayah Kurdistan setelah itu karena pemerintah daerah ingin kehadiran mereka terus berlanjut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    2.000 Tentara AS di Suriah

    Sebelumnya pada Kamis (19/12/2024), Pat Ryder mengumumkan ada sekitar 2.000 tentara Amerika di Suriah, lebih dari dua kali lipat dari 900 tentara yang diakui secara terbuka oleh AS sampai sekarang.

    Pada Senin (23/12/2024), ia mengatakan setidaknya ada 1.100 tentara tambahan dikerahkan untuk jangka waktu singkat untuk melakukan perlindungan pasukan, transportasi, pemeliharaan dan tugas-tugas lainnya.

    Jumlah tersebut berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir dan meningkat seiring waktu.

    “Jumlah pasukan sementara tambahan ini telah berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir berdasarkan kebutuhan misi, tetapi secara umum telah meningkat seiring waktu karena meningkatnya ancaman terhadap pasukan dasar,” kata Pat Ryder, Senin.

    Setelah Presiden Suriah Bashar Assad digulingkan oleh oposisi bersenjata pada 8 Desember lalu, negara itu bergulat dengan kekacauan. 

    Media lokal di Suriah melaporkan pada Senin kemarin terjadi bentrokan sengit antara SDF yang didukung AS dan yang didukung Turki di sekitar Bendungan Tishrin di Provinsi Aleppo, seperti diberitakan Mehr.

    Apa Kepentingan AS di Suriah?

    AS menjadi satu di antara banyak pihak yang berkepentingan di Suriah pasca-lengsernya rezim Assad.

    Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, AS justru menjadi pemain inti dari para pemain regional yang punya kepentingan di Suriah.

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12/2024), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah dengan kalimat, “Ini bukan perang kita (AS).”

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara,” kata sang profesor dilansir BBC.

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan ribuan tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Seorang personel Tentara Amerika Serikat (AS) di Suriah duduk di atas tank dengan berbendera AS.

    Incar Si Emas Hitam

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit,” kata Bilgic.

     

    (oln/MNA/BBC/*)

  • MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Komando Armada II TNI AL selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 2025 Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo (kanan) di Jakarta, Kamis (19/12/2024), bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo (kiri) untuk berkoordinasi mengenai pelaksanaan program bakti sosial (encap) MNEK 2025. ANTARA/HO-Dinas Penerangan Koarmada II TNI AL.

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 25 Desember 2024 – 06:17 WIB

    Elshinta.com – TNI Angkatan Laut menyiapkan serangkaian program bakti kesehatan dan karya bakti di sejumlah daerah di Bali yang tergabung dalam kegiatan latihan bersama nonkombatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025.

    Kepala Dinas Penerangan Komando Armada (Koarmada) II Kolonel Laut (P) Widyo Sasongko saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menjelaskan Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmada II Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 Tahun 2025 telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait untuk mendukung pelaksanaan bakti kesehatan dan bakti sosial tersebut.

    Widyo menyebut Dansatgas MNEK ke-5 pada pekan lalu telah bertemu Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo untuk membahas serangkaian program bakti sosial yang juga disebut engineering civic action program (encap) dalam Latihan Bersama MNEK 2025.

    “Danguspurla Koarmada II menjelaskan kepada Menteri Pekerjaan Umum rencana pelaksanaan encap selama 45 hari di Desa Antiga Kelod, Karangasem, Bali. Proyek yang direncanakan meliputi renovasi gudang peralatan nelayan, pembangunan fasilitas MCK, dan pengaspalan jalan sepanjang 1 kilometer,” kata Kadispen.

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodi menyatakan dukungannya terhadap rencana encap tersebut.

    Kemudian, untuk program bakti kesehatan atau yang disebut juga medical civic assistance program (medcap), Amrin berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI.

    Dansatgas MNEK ke-5 itu menemui Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes yang mewakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, pekan lalu.

    Dalam pertemuan itu, Amrin memaparkan rencana bakti kesehatan selama MNEK berlangsung, di antaranya pemeriksaan kesehatan umum, donor darah, operasi katarak dan operasi bibir sumbing di Karangasem, Bali.

