Negara: Inggris

  • BCA Digital perkenalkan aplikasi Blu 2.0

    BCA Digital perkenalkan aplikasi Blu 2.0

    Jakarta (ANTARA) – SVP-Head of Digital Business BCA Digital Edwin Tirta menyampaikan bahwa pihaknya memperkenalkan aplikasi Blu 2.0 (Blu by BCA Digital) untuk memastikan layanan perbankan digital agar selalu relevan dan selaras dengan perkembangan gaya hidup masyarakat.

    “Kami ingin Blu menjadi mitra keuangan yang bukan hanya menyediakan fitur, tetapi juga memahami kebutuhan penggunanya secara menyeluruh. Setiap pembaruan yang kami hadirkan dirancang untuk memudahkan, memberikan rasa aman, dan membuat pengalaman mengelola keuangan menjadi lebih nyaman,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

    Pembaharuan aplikasi tersebut mencakup bluSpending & Blibli Pocket, yakni fitur yang memungkinkan pengguna membuat kantong khusus untuk mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan.

    Integrasi dengan Blibli dinilai memberikan kemudahan berbelanja langsung dari aplikasi, menghubungkan perencanaan finansial dengan aktivitas belanja sehari-hari.

    BluSpending juga mendukung personalisasi seperti penamaan kantong, pilihan ikon, dan jadwal autodebit, sehingga pengguna bisa mengelola keuangan secara disiplin sekaligus tetap fleksibel.

    Fitur kedua ialah bluInsurance yang hadir dengan pilihan produk lebih beragam melalui kolaborasi dengan BCAinsurance.

    Pengguna bisa memilih perlindungan perjalanan (Travel Insurance), keamanan siber (Personal Cyber Insurance), hingga perlindungan perangkat elektronik (Electronic Equipment Insurance) secara langsung di aplikasi blu.

    Aplikasi blu juga memberikan opsi untuk menggunakan bahasa Inggris guna memudahkan pengguna apabila lebih nyaman berinteraksi dengan bahasa tersebut.

    Fitur dark mode hadir pula untuk memberikan pengalaman visual, terutama saat digunakan di malam hari atau dalam kondisi minim cahaya, sekaligus menghemat daya perangkat.

    Berikutnya yaitu fitur pre-login & Quick Access yang membuat pengguna bisa mengakses hingga tiga fitur favorit langsung dari halaman awal aplikasi tanpa perlu login.

    “Fungsi Peek Balance (intip saldo) memungkinkan pengguna melihat saldo secara cepat dan aman. Semua ini dirancang untuk memberikan kemudahan bagi pengguna yang menginginkan transaksi instan namun tetap menjaga keamanan akun,” ujar Edwin.

    Pembaruan lainnya dalam hal bluDebitCard Carousel, yang mana tampilan kartu debit lebih interaktif dan intuitif.

    Pengguna disebut dapat menggeser (swipe) antar-kartu untuk melihat detail dan mengatur fitur kartu, seperti mengubah limit transaksi atau memblokir kartu sementara, langsung dari layar yang sama.

    Terakhir, adalah fasilitas kredit bluExtraCash Pre-Approved yang dirancang khusus untuk nasabah bluRoyal yang memenuhi syarat.

    Limit yang ditawarkan hingga Rp30 juta dengan bunga 1 persen per bulan.

    “Prosesnya instan tanpa pengajuan manual, memberikan fleksibilitas bagi pengguna yang membutuhkan dana tambahan untuk kebutuhan mendesak atau peluang finansial yang datang tiba-tiba,” ucap dia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bunga Pinjaman Online Turun Drastis, Ternyata Dulu Sampai Segini

    Bunga Pinjaman Online Turun Drastis, Ternyata Dulu Sampai Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sekitar 2018 lalu, atau awal industri fintech lending berkembang, bunga dalam platform ditetapkan 0,8%. Ada beberapa perhitungan penetapan bunga tersebut.

    Ketua Bidang Humas AFPI, Kuseryansyah menjelaskan perhitungan tersebut terkait biaya platform yang masih tinggi dan data yang terbatas. Ini membuat risiko dari peminjam belum bisa diukur.

    “Biaya platform fintech masih tinggi, kemudian datanya masih terbatas, sehingga risk profile dari borrower belum terukur,” kata dia dalam Konferensi Pers di Jakarta, Kamis (14/8/2025).

    Berjalannya waktu, risiko tersebut sudah dapat dipetakan. Pada akhirnya bisa membuat adanya penurunan suku bunga secara bertahap.

    Sejak ditetapkan 2018 lalu sudah beberapa kali suku bunga pinjol diturunkan. Misalnya pada 2023 sempat menjadi 0,4%, lalu awal tahun 2024 menjadi 0,3%.

    “Dari waktu ke waktu data makin besar, risk profile semakin terpetakan. Bisa ada peluang untuk melakukan penurunan secara step by step,” ucap Kuseryansyah.

    Dalam kesempatan yang sama, dia menjelaskan penentuan 0,8% merupakan riset dari praktik di beberapa negara termasuk Inggris. Sebab kala itu industri masih dalam tahap awal dan tidak ada acuan sebelumnya.

