Negara: Inggris

  • Klasemen Piala Presiden 2025 usai Oxford United Menang dan Persib Kalah

    Klasemen Piala Presiden 2025 usai Oxford United Menang dan Persib Kalah

    JAKARTA – Piala Presiden 2025 mulai bergulir pada 6 Juli 2025. Laga pembuka menampilkan Indonesia All Star vs Oxford United dan Persib Bandung vs Port FC.

    Oxford United di laga perdana berhasil mengalahkan Indonesia All Star dengan skor akhir 6-3. Pada laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, bintang kemenangan tim asal Inggris ini adalah Mark Harris yang membuat dua gol. 

    Selain itu, empat gol Oxford United disumbangkan oleh Michael Helik, Tom Bradhshaw, Przemyslaw Placheta, dan Brian De Keersmaecker.

    Di kubu lawan, Indonesia All Star membuat tiga gol dari Riko Simanjuntak, Rizki Dwi, dan Eksel Joseph Runtukahu. 

    Kemenangan yang diamankan Oxford United di laga perdana ini membuat mereka kini memimpin klasemen Grup A dengan tiga poin. Oxford pun memperbesar peluang untuk lolos ke babak berikutnya.

    Setelah menghadapi Indonesia All Star, Oxford akan meladeni Arema FC. Duel ini digelar pada Kamis, 10 Juli 2025, di Stadion Si Jalak Harupat pukul 19.30 WIB. 

    Sementara itu, di pertandingan Grup B yang digelar pada hari yang sama, Persib Bandung menghadapi tim asal Thailand, Port FC. Pada laga yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, tuan rumah kalah 0-2. 

    Port FC yang diperkuat Asnawi Mangkualam mampu menang lewat gol Bordin Phala pada masa injury time babak pertama dan gol penalti Peeradol Chamrasamee pada babak kedua. Pada laga ini, Asnawi juga memberikan kontribusi terciptanya penalti untuk gol kedua.

    Dengan kekalahan ini, Persib untuk sementara ada di dasar klasemen. Mereka harus bisa mengalahkan Dewa United Banten FC untuk bisa menghidupkan peluang lolos ke babak selanjutnya.

    Klasemen Piala Presiden 2025

    Grup A

    Oxford United: 3

    Arema FC: 0

    Indonesia All Star: 0

    Grup B

    Port FC: 3

    Dewa United Banten FC: 0

    Persib Bandung: 0

  • Kereta Eurostar Mogok di Prancis, Penumpang Terjebak 5 Jam

    Kereta Eurostar Mogok di Prancis, Penumpang Terjebak 5 Jam

    Paris

    Para penumpang kereta Eurostar tujuan London, Inggris, terjebak selama lebih dari 5 jam saat rangkaian kereta itu mogok di wilayah Prancis. Situasi itu memicu kekacauan dengan para penumpang mengeluhkan tidak adanya ventilasi udara yang memadai dan toilet yang tidak berfungsi saat kereta terhenti.

    Keluhan para penumpang diluapkan via media sosial, seperti dilansir media Inggris, The Independent, Senin (7/7/2025), dengan beberapa penumpang kereta rute Brussels-London tersebut menuturkan bahwa listrik mati total yang membuat situasi di dalam gerbong sangat gerah.

    “Terjebak di dalam @Eurostar selama 4,5 jam, tidak bergerak. Toilet penuh, listrik mati dan perlahan-lahan mendidih hidup-hidup,” tulis salah satu penumpang Eurostar via media sosial, saat insiden terjadi pada Minggu (6/7) waktu setempat.

    “Petugas pemadam kebakaran berhasil datang dengan sejumlah pertolongan pertama, tetapi masih belum ada pengumuman resmi selama 3 jam. Mereka mencuit bahwa akan ada kereta pengganti pada pukul 13.30 waktu setempat, tidak ada tanda-tanda,” imbuh keluhan penumpang yang tidak disebut nama tersebut.

    Pihak Eurostar mengatakan bahwa kereta itu mogok karena listrik mati, dan memberitahu penumpang yang menghubungi pihaknya via media sosial bahwa kereta pengganti akan dikirimkan untuk menyelesaikan perjalanan para penumpang.

    Menurut situs resmi Eurostar, kereta yang mogok itu berangkat dari Brussels di Belgia pada Minggu (6/7) pagi, sekitar pukul 08.52 waktu setempat, dan dijadwalkan tiba di Stasiun Internasional St Pancras, London, pada pukul 09.57 waktu setempat.

    Namun, enam jam setelah jadwal kedatangan, para penumpang masih terjebak di Prancis, tepatnya di antara wilayah Lille dan Calais.

    Berbagai foto yang diposting ke media sosial menunjukkan para penumpang mencondongkan tubuhnya ke luar pintu untuk bisa menghirup udara segar, sebelum mereka akhirnya dievakuasi ke rel sambil menunggu kereta pengganti tiba.

    “Tidak ada komunikasi. Tidak ada udara. Tidak ada toilet. Hanya kekacauan total. Ini membingungkan. Insiden memang bisa terjadi, tetapi ini adalah kegagalan manajemen. Layanan yang sangat buruk,” kritik seorang penumpang Eurostar lainnya yang terjebak dalam insiden tersebut.

    Lihat juga video: Rusia Bantah Dalangi Sabotase Kereta Prancis Jelang Pembukaan Olimpiade

    Kereta pengganti tampaknya baru tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 sore waktu Inggris.

    “Sebelumnya hari ini, kereta Eurostar 9117, yang berangkat dari Brussels ke London, berhenti di antara Lille dan Calais karena listrik padam, sehingga kereta tidak memiliki aliran listrik di dalamnya,” kata juru bicara Eurostar dalam pernyataannya.

    Eurostar juga mengatakan bahwa pihaknya memberikan tawaran kepada semua pelanggan yang terdampak berupa pengembalian uang sepenuhnya secara tunai, atau mendapatkan e-voucher senilai 300 persen dari nilai tiket.

