Pemuda Asal Inggris Tenggelam di Pantai Legian, Korban Sempat Diperingatkan Petugas
Tim Redaksi
DENPASAR, KOMPAS.com
– Seorang warga negara asing asal Inggris, Harrison Edward Nada Kontounas (23) terseret arus saat berenang di Pantai Legian, Kabupaten Badung, pada Rabu (24/9/2025) sore.
Korban bersama dua temannya berenang di sekitar bendera merah.
Petugas penjaga pantai sempat memperingati korban dan temannya agar keluar dari laut.
Dua orang berhasil keluar. Namun, korban terhantam gelombang hingga terseret arus dan tenggelam.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, I Nyoman Sidakarya mengatakan pihaknya, menerima laporan dari Balawista Kuta, pada pukul 18.40 Wita bahwa ada WNA yang tenggelam.
“Selanjutnya diberangkatkan lima personel ke lokasi,” kata Sidakarya.
Dia menyampaikan bahwa pencarian malam ini dilakukan dengan menyisir sepanjang bibir pantai.
Menurutnya, saat ini tidak memungkinkan menurunkan alut Search and Rescue (SAR) untuk penyisiran di perairan.
“Langkah awal kita koordinasi dengan saksi dan unsur SAR lainnya. Apabila besok pagi tidak ditemukan, maka sudah bisa menentukan rencana pergerakan selanjutnya,” ucap dia.
Berdasarkan data yang tercatat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perkiraan cuaca malam ini cerah berawan dengan kecepatan angin 5 hingga 36 KM/jam.
Arahnya dari timur ke selatan.
“Kecepatan angin di atas 30 sampai 39 KM/jam. Bisa dikategorikan kencang. Itu berpengaruh pada kondisi di perairan. Maka diimbau agar berhati-hati apabila beraktivitas di luar ruang, termasuk wisata di pantai,” ucap Sidakarya.
Penyisiran darat dilakukan ke arah selatan dan utara hingga pukul 22.00 Wita. Namun, hasilnya masih nihil.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Inggris
-
/data/photo/2025/09/24/68d4101316401.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemuda Asal Inggris Tenggelam di Pantai Legian, Korban Sempat Diperingatkan Petugas Denpasar 24 September 2025
-

Terungkap Penyebab Eskalator Mati Saat Trump Tiba di PBB
New York –
Eskalator di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mati mendadak sesaat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikinya. PBB pun mengungkap penyebab peristiwa yang dikeluhkan Trump itu.
Dilansir CNN dan Reuters, Rabu (24/9/2025), Gedung Putih menyerukan penyelidikan segera terkait peristiwa eskalator berhenti mendadak itu. Eskalator itu berhenti ketika Trump dan istrinya, Melania, tiba untuk menghadiri Sidang Umum PBB.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyuarakan mempertanyakan apakah insiden tersebut disengaja atau tidak. Dia meminta peristiwa itu diselidiki.
“Jika seseorang di PBB dengan sengaja menghentikan eskalator saat Presiden dan Ibu Negara melangkah, mereka harus dipecat dan segera diselidiki,” kata Leavitt di X.
Leavitt turut membagikan tangkapan layar dari sebuah artikel dari surat kabar Inggris, The Times, yang diterbitkan dua hari sebelumnya. Hal itu menyatakan ‘Untuk menandai kedatangan Trump, para anggota staf PBB bercanda bahwa mereka mungkin akan mematikan eskalator dan lift dan mengatakan kepadanya bahwa mereka kehabisan uang, jadi dia harus berjalan menaiki tangga’.
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Trump juga mengomentari peristiwa yang dialaminya. Trump menyebut penyambutan terhadap dirinya di PBB buruk.
“Inilah dua hal yang saya dapatkan dari PBB: eskalator yang buruk dan telepromter yang buruk,” kata Trump.
Hasil Penyelidikan PBB
Lalu, siapa yang mematikan eskalator itu ketika Trump baru menaikinya? PBB pun mengungkap hasil penyelidikan mereka.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan pihaknya telah mengecek apa yang menyebabkan eskalator itu mati mendadak sesaat setelah Trump dan Melania menaiki eskalator. Sistem pusat eskalator disebut menunjukkan eskalator ‘berhenti setelah mekanisme pengaman bawaan pada anak tangga sisir di puncak eskalator terpicu’.
