Negara: Irak

  • Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia cenderung stabil pada perdagangan Jumat (18/7/2025). Pasar saat ini dihadapkan pada kekhawatiran terganggunya pasokan akibat serangan drone di ladang minyak Kurdistan, Irak, serta potensi penurunan permintaan di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

    Berdasarkan data pukul 09.39 WIB, harga minyak Brent hanya turun tipis 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 69,48 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 3 sen atau 0,04% ke posisi US$ 67,51 per barel.

    Dilansir dari Reuters, dalam empat hari terakhir, serangkaian serangan drone menghantam ladang minyak di wilayah Kurdistan, Irak, yang menyebabkan setengah dari total produksi wilayah itu terhenti. Kondisi ini sempat mendorong kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 pada Kamis (17/7/2025).

    Selain itu, permintaan musiman akibat tingginya aktivitas perjalanan turut menopang pasar. Menurut laporan analis JPMorgan, permintaan minyak global selama dua pekan pertama Juli rata-rata mencapai 105,2 juta barel per hari (bph), meningkat 600.000 bph dibandingkan tahun lalu dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

    Meski demikian, ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS masih menekan pasar. Kekhawatiran bertambah dengan rencana negara-negara produsen minyak utama yang berencana mencabut pemangkasan produksi mereka. Hal ini diperkirakan akan menambah pasokan global saat permintaan musiman di musim panas belahan bumi utara mulai menurun.

    Secara mingguan, harga minyak Brent dan WTI sama-sama mencatatkan penurunan lebih dari 1%.

    “Fundamental minyak dalam jangka pendek masih mendukung harga, dan pasar kemungkinan tetap ketat hingga kuartal ini berakhir, sebelum mulai mendapat suplai tambahan di tiga bulan terakhir tahun ini,” tulis analis ING dalam riset mereka.

    Menurut dua pejabat energi Irak, produksi minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah turun 140.000–150.000 barel per hari, atau lebih dari setengah produksi normal wilayah tersebut yang biasanya mencapai 280.000 bph.

    Pejabat keamanan menduga serangan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran, meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.

    Di sisi lain, pemerintah pusat Irak menyatakan bahwa ekspor minyak dari wilayah Kurdistan akan segera dilanjutkan melalui jalur pipa menuju Turki setelah sempat terhenti selama 2 tahun.

  • Horor Kebakaran Mal di Tengah Kota, 69 Orang Tewas-11 Hilang

    Horor Kebakaran Mal di Tengah Kota, 69 Orang Tewas-11 Hilang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebakaran hebat melanda sebuah hypermarket di Kota al-Kut dan menewaskan sedikitnya 69 orang, sementara 11 lainnya dilaporkan masih hilang. Informasi tersebut disampaikan oleh otoritas kesehatan kota dan dua sumber kepolisian kepada Reuters pada Kamis (17/7/2025).

    Kebakaran terjadi semalam di Corniche Hypermarket, salah satu pusat perbelanjaan besar di kawasan tersebut. Rekaman video dari Reuters memperlihatkan bangunan dengan eksterior hangus dan menghitam, sementara tim penyelamat dan pasukan keamanan masih bekerja di lokasi kejadian.

    Video lain yang telah diverifikasi Reuters menunjukkan petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke gedung yang dilalap api, sementara warga terlihat berupaya menyelamatkan diri dari atap gedung dengan bantuan tim evakuasi.

    “Kami masih memiliki jenazah yang belum berhasil dievakuasi, tertimbun di bawah reruntuhan yang terbakar,” kata pejabat kota al-Kut, Ali al-Mayahi, kepada Reuters.

    Penyebab kebakaran belum diketahui secara pasti. Namun, laporan awal dari pihak kepolisian menyebutkan bahwa api pertama kali muncul di lantai tempat parfum dan kosmetik dijual, barang-barang yang diketahui sangat mudah terbakar.

    “Api menyala dengan hebat dan menjebak banyak orang di dalam pusat perbelanjaan. Semua orang panik dan berusaha mati-matian mencari jalan keluar,” ungkap Ali Al-Zargani, warga yang tinggal di sebelah bangunan hypermarket dan sempat masuk ke dalam setelah api mereda.

