Negara: Inggris

  • Arti Kata Fineshyt, Bahasa Gaul yang Viral di TikTok dan X

    Arti Kata Fineshyt, Bahasa Gaul yang Viral di TikTok dan X

    Jakarta: Istilah “fineshyt” belakangan ini menjadi bahasa gaul yang sering muncul di media sosial, khususnya TikTok, X (sebelumnya Twitter), dan Instagram. Tapi, apa sih sebenarnya arti “fineshyt”?
     
    Bagi kamu yang aktif menggunakan sosial media, pasti sudah tidak asing dengan istilah “fineshyt”. Istilah tersebut biasanya digunakan untuk mulai dari caption atau keterangan unggahan hingga ucapan dalam video.
     
    Nah, kata “fineshyt” sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni “fine” dan kata kasar “sh*t”. “Fine” memiliki banyak arti, salah satunya “indah”, “sangat baik”, dan “bagus”, sedangkan “sh*t” berarti “sialan” atau “kotoran”.
     
    Dalam bahasa gaul internasional, “fine sh*t” digunakan untuk menggambarkan sesuatu atau seseorang yang sangat keren, mahal, elegan, atau punya gaya berkelas. Namun, karena pelafalan cepat dan pengaruh budaya internet, istilah itu ditulis dengan gaya khas anak muda menjadi “fineshyt.”

     

     
    Sementara itu, ejaan “fineshyt” pertama kali populer lewat lagu-lagu hip-hop dan caption estetik di media sosial luar negeri, sebelum akhirnya menyebar ke komunitas online global termasuk Indonesia.
     
    Makna dan Penggunaan Kata “fineshyt”
    Seperti dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kata “fineshyt” digunakan untuk memuji sesuatu atau seseorang yang tampil stylish, keren, elegan, atau memiliki aura mahal.
     
    Berikut contoh penggunaan “fineshyt”:

    1. He is fineshyt: Artinya, “dia sangat keren”

    2. She is some real fineshyt: Artinya, “dia cantik banget” atau bisa juga untuk mengekspresikan “dia tipe aku banget”.

    3. My fineshyt is helping me: “fineshyt” di kalimat ini bisa merujuk pada orang yang disukai atau kekasihnya.
     
    Demikian asal-usul dan arti istilah “fineshyt” yang sedang marak digunakan di media sosial. Apakah kamu tertarik untuk menggunakannya?

     

    Jakarta: Istilah “fineshyt” belakangan ini menjadi bahasa gaul yang sering muncul di media sosial, khususnya TikTok, X (sebelumnya Twitter), dan Instagram. Tapi, apa sih sebenarnya arti “fineshyt”?
     
    Bagi kamu yang aktif menggunakan sosial media, pasti sudah tidak asing dengan istilah “fineshyt”. Istilah tersebut biasanya digunakan untuk mulai dari caption atau keterangan unggahan hingga ucapan dalam video.
     
    Nah, kata “fineshyt” sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni “fine” dan kata kasar “sh*t”. “Fine” memiliki banyak arti, salah satunya “indah”, “sangat baik”, dan “bagus”, sedangkan “sh*t” berarti “sialan” atau “kotoran”.
     
    Dalam bahasa gaul internasional, “fine sh*t” digunakan untuk menggambarkan sesuatu atau seseorang yang sangat keren, mahal, elegan, atau punya gaya berkelas. Namun, karena pelafalan cepat dan pengaruh budaya internet, istilah itu ditulis dengan gaya khas anak muda menjadi “fineshyt.”
     
     

     
    Sementara itu, ejaan “fineshyt” pertama kali populer lewat lagu-lagu hip-hop dan caption estetik di media sosial luar negeri, sebelum akhirnya menyebar ke komunitas online global termasuk Indonesia.
     

    Makna dan Penggunaan Kata “fineshyt”

    Seperti dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kata “fineshyt” digunakan untuk memuji sesuatu atau seseorang yang tampil stylish, keren, elegan, atau memiliki aura mahal.
     
    Berikut contoh penggunaan “fineshyt”:
     
    1. He is fineshyt: Artinya, “dia sangat keren”

    2. She is some real fineshyt: Artinya, “dia cantik banget” atau bisa juga untuk mengekspresikan “dia tipe aku banget”.
     
    3. My fineshyt is helping me: “fineshyt” di kalimat ini bisa merujuk pada orang yang disukai atau kekasihnya.
     
    Demikian asal-usul dan arti istilah “fineshyt” yang sedang marak digunakan di media sosial. Apakah kamu tertarik untuk menggunakannya?
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Haruskah Jerman Kembalikan Patung Nefertiti ke Mesir?

    Haruskah Jerman Kembalikan Patung Nefertiti ke Mesir?