    Lihat juga video: Rusia Bantah Dalangi Sabotase Kereta Prancis Jelang Pembukaan Olimpiade

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dokter Ungkap Gejala Unik COVID-19 ‘Stratus’, Picu Lonjakan Kasus di Inggris

    Dokter Ungkap Gejala Unik COVID-19 ‘Stratus’, Picu Lonjakan Kasus di Inggris

    Jakarta

    Strain baru COVID-19 kini menyebar dengan cepat di Inggris dan menjadi varian dominan hanya dalam hitungan minggu. Para ahli menyebut strain ini memiliki kemampuan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian tersebut secara resmi dikenal sebagai XFG dan dijuluki ‘Stratus’, serta diketahui memiliki salah satu gejala yang cukup khas.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3.

    Sebelumnya, para ahli melaporkan varian ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 tengah menyebar luas di berbagai wilayah, menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan yang tajam seperti tertusuk silet, disertai gejala COVID-19 lainnya. Namun kini, Stratus telah menggantikan Nimbus sebagai varian dominan, dengan gejala uniknya sendiri.

    Gejala Tak Biasa COVID-19 Stratus

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Stratus sebagai variant under monitoring (VUM) dan terus memantau penyebaran strain tersebut. Stratus menyumbang 22 persen dari semua kasus di seluruh dunia.

    (suc/kna)

  • Motor Listrik Jadi Jurus China untuk Populerkan Baterai Garam

    Motor Listrik Jadi Jurus China untuk Populerkan Baterai Garam

    Jakarta

    China sedang gencar memasarkan baterai sodium ion. Kali ini, mereka melakukannya lewat skuter listrik.

    Puluhan skuter listrik berjejer di depan sebuah mal di Hangzhou, China. Bentuknya mirip seperti vespa, sehingga menarik para pejalan kaki untuk mencobanya.

    Skuter yang dijual dengan harga US$400 (Rp6,5 juta) hingga US$660 (Rp10,8 juta) ini tidak menggunakan baterai ion litium yang biasanya dipakai pada motor listrik. Skuter-skuter ini menggunakan baterai yang terbuat dari natrium, bahan yang diekstraksi dari garam laut.

    Di samping skuter-skuter itu, terdapat beberapa tempat pengisian daya. Yadea, produsen motor terbesar di China, mengatakan baterai skuter listrik bisa dicas dari 0% menjadi 80% dalam 15 menit.

    Ada juga stasiun yang memungkinkan pengguna menukar baterai yang sudah habis dengan baterai baru hanya dengan memindai kode QR.

    Yadea hanyalah satu dari banyak perusahaan China yang mengembangkan alternatif teknologi baterai yang kompetitif. Tren ini menunjukkan betapa cepatnya perkembangan industri teknologi hijau di China.

    Ketika seluruh dunia masih berusaha mengejar China untuk membuat baterai litium yang murah, aman dan efisien, perusahaan-perusahaan China sudah mulai memproduksi baterai sodium ion secara massal. Baterai sodium ion menjadi alternatif yang bisa membantu mengurangi ketergantungan industri pada bahan baku mineral utama.

    Pada April 2025, produsen baterai terbesar di dunia asal China, CATL, mengumumkan rencana mereka untuk memproduksi massal baterai sodium ion untuk truk dan kendaraan berat di bawah merek baru bernama Naxtra.

    Operator jaringan listrik China juga sudah mulai membangun stasiun-stasiun penyimpanan energi yang menggunakan baterai sodium ion.

    Menurut sejumlah peneliti yang diwawancarai BBC, stasiun penyimpanan energi menjadi ranah utama yang paling menjanjikan bagi teknologi yang sedang berkembang ini.

    Menurut Cory Combs, strategi perusahaan-perusahaan China yang menggunakan berbagai pendekatan dalam mengembangkan baterai sodium ion akan menjadikan mereka yang terdepan dalam persaingan global, kalau nantinya memang ada perlombaan dalam sektor ini. Masih perlu dilihat lebih jauh apakah baterai sodium ion akan benar-benar berkembang pesat.

    Namun, ada satu sektor yang berinvestasi banyak pada baterai sodium ion, yakni sepeda motor. Ini adalah sektor yang tumbuh pesat dan sangat kompetitif di China.

    Yadea telah meluncurkan tiga model motor listrik yang menggunakan baterai sodium ion. Mereka berencana memasarkan lebih banyak model lagi.

    Perusahaan ini juga mendirikan Hangzhou Huayu New Energy Research Institute untuk meneliti alternatif baterai baru, terutama baterai natrium-ion.

    “Kami ingin membawa teknologi dari laboratorium ke pelanggan dengan cepat,” kata Wakil Presiden Senior Yadea, Zhou Chao, dalam talk show di China Central Television pada Januari.

    ‘Keledai listrik kecil’

    Kendaraan roda dua amat populer di banyak negara Asia, termasuk Vietnam dan Indonesia. Di China, motor biasanya digunakan untuk pergi ke pasar, ke kantor, ke stasiun kereta, dan banyak tempat lainnya yang tergolong dekat. Orang-orang China menjuluki motor sebagai ‘keledai listrik’ karena praktis dan serbaguna.

    “Kendaraan roda dua biasanya dipakai untuk jarak yang lebih pendek dengan kecepatan yang lebih lambat [dibanding mobil], sehingga penggunaan energinya lebih kecil,” kata Chen Xi, peneliti di Xi’an-Jiaotong Liverpool University di China.

    Baterai sodium ion menyimpan energi lebih sedikit dibandingkan baterai litium dalam ukuran yang sama. Itu artinya, densitas energinya lebih rendah.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Pesaing utama baterai sodium ion untuk kendaraan roda dua adalah baterai asam timbal, yang densitas energi dan siklus isi ulangnya lebih rendah. Xi mengatakan baterai asam timbal juga lebih murah dibandingkan baterai litium.