    “Kita kalau pelaku usaha kan sebenarnya inginnya bunga itu enggak diatur. Tapi regulator dengan concern dan suasana batin waktu itu. Ada beroperasinya pinjol ilegal yang sangat masif. Banyak orang yang merasa terintimidasi. Orang merasa diperlakukan dengan bunga yang tidak fair,” jelasnya.

    “Maka sudah sewajarnya dalam konteks waktu itu OJK kemudian memberi arahan kepada asosiasi untuk memperjelas perbedaan antara pinjaman yang terdaftar dengan OJK dengan ilegal”.

    Akhirnya diputuskan dengan bunga 0,8%. Perusahaan tidak boleh menerapkan lebih dari bunga yang ditetapkan.

    “Gak boleh lebih dari itu. Tapi kalau ada yang mau di bawah ya silahkan,” dia menuturkan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kolaborasi OXSI-Pijar Foundation Soroti Peran Strategis Indonesia dalam Geopolitik Global

    Kolaborasi OXSI-Pijar Foundation Soroti Peran Strategis Indonesia dalam Geopolitik Global

    Jakarta: Oxford Society Indonesia (OXSI) mengadakan Community of Practice (CoP) Discussion Series on Foreign Policy and Geopolitics – Indonesia Perspective bekerja sama dengan Pijar Foundation, menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari akademisi, kebijakan publik, dan jaringan internasional untuk membahas posisi dan peluang Indonesia di panggung global. 

    Pijar Foundation bergabung untuk menyelaraskan acara ini dengan misinya dalam mendorong dialog publik yang terbuka, inklusif, dan berorientasi masa depan, yang menghubungkan berbagai sektor dalam menghadapi tantangan nasional dan global yang kompleks. 

    Para pembicara meliputi Dr. Vishnu Juwono, alumnus Oxford yang saat ini menjabat sebagai Ketua UI Greenmetric dan Associate Professor di bidang Public Governance di Universitas Indonesia, serta Abid Abdurrahman Adonis, Peneliti di Oxford Internet Institute dan Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Oxford (2022–2023). 

    Mereka membahas posisi strategis Indonesia di tengah pergeseran dinamika kekuatan, warisan kebijakan luar negeri pasca-Trump, dan meningkatnya relevansi middle powers dalam tatanan dunia yang terfragmentasi.

    “OXSI pada dasarnya adalah wadah bagi mereka yang pernah menempuh studi di Oxford untuk saling bertukar pengetahuan baik secara internal maupun kepada publik. Kami percaya bahwa diaspora dan returnee Indonesia memiliki peran penting dalam memperkaya wacana kebijakan dan mendorong solusi atas tantangan nasional. Acara seperti ini adalah salah satu sarana bagi kami untuk menghubungkan perspektif global dengan prioritas lokal,” kata Presiden OXSI, Alfi Naufida. 

    Hal ini sejalan dengan misi Pijar Foundation untuk memperkuat perannya sebagai organisasi nirlaba dan ekosistem yang bekerja mengakselerasi visi Indonesia Maju 2045, dengan fokus pada Future Talent dan Future Planet. 
     

    Melalui tiga pilar programnya, pengembangan talenta, inkubasi kewirausahaan inovatif, dan advokasi kebijakan publik, Pijar Foundation mempertemukan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan solusi bagi masa depan Indonesia.

    Mewakili Pijar Foundation, Cazadira Fediva Tamzil menjelaskan, pihaknya berkolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah, industri swasta, hingga akademisi dan masyarakat untuk mendorong inovasi dan menjawab tantangan yang mendesak. 

    “Cakupan kerja kami beragam, termasuk kolaborasi dengan perusahaan modal ventura untuk program khusus kecerdasan buatan, mengingat perannya yang krusial dalam membentuk masa depan industri. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah Inggris melalui E-Tech Hub untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi, serta melalui program kebijakan publik kami memfasilitasi diskusi mengenai tantangan kebijakan Indonesia, tidak hanya untuk menjawab kebutuhan saat ini, tetapi juga mengantisipasi kompleksitas masa depan,” ujar Casadira. 

    Lebih lanjut, diskusi ini menyoroti perlunya Indonesia menyeimbangkan ketahanan domestik dengan diplomasi proaktif, memperkuat keamanan ekonomi dan kemampuan teknologi, serta membangun koalisi strategis middle power untuk mempertahankan multilateralisme. 

    Para pembicara juga menekankan peran diaspora Indonesia sebagai jembatan menuju kolaborasi global, khususnya dalam menghadapi dampak berkepanjangan dari kebijakan “America First”, ketegangan AS–Tiongkok, dan perubahan geopolitik lainnya. 

    “Ketika kita berbicara tentang kebijakan luar negeri, prinsip pertama adalah memahami apa yang terjadi di dalam negeri suatu negara, karena itulah yang membentuk apa yang mereka inginkan di kancah internasional. Prinsip kedua adalah bahwa keamanan ekonomi dan teknologi kini menjadi kunci utama dalam kebijakan luar negeri, mirip dengan dinamika yang kita lihat selama Perang Dingin,” terang Abid Abdurrahman Adonis yang menjadi pembicara. 