    “Saya melihat jasad-jasad hangus dari anak-anak dan perempuan tergeletak di lantai-pemandangannya benar-benar mengerikan,” lanjutnya.

    Beberapa jenazah yang berhasil dikenali telah dipersiapkan untuk dimakamkan, dengan keluarga korban menangis dan berdoa di samping peti mati. Namun, menurut saksi mata Reuters, lebih dari 15 jenazah mengalami luka bakar parah dan memerlukan uji DNA untuk proses identifikasi.

    Sementara tim penyelamat masih menyisir bangunan yang hangus untuk mencari korban tambahan, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani segera memerintahkan dilakukannya investigasi menyeluruh guna “mengungkap segala bentuk kelalaian”. Hal ini disampaikan dalam pernyataan resmi dari kantornya.

    Pemerintah pusat juga mengumumkan akan menggelar hari berkabung nasional untuk menghormati para korban.

    Gubernur Provinsi Wasit, tempat kota al-Kut berada, mengatakan bahwa hasil awal penyelidikan akan diumumkan dalam 48 jam, sebagaimana dilaporkan kantor berita pemerintah INA.

    “Kami telah mengajukan gugatan terhadap pemilik gedung dan pengelola pusat perbelanjaan,” ujar gubernur seperti dikutip INA.

    Tragedi ini kembali menyoroti minimnya standar keselamatan bangunan di Irak, yang kerap memicu bencana dengan korban jiwa besar. Sebelumnya, pada 2023, lebih dari 100 orang tewas dalam kebakaran hebat yang melanda sebuah gedung pernikahan yang penuh sesak di kota di utara Irak.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video:Het Beras Medium Akan Naik? – Indonesia Lawan Arab Saudi & Irak

    Video:Het Beras Medium Akan Naik? – Indonesia Lawan Arab Saudi & Irak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menyesuaikan kembali harga eceran tertinggi (HET) untuk jenis beras medium.

    Sementara itu,Timnas Indonesia akan menghadapi Arab Saudi dan Irak di babak 4 kualifikasi piala dunia 2026 di grup B berdasarkan hasil drawing hari ini 17 Juli 2025.

    Selengkapnya dalam program Evening Up CNBC Indonesia, Kamis (17/07/2025).

  • Pemerintah Suriah Belum ‘Merangkul’ Suku-Suku Minoritas

    Pemerintah Suriah Belum ‘Merangkul’ Suku-Suku Minoritas

    Jakarta

    Gencatan senjata di Suweida telah diberlakukan. Hal ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan Suriah Marhaf Abu Kasra pada hari Selasa (15/07). Pasukan kementerian Suriah telah memasuki kota yang terletak sekitar 100 kilometer di sebelah selatan Damaskus tersebut untuk mengakhiri bentrokan yang terjadi sejak hari Minggu antara suku Drusen dan suku Badui Sunni.

    Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di London, bentrokan yang terjadi sejak Minggu (13/07) telah menewaskan lebih dari 200 orang dan menyebabkan banyak lainnya terluka.

    Menurut SOHR, seorang pemuda Drusen dipukuli dan dirampok oleh anggota komunitas Badui Sunni di jalan raya antara Damaskus dan Suweida beberapa hari yang lalu. Sebagai balasannya, anggota milisi komunitas Drusen kemudian menculik orang suku Badui. Kekerasan pun terus meningkat.

    Aymenn Jawad al-Tamimi, seorang jurnalis yang mendalami kasus Suriah dan Irak, melaporkan bahwa suku Drusen awalnya melawan pasukan pemerintah Suriah, namun kemudian menyerahkan senjata mereka.

    Pada Selasa sore, SOHR kemudian melaporkan bahwa pasukan dari kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri serta pejuang yang bersekutu dengan mereka telah mengeksekusi 19 warga sipil dari kelompok minoritas Drusen di Suweida.

    Dalam beberapa hari terakhir, tentara Israel telah beberapa kali menyerang pasukan pemerintah Suriah. Dalam pernyataan bersama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz menyebut bahwa Israel ingin mencegah pemerintah Suriah menyakiti kaum minoritas Drusen.