    Kemenkes menyambut baik rencana tersebut sekaligus memberikan masukan terkait pentingnya protokol kesehatan dan prosedur CIQ (customs, immigration, and quarantine) saat menyambut kedatangan delegasi asing berikut kapal-kapal perang dan pesawat udara negara peserta.

    Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) merupakan agenda latihan bersama yang rutin digelar sejak 2014 oleh TNI Angkatan Laut setiap dua tahun sekali. MNEK ke-5 dijadwalkan berlangsung di Bali pada 15–22 Februari 2025.

    TNI AL mengundang total 56 negara dari lima benua untuk MNEK ke-5 di Bali pada Februari 2025. Sejauh ini, ada 30 negara lebih yang mengonfirmasi keikutsertaannya dalam latihan maritim nonkombatan itu.

    Negara-negara yang diundang oleh TNI AL itu mencakup Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Bangladesh, Belanda, Brasil, Brunei Darussalam, Chile, China, Kolombia, Fiji, Filipina, dan India.

    Kemudian, ada juga Angkatan Laut Inggris, Irak, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Kenya, Korea Selatan, Korea Utara, Kazakhstan, Laos, Mesir, Malaysia, Meksiko, Myanmar, Selandia Baru, Nigeria, Kaledonia Baru, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Peru, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Thailand, Timor Leste, Tonga, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Vietnam, Lebanon, Bahrain, dan Kuwait.

    Sumber : Antara

  • AS Buka-bukaan, Masih Punya 2.500 Tentara di Irak selain Akui 2.000 Pasukan di Suriah – Halaman all

    AS Buka-bukaan, Masih Punya 2.500 Tentara di Irak selain Akui 2.000 Pasukan di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengakui kehadiran lebih dari 2.500 tentara Amerika di Irak.

    Pentagon juga menyatakan jumlah pasukan di Suriah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ancaman.

    “Setidaknya ada 2.500 anggota pasukan Amerika di Irak, selain beberapa pasukan pendukung sementara yang dikerahkan secara berkala,” kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder dalam sebuah pernyataan, Senin (23/12/2024).

    Dia menambahkan, karena pertimbangan diplomatik, Pentagon tidak akan memberikan rincian lebih lanjut.

    AS menyelesaikan perundingan sensitif dengan pemerintah Irak pada bulan September lalu yang menetapkan dimulainya penarikan pasukan setelah pemilu pada bulan November.

    Kehadiran pasukan AS di sana merupakan beban politik jangka panjang bagi para pemimpin Irak, yang semakin mendapat tekanan dari Iran.

    Pejabat Amerika tidak memberikan rincian mengenai perjanjian penarikan tersebut, namun perjanjian tersebut mencakup penghentian misi melawan ISIS pada bulan September 2025, dengan beberapa pasukan AS tersisa hingga tahun 2026 untuk mendukung misi melawan ISIS di Suriah.

    Ada kemungkinan beberapa pasukan akan tetap berada di wilayah Kurdistan setelah itu karena pemerintah daerah ingin kehadiran mereka terus berlanjut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    2.000 Tentara AS di Suriah

    Sebelumnya pada Kamis (19/12/2024), Pat Ryder mengumumkan ada sekitar 2.000 tentara Amerika di Suriah, lebih dari dua kali lipat dari 900 tentara yang diakui secara terbuka oleh AS sampai sekarang.

    Pada Senin (23/12/2024), ia mengatakan setidaknya ada 1.100 tentara tambahan dikerahkan untuk jangka waktu singkat untuk melakukan perlindungan pasukan, transportasi, pemeliharaan dan tugas-tugas lainnya.

    Jumlah tersebut berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir dan meningkat seiring waktu.

    “Jumlah pasukan sementara tambahan ini telah berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir berdasarkan kebutuhan misi, tetapi secara umum telah meningkat seiring waktu karena meningkatnya ancaman terhadap pasukan dasar,” kata Pat Ryder, Senin.