    Kegiatan ini menjadi kolaborasi kedua antara OXSI dan Pijar Foundation. Awal tahun ini, kedua organisasi bermitra dalam Kartini Day Talk 2025: Networking Brunch, yang merayakan kepemimpinan perempuan dan pembangunan komunitas.

    Jakarta: Oxford Society Indonesia (OXSI) mengadakan Community of Practice (CoP) Discussion Series on Foreign Policy and Geopolitics – Indonesia Perspective bekerja sama dengan Pijar Foundation, menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari akademisi, kebijakan publik, dan jaringan internasional untuk membahas posisi dan peluang Indonesia di panggung global. 
     
    Pijar Foundation bergabung untuk menyelaraskan acara ini dengan misinya dalam mendorong dialog publik yang terbuka, inklusif, dan berorientasi masa depan, yang menghubungkan berbagai sektor dalam menghadapi tantangan nasional dan global yang kompleks. 
     
    Para pembicara meliputi Dr. Vishnu Juwono, alumnus Oxford yang saat ini menjabat sebagai Ketua UI Greenmetric dan Associate Professor di bidang Public Governance di Universitas Indonesia, serta Abid Abdurrahman Adonis, Peneliti di Oxford Internet Institute dan Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Oxford (2022–2023). 

    Mereka membahas posisi strategis Indonesia di tengah pergeseran dinamika kekuatan, warisan kebijakan luar negeri pasca-Trump, dan meningkatnya relevansi middle powers dalam tatanan dunia yang terfragmentasi.
     
    “OXSI pada dasarnya adalah wadah bagi mereka yang pernah menempuh studi di Oxford untuk saling bertukar pengetahuan baik secara internal maupun kepada publik. Kami percaya bahwa diaspora dan returnee Indonesia memiliki peran penting dalam memperkaya wacana kebijakan dan mendorong solusi atas tantangan nasional. Acara seperti ini adalah salah satu sarana bagi kami untuk menghubungkan perspektif global dengan prioritas lokal,” kata Presiden OXSI, Alfi Naufida. 
     
    Hal ini sejalan dengan misi Pijar Foundation untuk memperkuat perannya sebagai organisasi nirlaba dan ekosistem yang bekerja mengakselerasi visi Indonesia Maju 2045, dengan fokus pada Future Talent dan Future Planet. 
     

     
    Melalui tiga pilar programnya, pengembangan talenta, inkubasi kewirausahaan inovatif, dan advokasi kebijakan publik, Pijar Foundation mempertemukan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan solusi bagi masa depan Indonesia.
     
    Mewakili Pijar Foundation, Cazadira Fediva Tamzil menjelaskan, pihaknya berkolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah, industri swasta, hingga akademisi dan masyarakat untuk mendorong inovasi dan menjawab tantangan yang mendesak. 
     
    “Cakupan kerja kami beragam, termasuk kolaborasi dengan perusahaan modal ventura untuk program khusus kecerdasan buatan, mengingat perannya yang krusial dalam membentuk masa depan industri. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah Inggris melalui E-Tech Hub untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi, serta melalui program kebijakan publik kami memfasilitasi diskusi mengenai tantangan kebijakan Indonesia, tidak hanya untuk menjawab kebutuhan saat ini, tetapi juga mengantisipasi kompleksitas masa depan,” ujar Casadira. 
     
    Lebih lanjut, diskusi ini menyoroti perlunya Indonesia menyeimbangkan ketahanan domestik dengan diplomasi proaktif, memperkuat keamanan ekonomi dan kemampuan teknologi, serta membangun koalisi strategis middle power untuk mempertahankan multilateralisme. 
     
    Para pembicara juga menekankan peran diaspora Indonesia sebagai jembatan menuju kolaborasi global, khususnya dalam menghadapi dampak berkepanjangan dari kebijakan “America First”, ketegangan AS–Tiongkok, dan perubahan geopolitik lainnya. 
     
    “Ketika kita berbicara tentang kebijakan luar negeri, prinsip pertama adalah memahami apa yang terjadi di dalam negeri suatu negara, karena itulah yang membentuk apa yang mereka inginkan di kancah internasional. Prinsip kedua adalah bahwa keamanan ekonomi dan teknologi kini menjadi kunci utama dalam kebijakan luar negeri, mirip dengan dinamika yang kita lihat selama Perang Dingin,” terang Abid Abdurrahman Adonis yang menjadi pembicara. 
     
    Kegiatan ini menjadi kolaborasi kedua antara OXSI dan Pijar Foundation. Awal tahun ini, kedua organisasi bermitra dalam Kartini Day Talk 2025: Networking Brunch, yang merayakan kepemimpinan perempuan dan pembangunan komunitas.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (PRI)

  • Ilmuwan Hilang 66 Tahun, Ketemu di Dalam Es

    Ilmuwan Hilang 66 Tahun, Ketemu di Dalam Es

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jasad mendiang Dennis Bell akhirnya ditemukan setelah meninggal 66 tahun lalu. Survei Antartika Inggris melaporkan temuan jasad meteorologi Inggris itu pada sebuah gletser.