    Jakarta

    Nefertiti adalah simbol abadi kecantikan dan kekuasaan yang penuh misteri. Keindahan karya ikonik ini memikat Adolf Hitler, Beyonce, hingga para aktivis Revolusi Arab. Namanya berarti “yang indah telah datang,” tapi mungkin juga berarti: yang tak pernah kembali.

    Lebih dari tiga ribu tahun yang lalu, Nefertiti berdiri di sisi Akhenaten, Firaun yang menantang langit Mesir dengan hanya satu dewa—Aten, sang matahari. Ia adalah ratu yang ikut mengubah tatanan kosmos dan kepercayaan, memindahkan pusat penyembahan dari banyak wajah ilahi ke satu cahaya tunggal.

    Patung dada Nefertiti yang terbuat dari batu kapur dan berlapis plaster dan cat ini ditemukan tim arkeologi Jerman yang dipimpin Ludwig Borchardt dalam ekspedisi yang didanai kolektor seni James Simon di tahun 1912.

    Borchardt lalu memboyong patung tersebut ke Berlin. Pengelolanya, Yayasan Warisan Budaya Prusia, menyebut Nefertiti sebagi ‘primadona tak terbatantahkan di Museum Neues’. Museum ini merupakan bagian dari kompleks Museuminsel Berlin, salah satu situs warisan dunia UNESCO.

    Seruan restitusi kian keras

    Tuntutan pengembalian oleh Mesir muncul sejak hari pertama patung dada Nefertiti diperkenalkan ke publik di Jerman. Kini, dengan dibukanya Grand Egyptian Museum di Kairo, restitusi kembali bergema.

    Semua pengunjung yang melakukan tur di Grand Egyptian Museum diminta menandatangani petisi restitusi Nefertiti. Hal ini diprakarsai mantan Menteri Pariwisata dan Urusan Kepurbakalaan Mesir, Zahi Hawass, tahun lalu.

    “Meski banyak seruan untuk berdialog dan juga permintaan untuk mengakui bagaimana artefak unik ini berakhir di Jerman telah diabaikan, petisi ini dimaksudkan untuk membuka kembali dialog, mendorong pengembalian patung ke Kairo, dan meminta tanggapan resmi otoritas Jerman,” bunyi petisi yang ditujukan kepada Menteri Kebudayaan Jerman dan Yayasan Warisan Budaya Prusia.

    Juru bicara Menteri Kebudayaan Jerman mengatakan kepada DW melalui pernyataan tertulis bahwa “pertanyaan mengenai perlindungan properti budaya yang berkaitan dengan Mesir, termasuk Patung dada Nefertiti, berada di bawah yurisdiksi Kementerian Luar Negeri Federal.”

    Yayasan Warisan Budaya Prusia tidak menanggapi permintaan komentar dari DW, tetapi posisi yayasan tersebut mengenai isu ini tidak berubah selama beberapa tahun terakhir: patung tersebut diperoleh secara sah dan tidak ada alasan untuk mengembalikannya ke Mesir.

    Apakah Nefertiti diperoleh secara sah?

    “Patung Nefertiti ditemukan dalam proses penggalian yang diizinkan oleh Dinas Layanan Kepurbakalaan Mesir,” kata Stefan Mchler, juru bicara Yayasan Warisan Budaya Prusia, kepada DW dalam pernyataan tertulis pada Oktober 2024.” Patung itu dibawa ke Berlin berdasarkan pembagian hasil temuan arkeologi, yang saat itu lazim dilakukan. Pembagian itu juga mencakup banyak artefak lainnya.

    “Patung itu dibawa keluar dari Mesir secara sah, dan tidak ada klaim restitusi dari pemerintah Mesir,” tambah Mchler.

    Namun, peneliti dan aktivis pelestarian warisan Mesir, Monica Hanna, membantah klaim tersebut. Menurut penelitiannya, Ludwig Borchardt secara sengaja dan curang menampilkan Nefertiti sebagai patung murahan saat pembagian hasil temuan. Ia menggambarkannya sebagai “seorang putri kerajaan yang dicat,” sementara dari catatan pribadinya Borchardt menunjukkan bahwa ia tahu nilai patung tersebut yang menggambarkan Ratu Nefertiti.

    “Deskripsi patung tidaklah berguna, harus lihat langsung,” tulis Borchardt dalam catatannya.

    Sejarawan Jerman Sebastian Conrad, penulis buku The Making of a Global Icon: Nefertiti’s Twentieth-Century Career, menambahkan bahwa selain perdebatan mengenai pembagian hasil temuan, validitas etis dari hukum pembagian hasil temuan itu patut dipertanyakan.

    “Itu adalah hukum yang eksis di bawah ketimpangan kekuasaan era imperialisme, karena Mesir pada dasarnya adalah koloni Inggris saat itu. Pertanyaan sebenarnya adalah apakah seseorang bisa dengan sah menggunakan basis hukum tersebut,” katanya kepada DW. “Saya akan katakan begini: secara formal sah, tetapi dari perspektif masa kini, tidak sah secara moral.”