Dujarric mengatakan juru kamera Trump saat itu menaiki eskalator dengan cara berjalan mundur sambil merekam kedatangan Trump bersama Melania. Dia menyebut situasi itu diduga membuat sistem pengamanan otomatis tak sengaja aktif.
“Juru kamera mungkin secara tidak sengaja mengaktifkan fungsi pengaman. Mekanisme pengaman ini dirancang untuk mencegah orang atau benda secara tidak sengaja tersangkut dan tersangkut atau tertarik ke roda gigi,” kata Dujarric dalam sebuah pernyataan.
Lihat juga Video Mau Nyeberang Tapi Dilarang, Macron Langsung Telepon Trump
Halaman 2 dari 2
(haf/haf)
-

Dokter Beberkan 5 Gejala Kanker Usus Besar pada Anak Muda yang Sering Diabaikan
Jakarta –
Seorang dokter memperingatkan ribuan orang dewasa mungkin sering mengabaikan tanda atau gejala dari penyakit yang sebenarnya berbahaya. Salah satunya kanker kolorektal atau kanker usus besar, yang kini banyak dialami anak muda.
Sebuah tinjauan global baru-baru ini menemukan bahwa angka kanker kolorektal pada usia di bawah 50 tahun meningkat di 27 dari 50 negara. Angka kasus pada orang dewasa yang lebih muda meningkat sebesar 50 persen selama 30 tahun terakhir.
Para ahli telah lama mengingatkan beberapa tanda kanker yang mungkin dianggap sepele. Mulai dari diare terus-menerus hingga darah pada tinja.
Namun, dokter umum di The Lagom Clinic di Bristol, Inggris, dr Jack Ogden, menyebutkan tanda-tanda ‘halus’ kanker usus besar yang sering diabaikan.
1. Anemia Defisiensi Besi
“Kesadaran akan tanda-tanda yang sering diabaikan ini dapat menyelamatkan nyawa. Memperhatikan perubahan halus dan bertindak cepat adalah pertahanan terbaik melawan kanker usus besar,” kata dr Ogden yang dikutip dari Daily Mail.
“Tanda pertama yang sering diabaikan adalah anemia defisiensi besi, yang dapat muncul sebagai kelelahan yang tidak dapat dijelaskan, kulit pucat, atau sesak napas,” sambungnya.
Anemia adalah kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh. Ini juga dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada, jantung berdebar-debar, sakit kepala, dan pusing.
Hal ini karena tumor dapat berdarah, menyebabkan hilangnya zat besi dan menyebabkan peradangan yang menghasilkan protein yang mengganggu penyerapan zat besi.
2. Masalah Pencernaan
dr Ogden juga menjelaskan gejala atau tanda kedua kanker usus, seperti sembelit, diare, atau tiba-tiba merasa feses yang lebih sempit tanpa penyebab yang jelas.
“Tinja setipis pensil juga bisa menjadi indikator adanya tumor yang menyumbat usus besar, sehingga usus besar terkompresi menjadi lebih tipis,” tambahnya.
3. Penurunan Berat Badan
Tanda ketiga dari kanker usus besar adalah penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan. Yang mengkhawatirkan, tanda-tanda yang disebutkan dr Ogden tidak terjadi tiba-tiba. Bisa saja terjadi secara halus atau bertahap tanpa disadari.
Penurunan berat badan ini bisa disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolisme, hilangnya nafsu makan, dan tumor yang mencegah penyerapan nutrisi.
4. Rasa Tidak Nyaman di Perut
Gejala lainnya adalah kembung dan ketidaknyamanan di perut. Menurut dr Ogden, ini bisa muncul sebagai ‘kram terus-meneris’ atau merasa cepat kenyang setelah makan.
5. Darah pada Tinja
Tanda terakhir yang paling penting adalah adanya darah pada tinja. Tetapi, kondisi ini bisa saja tidak selalu sejelas kelihatannya.
“Darah tersebut bisa berwarna gelap atau tersembunyi, dan hanya dapat dideteksi melalui tes tinja,” beber dr Ogden.
Jika feses berwarna merah tua atau hitam, itu bisa menjadi tanda adanya perdarahan di bagian usus yang lebih tinggi akibat kanker. Sebaliknya, darah merah terang paling sering disebabkan oleh wasir atau ambeien.