    Banyaknya pengguna motor di Asia membuka peluang yang menjanjikan secara ekonomi. Di China saja, sekitar 55 juta motor listrik terjual pada 2023, hampir enam kali lipat dari total penjualan mobil listrik, mobil hibidra, dan mobil berbahan bakar minyak, menurut konsultan iResearch.

    Getty Images

    Yadea punya misi memproduksinya secara massal. Dalam sebuah talk show, Zhou mengatakan bahwa Yadea berupaya membangun ekosistem pengisian daya yang memudahkan pengguna.

    Menurut laporan media lokal, perusahaan ini telah melakukan uji coba pasar pada 2024 dengan melibatkan 150.000 kurir pengiriman makanan di Shenzen, kota dengan populasi 17,8 juta orang.

    Tujuan dari uji coba itu adalah memungkinkan pengguna mengganti baterai sodium ion yang sudah habis dengan baterai yang sudah terisi penuh di stasiun penukaran dalam waktu 30 detik.

    Baca juga:

    Yadea dan perusahaan-perusahaan lainnya seperti perusahaan penukaran baterai Dudu Huandiantelah berkembang pesan di Shenzen. Mereka bahkan ingin menjadikan Shenzen sebagai “kota penukaran baterai”.

    Mereka menargetkan akan membuat 20.000 tempat pengecasan daya atau penukaran baterai untuk berbagai jenis baterai motor listrik pada 2025. Mereka juga menargetkan jumlahnya mencapai 50.000 stasiun pada 2027, menurut Asosiasi Industrri Sepeda Motor Listrik Shenzen.

    Kota Shenzen bahkan telah memiliki “taman penukaran baterai” dan berencana membangun ekosistem di mana warganya bisa menemukan stasiun penggantian baterai setiap lima menit.

    Sempat terlupakan

    Baterai sodium ion dan litium ion punya struktur serupa. Perbedaan utamanya ada pada ion yang digunakan, yakni partikel yang berpindah bolak-balik antara sisi positif dan negatif baterai untuk menyimpan dan melepaskan energi.

    Sodium dapat ditemukan di lautan dan kerak bumi, sehingga 400 kali lebih melimpah dibanding litium. Oleh sebab itu, sodium ion lebih mudah dijangkau dan lebih mudah untuk diproduksi secara massal. Ini juga bisa menjadi solusi bagi masalah rantai pasok yang dihadapi industri baterai saat ini.

    Sebagian besar bahan baku litium ditambang di Australia, China dan Cile. Namun, pengolahannya terkonsentrasi di China. Negara ini memiliki hampir 60% kapasitas pengolahan litium di dunia.

    Baterai sodium ion bukanlah temuan baru. Riwayatnya bersinggungan dengan pengembangan baterai litium ion. Penelitian dan pengembangan terhadap kedua jenis baterai ini telah dimulai sejak setengah abad lalu, dipimpin oleh Jepang.

    Perusahaan elektronik Jepang, Sony, meluncurkan baterai litium ion pertama di dunia pada 1991. Kesuksesan komersial baterai litium ion menyebabkan pengembangan teknologi sodium ion terhenti sampai awal dekade ini. Pada saat itu, China telah menjadi kekuatan dominan dalam industri baterai global.

    Tahun 2021 menjadi titik balik bagi baterai sodium ion. Harga baterai litium melonjak tajam di pasar global, meningkat lebih dari empat kali lipat dalam setahun akibat tingginya permintaan pasar pada kendaraan listrik saat pandemi Covid-19. Produsen baterai dan kendaraan listrik pun mulai mencari alternatif.

    CATL meluncurkan baterai sodium ion pertamanya pada Juli 2021. Langkah itu “menyulut minat tinggi di industri”, kata pendiri media CnEVPost di Shanghai, Phate Zhang.

    Menurutnya, harga litium yang terus melonjak pada 2022 mendorong perusahaan-perusahaan China beralih ke sodium.

    “Ketersediaan sodium yang melimpah dan keinginan China memiliki rantai pasok baterai yang terjaga menjadi pendorong utama penelitian dan pengembangannya,” kata Direktur di Asia Society Polity Institute, Kate Logan.

    Saat harga litium melonjak, China mengimpor sekitar 80% bijih litium yang diolahnya, terutama dari Australia dan Brasil. Zhan mengatakan, salah satu alasan China adalah karena produsen baterai besar seperti CATL dan Gotion sudah memperluas kapasitas pengelolaah litium mereka. China juga berupaya menemukan dan mengembangkan cadangan litium mereka di dalam negeri.

    Akibatnya, kata Combs, “demam” sodium ion mereda dalam dua tahun terakhir.

    “Litium kembali unggul di China.”

    Alasan keamanan

    Bagi banyak pihak, ada alasan bagus lainnya untuk mengembangkan baterai sodium ion. Salah satunya adalah keamanan.

    Pada 2024, China dikejutkan oleh serangkaian peristiwa kebakaran baterai. Sebagian besar disebabkan oleh kebakaran baterai litium ion pada kendaraan roda dua.

    Risiko kebakaran di stasiun penyimpanan energi juga telah menjadi perhatian global. Pada Januari 2025, kebakaran terjadi di salah satu fasilitas penyimpanan energi di dalam pabrik baterai besar di California, AS.

    Beberapa pakar industri percaya bahwa baterai sodium ion lebih aman. Baterai jenis ini lebih kecil kemungkinannya mengalami panas berlebihan hingga kebakaran apabila dibandingkan dengan baterai litium. Itu karena sifat kimia natrium yang lebih stabil, menurut sejumlah studi.

    Namun, sebagian pihak lainnya mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan keamanannya karena kurangnya penelitian yang relevan.

    Cuaca dingin juga berpengaruh. Energi yang bisa disimpan oleh baterai litium ion dan frekuensi pengisian ulangnya berkurang pada suhu di bawah nol derajat. Sementara itu, baterai sodium ion tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekstrem.