    Setelah Presiden Suriah Bashar Assad digulingkan oleh oposisi bersenjata pada 8 Desember lalu, negara itu bergulat dengan kekacauan. 

    Media lokal di Suriah melaporkan pada Senin kemarin terjadi bentrokan sengit antara SDF yang didukung AS dan yang didukung Turki di sekitar Bendungan Tishrin di Provinsi Aleppo, seperti diberitakan Mehr.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Pakar Yaman: Strategi Unik Houthi Bikin F-18 AS Jatuh Ditembak Kapal USS Gettysburg Teman Sendiri – Halaman all

    Pakar Yaman: Strategi Unik Houthi Bikin F-18 AS Jatuh Ditembak Kapal USS Gettysburg Teman Sendiri – Halaman all

    Pakar Yaman: Strategi Unik Houthi Bikin F-18 AS Jatuh Ditembak Kapal USS Gettysburg Teman Sendiri

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pakar urusan strategis Yaman menjelaskan strategi unik yang dijalankan Angkatan Bersenjata Yaman terafiliasi kelompok Houthi saat sukses membuat sebuah jet tempur F-18 Amerika Serikat (AS) jatuh di Laut Merah, Sabtu (21/12/2024) kemarin.

    Abdulsalam Safyan, pakar urusan strategis Yaman tersebut, menyatakan operasi serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya oleh angkatan bersenjata negara itu.

    Sebagai informasi, jet tempur F-18 AS yang jatuh di laut merah adalah pesawat tempur generasi kelima, dikenal dengan nama teknis tempur F/A-18F Super Hornet.

    Safyan menjelaskan kenapa strategi Houthi dia nyatakan sebagai taktik unik.

    Menurutnya, operasi Houthi itu merupakan serangan pendahuluan yang menargetkan kapal induk USS Harry S. Truman.

    Operasi serangan Houthi itu dilakukan pada saat yang sama dengan dimulainya agresi AS dan Inggris terhadap Yaman.

    “Angkatan Bersenjata Yaman memaksa jet tempur musuh untuk mengubah arah dan melarikan diri dari wilayah udara negara itu menuju perairan internasional di Laut Merah,” katanya dilansir MNA, Selasa (24/12/2024).

    “Pertempuran kami dengan musuh Zionis terus berlanjut; musuh yang senang dengan ilusinya mengenai Lebanon dan Suriah,” tambahnya.

    Adapuun Angkatan bersenjata Yaman mengumumkan kalau serangan mereka menjadi sebab jatuhnya jet tempur F-18 AS pada Minggu. 

    Yahya Saree, juru bicara angkatan bersenjata Yaman, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama serangan pesawat tak berawak dan rudal terhadap USS Harry S. Truman, pihaknya juga menembak jatuh F-18.

    F-18E Super Hornet Angkatan Laut AS mendekat untuk menerima bahan bakar dari KC-135 Stratotanker di Irak utara setelah melakukan serangan udara di Suriah, 23 September 2014 (Staff Sgt. Shawn Nickel / US Air Forces Central Command / AFP)

    Ditembak USS Gettysburg Teman Sendiri

    Berbeda dari klaim Houthi, Komando Pusat AS (CENTCOM) menyatakan F-18 Super Hornet tersebut jatuh karena friendly fire alias ditembak teman sendiri.

    “Dua penerbang Angkatan Laut AS selamat setelah pesawat F/A-18F Super Hornet dua tempat duduk yang mereka tumpangi ditembak jatuh oleh kapal Amerika secara tidak sengaja,” menurut pernyataan Sabtu malam dari Komando Pusat AS.

    F-18 Super Hornet, yang ditugaskan ke kapal induk USS Harry S Truman (CVN-75), sedang terbang di atas Laut Merah ketika kapal penjelajah berpeluru kendali USS Gettysburg (CG-64) menembakinya, menurut pernyataan CENTCOM.

    “Kedua pilot berhasil diselamatkan. Penilaian awal menunjukkan bahwa salah satu awak mengalami luka ringan,” demikian pernyataan dari CENTCOM.

    “Insiden ini bukan akibat tembakan musuh, dan penyelidikan menyeluruh sedang dilakukan,” tambah pernyataan itu.