    Sejarawan Jrgen Zimmerer, yang berfokus pada studi kolonialisme dan genosida, menyoroti perdebatan serupa terjadi di Jerman terkait karya seni yang dirampas dari kaum Yahudi oleh Nazi pada masa drittes Reich.

    “Kita tidak bisa hanya diam dan berkata, ‘Itu legal saat itu, jadi mereka tidak memiliki hak mengklaim,’ alih-alih mematuhi hukum secara kaku (kata per kata), kita baiknya menekankan prinsip dan nilai hukum yang benar secara moral. Kita tahu hukum-hukum itu tidak adil dan merampas hak orang Yahudi, dan kita tidak ingin mengambil keuntungan dari itu,” katanya kepada DW.

    “Mengapa kita harus bersikap berbeda dalam konteks kolonial?” tegas Zimmerer.

    Hitler memblokir upaya restitusi

    Ahli Mesir Kuno Monica Hanna juga mempertanyakan Jerman yang menyatakan tidak ada klaim restitusi dari pemerintah Mesir. Ia menegaskan bahwa otoritas Mesir sudah meminta pengembalian patung itu tak lama setelah pertama kali dipamerkan di Berlin pada tahun 1924 dan menambahkan,
    “Apakah museum benar-benar membutuhkan permintaan resmi dari pemerintah? Opini publik di Mesir sangat jelas menginginkan kembalinya patung dada Nefertiti. Apa yang menjadi milik kami, adalah milik kami.”

    Pada tahun 1925, Mesir mengancam akan melarang penggalian arkeologi Jerman di wilayahnya kecuali patung itu dikembalikan. James Simon, dermawan yang membiayai penggalian Borchardt dan yang menyumbangkan patung dada Nefertiti kepada Museum Berlin, secara pribadi mendukung pertukaran artefak dengan Mesir dan membantu negosiasi pengembalian Nefertiti, sebagaimana dijelaskan peneliti Ruth E. Iskin dalam artikelnya The Other Nefertiti: Symbolic Restitutions.

    Meski kontribusi Simon diakui di Berlin melalui dengan keberadaan Galeri James Simon di pintu masuk utama Museuminsel, upaya Simon untuk mengembalikan patung itu telah dihapus dari narasi resmi Jerman.

    Rencana pertukaran Simon tidak pernah terwujud, begitu pula upaya berikutnya pada tahun 1933. Salah satu pemimpin Nazi, Hermann Gring, berharap dapat menarik dukungan politik Mesir kepada Jerman dengan mengembalikan Nefertiti. Namun, Hitler, pengagum sang ratu menggagalkan rencana tersebut, “Saya tidak akan pernah menyerahkan kepala sang ratu,” katanya.

    Bertahan dalam Perang Dunia II di dalam kantong plastik

    Jerman juga beralasan bahwa patung tersebut terlalu rapuh untuk dipindahkan kembali ke Mesir.

    Meski mengakui bahwa dirinya bukan ahli dalam hal ini, sejarawan Sebastian Conrad menunjukkan, “Pada akhir Perang Dunia II, mereka memasukkannya ke dalam kantong plastik dan menyimpannya di tambang garam di Thuringia. Setelah itu, ia dipindahkan ke Wiesbaden. Jadi sebenarnya Nefertiti sudah melakukan banyak perjalanan, bukan hanya dari Kairo ke Berlin.”

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pertanyaan penting bagi Jerman

    Berlin saat ini sedang menjalankan proses pengembalian objek-objek kolonial, terutama melalui pengembalian Perunggu Benin ke Nigeria. Meskipun hasilnya merupakan buah dari perjuangan panjang para aktivis, keputusan itu relatif lebih mudah dilakukan. Sebagian dari 512 koleksi objek di Berlin dikembalikan ke Nigeria, sementara lainnya tetap dipajang di Humboldt Forum melalui perjanjian pinjaman jangka panjang.

    Namun, Nefertiti jelas merupakan artefak yang unik. Conrad dan Zimmerer berpendapat masih ada alternatif selain mempertahankan aslinya: tiruan patung yang dipamerkan bersama sejarah penemuan dan upaya restitusinya “tentu akan menarik,” ujar Conrad.

    “Yang hilang hanyalah apa yang disebut ‘aura autentiknya’,” kata Zimmerer. Namun ia lanjut bertanya, “Haruskah museum Berlin mendapatkan keuntungan dari ‘aura’ ini, mengingat keberadaaanya lahir dari ketidakadilan kolonial?

    “Menurut saya, seharusnya tidak.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizki Nugraha

    (ita/ita)

  • Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik

    Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) kembali meluncurkan rudal balistik dari wilayahnya pada Jumat (7/11) waktu setempat. Peluncuran terbaru Pyongyang ini terjadi sepekan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyetujui rencana Seoul untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

    Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), seperti dilansir AFP, Jumat (7/11/2025), mendeteksi aktivitas peluncuran terbaru negara tetangganya tersebut, dan menyebut rudal balistik yang tidak teridentifikasi jenisnya itu diluncurkan ke perairan Laut Timur atau Laut Jepang.