    Antara konflik kepentingan dan kriminalitas

    Bentrokan Suweida tampaknya disebabkan oleh konflik kepentingan kelompok-kelompok penduduk yang berbeda, menurut Bente Scheller, pakar Suriah di Heinrich Bll Foundation. “Di Suriah, banyak kelompok yang merasa kepentingan atau hak-hak mereka tidak cukup diperhatikan. Mereka sering merasa dibandingkan dengan kelompok lain dan dimanfaatkan, hal berujung pada kekerasan.” Di Suweida, masalah utama adalah soal kedudukan mereka di wilayah serta akses terhadap sumber daya, serta kejahatan dengan kekerasan yang terkait dengan penyelundupan obat-obatan terlarang yang berkembang di sana.

    Apakah pasukan keamanan Suriah disusupi kaum ekstrimis?

    Bentrokan yang diwarnai kekerasan antara kelompok Alawit dan pejuang jihadis terjadi pada bulan Maret 2025, tampaknya juga didukung oleh pasukan keamanan pemerintah. Lebih dari 1.300 orang terbunuh dalam konflik tersebut. Keluarga Assad berasal dari suku Alawit. Banyak orang Suriah melihat suku Alawit sebagai kelompok pendukung rezim yang digulingkan.

    Konflik ini dipicu militan pendukung Assad yang menyerang pasukan pemerintah. Bentrokan meningkat dan kekejaman dilakukan terhadap warga sipil Alawit yang tidak terlibat.

    Dalam sebuah investigasi yang diterbitkan pada akhir Juni, kantor berita Reuters menelusuri rantai komando yang tampaknya sampai ke Kementerian Pertahanan di Damaskus. “Para penyerang pro-pemerintah sering menjarah dan merusak rumah-rumah para korban atau membakarnya,” demikian hasil penelitian tersebut.

    Namun tidak semua anggota kabinet pemerintahan baru di Damaskus bersimpati kepada para jihadis. “Pemerintahan terdiri dari beragam faksi, kelompok,dan kepentingan yang berbeda-beda,” kata Andre Bank, pakar Suriah dari Institut GIGA untuk Studi Timur Tengah yang berbasis di Hamburg, dalam wawancara dengan DW.

    “Tapi yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana kelanjutannya jika pemerintah tidak bisa mengendalikan pelaku kekerasan di ranah lokal, bahkan termasuk sebagian tentaranya sendiri?” Apa artinya bagi Suriah jika sebagian pejabat pemerintah justru membenarkan kekerasan, atau bahkan mendorongnya. “Jika itu yang terjadi, kemungkinan besar akan terus terjadi bentrokan besar antar kelompok agama di Suriah,” jelas Bank.

    Al-Sharaa di bawah tekanan

    Menjadi perhatian adalah bagaimana pemimpin negara tersebut, Ahmed al-Sharaa mencegah kekerasan besar-besaran di antara rekan-rekan senegaranya di masa depan. Setelah Presiden AS Donald Trump mencabut sanksi negaranya terhadap Suriah pada awal Juli, al-Sharaa kemungkinan akan memiliki minat yang lebih besar untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan negara-negara barat. Negara-negara barat memiliki harapan yang tinggi terkait perlindungan minoritas di negara tersebut.

    Sebuah serangan bunuh diri pada kebaktian di sebuah gereja Kristen di Damaskus pada akhir Juni lalu menunjukkan bahwa al-Sharaa hampir tidak dapat memenuhi tuntutan untuk mencegah kekerasan ini. Serangan tersebut menewaskan 25 orang. Sejak saat itu, umat Kristen Suriah menyerukan kepada pemerintah untuk melakukan upaya yang lebih besar untuk melindungi mereka. Jika tidak, beberapa dari mereka mengatakan kepada DW dalam sebuah wawancara, akan mempertimbangkan untuk meninggalkan Suriah.