    Bell diketahui pernah bekerja untuk Survei Antartika Inggris (BAS) yang dulunya bernama Survei Ketergantungan Kepulauan Falkland. Dia ditempatkan di Pulau King George untuk bertugas pada pangkalan penelitian selama dua tahun.

    Kemudian, dia yang berusia 25 tahun kemudian meninggal di Admiralty Bay di Pulau King George, 120 Km dari pantai Antartika pada 26 Juli 1959.

    Bell diketahui terjatuh di celah jurang es yang dalam saat mendaki dan mengamati gletser bersama tiga pria lainnya. Namun jasadnya tidak ditemukan hingga 66 tahun kemudian.

    Jasad Bell ditemukan pada 19 Januari 2025 di sebuah gletser yang surut oleh dari tim Stasiun Antartika Polandia Henryk Arctowski, dikutip dari ABC, Kamis (14/8/2025).

    Bukan hanya jasadnya, tim juga menemukan lebih dari 200 barang pribadi di dekat lokasi penemuan. Mulai dari peralatan radio, senter, tiang ski, jam tangan dengan nama korban dan pisau merek Swedia.

    Kemudian, fragmen tulang dari Bell dibawa ke Kepulauan Falkland oleh kapal penelitian BAS Sir David Attenborough. Sisa jasad itu lalu dibawa ke London untuk pengujian DNA.

    Penemuan itu juga telah diketahui keluarga Bell. Saudara laki-lakinya, David Bell mengaku cukup terkejut dan takjub dengan temuan jasad Dennis.

    Direktur BAS, Jane Francis mengatakan penemuan jasad Dennis menjadi akhir dari misteri puluhan tahun. Selain itu menjadi kisah manusia yang tertanam pada sejarah sains Antartika.

    “[Dennis Bell] merupakan salah satu dari banyak personel pemberi. Memiliki kontribusi sains awal dan eksplorasi Antartika dengan kondisi yang sangat keras,” jelasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Curhat Pria Ngaku Mati Suri, Hidup Lagi usai 10 Menit Dinyatakan Meninggal

    Curhat Pria Ngaku Mati Suri, Hidup Lagi usai 10 Menit Dinyatakan Meninggal

    Jakarta

    Matthew Allick (43) asal Romford, Inggris menceritakan pengalaman mengerikannya mengalami ‘mati suri’. Ia dinyatakan meninggal secara medis selama 10 menit sebelum akhirnya kembali sadar.

    Ketika ia mengalami mati suri, denyut nadi dan detak jantungnya tak terdeteksi. Ia mengaku tidak mengingat apa-apa saat kejadian, tapi saat bangun ia merasakan rasa damai yang begitu besar.

    Kejadiannya berawal di tahun 2023, ketika ia berusia 40 tahun. Saat itu, Allick merasakan gejala sesak napas dan kaki bengkak.

    Allick mengabaikan gejala tersebut ketika muncul. Ia mengira itu hanya disebabkan oleh pekerjaan malam yang cukup berat sebelumnya.

    “Tapi kemudian aku mulai ngos-ngosan melakukan hal-hal sederhana, seperti kalau berdiri terlalu cepat rasanya seperti habis lari sprint,” cerita Allick dikutip dari Metro, Kamis (14/8/2025).

    Ia mengira gejalanya akan hilang sendiri. Terlebih Allick adalah seseorang yang rajin olahraga di gym dan makan sehat. Sampai suatu waktu, ia mengalami kelelahan parah hingga tak bisa menaiki tangga.

    Allick lalu meminta salah satu temannya untuk memanggil ambulans. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya.

    Dokter yang datang menemukan detak jantung Allick tidak teratur. Saat itu, mereka bilang ini bukan masalah yang besar, tapi tetap membawanya ke Hammersmith Hospital, London Barat sebagai tindakan pencegahan.

    Sesampainya di rumah sakit, nyeri di dada yang dialami Allick semakin parah. Ia tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri karena henti jantung akibat emboli paru.

    Dokter lalu menggunakan alat pacu jantung dan melakukan prosedur pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa Allick. Ia dianggap meninggal secara klinis selama beberapa menit sebelum berhasil ‘dihidupkan kembali’ dan dibuat dalam kondisi koma.

    Hasil pemindaian menunjukkan adanya gumpalan darah sebesar bola tenis di jantung dan paru-parunya, sehingga dokter melakukan beberapa prosedur untuk mengangkatnya.

    Dokter saat itu menyebut Allick mungkin akan mengalami kerusakan otak parah pasca operasi. Namun, ketika sadar tiga hari kemudian ia hanya mengalami sedikit masalah memori. Masalah kelumpuhan yang awalnya juga dikhawatirkan juga tidak terjadi.

    “Saudaraku membawakan jeruk, dan aku bertanya, ‘warna apa ini?’. Tapi dia melatihku dengan menghafal kutipan film untuk mengembalikan memoriku,” ceritanya.

    “Perlahan aku mulai kembali normal. Aku juga harus belajar lagi cara duduk, berjalan, mengontrol buang air kecil. Perjalanannya benar-benar gila,” sambung Allick.