    “Korea Utara menembakkan rudal balistik tak teridentifikasi ke arah Laut Timur,” ujar JCS dalam pernyataannya.

    Aktivitas balistik terbaru Korut itu dilakukan sepekan setelah Trump mengumumkan bahwa Korsel akan membangun kapal selam di AS, di mana teknologi nuklir buatan Washington merupakan salah satu rahasia militer yang paling sensitif dan dijaga ketat.

    Tidak seperti kapal selam bertenaga diesel, yang harus muncul ke permukaan laut secara teratur untuk mengisi ulang baterainya, kapal selam bertenaga nuklir dapat bertahan di dalam air jauh lebih lama.

    Para analis mengatakan bahwa pengembangan kapal selam bertenaga nuklir akan menandai lompatan signifikan dalam basis industri Angkatan Laut dan pertahanan Korsel, bergabung dengan sekelompok kecil negara yang telah memiliki kapal selam jenis tersebut.

    Sejauh ini, menurut laporan media dan analisis, hanya AS, Australia, China, Rusia, India, Prancis, dan Inggris yang telah beralih ke kapal selam bertenaga nuklir.

    Kantor kepresidenan Korsel mengatakan bahwa Seoul membutuhkan persetujuan Washington karena membutuhkan bahan baku yang diperlukan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, yang dibatasi untuk penggunaan militer.

    Sejak pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Trump pada tahun 2019 lalu berujung kegagalan terkait masalah denuklirisasi dan pencabutan sanksi, Pyongyang telah berulang kali mendeklarasikan diri sebagai negara nuklir yang “tidak dapat diubah”.

    Awal pekan ini, Korut menembakkan sejumlah roket artileri saat Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth berkunjung ke Korsel. Rentetan roket artileri itu ditembakkan oleh Pyongyang ke Laut Kuning sekitar satu jam sebelum Hegseth mengunjungi area perbatasan kedua negara.

    Sementara pekan lalu, Korut melakukan uji coba rudal jelajah di lepas pantai barat Semenanjung Korea, sebelum Trump mendarat di Korsel. Pyongyang pada saat itu menyebut uji coba rudal itu menjadi pesan untuk “musuh-musuhnya”.

    Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Korut, Pak Jong Chon, yang mengawasi uji coba rudal pada saat itu mengatakan bahwa “keberhasilan penting” sedang dicapai dalam pengembangan “kekuatan nuklir” Korut sebagai pencegah perang.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dua Napi WN Inggris Kasus Narkoba Dipulangkan oleh Pemerintah RI

    Dua Napi WN Inggris Kasus Narkoba Dipulangkan oleh Pemerintah RI

    Dua Napi WN Inggris Kasus Narkoba Dipulangkan oleh Pemerintah RI
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Republik Indonesia (RI) memulangkan dua narapidana terpidana mati dan seumur hidup, warga negara (WN) Inggris, Lindsay June Sandiford dan Shahab Shahabadi, pada Kamis (6/11/2025).
    Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dilakukan di Lapas Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali, pada Kamis malam.
    Deputi Bidang Koordinasi Keimigrasian dan Pemasyarakatan Kemenko Kumham Imipas, I Nyoman Gede Surya Mataram, mengatakan, proses transfer ini merupakan kerja sama antarnegara yang berlangsung dengan koordinasi intensif dan penuh kehati-hatian.

    Pemerintah Indonesia
    memastikan bahwa setiap prosedur pemindahan narapidana lintas negara dilaksanakan secara akuntabel, transparan, dan sesuai standar hukum yang berlaku. Pendekatan yang kami lakukan bukan hanya berorientasi pada aspek penegakan hukum, tetapi juga mempertimbangkan unsur kemanusiaan dan perlindungan
    hak asasi manusia
    ,” kata Surya, dalam keterangan tertulis, Jumat (7/11/2025).
    Lindsay June Sandiford (68) merupakan narapidana kasus narkotika berdasarkan Putusan Nomor 1453 K/PID.SUS/2013 dengan pidana mati, dan selama ini ditempatkan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Bali.
    Sedangkan Shahab Shahabadi (35), narapidana kasus narkotika berdasarkan Putusan Nomor 104/PID/2015/PT.DKI, menjalani pidana penjara seumur hidup di Lapas Kelas IIA Kembangkuning, Nusa Kambangan.
    Surya mengatakan, proses pemindahan dilakukan bertahap.
    Shahab Shahabadi diberangkatkan pada Kamis, 6 November 2025 pukul 06.00 WIB dari Nusa Kambangan menuju Bali melalui Bandara Yogyakarta International Airport.
    “Keduanya kemudian dijadwalkan terbang ke London pada Jumat, 7 November 2025 pukul 00.30 Wita dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menggunakan maskapai Qatar Airways,” ujar dia.
    Surya menunturkan, proses ini sekaligus menunjukkan kredibilitas Indonesia dalam skema kerja sama hukum internasional.
    “Ini adalah bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam memperkuat tata kelola dan kerja sama antarnegara. Kolaborasi ini juga memperkuat kepercayaan global terhadap sistem hukum dan pemasyarakatan Indonesia,” tutur dia.
    Pemerintah Inggris melalui surat resmi Perdana Menteri kepada Presiden Republik Indonesia menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan Pemerintah Indonesia dalam pemindahan dimaksud.
    Kemenko Kumham Imipas menegaskan bahwa kerja sama transfer narapidana ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam memperkuat tata kelola, harmonisasi kebijakan, dan kolaborasi internasional di bidang hukum, HAM, imigrasi, serta pemasyarakatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 2 Terpidana Narkoba Dipulangkan ke Inggris, Ada yang Lolos Hukuman Mati