    Mengaitkan dengan analisis dari Safyan, sepertinya F-18 Super Hornet AS itu memang menghindari serangan kelompok Houthi dan terbang ke wilayah Laut Merah namun muncul di sekitar Kapal USS Gettysburg.

    Dikira objek musuh, F-18 Super Hornet AS itu kemudian ditembaki USS Gettysburg.  

    Seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan kepada USNI News bahwa insiden itu terjadi sekitar pukul 3 pagi waktu setempat pada hari Minggu atau sekitar pukul 7 malam waktu Pantai Timur pada Sabtu. 

    “F-18 Super Hornet ditugaskan ke Carrier Air Wing One, dan diangkut dengan Truman,” seorang pejabat mengatakan kepada USNI News. 

    Meskipun pernyataan CENTCOM tidak menyebutkan skuadronnya, satu-satunya skuadron F/A-18F dua kursi yang diangkut dengan Truman adalah “Red Rippers” dari Strike Fighter Squadron (VFA) 11 dari Pangkalan Udara Angkatan Laut Oceana, Virginia.

    Kelompok penyerang tersebut ditugaskan sebagai bagian dari Operasi Prosperity Guardian yang dipimpin AS, misi untuk melindungi lalu lintas pedagang di Laut Merah dari serangan Houthi dari Yaman.

    Kelompok penyerang sebelumnya dan kapal perang berpeluru kendali AS yang dikerahkan secara independen telah mencegat puluhan pesawat nirawak, rudal jelajah berpemandu, dan rudal balistik sebagai bagian dari misi mereka.

    Selama akhir pekan, pasukan AS menyerang ibu kota Yaman, Sanna, dengan menyerang fasilitas penyimpanan rudal serta pusat komando dan kontrol, menurut pernyataan CENTCOM pada Sabtu.

    “Pasukan CENTCOM melancarkan serangan yang disengaja untuk mengganggu dan melemahkan operasi Houthi, seperti serangan terhadap kapal perang Angkatan Laut AS dan kapal dagang di Laut Merah Selatan, Bab al-Mandeb, dan Teluk Aden,” bunyi pernyataan tersebut.

    Gambar representasional yang dihasilkan AI mengilustrasikan jet tempur F-18 Super Hornet AS ditembaki teman sendiri Kapal Perang USS Gettysburg dalam sebuah insiden friendly fire di Laut Merah, Sabtu (21/12/2024).

    Gettysburg , yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Laut Norfolk, Virginia, ditugaskan ke Truman dan memasuki Laut Merah dengan kapal induk minggu lalu, menurut USNI News Fleet and Marine Tracker.

    Dalam misis itu, Gettysburg berperan sebagai komandan kapal penjelajah.

    Secara rinci tugasnya adalah sebagai komandan pertahanan udara untuk kelompok penyerang dan bertanggung jawab untuk mendeteksi dan mengalahkan ancaman terhadap kapal induk dan pengawalnya.

    Kapal penjelajah itu memiliki lebih dari 100 sel peluncur vertikal yang mampu menembakkan rudal yang mampu mencegat berbagai ancaman.

    Para pejabat belum mengungkapkan senjata apa yang digunakan awak kapal penjelajah itu dalam insiden itu.

    Adapun USS Harry S Truman, pengawalnya, dan sayap udara dikerahkan dari Norfolk pada 23 September. 

    Sebelum memasuki Laut Merah, kelompok penyerang beroperasi di Atlantik di lepas pantai Norwegia dan Inggris.

    Berikut ini adalah pernyataan lengkap dari Komando Pusat AS.

    TAMPA, Fla. – Dua pilot Angkatan Laut AS berhasil melontarkan diri dengan selamat di atas Laut Merah pada dini hari tanggal 22 Desember ketika pesawat tempur F/A-18 mereka ditembak jatuh dalam kasus yang tampaknya merupakan tembakan kawan.

    Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Gettysburg (CG 64), yang merupakan bagian dari Kelompok Serang Kapal Induk USS Harry S. Truman, secara keliru menembaki dan mengenai F/A-18, yang terbang dari USS Harry S. Truman.