    “Dibandingkan dengan litium, natrium lebih mudah bergerak melalui cairan di dalam baterai. Ini memberikan konduktivitas yang lebih baik dan berarti mereka membutuhkan energi lebih sedikit untuk lepas dari cairan sekitarnya,” kata profesor teknik kimia di Universitas Xi’an Jiaotong China, Tang Wei.

    Tang dan timnya telah mengembangkan cairan baterai tipe baru yang diklaim memungkinkan baterai sodium ion untuk mencapai lebih dari 80% kapasitasnya pada suhu ruangan di bawah -40C. Mereka bekerja sama dengan perusahaan baterai China untuk menerapkan teknologi ini pada kendaraan dan stasiun penyimpanan energi di wilayah-wilayah dingin di negara tersebut.

    Baterai sodium ion juga diharapkan bisa meminimalisir dampak lingkungan dari produksi logam yang digunakan dalam sel litium ion, terutama kobalt dan nikel, yang berdampak negatif pada manusia dan lingkungan.

    Sebuah studi pada 2024 menyimpulkan bahwa baterai sodium ion bisa membantu dunia menghindari penambangan berlebihan dan kemungkinan kelangkaan bahan baku kritis. Namun, proses produksinya masih menghasilkan volume emisi gas rumah kaca yang serupa dengan sel litium ion.

    Peneliti Chalmers University of Technology di Gothenburg, Zhang Shan, mengatakan “proses produksi, umur pakai, dan densitas energinya dapat ditingkatkan” karena baterai ini masih dalam tahap pengembangan.

    “Dampaknya terhadap iklim mungkin lebih rendah dibanding baterai lithium-ion di masa depan,” kata Zhang Shan.

    Belum populer untuk kendaraan roda empat

    Dua mobil listrik pertama yang ditenagai baterai natrium diluncurkan pada Desember 2023. Sejauh ini, semua model yang diluncurkan adalah “mobil mikro” yang oleh China diklasifikasikan sebagai A00.

    Penjualannya berkontribusi kecil dari total puluhan juta mobil listrik yang terjual di China pada 2024, kata analis independen industri otomotif di China, Xing Lei. Sebuah laporan bahkan menyebut hanya 204 unit yang terjual pada 2024.

    Salah satu kelemahan besar baterai sodium-ion adalah densitas energinya yang rendah: sebuah studi pada 2020 menemukan bahwa densitas energinya setidaknya 30% lebih rendah dibandingkan baterai litium.

    Ini berarti mobil yang menggunakan baterai tersebut tidak bisa menempuh jarak jauh dengan satu kali pengisian daya.

    “Jarak tempuh adalah faktor penentu utama bagi orang saat membeli mobil listrik,” kata Zhang.

    Getty ImagesBaterai sodium ion belum diproduksi massal untuk kendaraan listrik.

    Baterai sodium ion belum diproduksi massal untuk saat ini dan “belum bisa bersaing dengan baterai litium dalam konteks harga atau performa” khususnya untuk kendaraan roda empat.

    Menurut analis pasar baterai dari konsultan Rystad Energy, Chen Shan, penggunaan baterai sodium ion secara besar-besaran dalam dua atau tiga tahun ke depan akan sulit terwujud.

    Penerimaan pasar terhadap motor listrik dengan baterai sodium di China berkembang secara bertahap dan menjanjikan. Juru bicara Yadea mengatakan kepada BBC bahwa penjualan motor listrik sodium mereka mencapai hampir 1.000 unit pada tiga bulan pertama 2025.

    Perusahaan berencana membangun sekitar 1.000 tiang pengisian cepat yang dirancang khusus untuk baterai sodium-ion di Hangzhou tahun ini, memungkinkan penggunanya menemukan stasiun pengisian dana setiap 2 kilonater, kata Zhou dalam acara talk show.

    Yadea bukan satu-satunya yang berupaya mengembangkan baterai sodium ion. Produsen skuter China lainnya, Tailg, telah menjual model bertenaga sodium sejak 2023.

    FinDreams, divisi baterai dari produsen mobil listrik besar BYD, sedang membangun pabrik di Xuzhou, China Timur, untuk memproduksi baterai sodium. Menurut media lokal, mereka bekerja sama dengan Huaihai Group, produsen kendaraan roda dua dan tiga.

    Meskipun baterai asam timbal akan tetap mendominasi industri ini, pangsa pasar baterai sodium ion diperkirakan akan tumbuh pesat dalam lima tahun ke depan.

    Pada 2030, 15% skuter listrik di China akan menggunakan baterai sodium-ion. Menurut analisis dari Starting Point Research Institute, jumlahnya baru 0,04% pada 2023.

    Pangsa pasar yang lebih menjanjikan

    Sebenarnya, stasiun penyimpanan energi menjadi pangsa pasar yang lebih menjanjikan untuk baterai sodium ion. Ini memungkinkan penyerapan daya pada satu waktu untuk bisa digunakan belakangan.

    Karena tempatnya tetap, maka kelemahan dari baterai sodium ion saat digunakan pada kendaraan menjadi tidak berarti.

    “Anda bisa membuat stasiun penyimpanan energi yang sedikit lebih besar. Itu tidak akan berpindah-pindah. Berat baterai tidak menjadi masalah,” kata Combs.

    Penyimpanan energi diperkirakan akan menjadi pasar yang sangat besar dan berkembang pesat seiring dengan upaya negara-negara mencapai tujuan iklim mereka.

    Menurut Badan Energi Internasional (IEA), kapasitas penyimpanan energi skala global perlu tumbuh hampir 35 kali lipat pada 2022 hingga 2030 jika ingin mencapai net-zero pada 2050.

    “Ini akan menjadi pasar yang sangat penting di masa depan, terutama dengan semakin banyaknya energi terbarukan di jaringan listrik. Anda akan membutuhkan lebih banyak sistem penyimpanan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan,” kata Ilaria Mazzocco, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies.