    2 Terpidana Narkoba Dipulangkan ke Inggris, Ada yang Lolos Hukuman Mati

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia telah memulangkan dua warga Inggris yang merupakan terpidana terkait kasus narkoba ke London, Inggris.

    terpidana itu, yakni Lindsay June Sandiford (68). Dia merupakan terpidana mati yang sebelumnya ditempatkan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Bali. 

    Satu orang lainnya, yakni Shahab Shahabadi (35), narapidana kasus narkotika yang tengah menjalani pidana penjara seumur hidup di Lapas Kelas IIA Kembangkuning, Nusa Kambangan.

    Keduanya kemudian dijadwalkan terbang ke London pada Jumat, (7/11/2025) pukul 00.30 WITA dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menggunakan maskapai Qatar Airways. 

    Adapun, penandatanganan Berita Acara Serah Terima dilakukan di Lapas Kelas IIA Kerobokan dan seluruh biaya pemindahan ditanggung oleh Pemerintah Inggris sebagai negara pemohon.

    Deputi Bidang Koordinasi Keimigrasian dan Pemasyarakatan Kemenko Kumham Imipas I Nyoman Gede Surya Mataram pelaksanaan pemulangan ini sudah sesuai prosedur hukum dan kerja sama internasional.

    “Pemerintah Indonesia memastikan bahwa setiap prosedur pemindahan narapidana lintas negara dilaksanakan secara akuntabel, transparan, dan sesuai standar hukum yang berlaku,” ujar Surya dalam keterangan tertulis, Jumat (7/11//2025).

    Dia menekankan proses pemulangan ini tak hanya berorientasi pada aspek penegakan hukum, tetapi juga mempertimbangkan unsur kemanusiaan dan perlindungan hak asasi manusia.

    Di samping itu, Surya menambahkan bahwa proses ini sekaligus menunjukkan kredibilitas Indonesia dalam skema kerja sama hukum internasional, sekaligus memperkuat tata kelola kerja sama antar negara.

    “Ini adalah bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam memperkuat tata kelola dan kerja sama antarnegara. Kolaborasi ini juga memperkuat kepercayaan global terhadap sistem hukum dan pemasyarakatan Indonesia,” pungkasnya.

  • 6
                    
                        Terpidana Mati Lindsay Sandiford Dipulangkan, Tak Akan Dieksekusi di Inggris
                        Denpasar