Ketika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut selama tiga minggu atau lebih, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Halaman 2 dari 2
(sao/suc)
-

Android 6 Bahasa, iOS 19 Bahasa
Bisnis.com, JAKARTA — WhatsApp resmi meluncurkan fitur baru bernama Message Translations atau terjemahan pesan. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan teks di dalam percakapan secara langsung.
“Dengan lebih dari 3 miliar pengguna di lebih dari 180 negara, kami terus berupaya menjaga semua orang tetap terhubung, di mana pun mereka berada,” tulis WhatsApp dalam keterangan resminya pada Rabu (24/9/2025).
Namun, pihaknya sadar bahasa kerap menjadi penghalang dalam menyelesaikan sesuatu atau mengekspresikan perasaan.
“Karena itu, kami menghadirkan fitur terjemahan pesan agar komunikasi lintas bahasa jadi lebih mudah,” imbuh WhatsApp.
Fitur ini dapat digunakan dalam percakapan pribadi, obrolan grup, maupun di Channels. Caranya hanya dengan menekan lama pesan yang ingin diterjemahkan, lalu pilih menu Translate.
Pengguna dapat menentukan bahasa asal maupun tujuan terjemahan. Hasil terjemahan juga bisa diunduh untuk digunakan di kemudian hari. Khusus pengguna Android, tersedia opsi untuk mengaktifkan terjemahan otomatis pada seluruh pesan masuk di suatu obrolan, sehingga tidak perlu menerjemahkan satu per satu.
WhatsApp menegaskan seluruh proses terjemahan dilakukan langsung di perangkat (on-device), sehingga privasi pengguna tetap terjaga dan bahkan pihak WhatsApp sendiri tidak bisa mengakses isi terjemahan.
Saat ini, fitur terjemahan pesan mulai digulirkan secara bertahap untuk pengguna iPhone dan Android dengan pilihan bahasa terbatas, dan akan diperluas di masa mendatang.
Untuk perangkat Android, fitur ini baru tersedia dalam enam bahasa, yaitu Inggris, Spanyol, Hindi, Portugis, Rusia, dan Arab.
Sementara itu, pengguna iPhone dapat menikmati fitur ini dalam lebih dari 19 bahasa sejak awal peluncurannya, mulai dari Arab, Belanda, Inggris (UK dan US), Prancis, Jerman, Hindi, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Mandarin (Tiongkok dan Taiwan), Polandia, Portugis (Brasil), Rusia, Spanyol, Thailand, Turki, Ukraina, hingga Vietnam.
-

Afrika Perjuangkan Kursi Tetap Dewan Keamanan di Sidang Umum PBB
Jakarta –
Para pemimpin Afrika yang menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) di New York tahun ini datang dengan agenda jelas: memperjuangkan keterwakilan yang lebih besar di organisasi dunia, mendorong perdamaian dan keamanan, serta menggalang sumber daya untuk pembangunan berkelanjutan.
Tahun ini, UNGA mendapat moto, “Lebih Baik Bersama: 80 Tahun dan Lebih untuk Perdamaian, Pembangunan, dan Hak Asasi Manusia”. Pemimpin Afrika diperkirakan akan menuntut keterwakilan yang mencerminkan meningkatnya relevansi geopolitik Benua Hitam dan mengoreksi marjinalisasi historis yang telah lama terjadi.
Namun, aspirasi tersebut dibayangi tantangan mendesak dan tuntutan reformasi yang belum terwujud.
Sidang berlangsung di tengah krisis global dari Gaza hingga Ukraina, dan diwarnai pertanyaan besar soal apakah Amerika Serikat, dengan kebijakan luar negeri Donald Trump, masih siap memegang peran kepemimpinan di dunia.
Namun konflik di wilayah Sahel dan bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), misalnya, di mana pemberontak M23 yang didukung Rwanda menguasai wilayah timur, termasuk kota Goma dan Bukavu, kemungkinan tidak akan mendapat perhatian besar di Sidang Umum PBB.
Tuntutan reformasi menguat
Tuntutan reformasi terhadap PBB bukan hal baru. Namun tahun ini, pemimpin Afrika kembali menuntut kursi permanen di Dewan Keamanan PBB. Mereka menyebut struktur yang ada saat ini sudah usang dan tidak adil.