    Dengan digunakan di fasilitas penyimpanan, baterai sodium ion tidak bersaing langsung dengan industri otomotif.

    China, yang mengalami pertumbuhan pesat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dan surya, memimpin dunia dalam penggunaan penyimpanan energi untuk mendukung energi terbarukan.

    Baca juga:

    Pada Mei 2024, China mengoperasikan stasiun penyimpanan energi pertama bertenaga sodium ion. Stasiun yang terletak di Guangxi, China Selatan ini dapat menyimpan 10 megawatt yang cukup untuk 1.500 rumah selama sehari. Ini adalah fase awal dari stasiun penyimpanan energi sodium-ion yang kapasitasnya akan dikembangkan menjadi 10 kali lipat.

    Situs penyimpanan energi lainnya dikembangkan di Hubei. Faktanya, sekitar seperlima dari kapasitas semua proyek dari perusahaan negara China menggunakan teknologi sodium.

    Agar sodium ion bisa diproduksi massal, muncul pertanyaan apakah perusahaan bisa membuatnya lebih murah dibandingkan baterai litium ion?

    Saat ini, harga satuan baterai sodium ion untuk penyimpanan energi sekitar 60% lebih mahal dibandingkan baterai litium ion. Namun, analisis dari China Energy Storage Alliance memperkirakan selisih harganya akan semakin mengecil.

    China menjadi yang terdepan

    Beberapa pengusaha dan peneliti percaya bahwa sodium merupakan jalan pintas bagi negara lain untuk mengurangi ketergantungan mereka pada baterai China.

    Namun, perusahaan-perusahaan China lah yang siap memimpin produksi global jika teknologi ini berhasil menembus pasar.

    Produsen baterai besar China telah menyusun strategi untuk tetap kompetitif dalam jangka panjang, kata Combs. Artinya, baterai sodium ion bukanlah jalan pintas untuk menyaingi dominasi China.

    Getty Images

    Zhen mengatakan perbedaan terbesar antara perusahaan di China dan negara lain adalah mereka bisa membawa teknologi dari laboratorium ke produksi massal jauh lebih cepat.

    Menurut Logan, kesamaan antara kedua jenis sel membuat infrastruktur dan manufaktur yang sudah ada untuk baterai litium bisa diadaptasi untuk memproduksi baterai sodium ion. Ini mengurangi waktu dan biaya untuk komersialisasi di China.

    “Sinergi yang sama tidak selalu berlaku jenis kimia dari baterai lainnya,” tambah Logan.

    Analis dari firma riset baterai di Beijing, RealLi Research, Mo Ke, mencontohkan baterai all-solid-state yang tidak menggunakan elektrolit cair untuk mengangkut ion. Baterai jenis ini tidak begitu bergantung pada rantai pasok industri saat ini.

    China kini membangun jaringan pabrik besar yang didedikasikan untuk memproduksi sel sodium ion. Beberapa di antaranya sudah beroperasi.

    Pada 2024, produsen China mengumumkan rencana untuk membangun 27 pabrik baterai sodium ion dengan kapasitas gabungan 180 GWh, menurut riset Gaogong Industrial Research. Di antaranya termasuk pabrik 30GWh BYD yang akan dibangun di Xuzhou.

    Kapasitas baterai sodium ion global diprediksi akan melebihi 500 GWh pada 2023, dan lebih dari 90% berasal dari China, menurut analisis Wood Mackenzie.

    Getty Images

    Di luar China, Natron Energy di AS dan Faradion di Inggris menjadi pelopor. Namun menurut Zheng, perusahaan asing biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun lini produksi, dan mereka akan sulit bersaing dengan China.

    Ekonom berbasis di Brussels, Alicia Garca Herrero mengatakan perusahaan China secara kolektif menghabiskan lebih dari 55 miliar Yuan pada 2023 untuk riset dan pengembangan baterai sodium ion.

    Nilai itu melampaui USD4,5 miliar yang dikumpulkan oleh semua startup baterai AS secara kumulatif hingga 2023 untuk solusi baterai non-litium.

    Menurut Combs, perusaaan-perusahaan China punya motivasi sederhana: “Jangan kehilangan pangsa pasar, termasuk pasar masa depan.”

    Wakil Presiden Senior Yadea, Zhou Chao mengatakan perusahaannya sudah memperluas operasi di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, di mana skuter listrik juga populer.

    Tujuan Yadea jelas: memproduksi massal baterai sodium ion dan meningkatkan infrastruktur pengisian daya skuter “agar ratusan juta orang dapat menikmati transportasi hijau”.

    Artikel versi Bahasa Inggris berjudul How electric scooters are driving China’s salt battery push dapat Anda baca di BBC Future.

    Lihat juga Video: Dua Motor Konsep Listrik Honda Tebar Pesona di IIMS 2025

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tenggat Tarif Diperpanjang, RI hingga Uni Eropa Berpacu Kebut Negosiasi dengan AS

    Tenggat Tarif Diperpanjang, RI hingga Uni Eropa Berpacu Kebut Negosiasi dengan AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara terus melakukan perundingan atau negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) di tengah kabar perpanjangan tenggat tarif impor yang ditetapkan Presiden Donald Trump.

    Melansir Reuters pada Senin (7/7/2025), Trump menyatakan pemerintahannya sedang dalam tahap akhir finalisasi sejumlah perjanjian dagang yang akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan. 

    Pemberitahuan tarif baru kepada negara mitra dagang akan disampaikan paling lambat 9 Juli, dengan tarif berlaku mulai 1 Agustus 2025.

    Meski sebelumnya menjanjikan 90 kesepakatan dalam 90 hari, Trump dan timnya baru menyelesaikan kesepakatan terbatas dengan Inggris dan satu perjanjian yang belum jelas dengan Vietnam. Sementara itu, kesepakatan dengan India masih belum tercapai.