    6 Terpidana Mati Lindsay Sandiford Dipulangkan, Tak Akan Dieksekusi di Inggris Denpasar

    Terpidana Mati Lindsay Sandiford Dipulangkan, Tak Akan Dieksekusi di Inggris
    Tim Redaksi
    DENPASAR, KOMPAS.com
    – Lindsay Sandiford (68), warga Inggris terpidana mati, dipulangkan ke negaranya dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (7/11/2025) dini hari.
    Dia diberangkatkan bersama terpidana seumur hidup, Shahab Shahabadi (35).
    Meskipun terpidana mati,
    Lindsay Sandiford
    tidak akan dieksekusi di Inggris.
    “Tidak (dieksekusi). Inggris tidak mengenal
    hukuman mati
    ,” kata Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Matthew Downing, di Lapas Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (6/11/2025) malam.
    Setelah penyerahan kedua tahanan kepada Pemerintah Inggris, mereka akan berada di bawah hukum dan prosedur pemerintah Inggris.
    “Dan sangat penting bagi saya untuk tidak berspekulasi tentang proses hukum ini,” ungkap Downing saat ditanya mengenai nasib Lindsay Sandiford setelah kembali ke Inggris.
    Langkah pertama yang akan diambil setibanya di Inggris adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi kesehatan mereka, diikuti dengan perawatan dan rehabilitasi.
    Matthew Downing juga mengungkapkan bahwa kedua tahanan tersebut memiliki masalah kesehatan yang serius, sehingga keputusan pemulangan ini diambil atas dasar kemanusiaan.
    “Pemulangan ini adalah hasil akhir setelah proses kolaborasi selama beberapa bulan antara Inggris dan Indonesia,” jelas Downing.
    Dia menambahkan bahwa Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, telah secara pribadi berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas dukungannya.
    Kesepakatan ini, menurutnya, merupakan bukti hubungan erat antara Inggris dan Indonesia.
    “Kesepakatan kami dibangun atas dasar prinsip saling menghormati, kedaulatan, dan
    kerja sama internasional
    ,” imbuhnya.
    Sebelumnya, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Indonesia menyatakan siap memulangkan kedua narapidana berkewarganegaraan Inggris tersebut.
    Pernyataan ini disampaikan Menteri Imipas Agus Andrianto dalam kunjungannya ke Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025).
    “Kami kan hanya melaksanakan. Kalau sudah keputusan pemerintah untuk melakukan transfer ke sana, kepada warga negara asing, maka saya sebagai pelaksana akan melaksanakan,” ujar Agus.
    Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris telah menandatangani kesepakatan pengaturan praktis terkait pemindahan kedua narapidana tersebut.
    Penandatanganan dilakukan Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra dan Secretary of State for Foreign, Commonwealth, and Development Affairs of the United Kingdom, Yvette Cooper, di Jakarta pada 21 Oktober 2025.
    Usai penandatanganan, Yusril menyatakan bahwa pemindahan kedua narapidana ini dilakukan atas dasar pertimbangan kemanusiaan, sejalan dengan prinsip perlindungan hak asasi manusia yang dijunjung tinggi Pemerintah Indonesia.
    “Indonesia memandang penting adanya kerja sama internasional yang mengedepankan kemanusiaan, terutama bagi warga negara asing yang menghadapi kondisi kesehatan berat selama menjalani masa pidana.”
    “Proses hukum selanjutnya terhadap kedua narapidana ini akan dilimpahkan kepada Pemerintah Inggris,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Indonesia Serahkan 2 WNA Terpidana Mati Kasus Narkotika ke Pemerintah Inggris

    Indonesia Serahkan 2 WNA Terpidana Mati Kasus Narkotika ke Pemerintah Inggris

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia menyerahkan dua narapidana asing kasus narkotika, Lindsay June Sandiford dan Shahab Shahabadi kepada pemerintah Inggris.

    “Proses ini mencerminkan komitmen Indonesia kepada penegakan hukum yang berkeadilan, menjunjung nilai kemanusiaan,” kata Deputi Bidang Koordinasi Keimigrasian dan Pemasyarakatan Kementerian Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan RI I Nyoman Gede Surya Mataram di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Kerobokan di Kabupaten Badung, Bali, Kamis (6/11) malam, seperti dilansir Antara.

    Proses final pemulangan dua narapidana tersebut ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima yang dilaksanakan oleh Nyoman Gede Surya Mataram bersama Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Provinsi Bali Decky Nurmansyah, Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar Trimo dan Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing.

    Sedangkan Lindsay dan Shahab ikut hadir dalam proses serah terima itu dan duduk di barisan kedua dari meja penandatanganan.

    Keduanya kompak mengenakan kemeja berwarna putih dan selama berlangsungnya seremoni itu, Lindsay menutupi wajah dengan tangannya dan masker berwarna putih.

    Berbeda dengan Lindsay, narapidana Inggris lainnya Shahab terlihat duduk tenang menggunakan masker berwarna biru.

    Sekitar satu menit setelah penandatanganan, keduanya kemudian meninggalkan Lapas Kerobokan.

    Lindsay keluar menggunakan kursi roda dan dibopong petugas lapas.

    Keduanya kemudian memasuki mobil dengan pengawalan khusus sekitar pukul 21.28 WITA menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali.

    Menurut keterangan Surya Mataram, keduanya dijadwalkan terbang pukul 00.30 WITA pada Jumat (7/11) dini hari menuju Doha dan melanjutkan perjalanan menuju London, Inggris.

    Nantinya, setelah tiba di Inggris, Indonesia menyerahkan sepenuhnya penanganan kedua narapidana tersebut mengikuti aturan hukum negara tersebut.

     

  • Restoran Pizza Hut Terancam Dijual!

    Restoran Pizza Hut Terancam Dijual!

    Jakarta

    Perusahaan induk Pizza Hut, Yum! Brands, sedang mempertimbangkan untuk menjual jaringan restoran pizza tersebut. Langkah ini diambil setelah bisnis Pizza Hut terus mengalami penurunan penjualan.

    Dilansir dari CNBC International, Kamis (6/11/2025), CEO Yum! Brands, Chris Turner, mengungkapkan tim Pizza Hut sudah bekerja keras mengatasi tantangan bisnis. Namun, ternyata kinerja Pizza Hut menunjukkan perlu adanya tindakan lain, contohnya seperti dijalankan di luar Yum! Brands.