Meski negara Afrika menyumbang besar dalam misi perdamaian PBB dan pembangunan global, representasi di pengambilan keputusan penting tetap minim.
“Kelima anggota tetap ini pada dasarnya membuat keputusan atas nama lebih dari 85% populasi dunia yang tinggal di negara-negara Selatan Global,” ujar Ramaphosa.
“Mereka terus menggunakan hak veto untuk melumpuhkan aksi kolektif dan menghalangi respons tepat waktu terhadap krisis, bahkan ketika pelanggaran hukum internasional terjadi secara terang-terangan,” tambahnya.
Ketimpangan ini, kata Ramaphosa, merusak netralitas dan kredibilitas PBB.
Jalan terjal kursi tetap
Namun jalan Afrika menuju kursi tetap di Dewan Keamanan PBB masih panjang dan rumit.
“Kita tahu bahwa untuk menambah kursi permanen di Dewan Keamanan, perlu ada amandemen Piagam PBB, yang merupakan dokumen dasar pendirian lembaga ini,” kata analis hubungan internasional Michael Kwadwo Nketiah kepada DW. “Amandemen itu memerlukan dukungan dua pertiga dari negara anggota.”
“Afrika harus bisa meyakinkan semua anggota lain agar menerima ide bahwa Afrika layak mendapatkan kursi tetap di Dewan Keamanan,” ujar Nketiah. “Itu saja sudah menjadi tantangan besar.”
Bahkan jika Uni Afrika berhasil mendapatkan dukungan dua pertiga dari 193 negara anggota PBB, resolusi tersebut tetap harus diratifikasi oleh lima anggota tetap: Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia.
“Kelima negara ini belum pernah, dan tampaknya tidak akan, bersedia berbagi kekuasaan dengan anggota lain,” tambah Nketiah.
Desakan pengakuan negara Palestina
Cyril Ramaphosa menjadi suara paling vokal dari Afrika dalam mengecam kekerasan yang terus berlangsung di Gaza. Dia berulang kali menegaskan bahwa Afrika Selatan tidak akan tinggal diam terhadap perang tersebut.
Dalam unggahan di platform X pada Senin (22/9), Ramaphosa menulis bahwa Afrika Selatan berkomitmen pada “pembentukan Negara Palestina yang berdampingan secara damai dengan Negara Israel, berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.”
Pemimpin Afrika lain juga menyampaikan solidaritas terhadap Palestina, dengan membandingkan perjuangan Palestina dan sejarah kolonialisme serta penindasan yang pernah dialami Afrika.
“Banyak negara Afrika sejak lama sudah mengakui Palestina,” kata Fidel Amakye Owusu, analis keamanan yang fokus pada urusan Afrika dan geopolitik, kepada DW.
“Apa yang dianggap baru oleh Barat dalam pengakuan Palestina ini, bagi Afrika adalah hal lama,” ujar Owusu. “Kami selalu mengakui Palestina, dan solusi dua negara sudah lama menjadi agenda.”
Pekan ini, sejumlah negara seperti Prancis, Inggris, Kanada, Portugal, dan Australia menyatakan pengakuan terhadap Negara Palestina.
Menurut Owusu, Ramaphosa kini mendorong agar Palestina dinaikkan statusnya dari pengamat menjadi anggota penuh PBB – yang menjamin hak suara dan, bila waktunya tiba, membuka jalan untuk duduk di Dewan Keamanan.
“Tapi itu akan sangat sulit, karena artinya kelima anggota tetap Dewan Keamanan harus menyetujui,” ujarnya.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
Editor: Yuniman FaridLihat juga Video: Panasnya Pertemuan Trump-Ramaphosa Seusai Singgung Genosida di Afrika
(ita/ita)
-

Presiden Erdogan Serukan Keanggotaan Penuh PBB untuk Palestina di Tengah Upaya Pengakuan
JAKARTA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang tengah berada di Amerika Serikat untuk mengikuti rangkaian Sidang Majelis Umum ke-80 PBB, dalam unggahan media sosial Hari Selasa mendesak keanggotaan penuh bagi Palestina sambil menyatakan harapan akan tindakan yang lebih konkret setelah beberapa negara mendeklarasikan pengakuan terhadap Negara Palestina.