    Berikut perkembangan perundingan dagang AS dengan sejumlah mitra menjelang tenggat waktu:

    Uni Eropa

    Pejabat AS mengklaim ada kemajuan dalam pembicaraan dengan Uni Eropa (UE) usai kunjungan negosiator perdagangan utama blok tersebut, Maros Sefcovic, ke Washington pekan lalu. Namun, para diplomat Eropa menyatakan belum ada terobosan signifikan hingga Jumat.

    Salah satu diplomat mengatakan regulasi UE terhadap media sosial dan perusahaan teknologi, yang lebih ketat daripada di AS, tidak dapat dinegosiasikan. Selain itu, tarif AS sebesar 17% terhadap produk pertanian dan makanan menjadi ganjalan utama.

    Berdasarkan laporan Bloomberg, UE bersedia menerima tarif universal 10% atas banyak ekspornya, namun menginginkan pengecualian untuk sektor farmasi, alkohol, semikonduktor, dan pesawat komersial. Blok ini juga mendesak kuota dan pengecualian untuk menurunkan tarif AS atas mobil, suku cadang, baja, dan aluminium.

    Jepang

    Jepang menyatakan tetap ingin mencapai kesepakatan dagang sambil menjaga kepentingan nasional. Negosiator Jepang Ryosei Akazawa mengadakan pembicaraan telepon intensif dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada Kamis dan Sabtu pekan lalu.

    Trump sebelumnya menuding Jepang enggan mengimpor beras AS dan menyebut perdagangan otomotif Jepang tidak adil. Dia juga meminta Tokyo membeli lebih banyak minyak AS. Trump mengatakan Jepang mungkin termasuk negara yang akan menerima surat pemberitahuan tarif, dengan potensi tarif hingga 35%.

    India

    Negosiasi dagang dengan India masih mandek akibat perbedaan pandangan terkait tarif AS atas komponen otomotif, baja, dan produk pertanian. India saat ini menghadapi tarif 26% dan telah menawarkan pemangkasan tarif untuk produk AS, namun menolak membuka pasar pertanian dan susu.

    New Delhi juga mengajukan tarif balasan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menyebut tarif 25% AS atas mobil dan suku cadang dapat berdampak terhadap ekspor India senilai US$2,89 miliar.

    Indonesia

    RI menawarkan pemangkasan tarif atas impor utama dari AS hingga mendekati nol dan komitmen pembelian gandum AS senilai US$500 juta untuk menghindari tarif 32%. Maskapai Garuda Indonesia juga berencana membeli lebih banyak pesawat Boeing sebagai bagian dari paket kerja sama US$34 miliar yang akan diteken pekan ini.

    Sebagai bentuk itikad baik, pemerintah Indonesia telah melonggarkan perizinan impor untuk produk plastik, bahan kimia, dan bahan baku industri sejak 30 Juni. Jakarta juga mengundang AS untuk berinvestasi bersama dalam proyek mineral milik BUMN.

    Korea Selatan

    Meski telah melalui beberapa perundingan dan kesepakatan awal, Korea Selatan meminta perpanjangan tenggat 9 Juli. Penasihat Keamanan Nasional Wi Sung-lac dijadwalkan mengunjungi Washington pada 6–8 Juli untuk membahas isu bilateral dan pengaturan pertemuan pertama antara Presiden Lee Jae Myung dan Trump.

    Korea Selatan nyaris tidak mengenakan tarif atas barang impor dari AS berkat perjanjian dagang bebas. Fokus AS kini bergeser ke isu nilai tukar dan biaya pertahanan, khususnya pembagian beban atas 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korsel.

    Thailand

    Thailand tengah melakukan upaya terakhir untuk menghindari tarif 36% dengan menawarkan akses pasar yang lebih besar bagi produk pertanian dan industri AS, serta komitmen pembelian energi dan pesawat Boeing. 

    Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira menyatakan bahwa proposal ini mencakup pengurangan tarif, peningkatan investasi, dan langkah penegakan aturan untuk menghindari pelanggaran reekspor.

    Thailand juga berkomitmen mengimpor lebih banyak gas alam cair (LNG) dari AS dan memangkas tarif atas impor jagung asal AS.

    Swiss

    Swiss sedang menjajaki konsesi untuk menghindari tarif 31%, termasuk memberikan akses pasar lebih besar untuk produk seperti hasil laut dan buah sitrus. Namun, sebagai basis perusahaan farmasi raksasa seperti Roche dan Novartis, Swiss juga ingin memastikan sektor farmasi tak dikenai tarif AS di kemudian hari.

  • Selevel dengan Nimbus, COVID-19 Varian Stratus Juga Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Selevel dengan Nimbus, COVID-19 Varian Stratus Juga Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Jakarta

    Muncul COVID-19 varian baru ‘stratus’ atau XFG. Varian ini memicu lonjakan kasus di Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut. XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Meski begitu, WHO menegaskan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh XFG dievaluasi rendah pada tingkat global. Vaksin COVID-19 yang saat ini telah disetujui diperkirakan masih efektif melindungi dari gejala dan penyakit berat akibat varian ini.

    Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM.

    XFG Masuk Daftar Variant Under Monitoring

    Dikutip dari laporan WHO, XFG merupakan salah satu dari tujuh varian SARS-CoV-2 yang saat ini berstatus sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Varian ini resmi ditetapkan sebagai VUM pada 25 Juni 2025.

    Istilah VUM digunakan untuk memberi sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat bahwa suatu varian SARS-CoV-2 berpotensi memerlukan perhatian dan pemantauan lebih lanjut.

    Tujuan utama penetapan status VUM adalah untuk menilai apakah varian tersebut, beserta varian yang terkait dengannya, menimbulkan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat global dibandingkan varian lain yang sedang beredar.