    Dalam beberapa kuartal terakhir, penjualan di gerai Pizza Hut di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan sebesar 1% yang menyeret kinerja global perusahaan. Meski penjualan di beberapa negara lain masih meningkat, pasar AS tetap menjadi faktor penentu yang besar bagi kinerja keseluruhan merek tersebut.

    Sementara itu, dua restoran cepat saji yang lain dari Yum! Brands justru mencatat hasil yang positif. Taco Bell berhasil meningkatkan penjualan di gerai yang sudah beroperasi sebesar 7%, sementara KFC tumbuh 3% meski menghadapi tekanan di pasar Amerika Serikat.

    Yum! Brands saat ini memeroleh sekitar 11% dari total laba operasionalnya melalui bisnis Pizza Hut. Secara global, Pizza Hut membuka sekitar 20.000 gerai, dengan sekitar 6.500 berada di Amerika Serikat. Namun, persaingan di industri pizza juga semakin ketat.

    Pesaing utama seperti Domino’s Pizza dan Papa John’s terus merebut pangsa pasar, bahkan Domino’s melaporkan adanya kenaikan penjualan sebesar 6% di bulan lalu yang didukung oleh strategi promosi yang agresif.

    Selain tekanan dari pesaing, saat ini bisnis makanan cepat saji juga sedang menghadapi penurunan daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi dan melambatnya pasar tenaga kerja membuat konsumen lebih hati-hati dalam membelanjakan uangnya. Menurut Turner, konsumen di AS kini berhati-hati dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak pasti.

    Tidak hanya di AS, ternyata masalah serupa juga terjadi di Inggris. Hal ini di mana Pizza Hut berencana untuk menutup setengah gerainya akibat turunnya minat pelanggan. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar pizza juga semakin padat dengan munculnya pesaing yang lebih cepat beradaptasi dengan tren dan selera konsumen generasi muda.

    Meski menghadapi tekanan yang berat, Turner juga menyebutkan bahwa bisnis lain di bawah Yum! seperti Taco Bell tetap mampu mempertahankan penjualan yang solid. Hingga kini, Yum! Brands belum mengumumkan kapan keputusan akhir mengenai masa depan Pizza Hut akan diambil.

    (fdl/fdl)

  • Di Jepang, Payung Dipercaya sebagai Wadah Pemikat Arwah

    Di Jepang, Payung Dipercaya sebagai Wadah Pemikat Arwah

    Jakarta

    Di Jepang, payung bukan cuma berfungsi sebagai pelindung diri dari hujan dan sinar matahari, tapi benda ini dipercaya mampu mengundang roh.

    Di banyak negara, payung digunakan secara sederhana untuk melindungi orang dari hujan atau memberikan naungan dari terpaan sinar matahari.

    Wisatawan yang berkunjung ke Jepang, mungkin melihat banyak penduduk setempat menggunakan payung untuk tujuan tersebut. Tapi sebenarnya, payung punya peran yang jauh lebih kuat dalam budaya Jepang: alat ini adalah wadah spiritual.

    Tatsuo Danjyo, profesor emeritus bidang humaniora di Universitas Beppu di Prefektur ita, mengatakan, Jepang punya tradisi bahwa benda-benda tertentu termasuk payung, dapat berfungsi sebagai yorishiro (benda yang mampu memikat dewa atau roh).

    Keyakinan ini sangat tertanam dalam sejarah.

    Tuul & Bruno Morandi via Getty Images

    Payung pertama kali muncul di Jepang antara abad ke-9 dan ke-11, tetapi bukan untuk melindungi orang dari cuaca, melainkan sebagai simbol kekuatan spiritual atau politik.

    “Orang Jepang cenderung memiliki cara berpikir animisme,” kata Danjyo kepada BBC. “[Sebuah payung] yang memiliki bentuk bulat seperti arwah, dengan peganganan mirip pilar… dianggap sebagai wadah yang mudah diakses roh untuk turun.”

    Digipub via Getty ImagesIlustrasi. Di Jepang, payung banyak digunakan dalam acara-acara festival.

    Pada abad ke-12, Danjyo mencatat payung mulai digunakan secara luas oleh masyarakat umum, dan sepanjang abad-abad berikutnya, makna spiritualnya tetap terjaga.

    Makna spiritual ini masih bisa dirasakan dalam festival-festival di seluruh Jepang hingga saat ini.

    Di Festival Yasurai di Kyoto, yang diadakan tiap tahun pada minggu kedua April, payung yang dihiasi bunga diyakini dapat menghilangkan penyakit dan masalah kesehatan orang-orang.

    Di Festival Hakata Dontaku, yang berlangsung setiap 3-4 Mei di kota Fukuoka di bagian utara, kereta hias kasaboko raksasa diarak melalui jalan-jalan. Orang yang melintas di bawahnya diyakini akan mendapat keberuntungan dan berkah kesehatan.