“Saya berharap negara-negara yang berani mengakui Negara Palestina akan mendukung pendirian bersejarah ini dengan langkah-langkah yang tegas, nyata, dan bersifat pencegahan. Gencatan senjata harus dideklarasikan, bantuan kemanusiaan ke Gaza harus mengalir tanpa hambatan, dan Israel harus menarik pasukannya dari Gaza. Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari Palestina dan milik Palestina. Palestina akan menentukan bagaimana mereka akan memerintah tanah mereka sendiri,” ujar Presiden Erdogan, dikutip dari Daily Sabah 24 September.
“Sudah saatnya Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sangat penting untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan Palestina, memberikan dukungan finansial dan teknis yang lebih kuat, dan melanjutkan kegiatan organisasi bantuan kemanusiaan seperti UNRWA,” kata Presiden Erdogan.
Presiden Erdogan berjanji, Turki akan melanjutkan perjuangannya “hingga terbentuknya Negara Palestina yang utuh secara geografis berdasarkan perbatasan tahun 1967 dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”
Dikutip dari UN News, upaya terbaru untuk menjadikan Palestina anggota penuh PBB dilakukan 18 April 2024. Namun, rancangan resolusi yang merekomendasikan Majelis Umum PBB untuk menjadikan Palestina negara anggota, kandas lantaran veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB. Secara keseluruan, 12 negara mendukung, 2 abstain dan 1 menolak.
Diketahui, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal secara resmi mengakui Palestina pada Hari Minggu, menandai tonggak penting bagi kenegaraan Palestina menjelang High Level Week Sidang Majelis Umum PBB pekan ini, di mana lebih banyak negara diperkirakan akan mengikutinya.
Prancis, Monaco, Luksemburg, Malta dan Andorra mengumumkan pengakuannya atas Negara Palestina pada Hari Senin, disusul dengan San Marino pada Hari Selasa.
-
/data/photo/2025/09/24/68d358a74de99.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Pidato Prabowo di Sidang PBB Dianggap Berani Menantang Argumen Trump Nasional
Pidato Prabowo di Sidang PBB Dianggap Berani Menantang Argumen Trump
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan, pidato Presiden RI Prabowo Subianto dalam debat Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berani menentang argumen dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Hal ini terlihat dari pernyataan Prabowo yang menyebut lembaga seperti PBB sangat berguna untuk mewujudkan perdamaian dunia.
“Bila di-kontra dengan pidato Trump, ini seperti pro dan kontra. Karena Trump menyebut PBB tidak berguna, namun sebaliknya Prabowo,” kata Hikmahanto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/9/2025).
Hikmahanto mengatakan, pidato Prabowo memiliki substansi yang bagus sehingga memberikan arah pada Majelis Umum PBB.
Selain itu, dia juga menyebut pidato itu dibawakan dengan cemerlang dalam bahasa Inggris dengan pelafalan dan penekanan yang baik.
Selain soal kelembagaan PBB, Prabowo juga disebut menentang pandangan Trump soal isu perubahan iklim.
“Trump mengatakan
climate change
dan isu lingkungan hoaks, sementara Presiden (Prabowo) mengatakan
real,
” tuturnya.
Terakhir, Prabowo mengecam Israel meskipun tidak secara eksplisit menyebut nama negara zionis tersebut.
“Namun Presiden menyampaikan bahwa Israel akan diakui apabila Palestina diakui terlebih dahulu, ini masih
in line
dengan
two state solution
,” kata Hikmahanto.
Sebagai informasi, Prabowo mendapat urutan ke-3 berpidato dalam Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), kemarin.
Sejumlah isu diangkat Kepala Negara, utamanya soal perdamaian dunia hingga dukungan kemerdekaan Palestina.
Dalam forum tersebut, Prabowo tampak berapi-api dan penuh semangat saat menyampaikan pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB.
Terdapat delapan momen Prabowo terpantau sampai menghentakkan tangannya ke meja mimbar yang ada di Markas PBB.
Ada juga delapan kali tepuk tangan dari para petinggi dan delegasi negara lain yang terdengar saat Prabowo berpidato dalam forum tersebut, termasuk standing ovation di akhir pidato Prabowo.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.