    Selain XFG, beberapa varian COVID-19 lainnya yang juga saat ini masuk ke dalam daftar VUM antara lain:

    KP.3 merebak di 86 negaraKP.3.1.1 merebak di 91 negaraLB.1 merebak di 99 negaraXEC merebak di 78 negaraLP.8.1 merebak di 60 negaraNB.18.1 atau variant nimbus merebak di 37 negaraXFG merebak di 38 negara

    Sementara itu, hanya terdapat satu varian COVID-19 yang saat ini masuk dalam kategori Variant of Interest (VOI), yaitu JN.1. Varian ini diketahui telah menyebar di 144 negara.

    VOI adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan varian SARS-CoV-2 yang memiliki perubahan genetik yang berpotensi memengaruhi perilaku virus atau dampaknya terhadap kesehatan manusia.

    Hal ini dapat mencakup, misalnya, kemampuan varian untuk menyebar lebih cepat, menyebabkan gejala yang lebih berat, atau memengaruhi efektivitas deteksi, pengobatan, maupun respons imun.

    Varian yang diklasifikasikan sebagai VOI juga biasanya menunjukkan peningkatan kemampuan penularan dibandingkan varian lain yang sedang beredar, sehingga berpotensi menimbulkan risiko tambahan bagi kesehatan masyarakat secara global.

    Sebelumnya, para ahli melaporkan varian ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 tengah menyebar luas di berbagai wilayah, menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan yang tajam seperti tertusuk silet, disertai gejala COVID-19 lainnya. Namun kini, Stratus telah menggantikan Nimbus sebagai varian dominan, dengan gejala uniknya sendiri.

    Gejala Tak Biasa COVID-19 Stratus

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

  • Balas Serangan Israel, Giliran Houthi Kirim Rudal ke Israel

    Balas Serangan Israel, Giliran Houthi Kirim Rudal ke Israel

    Jakarta

    Dua rudal diluncurkan ke arah Israel dari Yaman pada Senin (7/7), beberapa jam setelah militer Israel melakukan serangkaian serangan udara terhadap target kelompok pemberontak Houthi di negara itu.

    “Setelah sirene berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa daerah di Israel, dua rudal diluncurkan dari Yaman. Upaya telah dilakukan untuk mencegat rudal dan hasil intersepsi sedang ditinjau,” kata militer Israel di Telegram, dilansir dari kantor berita AFP, Senin (7/7/2025).

    Sebelumnya, militer Israel mengatakan bahwa mereka melakukan rentetan serangan di kota pelabuhan Yaman, Hodeida, dan daerah-daerah lain di Yaman yang dikuasai oleh Houthi.

    Israel “menyerang dan menghancurkan infrastruktur teror milik rezim teroris Houthi. Di antara target-target tersebut adalah pelabuhan Hodeida, Ras Isa, dan Salif,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AFP, Senin (7/7/2025).

    Dikatakan bahwa serangan itu “sebagai respons terhadap serangan berulang-ulang oleh rezim teroris Houthi terhadap Negara Israel”.

    Stasiun televisi Al-Masirah yang dikendalikan Houthi melaporkan bahwa “musuh Israel menargetkan pelabuhan Hodeida,” juga melaporkan serangan terhadap pelabuhan Ras Isa dan Salif serta pembangkit listrik Ras Al-Kathib.

    Israel telah melakukan beberapa serangan di Yaman termasuk di pelabuhan-pelabuhan dan bandara di ibu kota Sanaa sebagai respons terhadap serangan berulang-ulang oleh kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Di antara target yang diklaim Israel telah diserang adalah kapal kargo Galaxy Leader, yang direbut Houthi pada bulan November 2023, dan yang menurut Israel telah dilengkapi dengan sistem radar untuk melacak kapal-kapal kargo di Laut Merah.

    Lihat juga Video: Warga Israel Panik Berhamburan saat Sirene Meraung di Yerusalem

    Houthi telah meluncurkan rudal dan drone ke Israel sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023, setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel.

    Houthi, yang mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina, kembali melanjutkan serangan-serangan mereka pada bulan Maret lalu, setelah Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza pada akhir gencatan senjata selama dua bulan di wilayah Palestina itu.

    Mereka juga telah menyerang kapal-kapal kargo yang mereka anggap terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden sejak November 2023.

    Houthi kemudian memperluas kampanye mereka untuk menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Amerika Serikat dan Inggris setelah kedua negara tersebut memulai serangan militer yang bertujuan untuk mengamankan perairan tersebut pada bulan Januari 2024.

    Lihat juga Video: Warga Israel Panik Berhamburan saat Sirene Meraung di Yerusalem

  • Muncul Varian Baru COVID ‘Stratus’ di Inggris, Benarkah Lebih Menular dan Ganas?

    Muncul Varian Baru COVID ‘Stratus’ di Inggris, Benarkah Lebih Menular dan Ganas?

    Jakarta

    Varian baru COVID-19 yang merebak di Inggris belakangan tengah menjadi sorotan publik lantaran memicu gejala tak biasa dari varian lainnya.

    Strain baru yang disebut Stratus terdiri atas dua subvarian, yaitu XFG dan XFG.3, dengan XFG.3 dilaporkan menyumbang sekitar 30 persen dari total kasus. Berbeda dari varian sebelumnya, sejumlah ahli menyebut Stratus memiliki gejala khas berupa perubahan suara menjadi serak atau parau.

    Meski jumlah kasus baru cukup besar, para ahli belum menyatakan kekhawatiran berlebihan terhadap penyebarannya, karena mutasi dan perubahan merupakan proses alami yang terjadi pada virus.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan XFG sebagai variant under monitoring (VUM) dan menyatakan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh varian ini dinilai rendah pada tingkat global.

    Secara global, XFG diperkirakan memiliki pertumbuhan relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar saat ini, termasuk ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 terkini.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, dikutip dari The Independent, Senin (7/7/2025).

    Meskipun bukti menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian XFG, WHO belum mengamati tanda-tanda apa pun yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Senada, Dr Allen juga menyebut sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian XFG dan XFG.3 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya.