    Saling tuduh, tidak serius menyelidiki

    Kementerian Dalam Negeri Suriah menyalahkan kelompok teroris Negara Islam (IS) atas serangan tersebut. Namun, tidak ada yang terbukti, kata Bente Scheller. “Nama-nama lain juga telah muncul dalam perdebatan publik,” salah satunya kelompok bersenjata yang juga melibatkan mantan anggota Hajat Tahrir al-Sham (HTS). Namun karena Al-Sharaa adalah pemimpin HTS sebelum kejatuhan Assad, “Tentu saja akan lebih mudah untuk mengalihkan tanggung jawab atas serangan tersebut kepada ISIS,” kata Scheller.

    Perilaku pemerintah Suriah setelah kekejaman yang dilakukan terhadap suku Alawit juga membuat banyak warga Suriah curiga. Meskipun pemerintah telah berjanji untuk membentuk komisi penyelidikan, namun hingga kini belum membuahkan hasil. “Banyak yang memiliki kesan bahwa pemerintah tidak memiliki keseriusan untuk menyelidiki kasus tersebut,” kata Bente Scheller.

    Pemerintah kekurangan dana

    Pada saat yang sama, kata Scheller dan Bank, Suriah kekurangan dana. Kabinet memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, mulai dari menyusun undang-undang pemilihan umum yang baru hingga membangun kembali aparatur negara dan membangun birokrasi federal.

    Selain ini ada masalah dari kaum minoritas lain: suku Kurdi di utara Suriah yang ingin tetap menjadi bagian dari negara Suriah tetapi menuntut otonomi yang luas.

    Pada saat yang sama Kurdi berperang melawan pasukan Turki, yang telah menduduki wilayah utara Suriah selama bertahun-tahun.

    Pemerintah Al-Sharaa nampaknya harus terlibat dalam pusaran konflik ini dalam waktu yang lama.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizky Nugraha

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Siapa Druze dan Mengapa Israel Menyerang Suriah?

    Siapa Druze dan Mengapa Israel Menyerang Suriah?

    Jakarta

    Gelombang aksi kekerasan SARA yang baru-baru ini berlangsung di Suriah menyoroti kerapuhan negara tersebut.

    Pada Minggu, 13 Juli, kabar mengenai penculikan seorang pedagang dari kelompok minoritas Druze memicu bentrokan mematikan selama berhari-hari antara milisi Druze dan suku Badui yang beragama Islam Sunni di Suriah selatan.

    Kemudian pada Selasa, 15 Juli, Israel menyerang pasukan propemerintah yang dituduh menyerang komunitas Druze di Suweida. Setidaknya 350 orang dilaporkan tewas di Suweida sejak Minggu (13/07), menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

    Kekerasan ini merupakan yang pertama di Suweida yang mayoritas penduduknya Druze sejak pertempuran pada April dan Mei antara pejuang Druze dan pasukan keamanan Suriah.

    Sebelumnya, bentrokan di provinsi-provinsi pesisir Suriah pada Maret lalu dikabarkan telah menewaskan ratusan anggota komunitas minoritas Alawi. Mantan penguasa Bashar al-Assad berasal dari komunitas tersebut.

    Pertikaian yang mematikan ini, ditambah dengan serangan udara Israel, telah memicu kembali kekhawatiran soal gangguan keamanan di Suriah setelah pengambilalihan Damaskus oleh kelompok pemberontak pada Desember 2024.

    Pemimpin Suriah saat ini, Ahmed al-Sharaa, telah berjanji untuk melindungi minoritas Suriah.

    Siapa komunitas Druze?

    Separuh dari sekitar satu juta pengikutnya tinggal di Suriah, sekitar 3% dari populasi negara tersebut.

    Komunitas Druze di Israel dianggap loyal, karena banyak anggota komunitasnya menjalani dinas militer Israel. Ada sekitar 152.000 orang Druze yang tinggal di Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menurut Biro Pusat Statistik Israel.

    Secara historis, mereka menempati posisi yang genting dalam tatanan politik Suriah. Selama perang saudara Suriah yang berlangsung hampir 14 tahun, Druze punya milisi sendiri di Suriah selatan.

    Sejak Assad dijatuhkan pada Desember, komunitas Druze telah menentang upaya negara Suriah untuk memaksakan otoritas atas Suriah selatan.