    Kedua pilot berhasil diselamatkan dengan selamat. Penilaian awal menunjukkan bahwa salah satu awak pesawat mengalami luka ringan. Insiden ini bukan akibat tembakan musuh, dan penyelidikan menyeluruh sedang dilakukan.

     

    (oln/MNA/USNI/*)

  • Dinas Keamanan Israel: Iran Merekrut Mata-mata, Warga Negara Kami Siap Berkhianat demi Uang – Halaman all

    Dinas Keamanan Israel: Iran Merekrut Mata-mata, Warga Negara Kami Siap Berkhianat demi Uang – Halaman all

    Dinas Keamanan Israel: Iran Merekrut Mata-mata, Warga Negara Kami Siap Berkhianat demi Uang

    TRIBUNNEWS.COM – Situs web Walla Israel, mengutip perkiraan keamanan Israel, mengatakan bahwa sejak awal perang di Jalur Gaza, Dinas Keamanan Dalam Negeri (Shin Bet) telah menggagalkan 11 upaya spionase dan pembunuhan yang mereka sebut direncanakan oleh Iran.

    Situs web tersebut menambahkan – dengan mengutip sumber perkiraan yang sama – bahwa Iran sedang merekrut mata-mata di Israel.

    Hal yang mengkhawatirkan bagi Shin Bet adalah bahwa warga negara Israel siap mengkhianati negara mereka demi uang.

    Laporan itu menunjukkan – menurut sumber yang sama – kalau Iran adalah musuh yang canggih dan tidak akan menyerah dengan cepat dan akan mencari saluran baru.

    Dia menekankan bahwa Iran berupaya memperkuat apa yang dia gambarkan sebagai terorisme di Tepi Barat, Gaza, Yaman, Irak dan Yordania.

    Ia menyatakan, karena situasi tersebut, sistem keamanan telah meningkatkan tingkat kewaspadaan dan kewaspadaan untuk mengantisipasi setiap serangan yang mungkin menyasar tokoh senior dan orang-orang yang memiliki posisi sensitif.

    Kepala Shin Bet Israel, Ronen Bar (paling kanan) saat menggelar pertemuan lapangan dengan sejumlah petinggi militer Israel (IDF) terkait situasi perang di Jalur Gaza. (khaberni)

    12 Operasi Spionase

    Beberapa hari yang lalu, Shin Bet mengungkapkan kalau mereka berhasil mengungkap 12 kasus spionase warga Israel di dalam wilayah Israel atas nama Iran selama beberapa bulan terakhir.

    Shin Bet mencatat kalau kasus tersebut tidak hanya mencakup operasi transfer informasi, tetapi juga upaya untuk melakukan operasi sabotase. terhadap instalasi Israel.

    Dalam laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Israel berbahasa Inggris Jerusalem Post, koresponden militer Avi Ashkenazi menyatakan bahwa beberapa sel mata-mata yang ditemukan oleh Shin Bet dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan kerusakan pada keamanan Israel.

    Ashkenazi (yang juga bekerja sebagai koresponden dan analis militer untuk surat kabar Maariv) mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan, “Ini adalah angka yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Israel, dan bahkan selama era Uni Soviet, badan intelijen Soviet tidak mengelola jumlah sebanyak itu. mata-mata di Israel, dan tidak ada warga negara Israel yang memilih mengkhianati negaranya dan memata-matai musuh,” klaimnya.

    Surat kabar tersebut mengutip seorang pejabat keamanan yang mengatakan, “Iran melakukan operasi infiltrasi melalui jaringan media sosial dan merekrut menggunakan metode phishing.”

    Dia menambahkan, “Sayangnya, kami telah menemukan warga negara yang mengetahui kalau mereka bertindak atas nama Iran, dan dalam penyelidikan, mereka bahkan mengaku mendengar tentang warga negara lain yang diketahui bekerja sama dengan Iran untuk melemahkan Negara Israel. ini, mereka sepakat untuk memata-matai dan bertindak.”