    (suc/kna)

  • Waspada Varian Baru COVID ‘Stratus’ yang Merebak di Inggris, Picu Gejala Tak Biasa

    Waspada Varian Baru COVID ‘Stratus’ yang Merebak di Inggris, Picu Gejala Tak Biasa

    Jakarta

    Para ahli di Inggris memperingatkan kemunculan varian baru COVID-19 bernama ‘Stratus’. Secara ilmiah, varian ini dikenal sebagai XFG dan dianggap lebih menular dibandingkan varian sebelumnya karena mutasi yang memungkinkannya menghindari sistem kekebalan tubuh.

    Menurut data dari UK Health Security Agency (UKHSA), strain ini kini menjadi varian COVID-19 yang dominan di Inggris. Proporsinya meningkat dari sekitar 10 persen pada Mei menjadi hampir 40 persen dari seluruh kasus pada pertengahan Juni.

    Kedua strain Stratus, yakni XFG asli dan varian turunannya XFG.3, disebut ‘menyebar dengan cepat’, kata Profesor Lawrence Young, seorang ahli virologi dari Universitas Warwick, kepada MailOnline, dikutip dari Times of India.

    “Mengingat kekebalan terhadap COVID semakin menurun di masyarakat akibat rendahnya cakupan vaksin booster musim semi dan berkurangnya infeksi COVID dalam beberapa bulan terakhir, maka lebih banyak orang akan rentan terinfeksi XFG dan XFG.3,” ujarnya.

    “Hal ini bisa memicu gelombang infeksi baru, meski sejauh mana penyebarannya masih sulit untuk diprediksi,” tambahnya.

    Sebagian besar gejala varian Stratus mirip dengan varian COVID-19 sebelumnya. Menurut NHS, gejala-gejala tersebut meliputi sesak napas, kehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa, kelelahan, demam atau menggigil, hidung tersumbat atau berair, nyeri otot, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, hilangnya nafsu makan, dan mual.

    Namun, menurut dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, salah satu gejala khas varian Stratus adalah suara serak atau parau.

    dr Khan menambahkan, secara umum gejala Stratus cenderung ringan hingga sedang. Meski begitu, jika seseorang dinyatakan positif, ia sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi karena varian ini sangat menular.

    (suc/suc)

  • Sederet Jurus RI Lobi AS Demi Redam Tarif Trump

    Sederet Jurus RI Lobi AS Demi Redam Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia melancarkan sejumlah jurus diplomasi sebagai upaya negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dalam meredam tarif impor tinggi. Kebijakan yang juga dikenal dengan sebutan Tarif Trump ini bakal berlaku 2 hari lagi atau tepatnya pada 9 Juli 2025.

    Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bakal menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%, lantaran Indonesia dianggap menghambat laju perdagangan AS, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), TKDN, sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).

    Kemudian pada 9 April 2025, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia.

    Selain itu, pada 4 Juni 2025, Presiden AS menggandakan tarif sektoral (baja, aluminium, dan produk turunannya) menjadi 50% untuk semua negara, kecuali Inggris.

    Indonesia termasuk negara awal yang melakukan negosiasi dengan AS. Pasalnya, Trump menegaskan tidak akan mempertimbangkan penundaan tenggat 9 Juli untuk pemberlakuan kembali tarif impor.

    Lantas, apa saja tawaran yang disampaikan Indonesia ke AS untuk meredam tarif Trump?

    Sejauh ini, pemerintah Indonesia setidaknya memiliki tujuh penawaran ke AS agar menurunkan tarif resiprokal 32% tersebut. Seperti mengurangi tarif impor dan bea masuk untuk semua barang menjadi 0%, termasuk minuman beralkohol, teknologi informasi dan komunikasi, baja, seluler, elektronik, alat medis, dan lainnya.

    Selain itu juga meningkatkan impor dari AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, terutama dengan membeli minyak mentah dan sumber energi lainnya, pesawat terbang dan peralatan pertahanan, serta produk pertanian.

    Kesepakatan Dagang & Investasi

    Indonesia dan AS disebut akan menandatangani sejumlah kesepakatan dagang dan investasi senilai total US$34 miliar atau setara Rp551,1 triliun (kurs US$1=Rp16.209) sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan negosiasi tarif resiprokal AS.

    Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia mengungkapkan bahwa Indonesia berencana berinvestasi di AS, sekaligus membeli produk pertanian dan produk energi senilai US$15,5 miliar atau setara Rp251,23 triliun dari Negeri Paman Sam.

    Rencana tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang dijadwalkan ditandatangani pada 7 Juli 2025. Airlangga menuturkan, MoU ini merupakan bagian dari negosiasi tarif Indonesia dengan AS. Meski demikian, dia menekankan hal ini bukan berarti negosiasi dagang antara kedua negara sudah selesai.

    “Kita masih harus menunggu pengumuman final dari pihak AS,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/7/2025) dikutip dari Bloomberg saat menjawab pertanyaan soal kesepakatan besaran tarif.

    Airlangga, yang memimpin tim negosiasi Indonesia dengan AS menyebut MoU tersebut akan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) serta entitas swasta.

    Pemerintah juga disebut siap memborong alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pesawat dari AS sebagai bagian dari paket kesepakatan dagang komprehensif yang tengah dirundingkan kedua negara.

    Airlangga menyatakan komitmen Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS. Pada tahun lalu, USTR mencatat defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai US$17,9 miliar. Oleh sebab itu, Indonesia akan melakukan impor sejumlah barang dari AS.

    Upaya tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk menekan ancaman tarif sebesar 32% yang akan diberlakukan AS, dengan target memperoleh tarif yang lebih rendah dibandingkan Vietnam yang sebelumnya mendapatkan tarif 20%.

    Airlangga menyebut PT Garuda Indonesia tengah menjajaki potensi kerja sama baru, termasuk pembelian pesawat dan layanan perawatan. Pada sektor pertahanan, Airlangga mengungkapkan pemerintah membuka peluang untuk memperluas pengadaan alutsista dari AS.