    Banyak di antara mereka yang keberatan dengan kehadiran militer resmi Suriah di Suweida dan menolak bergabung dengan tentara Suriah. Mereka memilih mengandalkan milisi lokal.

    BBC

    Meskipun pemerintah Suriah mengutuk serangan terbaru terhadap penduduk Druze dan berjanji memulihkan ketertiban di Suriah selatan, pasukannya juga dituduh menyerang minoritas tersebut.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di UK mendokumentasikan “eksekusi” terhadap penduduk Druze oleh pasukan pemerintah Suriah.

    Laporan semacam itu telah memicu ketidakpercayaan di antara beberapa anggota komunitas Druze terhadap pihak berwenang di Damaskus.

    Setelah kejatuhan Assad, Israel telah menjangkau komunitas Druze di dekat perbatasan utaranya dalam upaya untuk menjalin aliansi dengan minoritas Suriah.

    Israel semakin memposisikan dirinya sebagai pelindung regional bagi kaum minoritas, termasuk Kurdi, Druze, dan Alawi di Suriah, sambil menyerang lokasi militer di Suriah dan pasukan pemerintah.

    Selama bentrokan sektarian pada Mei, Israel melakukan serangan di dekat Istana Presiden Suriah di Damaskus. Israel mengatakan aksi itu adalah peringatan kepada pemerintah Suriah agar tidak menyerang komunitas Druze.

    Di sisi lain, ada beberapa tokoh Druze di Suriah dan Lebanon yang menuduh Israel mengobarkan perpecahan sektarian untuk memajukan aksi ekspansionis di wilayah tersebut.

    Mengapa Israel menyerang Suriah?

    Serangan terbaru Israel merupakan cara Israel memperingatkan sekaligus mencegah Suriah mengerahkan tentara ke Suriah selatan. Sebab, Israel berupaya menciptakan zona demiliterisasi di wilayah tersebut.

    Israel khawatir dengan keberadaan kelompok Islam di dekat perbatasan utaranya, di sepanjang Dataran Tinggi Golan.

    Meskipun serangan udara Israel pada 15 Juli berfokus pada pasukan keamanan dan kendaraan di Suweida, militer Israel memperluas cakupan serangannya pada 16 Juli dengan menyerang Kementerian Pertahanan dan markas besar tentara Suriah di Damaskus. Suriah mengutuk serangan tersebut.

    Serangan tersebut merupakan eskalasi Israel paling serius di Suriah sejak Desember 2024, saat Israel menghancurkan ratusan lokasi militer di seluruh negeri dan merebut zona penyangga yang dipatroli PBB di Dataran Tinggi Golan Suriah.

    Israel telah menyerang Suriah beberapa kali dengan tujuan mencegah pemerintah baru Suriah membangun kapasitas militernya yang dipandang sebagai ancaman potensial bagi keamanan Israel.

    “Peringatan di Damaskus telah berakhir – kini pukulan berat akan datang,” tulis Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, di media sosial pada 16 Juli, tak lama setelah serangan Israel di Damaskus dimulai.

    Penargetan markas militer Suriah disiarkan langsung oleh saluran TV terkemuka Suriah, dari studionya yang terletak di seberang Gedung.

    Bagaimana reaksi dunia?

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan AS “sangat prihatin” atas kekerasan tersebut.

    Pada 16 Juli, dia merilis pernyataan:

    “Kami telah menyepakati langkah-langkah spesifik yang akan mengakhiri situasi yang meresahkan dan mengerikan ini malam ini.”

    Beberapa negara Arab, termasuk Lebanon, Irak, Qatar, Yordania, Mesir, dan Kuwait, telah mengutuk serangan Israel yang menargetkan pemerintah dan pasukan keamanan Suriah.

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam apa yang disebutnya sebagai “serangan terang-terangan Israel” terhadap Suriah. Adapun Iran menggambarkan serangan itu sebagai “sangat mudah ditebak”.

    Turki, pemangku kepentingan utama di Suriah pasca-Assad, menggambarkan serangan itu sebagai “tindakan sabotase terhadap upaya Suriah untuk mengamankan perdamaian, stabilitas, dan keamanan”.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk serangan “eskalasi” Israel di Suweida dan Damaskus.