    Allick mengaku bingung mengapa ia bisa mengalami henti jantung. Dokter pun belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Terlebih, Allick dikenal sebagai pribadi yang menjaga kesehatan dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak obesitas, dan cenderung berusia muda.

    Dokter menyebut apa yang dialami Allick sebagai ‘mukjizat’. Menurut dokter, hanya 5 persen kemungkinan seseorang bisa bertahan hidup dengan kejadian seperti itu.

    “Aku diberi tahu hanya 5 persen orang yang selamat dari apa yang kualami. Semuanya sangat jarang terjadi,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video soal Catatan Pertolongan Pertama Henti Jantung: Jangan Panik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/naf)

  • Pengangguran di Mana-Mana, Inggris Cetak Rekor Tertinggi dalam 4 Tahun – Page 3

    Pengangguran di Mana-Mana, Inggris Cetak Rekor Tertinggi dalam 4 Tahun – Page 3

    Sebelumnya, tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei di China mencapai 5,0 persen pada bulan Mei 2025. Angka ini turun 0,1 poin persentase dari bulan sebelumnya. Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS).

    Meskipun terjadi ketidakpastian ekonomi global sejak awal tahun 2025, tingkat pengangguran China di antara populasi pekerja utama tetap stabil. Sementara tingkat pengangguran kaum muda menurun selama tiga bulan berturut-turut.

    Hal ini menunjukkan tren stabilitas ketenagakerjaan yang berkelanjutan, kata Fu Linghui, seorang pejabat dari NBS, dikutip dari Global Times, Senin (11/08/2025).

    Tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei di 31 kota besar rata-rata mencapai 5,0 persen, juga turun 0,1 poin persentase dari bulan sebelumnya.

    Pada bulan Mei, tingkat pengangguran yang disurvei adalah 5,0 persen untuk pekerja rumah tangga lokal dan migran yang terdaftar. Dalam lima bulan pertama tahun 2025, tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei secara nasional mencapai 5,2 persen, menurut NBS.

    Meskipun terdapat faktor eksternal seperti fluktuasi perdagangan global, situasi ketenagakerjaan Tiongkok sebagian besar tetap stabil, menunjukkan bahwa kebijakan pro-pertumbuhan terkait telah memberikan dampak positif, ujar Li Changan, profesor di Akademi Studi Ekonomi Terbuka Tiongkok di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional, kepada Global Times.

    “Pemerintah telah memberikan perhatian besar pada ketenagakerjaan, menerapkan serangkaian kebijakan yang berpusat pada ketenagakerjaan, dan meningkatkan dukungan bagi entitas pasar dan lulusan universitas, yang telah membuahkan hasil positif,” ujar Li.

     

  • Pengangguran di Inggris capai level tertinggi dalam empat tahun

    Pengangguran di Inggris capai level tertinggi dalam empat tahun

    London (ANTARA) – Pasar tenaga kerja Inggris menunjukkan tanda-tanda pelemahan lebih lanjut pada kuartal kedua 2025, dengan jumlah lowongan kerja dan pekerja bergaji mengalami penurunan. Tingkat pengangguran mencapai 4,7 persen, tertinggi dalam empat tahun terakhir, menurut data resmi pada Selasa (12/8).

    Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) Inggris melaporkan bahwa jumlah lowongan kerja turun 5,8 persen pada kuartal Mei-Juli 2025 menjadi 718.000, dengan penurunan di 16 dari 18 sektor industri yang dipantau, dengan penurunan 17,6 persen di sektor seni, hiburan dan rekreasi, dari kuartal sebelumnya.

    Jumlah pekerja bergaji pada Juni 2025 turun 149.000, atau 0,5 persen, dibandingkan dengan setahun sebelumnya, dan turun 26.000, atau 0,1 persen, dari bulan sebelumnya. Estimasi awal untuk Juli 2025 menempatkan angkanya pada 30,3 juta.

    “Pasar tenaga kerja pascapandemi di Inggris sangat bergairah. Namun masa tersebut telah resmi berakhir, pasar tenaga kerja melemah dan semakin melemah, setelah kehilangan 165.000 lapangan kerja bergaji dalam delapan bulan terakhir,” kata Hannah Slaughter, ekonom senior di Resolution Foundation.

    Para pembeli terlihat di Oxford Street selama penjualan Boxing Day di London, Inggris, pada 26 Desember 2024. (ANTARA/Xinhua/Li Ying)

    “Secara keseluruhan, data terbaru ini menunjukkan berlanjutnya pelemahan pasar tenaga kerja,” kata Liz McKeown, direktur statistik ekonomi ONS.

    Stephen Evans, chief executive Learning and Work Institute, mengatakan hilangnya lapangan kerja terbesar terjadi di sektor retail dan perhotelan.

    “Sektor-sektor ini juga memiliki pertumbuhan upah terkuat, jadi kemungkinan besar ekonomi yang lemah, kenaikan upah minimum, dan biaya pemberi kerja yang lebih tinggi berdampak pada lapangan kerja,” katanya.

    Sejumlah pakar meyakini pertumbuhan upah yang stabil juga berkontribusi pada pengangguran. Survei terpisah menunjukkan bahwa pertumbuhan upah, tidak termasuk bonus, stabil bertahan di angka 5 persen dalam tiga bulan hingga Juni 2025, menggarisbawahi tekanan harga yang terus berlanjut.

    Jane Gratton, wakil direktur kebijakan publik di Kamar Dagang Inggris, mengatakan tekanan biaya yang terus-menerus, di samping tarif dan ketidakpastian global lainnya, membatasi penciptaan lapangan kerja, dengan beberapa bisnis menunda melakukan rekrutmen atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Foto yang diambil pada 22 Maret 2025 ini menunjukkan papan reklame elektronik Piccadilly Circus selama acara Earth Hour di London, Inggris. (ANTARA/Xinhua/Ray Tang)

    Dia mengatakan inflasi juga dapat memengaruhi keputusan tingkat suku bunga Bank of England. “Pertumbuhan upah yang terus berlanjut menciptakan tantangan nyata bagi bisnis dan perekonomian yang lebih luas,” ujarnya.

    Para ekonom berpendapat tarif Amerika Serikat (AS) menambah tekanan. Matthew Percival, direktur masa depan pekerjaan dan keterampilan di Konfederasi Industri Inggris, mengatakan ketidakpastian global menjadi salah satu alasan yang menjelaskan mengapa perusahaan lebih berhati-hati dalam menciptakan lapangan kerja baru atau mengganti staf.

    Profesor David Bailey dari University of Birmingham menyebut tarif AS menambah tekanan pada pengambilan keputusan perusahaan dalam hal rekrutmen.

    “Meskipun kesepakatan perdagangan AS-Inggris telah tercapai, tarif untuk produk otomotif masih naik dari 2,5 menjadi 10 persen, yang berdampak pada ekspor dan margin bagi produsen besar seperti Jaguar Land Rover, yang mengumumkan PHK 500 karyawan,” ungkapnya.

    Sebuah kapal pesiar melintas di bawah Jembatan London saat matahari terbenam di London, Inggris, 2 Agustus 2025. (ANTARA/Xinhua/Wang Muhan)

    “Dampak tarif adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Ketidakpastian itu sendiri sudah berdampak,” imbuhnya.

    David Spencer, profesor di University of Leeds, mengatakan kepada Xinhua bahwa data terbaru berarti ekonomi Inggris menghadapi pertumbuhan yang lamban dan pasar tenaga kerja yang lebih lemah. Dia memperingatkan pajak tenaga kerja yang lebih tinggi, ketidakpastian kebijakan, dan tekanan tarif dapat membatasi pertumbuhan lapangan kerja dan meningkatkan risiko stagnasi ekonomi.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade irma Junida
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kredibilitas Data Statistik Versus Kredibilitas Proyeksi Ekonom

    Kredibilitas Data Statistik Versus Kredibilitas Proyeksi Ekonom

    Jakarta

    Perbedaan hasil proyeksi ekonom dengan realitas pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua tahun 2025 mengingatkan kembali pada pertanyaan ratu Inggris, Queen Elizabeth kepada para ekonom di London School of Economics (LSE), “The Queen asks why no one saw the credit crunch coming?” (The Telegraph, 05/11/2008).

    Salah satu bankir yang sekaligus ekonom terkemuka memberi tahu ratu Inggris bahwa krisis keuangan mirip dengan gempa bumi dan pandemi flu yang jarang terjadi dan sulit diprediksi. Ratu Inggris kemudian dengan bercanda, “apakah akan ada lagi krisis berikutnya?” Lalu ratu Inggris memperingatkan, “semoga tidak terulang lagi.”

    Hal ini senada dengan pandangan ekonom, Chatib Basri yang menyatakan “sebenarnya ketika para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% hingga 5,5% menandakan bahwa mereka memiliki rasa humor tinggi.”

    Hal di atas menggambarkan betapa sulitnya untuk memproyeksi secara pasti realisasi angka pertumbuhan ekonomi suatu negara atau perekonomian. Selama ini, para ekonom hanya dapat memproyeksi secara tepat arah pertumbuhan ekonomi suatu negara atau perekonomian, apakah akan mengalami ekspansi atau pelambatan.

    Sebagai contoh, pada kuartal kedua tahun 2025, arah pertumbuhan ekonomi nasional dalam proyeksi para ekonom adalah melambat, namun dengan realisasi pertumbuhan yang justru mengalami ekspansi berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS).

    Perbedaan di atas melahirkan polemik mengingat konsensus ekonom memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 hanya 4,8%, sementara realisasinya lebih besar, sekitar 5,12% (Trading Economics, 11/08/2025).

    Arah pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditunjukkan oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada kuartal kedua 2025 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2025 sebesar 4,87%.

    Faktanya, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 mengalami kenaikan, yaitu menjadi 5,12% (year-on-year). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2023.

    Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025, pada sisi eksternal, yaitu pertumbuhan ekspor sebesar 10,67% dari sebelumnya pada kuartal pertama 2025 hanya sebesar 6,46%.

    Hal ini didorong oleh sikap eksportir dalam menyiasati tarif resiprokal Trump yang merealisasikan ekspornya secara besar-besaran sebelum pemberlakuan tarif resiprokal Trump pada 1 Agustus 2025.

    Secara internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 juga didorong oleh pertumbuhan investasi sebesar 6,99%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan investasi pada kuartal pertama tahun 2025 yang hanya 2,12%.

    Demikian juga dengan konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari separuh terhadap Gross Domestic Product (GDP) yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal pertama tahun 2025 sebesar 4,95%%.

    Namun, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua 2025 dianggap meragukan karena beberapa waktu sebelumnya International Monetary Fund (IMF) selama tahun 2025, dua kali dalam waktu yang berdekatan, melakukan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi global, yaitu proyeksi pertama pada bulan Januari dan proyeksi kedua pada April 2025 yang mengoreksi ke bawah proyeksi Januari 2025.

    Pada proyeksi Januari 2025, IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,2% pada tahun 2025. Namun, akibat kebijakan tarif resiprokal Trump, IMF mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,4%, yaitu lebih kecil 0,8% dibandingkan proyeksi Januari 2025.

    Kecenderungan yang sama terjadi dalam perekonomian Amerika Serikat (AS) pada tahun 2025 yang diperkirakan tumbuh 2,4% berdasarkan proyeksi Januari 2025. Proyeksi ini kemudian direvisi menjadi 1,5%, turun 0,9% sebagai akibat dari perang tarif dengan China dan pemberlakuan tarif ekstra tinggi terhadap negara mitra dagang AS.

    IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada proyeksi April 2025 dibandingkan proyeksi Januari 2025, yaitu dari yang diperkirakan tumbuh 5,1% menjadi hanya 4,7% tahun 2025. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan melambat 0,4% pada 2025.

    Trend pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dan EMEs, yaitu mengalami ekspansi. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi AS mengalami rebound (pembalikan arah) dari terkontraksi 0,5% pada kuartal pertama 2025 menjadi ekspansi sebesar 3,0% pada kuartal kedua 2025.

    Realisasi pertumbuhan ekonomi AS tidak menimbulkan polemik karena masih sesuai dengan proyeksi ekonom mengenai arah pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan mengalami ekspansi. Di mana, ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,4% pada kuartal kedua 2025.

    Dalam menjawab polemik data BPS, masyarakat Indonesia perlu penjelasan yang detail dari BPS mengenai perbedaan arah pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu antara proyeksi ekonom dan pelaku pasar akan mengalami pelambatan menjadi 4,8% dengan realisasi yang justru mengalami ekspansi sebesar 5,12%.

    Sebagai penyedia data statistik yang kredibel, BPS harus membuktikan diri terlepas dari pengaruh politik dalam menyusun data statistik. BPS harus bersikap sama dengan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) di AS, yaitu konsisten pada platform kebijakan moneternya dan menjaga independensi kebijakan moneter AS dari intervensi presiden Trump yang berkali-kali mengancam memecat gubernur The Fed jika tidak menurunkan suku bunga acuan.

    Akhirnya, dalam rangka menjaga kredibilitas publikasi data BPS, salah satu agenda reformasi kelembagaan BPS yang dapat dilakukan adalah menjadikan BPS sebagai lembaga independen sama dengan Bank Indonesia (BI). Dimana, pengangkatan dan pemberhentian pimpinan BPS dilakukan sekali dalam lima tahun.

    Muhammad Syarkawi Rauf
    Dosen FEB Unhas
    Chairman ASEAN Competition Institute (ACI)

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: BPS Dilaporkan ke PBB soal Data Pertumbuhan Ekonomi 5,12%”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ang/ang)

  • Dunia Waspada! Rusia Tinggal “Sejengkal” Luncurkan Senjata Nuklir

    Dunia Waspada! Rusia Tinggal “Sejengkal” Luncurkan Senjata Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia dinilai memiliki dorongan kuat untuk meningkatkan penggunaan senjata nuklir berkekuatan lebih besar di tengah penguatan pertahanan udara dan persenjataan rudal oleh negara-negara Barat. Analisis ini disampaikan Royal United Services Institute (RUSI), lembaga kajian pertahanan asal Inggris.

    Dalam laporan terbarunya pada Selasa, RUSI menyebut “strategi nuklir Rusia tampaknya berada di titik kritis”. Laporan itu menyebut Moskow meyakini kemampuan Washington dan sekutu NATO untuk melumpuhkan serangan nuklir Rusia makin meningkat, khususnya dengan penguatan pertahanan udara dan persenjataan rudal jarak menengah.

    Kondisi tersebut menciptakan dorongan bagi Kremlin untuk menggunakan senjata nuklir dalam skala lebih besar daripada konsep “serangan terukur” yang sebelumnya menjadi bagian strategi mereka.

    Presiden Rusia Vladimir Putin telah menempatkan pasukan penangkal nuklir dalam siaga tinggi sejak invasi ke Ukraina pada awal 2022. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov bahkan pernah menyebut risiko konflik nuklir kini “sangat besar”.