    Dan di pulau Okinoshima di Prefektur Kchi, setiap 13-16 Agustus, penduduk membuat struktur payung yang dihiasi dengan warna-warni untuk menampung arwah orang yang baru saja meninggal selama festival Obon tahunan mereka.

    Setiap dua tahun sekali pada malam 16 Agustus, payung-payung ini dibawa dalam tarian ritual mengelilingi pusat altar, secara simbolis mengarahkan arwah-arwah kembali dengan aman ke dunia roh.

    Payung bahkan telah menginspirasi salah satu makhluk gaib paling ikonik di Jepang, yaitu kasa yokai (roh payung). Makhluk gaib ini muncul dalam karya seni sejarah, di mana barang-barang rumah tangga yang dibuang digambarkan hidup kembali.

    Tunaco via Getty Images

    Sering digambarkan dengan satu mata dan bentuk yang unik, kasa yokai mencerminkan keyakinan animisme Jepang, bahkan benda-benda pun dapat memiliki roh, terutama yang telah digunakan, dicintai, dan akhirnya dibuang.

    Para pelancong yang tertarik dengan sejarah dan keahlian pembuatan payung tradisional Jepang, dapat menjelajahi hal tersebut secara langsung di workshop dan museum di negara ini.

    Jadi, saat Anda membuka payung di Jepang, terutama payung tradisional wagasa, ingatlah bahwa payung tersebut mungkin memiliki makna lebih dari sekadar melindungi Anda dari hujan.

    Anda dapat membaca artikel ini dalam versi bahasa Inggris di BBC Travel, dengan judul Why do the japanese use umbrellas when its sunny.

    Melihat Workshop Payung Geulis di Festival Payung Nusantara

    (ita/ita)

  • Google Kasih Peringatan Bahaya, Pengguna HP Android Wajib Tahu

    Google Kasih Peringatan Bahaya, Pengguna HP Android Wajib Tahu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google memberikan peringatan penting terkait meningkatnya ancaman malware canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) yang bisa menyerang perangkat pengguna, termasuk HP Android.

    Kelompok Intelijen Ancaman Google (Google Threat Intelligence Group/GTIG) menemukan tren baru, di mana pelaku kejahatan siber memanfaatkan AI untuk membuat malware yang dapat berubah secara dinamis saat dijalankan.

    Teknik ini memungkinkan malware untuk menghindari deteksi antivirus dan beradaptasi dengan situasi baru, yang hampir mustahil dilakukan oleh malware tradisional.

    Salah satu contohnya adalah malware eksperimental PromptFlux, yang menggunakan model bahasa besar (LLM) Google Gemini untuk membuat varian kode yang sulit dideteksi.

    Meski masih dalam tahap pengembangan awal dan belum menimbulkan kerusakan nyata, Google sudah menonaktifkan akses malware ini ke API Gemini untuk mencegah penyebaran.

    “Komponen paling baru dari PromptFlux adalah modul ‘Thinking Robot’, yang dirancang untuk secara berkala meminta kode baru dari Gemini untuk menghindari perangkat lunak antivirus,” jelas Google, dikutip dari Bleeping Computer, Kamis (6/11/2025).

    Selain PromptFlux, Google juga menemukan malware lain seperti, FruitShell, sebuah owerShell reverse shell untuk mengambil alih perangkat dari jarak jauh. Ada juga QuietVault, encuri kredensial berbasis JavaScript yang menargetkan token GitHub/NPM. Dan PromptLock, sebuahansomware eksperimental yang bisa mencuri dan mengenkripsi data di Windows, macOS, dan Linux.

    Google juga menyoroti penyalahgunaan AI oleh aktor ancaman global untuk melakukan serangan phishing, pencurian data, dan bahkan pembuatan deepfake.

    Beberapa aktor bahkan memanfaatkan AI untuk mengidentifikasi kerentanan sistem dan membangun alat serangan otomatis.

    Selain itu, Google menemukan bahwa alat kejahatan siber berbasis AI kini banyak dipasarkan di forum bawah tanah, baik berbahasa Inggris maupun Rusia.

    Alat ini memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan serangan yang lebih kompleks tanpa harus memiliki keahlian teknis tinggi.

    “Banyak iklan di forum bawah tanah menggunakan bahasa yang mirip dengan pemasaran AI legal, menekankan efisiensi alur kerja sambil menawarkan panduan bagi calon pelanggan,” kata Google dalam laporan yang diterbitkan.

    Google menegaskan, pengguna harus lebih waspada dan memperkuat keamanan perangkatnya. Perusahaan juga menekankan bahwa pengembang AI harus bertanggung jawab, dengan sistem AI dirancang agar memiliki perlindungan kuat untuk mencegah penyalahgunaan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]