    Apa yang mungkin terjadi selanjutnya?

    Kekerasan tersebut telah menggarisbawahi rapuhnya lanskap keamanan dan politik di Suriah pascaperang saudara. Rentetan kekerasan terbaru memicu kekhawatiran pertikaian SARA akan muncul lagi di seluruh Suriah.

    Ketika Sharaa berupaya menguasai Suriah dan menyatukan berbagai kelompoknya, masih harus dilihat apakah pemerintahannya yang didominasi kaum Islamis akan mampu mendamaikan perpecahan sektarian yang mengakar di Suriah, akibat perang saudara selama bertahun-tahun.

    Bentrokan SARA tersebut, ditambah serangan Israel, mengancam akan menggagalkan upaya pembangunan negara dan pemulihan pascaperang.

    Israel, di sisi lain, kemungkinan akan terus menganggap pemerintah baru, dan para petempur Islamis yang berafiliasi dengan Sharaa di selatan, sebagai ancaman keamanan yang signifikan.

    Israel bisa terdorong untuk menjalin aliansi dengan kelompok-kelompok yang mungkin merasa terasing oleh pemerintah baru di Suriah.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Horor Kebakaran di Mal Irak yang Baru Dibuka, 61 Orang Tewas

    Horor Kebakaran di Mal Irak yang Baru Dibuka, 61 Orang Tewas

    Jakarta

    Kebakaran besar yang terjadi di sebuah pusat perbelanjaan di kota al-Kut, Irak timur, menewaskan sedikitnya 61 orang. Sejumlah keluarga yang berduka, saat ini masih mencari kerabat mereka yang hilang.

    Otoritas setempat telah memulai penyelidikan atas kebakaran di Hyper Mall yang baru dibuka itu.

    “Kebakaran tragis itu merenggut nyawa 61 warga sipil tak berdosa, sebagian besar mati lemas di kamar mandi, dan di antara mereka terdapat 14 jenazah hangus yang belum diidentifikasi,” kata Kementerian Dalam Negeri Irak dalam sebuah pernyataan, dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (17/7/2025).

    Gubernur Provinsi Wasit, Mohammed al-Miyahi, mengatakan kepada kantor berita resmi Irak, INA bahwa para korban termasuk pria, wanita, dan anak-anak.

    Sebuah sumber medis di al-Kut mengatakan kepada AFP, bahwa terdapat “banyak jenazah tak dikenal”.

    Tim penyelamat saat ini masih mencari korban hilang. Setidaknya dua orang mengatakan kepada AFP, bahwa mereka kehilangan lima kerabat yang pergi ke mal tersebut untuk berbelanja dan makan malam.

    Kementerian Dalam Negeri Irak mengatakan bahwa tim pertahanan sipil berhasil menyelamatkan lebih dari 45 orang yang terjebak di dalam gedung lima lantai tersebut. Gedung tersebut mencakup sebuah restoran dan supermarket.

    Lihat juga Video Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone

    Kebakaran yang terjadi pada Rabu (16/7) malam waktu setempat itu, dilaporkan bermula dari lantai satu sebelum dengan cepat melahap gedung tersebut.

    Penyebabnya belum diketahui, tetapi seorang korban selamat mengatakan kepada AFP, bahwa sebuah AC telah meledak.

    Meskipun api akhirnya dapat dipadamkan, para petugas pemadam kebakaran masih terus mencari korban hilang.

    Video yang diunggah di media sosial menunjukkan para kerabat yang berduka menunggu kabar di rumah sakit, beberapa di antaranya terduduk lemas.

    Puluhan orang berkumpul di luar rumah sakit untuk memeriksa setiap ambulans yang datang, beberapa di antaranya diliputi rasa haru.

    Lihat juga Video Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kebakaran Besar di Mal Irak, 50 Orang Tewas dan Luka-luka

    Kebakaran Besar di Mal Irak, 50 Orang Tewas dan Luka-luka

    Jakarta

    Setidaknya 50 orang tewas dalam kebakaran besar di sebuah pusat perbelanjaan di kota al-Kut di Irak timur.