    Seorang pria berjalan di depan poster rudal yang ditembakkan dengan latar bendera Iran, di ibu kota Teheran. (khaberni/HO)

    Puluhan Yahudi Membelot

    Baru-baru ini, lingkaran keamanan Israel mengalami kekhawatiran yang besar setelah “penangkapan sekitar 30 warga negara, kebanyakan dari mereka adalah orang Yahudi,” karena dicurigai melakukan mata-mata untuk Iran di 9 sel rahasia.

    Menurut empat sumber keamanan yang berbicara kepada Reuters, sel-sel ini menimbulkan “kekhawatiran di dalam negeri” dan menunjukkan upaya terbesar yang dilakukan Teheran dalam beberapa dekade untuk menyusup ke musuh bebuyutannya.

    Keempat sumber tersebut – termasuk pejabat militer dan keamanan saat ini dan mantan – mengatakan bahwa penangkapan tersebut terjadi setelah upaya berulang kali yang dilakukan agen intelijen Iran selama dua tahun untuk merekrut warga biasa Israel guna mengumpulkan informasi intelijen dan melakukan serangan dengan imbalan uang.

    “Ada fenomena besar di sini,” kata Shalom Ben Hanan, mantan pejabat senior Shin Bet, merujuk pada apa yang disebutnya sebagai jumlah mengejutkan warga Yahudi yang secara sadar setuju untuk bekerja untuk Iran melawan negara dengan mengumpulkan informasi intelijen atau merencanakan sabotase dan serangan.

    Polisi dan Shin Bet mengatakan setidaknya dua tersangka berasal dari komunitas Yahudi ultra-Ortodoks Israel.

    Operasi spionase Iran pada dekade-dekade sebelumnya dilakukan dengan merekrut seorang pengusaha terkemuka dan mantan menteri pemerintah, Gonen Segev, sementara dalam operasi baru tersebut, sebagian besar tersangka mata-mata baru adalah orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat Israel.

    Mereka termasuk imigran yang baru tiba, seorang desersi tentara, dan seorang terpidana pelaku kejahatan seksual, menurut sumber, catatan peradilan, dan pernyataan resmi.

    Shin Bet mengatakan, sebagian besar aktivitas para tersangka ini terbatas pada penyemprotan slogan-slogan anti-Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau anti-pemerintah di dinding dan merusak mobil.

    Namun, besarnya penangkapan dan keterlibatan sejumlah warga Yahudi Israel selain warga Arab telah menimbulkan kegelisahan di Israel, di tengah berlanjutnya perang dengan Hamas di Jalur Gaza dan rapuhnya perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon.

     

    (oln/khbrn/*)
     

  • Diam-diam Meriam Andalan Kim Jong Un Telah Sampai di Rusia – Halaman all

    Diam-diam Meriam Andalan Kim Jong Un Telah Sampai di Rusia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Korea Utara kembali ketahuan memberi dukungannya kepada Rusia, kali ini negara pimpinan Kim Jong Un tersebut terciduk sedang mengirim senjata swa gerak (SPG) M1989 Koksan 170 mm.

    Media militer Army Recognition mengungkapkan kabar tersebut didapatkan dari media sosial Telegram di mana muncul rekaman pengangkutan senjata tersebut dari Korea Utara menuju Rusia dengan kereta api.

    Rekaman tersebut diposting pada 19 Desember lalu. Ini mengikuti penampakan sebelumnya dari sistem artileri ini sekitar sebulan yang lalu, ketika foto pertama kehadiran mereka di Rusia muncul pada 20 November 2024. 

    Meski belum terkonfirmasi kebenarannya, media tersebut menganalisa bahwa kemunculan senjata tersebut secara berulang menunjukkan trasfer aset militer yang sedang berlangsung sebagai bagian dari perluasan kerja sama antara Korea Utara dan Rusia.

    Bahkan Erurasian Times mengungkapkan bahwa M1989 telah terlihat di kereta-kereta di kota Krasnoyarsk, Rusia bagian tengah, yang mungkin menuju garis depan di Ukraina. 

    Sementara media sosial lainnya X menyebutkan bahwa Pyongyang telah mengirimkan sebanyak 50 unit senjata jenis howitzer tersebut.

    Meski senjata ini hanyalah howitzer, akan tetapi dianggap bukan senjata sembarangan. Pasalnya M1989 Koksan memiliki beberapa keunggulan dibanding meriam sejenis lainnya.

    M1989 dilengkapi dengan meriam kaliber 170 mm yang dipasang pada rangka beroda, sehingga mudah dibawa di medan berat.

    Meski ukurannya sangat besar dibanding yang lain, senjata ini mampu menjangkau sasaran yang lebih jauh.

    Mesin ini memiliki laras Kanone 18 17 cm buatan Jerman yang dipasang pada meriam S-23 180 mm buatan Soviet, yang memberikannya daya tembak lebih besar melalui peningkatan daya ledaknya. 

    Kalibernya yang besar berarti ia menggabungkan peluru antitank yang kuat dengan muatan peledak tinggi yang besar, dengan radius kerusakan selongsong peluru 9 unit SI. 

    M1989 dapat menembakkan peluru konvensional hingga sejauh 40 kilometer dan proyektil berbantuan roket hingga sejauh 60 kilometer, sehingga menjadikannya aset berharga untuk serangan strategis. 

    Penamaan Koksan

    Eurasian Times menyebutkan sejarah senjata ini, Koksan yang merupakan senjata kuno yang pertama kali ditemukan di kota Koksan, Korea Utara, pada tahun 1978. I

    ntelijen Barat memberinya nama tidak resmi berdasarkan kota tempat pertama kali ditemukannya. Nama resmi senjata Korea Utara tersebut adalah Chuch’ep’o atau Meriam Juche.

    Varian asli M-1978 menggunakan rangka tank Tipe 59 buatan China. Varian M-1989 memiliki rangka yang lebih baik, mirip dengan 2S7 Pion buatan Soviet.

    Kaliber 177 mm yang tidak biasa pada senjata ini kemungkinan besar dapat dijelaskan dengan baik berdasarkan asal usulnya—senjata ini dapat dikembangkan dari artileri Jerman pada Perang Dunia II dengan kaliber yang sama atau senjata pertahanan pantai Rusia. 

    Andalan Kim Jong Un

    Senjata ini menjadi salah satu artileri paling tangguh andalan Kim Jong Un. Di Korut sendiri, dengan jarak tembak sejauh ini maka dengan mudah bisa menjangkau Seoul Korea Selatan, musuh abadi Korut.

    Meski demikian, sistem pertahanan ini memiliki kelemahan juga. Di antaranya adalah laju tembakan yang lambat, hanya mampu menembakkan satu hingga dua peluru setiap lima menit karena ukuran amunisinya yang besar. 

    Sistem ini mulai dikenal selama Perang Iran-Irak pada tahun 1980-an, yang digunakan dalam misi tembakan balasan berkelanjutan dan pengeboman jarak jauh.

    Korea Utara dan Rusia saat ini terus meningkatkan kolaborasi militer di tengah peperangan dengan Ukraina dan ketegangan global.

    Tangkap layar memperlihatkan pasukan Korea Utara berlindung di balik pepohonan di wilayah Kursk, Rusia (Telegram Zelenskiy / Official)

    Dalam kerja sama militer tersebut Korea Utara diketahui mengirimkan jutaan butir peluru ke Rusia selama peperangan melawan Rusia.

    Dukungan lainnya yang diketahui adalah pengiriman ribuan pasukan dari Prongyang membantu Moskow memerangi pasukan Kiev, yang tersekam di Kursk, bagian dari Rusia yang diinvasi oleh Ukraina.

    Intelijen Inggris menyakini bahwa jumlah pasukan Korea Utara di Rusia telah mencapai 11.000 personel dan siap di terjunkan ke garis depan peperangan. Bahkan sebagiannya lagi telah ikut bertempur di Kursk.

    Kini Korut terciduk mengirimkan howitzer M1989 Koksan yang dipastikan bakal memperkeruh ketegangan yang telah ada. (Eurasian Times/Army Recognition)