    Bulan ini, pejabat Rusia menyatakan tidak lagi terikat pada pembatasan rudal nuklir maupun konvensional jarak pendek-menengah. Putin juga mengumumkan rencana mengirim rudal balistik jarak menengah Oreshnik ke Belarus pada akhir 2025, usai uji coba ke Ukraina pada November 2024.

    AS dan Rusia menguasai sekitar 90% persenjataan nuklir dunia. Berdasarkan perkiraan Barat, Rusia memiliki 1.000-2.000 hulu ledak nuklir taktis, sementara AS hanya sekitar 200, dengan separuhnya ditempatkan di Eropa.

    Senjata strategis seperti rudal balistik antarbenua, rudal dari kapal selam, dan pesawat pengebom masih dibatasi oleh perjanjian New START yang akan berakhir pada 2026. Namun, perjanjian penting lain seperti INF (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty) telah berakhir sejak 2019, setelah AS keluar dan menuduh Rusia melanggar kesepakatan.

    Sejak itu, kedua negara sama-sama mengembangkan dan menempatkan kembali rudal jarak menengah. AS bahkan telah mengerahkan sistem Mid-Range Capability ke Filipina utara.

    “Banyak ide paling berbahaya dari Perang Dingin sedang dibangkitkan kembali: senjata berdaya ledak rendah untuk perang nuklir terbatas, rudal raksasa yang bisa menghancurkan beberapa target sekaligus, hingga pengerahan kembali rudal yang dulu sudah dilarang,” tulis Jon Wolfsthal, Hans Kristensen, dan Matt Korda dari Federasi Ilmuwan Amerika dalam opini di Washington Post, Juni lalu.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Eddy Soeparno Dorong Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di RI

    Eddy Soeparno Dorong Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di RI

    Jakarta

    Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN Eddy Soeparno terus mendorong percepatan implementasi energi terbarukan di Indonesia, termasuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini sebagai bagian dari strategi transisi energi nasional untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.

    Hal itu ia sampaikan dalam Forum Diskusi Aktual bertema ‘Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim’ yang digelar di Ruang Rapim, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

    Acara ini dihadiri jajaran direksi PT PLN (Persero), seperti Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan Evy Haryadi; Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan Suroso Isnandar; EVP Pengembangan Bisnis dan Investasi Abdan Hanif Satria; dan EVP Energy Transition and Sustainability Kamia Handayani. Selain Direksi PLN, hadir pula dalam acara tersebut perwakilan dari Tony Blair Institute (TBI).

    Doktor Ilmu Politik UI ini menjelaskan pertemuan MPR RI bersama PLN dan TBI merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya bersama Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

    “Pertemuan bersama Pak Hasyim dan Mr. Tony Blair di antaranya membahas peluang kerja sama untuk mempercepat transisi energi, termasuk program waste to energy yang saat ini regulasinya tengah direvisi,” ungkap Eddy dalam keterangannya, Rabu (13/8/2025).

    “Saya hadirkan Tony Blair Institute di sini agar bisa memberikan pandangan terkait program transisi energi di Indonesia. Termasuk penanganan sampah, pengembangan ekonomi karbon, hingga penguatan strategi energi terbarukan,” lanjutnya.

    Eddy yang juga Waketum PAN ini menilai pengalaman internasional TBI, khususnya dalam pengembangan tenaga nuklir dan diplomasi geopolitik, dapat mendukung PLN merancang kebijakan strategis di bidang nuklir.

    Tony Blair Institute (TBI), lanjut Eddy, adalah salah satu organisasi non profit yang banyak membantunya di MPR merumuskan berbagai kajian strategis di bidang ekonomi karbon dan transisi energi. Institusi lainnya yang juga berkolaborasi adalah Indonesia Carbon Capture and Storage Center (Indonesia CCS Center).

    “Indonesia CCS Center membantu saya dalam revisi Perpres Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, serta mendorong perjanjian lintas batas (cross-border agreement) terkait penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS) antara lain dengan Singapura dan Korea Selatan,” jelasnya.

    Sementara itu, Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi, mengatakan pengembangan PLTN di Indonesia masih berada di tahap awal studi kelayakan. PLN, kata dia, telah menjalin dialog dengan sejumlah pihak seperti Rosatom, NuScale, dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mempelajari pengalaman negara lain.

    Evy menilai nuklir menjadi salah satu solusi penting dalam penyediaan energi bersih. “Energi lain seperti panas bumi dan hidro masih punya tantangan besar. Panas bumi terkendala pendanaan karena risiko pengeboran, sedangkan hidro memiliki isu keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.

    Secara khusus Eddy Soeparno mendorong PLN untuk memperkuat sosialisasi kepada publik untuk mengubah persepsi bahwa nuklir identik dengan bencana.

    “Negara seperti Uni Emirat Arab misalnya yang membutuhkan dua tahun untuk kampanye edukasi hingga ke sekolah dasar sebelum membangun PLTN.

    “Edukasi publik ini penting, agar masyarakat memahami manfaat nuklir, tidak hanya risikonya. Dukungan penuh dari kami untuk edukasi ini agar target net zero emission 2060 tercapai,” pungkas Eddy.

    Lihat juga Video ‘Rusia Klaim Ukraina Serang Pembangkit Nuklir di Zaporizhzhia’:

    (akd/akd)