    “Jumlah korban telah mencapai sekitar 50 orang, baik yang tewas maupun yang terluka, dalam kebakaran tragis di sebuah pusat perbelanjaan besar,” ujar Gubernur Provinsi Wasit, Mohammed al-Miyahi, kepada kantor berita resmi Irak, INA, dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (17/7/2025).

    Miyahi mengatakan bahwa kebakaran di Hyper Mall tersebut terjadi pada Rabu (16/7) malam waktu setempat.

    Dilaporkan INA, video-video yang beredar di media sosial menunjukkan api melahap sebuah gedung berlantai lima di al-Kut, sementara para petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api.

    Belum diketahui penyebab kebakaran ini.

    “Kami telah mengajukan gugatan terhadap pemilik gedung dan mal,” kata INA mengutip pernyataan Gubernur Miyahi. Dia mengatakan bahwa hasil awal investigasi akan diumumkan dalam waktu 48 jam, lapor INA.

    Ambulans masih mengangkut para korban hingga pukul 04.00 waktu setempat, memenuhi tempat tidur rumah sakit di al-Kut, sekitar 160 kilometer (100 mil) tenggara Baghdad, ibu kota Irak.

    Koresponden tersebut melaporkan melihat mayat-mayat hangus di rumah sakit.

    Gubernur Miyahi mengumumkan tiga hari berkabung di provinsi tersebut.

    Lihat juga Video Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Kecam Serangan Drone ke Ladang Minyak Irak

    AS Kecam Serangan Drone ke Ladang Minyak Irak

    “Serangan ini menargetkan perusahaan-perusahaan internasional yang bekerja sama dengan Irak untuk berinvestasi di masa depan Irak,” kata juru bicara Deplu AS, Tammy Bruce, dilansir dari Al Arabiya dan Reuters, Kamis (17/7/2025).

    Dia menyebut serangan tersebut sebagai ancaman bagi stabilitas dan masa depan ekonomi Irak.

    Sebelumnya pada Rabu (16/7) dini hari waktu setempat, drone-drone bermuatan bahan peledak kembali menghantam tiga ladang minyak di wilayah otonomi Kurdistan, Irak utara. Ini terjadi setelah serangan serupa menyebabkan terhentinya operasi di sebuah ladang minyak yang dikelola perusahaan Amerika Serikat.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Irak, khususnya wilayah Kurdistan, telah mengalami serangkaian serangan drone dan roket. Tak ada pihak-pihak atau kelompok yang mengklaim serangan tersebut.

    Serangan pada hari Rabu (16/7) ini telah meningkatkan jumlah ladang minyak yang diserang di Kurdistan menjadi lima dalam seminggu.

    Irak, yang telah lama dilanda konflik, sering mengalami serangan semacam itu, yang seringkali terkait dengan perebutan proksi regional antara Iran dan Amerika Serikat serta sekutunya, Israel.

    Serangan hari Rabu (16/7) ini terjadi sehari setelah serangan drone bermuatan bahan peledak menyebabkan perusahaan AS, HKN Energy menghentikan operasi di ladang minyak Sarsang di Duhok.

    Sebelumnya pada hari Senin (14/7) lalu, satu drone ditembak jatuh di dekat bandara Arbil, sementara dua drone lainnya menghantam ladang minyak Khurmala di provinsi yang sama, menyebabkan kerusakan material.

  • Ladang Minyak Arab Garapan Negara Eropa Dibombardir, Begini Kondisinya

    Ladang Minyak Arab Garapan Negara Eropa Dibombardir, Begini Kondisinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dua buah drone bermuatan bahan peledak menghantam tiga ladang minyak di wilayah otonomi Kurdistan Irak pada hari Rabu (16/7/2025). Hal ini terjadi sehari setelah serangan serupa menghentikan operasi di ladang minyak yang dikelola AS.

    Mengutip AFP, ledakan terjadi di dua ladang yang dioperasikan oleh grup Norwegia DNO ASA. Saat ini, operasional kilang telah dihentikan sementara. Kementerian Sumber Daya Alam regional mengatakan serangan terbaru telah menyebabkan “kerusakan signifikan” dan mengecamnya sebagai tindakan “terorisme”.

    “Pada pukul 06.00 dan 06.15, dua drone bermuatan bahan peledak menyerang ladang minyak Peshkabir yang dioperasikan oleh DNO di distrik Zakho,” ungkap layanan kontraterorisme Kurdistan.

    Operator Norwegia tersebut mengatakan pihaknya menghentikan operasinya menyusul ledakan, satu yang melibatkan tangki penyimpanan kecil di Tawke dan yang lainnya melibatkan peralatan pemrosesan permukaan di Peshkabir. Mereka menambahkan bahwa mereka sedang menaksir kerusakan.

    “Pukul 07.00, sebuah pesawat nirawak serupa menyerang ladang minyak Tawke yang dioperasikan DNO di area yang sama,” tambahnya.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Kurdistan telah mengalami serangkaian serangan drone yang tidak diklaim. Ini di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintah daerah dan otoritas federal di Baghdad terkait ekspor minyak.

    Serangan serupa pada hari Selasa memaksa perusahaan ASHKN Energy untuk menangguhkan operasi di ladang minyak Sarsang di provinsi Dohuk. Pada Senin, dua pesawat nirawak menghantam ladang minyak Khurmala sementara satu lagi ditembak jatuh di dekat bandara di ibu kota regional Arbil.

    Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Baghdad telah menjanjikan penyelidikan untuk mengidentifikasi pelakunya. Meski begitu, para politisi yang dekat dengan otoritas Kurdi menyalahkan kelompok pro-Iran atas serangan tersebut, tanpa memberikan bukti.

    Serangan itu juga terjadi di tengah ketegangan yang terus berlanjut antara otoritas regional dan Baghdad terkait kendali atas pendapatan ekspor dari ladang-ladang minyak Kurdistan. Perselisihan hukum dan masalah teknis telah membuat jalur pipa ekspor yang mengalir dari wilayah itu ke Turki ditutup sejak 2023.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Drone Peledak Kembali Hantam 3 Ladang Minyak di Irak

    Drone Peledak Kembali Hantam 3 Ladang Minyak di Irak

    Jakarta

    Drone-drone bermuatan bahan peledak kembali menghantam tiga ladang minyak di wilayah otonomi Kurdistan, Irak utara pada Rabu (16/7) dini hari waktu setempat. Ini terjadi setelah serangan serupa menyebabkan terhentinya operasi di sebuah ladang minyak yang dikelola perusahaan Amerika Serikat.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Irak, khususnya wilayah Kurdistan, telah mengalami serangkaian serangan drone dan roket. Tak ada pihak-pihak atau kelompok yang mengklaim serangan tersebut.

    Serangan pada hari Rabu (16/7) ini telah meningkatkan jumlah ladang minyak yang diserang di Kurdistan menjadi lima dalam seminggu.

    “Pada pukul 06.00 dan 06.15 (03.00 dan 03.15 GMT), dua drone bermuatan bahan peledak menyerang Peshkabir yang dioperasikan oleh kelompok minyak Norwegia, DNO di distrik Zakho,” kata badan kontraterorisme Kurdistan, dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (16/7/2025).

    Pada pukul 07.00 (04.00 GMT), sebuah drone serupa menghantam ladang Tawke yang dioperasikan DNO di wilayah yang sama, kata badan kontraterorisme Kurdistan.

    Serangan-serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan material.

    Serangan lain pada pukul 07.14 (04.14 GMT) menargetkan ladang minyak yang dioperasikan oleh perusahaan AS, Hunt Oil di provinsi Dohuk, tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan material.

    Serangan hari Rabu (16/7) ini terjadi sehari setelah serangan drone bermuatan bahan peledak menyebabkan perusahaan AS, HKN Energy menghentikan operasi di ladang minyak Sarsang di Duhok.

    Sebelumnya pada hari Senin (14/7) lalu, satu drone ditembak jatuh di dekat bandara Arbil, sementara dua drone lainnya menghantam ladang minyak Khurmala di provinsi yang sama, menyebabkan kerusakan material.

    Lihat Video ‘Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini