Negara: Indonesia

  • VIDEO: Pilu Ibu Minta Anaknya Diobati di RS Al Aqsa Gaza

    VIDEO: Pilu Ibu Minta Anaknya Diobati di RS Al Aqsa Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Seorang ibu terlihat berlari memasuki RS Al Aqsa sambil menggendong sang anak, Kamis (7/12).

    Ibu dan anak itu diketahui berasal dari Deir Al Balah, salah satu lokasi yang dibombardir oleh pasukan Israel.

    Sambil menangis, sang ibu meminta bantuan perawat untuk bisa mengobat anaknya.

    Si anak tampak mengalami luka di bagian kepala dan langsung diobati oleh perawat yang berjaga.

    Agresi Israel ke Palestina sudah berlangsung selama dua bulan.

    Dan hingga Kamis, jumlah korban tewas akibat perang itu sudah mencapai 17 ribu.

  • Israel Paksa 1,8 Juta Pengungsi Gaza ke Area Seukuran Bandara

    Israel Paksa 1,8 Juta Pengungsi Gaza ke Area Seukuran Bandara

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Agresi Israel di Jalur Gaza kini mulai intens menyasar wilayah selatan setelah menghancurkan wilayah utara.

    Warga sipil pun saat ini diminta mengungsi ke sebuah bagian kota yang luasnya lebih kecil dari Bandara Heathrow, Inggris.

    Dilansir dari Al Jazeera, militer Israel memaksa warga Palestina di Gaza untuk mengungsi ke bagian Kota Al-Mawasi di selatan daerah kantong itu. Mereka menetapkannya sebagai tempat yang aman dari serangan.

    Perintah evakuasi ini sendiri dikeluarkan setelah Israel mengumumkan bakal mulai menyerbu Gaza selatan, terutama Kota Khan Younis. Militer Israel mengklaim para pemimpin Hamas berlindung di dalam kota tersebut.

    Al-Mawasi adalah kota Badui pesisir yang kecil dan sempit dengan lebar sekitar 1 kilometer dan panjang 14 kilometer. Kota ini sebelumnya dikelilingi permukiman Israel, sampai eks Perdana Menteri Zionis Ariel Sharon membubarkan permukiman pada 2005 silam.

    Menurut Israel, 6,5 kilometer persegi kota ini bisa menjadi tempat aman bagi warga sipil untuk berlindung dari serangan.

    Area ini setara dengan setengah ukuran Bandara Heathrow London, yang dikunjungi 61 juta penumpang pada 2022 atau sekitar 167 ribu penumpang per hari.

    Dengan kata lain, jika warga sipil berada di wilayah tersebut, kepadatan penduduknya akan lebih dari 20 kali lipat Heathrow, bahkan jika semua penumpang harian bandara hadir dalam satu waktu.

    Seberapa aman Al-Mawasi?

    Peningkatan serbuan Israel di Gaza selatan usai gencatan senjata berakhir Jumat (1/12) pekan lalu telah membuat zona aman bagi warga Gaza kian menipis.

    Pasalnya, Kota Khan Younis yang kini diserang Israel, sebelumnya dianggap sebagai zona aman sehingga banyak warga dari utara berbondong-bondong mengevakuasi diri ke sana.

    Masyarakat sipil pun sangsi bahwa masih ada zona aman di Gaza untuk mereka hidup di tengah bayang-bayang gempuran.

    Para ahli juga menilai kawasan bagian dari Al-Mawasi itu terlalu kecil untuk menampung populasi yang jumlahnya jauh lebih besar.

    Masalah kesehatan

    Pakar hukum yang berbasis di Ramallah, Bushra Khalidi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Gaza saat ini “sudah kelebihan penduduk.”

    Jumlah yang padat ini bisa memicu risiko kolera dan gastroenteritis menyebar dengan cepat di antara warga.

    “Orang-orang tidak menjadi lebih baik karena kondisinya tidak memungkinkan mereka untuk menjadi lebih baik,” ucapnya.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyebut rencana Israel menyediakan ruang aman bagi warga Gaza hanyalah resep untuk menciptakan bencana.

    “Mencoba menjejalkan begitu banyak orang ke daerah sekecil itu dengan infrastruktur atau layanan yang begitu sedikit akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ‘tepi jurang’,” kata Tedros.

    Apakah Al-Mawasi memadai?

    Sebuah tim dari Sky News mengunjungi Al-Mawasi untuk menyelidiki situasi di sana.

    Ketika tiba, mereka tidak menemukan pemetaan untuk tempat penampungan, seperti tenda atau dapur makanan. Daerah ini punya fasilitas kesehatan yang begitu mengenaskan.

    (blq/bac)

  • Israel Bantai 18 Anggota Keluarga Dirjen Kemenkes Gaza

    Israel Bantai 18 Anggota Keluarga Dirjen Kemenkes Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan militer Israel menyerang area kediaman keluarga Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza, Munir Al-Bursh, pada Rabu (6/12) malam.

    Setidaknya 18 anggota keluarga Al-Bursh meninggal dunia dalam serangan sepanjang malam tersebut.

    Kemenkes Gaza menyatakan beberapa jenazah tiba di rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara ketika Al-Bursh sedang shift di sana pada Kamis (7/12) pagi.

    Al-Bursh mengatakan kepada CNN bahwa cucunya yang berusia 1 minggu termasuk di antara anggota keluarganya yang tewas.

    Dalam video yang diambil dari rumah sakit, Al-Bursh tampak berlutut di tanah di depan jenazah-jenazah anggota keluarganya yang telah terbungkus seprai. Setidaknya lima jenazah yang telah dikafani dapat terlihat dalam video.

    Al-Bursh lalu tampak menyingkap wajah salah satu jenazah yang merupakan seorang pria dewasa.

    Dia menyentuh wajah keponakannya, yang bekerja sebagai profesor hukum di universitas. Keponakannya kini meninggal dunia beberapa hari sebelum meraih gelar doktor dalam hukum internasional.

    “Israel ingin membunuh harapan dalam diri kami. Mereka ingin mengurangi kaum muda, anak-anak, dan perempuan kita. Mereka menghancurkan rumah-rumah, tidak membedakan antara tua dan muda,” kata Al Bursh dalam video tersebut.

    Israel meluncurkan agresi di Gaza sejak 7 Oktober lalu imbas serbuan Hamas. Hingga kini, sedikitnya 17.177 warga Palestina tewas imbas serangan Israel.

    Foto: Dok. CNNIndonesia

    Gempuran Israel saat ini fokus pada selatan Jalur Gaza, terutama Kota Khan Younis, setelah sebelumnya membumihanguskan wilayah utara.

    Kamp-kamp pengungsian, rumah sakit, hingga rumah ibadah terus menjadi target serangan Negeri Zionis.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Akar Masalah Pengungsi Rohingya Membludak di Aceh Bikin Warga Resah

    Akar Masalah Pengungsi Rohingya Membludak di Aceh Bikin Warga Resah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Ribuan pengungsi Rohingya yang merapat di sejumlah pantai Provinsi Aceh sejak pertengahan November lalu kini menuai perdebatan di antara warga Indonesia.

    Beberapa warga Aceh menolak menerima kedatangan pengungsi Rohingya ini lantaran disebut kerap membuat masalah, seperti melarikan diri dari penampungan hingga mengeluh saat menerima makanan.

    Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia saat ini mencapai 1.478 orang. Mereka tersebar di penampungan sementara di Aceh, Medan, hingga Pekanbaru.

    Menurut Mahfud MD, tempat penampungan sementara di Pekanbaru dan Medan kini juga sudah penuh serta kehabisan dana. Oleh sebab itu, pemerintah tengah mencari solusi untuk mengatasi membludaknya para pengungsi Rohingya di Indonesia.

    Salah satunya dengan mengembalikan mereka ke negara asal, yakni Myanmar.

    Mahfud berujar Indonesia pada dasarnya tidak ikut menandatangani konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pengungsi. Karenanya, pemerintah sah-sah saja jika ingin menolak kedatangan para pengungsi.

    Kenapa banyak pengungsi Rohingya lari ke RI?

    Dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Mutiara Pertiwi, mengatakan para pengungsi Rohingya pada dasarnya sudah bermigrasi dalam beberapa gelombang selama puluhan tahun.

    Mutiara berujar pada gelombang awal pengungsi dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, banyak etnis Rohingya yang mengambil rute darat ke Bangladesh dan rute laut ke negara-negara Asia Tenggara, terutama Malaysia.

    Di Malaysia, mereka membentuk komunitas undocumented migrants yang cukup besar. Malaysia kemudian menjadi destinasi migran yang populer di kalangan etnis Rohingya lantaran perekonomian di sana cukup berkembang.

    Namun, pada 2015, kasus perdagangan manusia mengemuka setelah kuburan massal para korban ditemukan. Kebanyakan korban berasal dari etnis Rohingya di perbatasan Thailand dan Malaysia.

    “Sejak itu, ada patroli perbatasan yang lebih ketat di kedua negara tersebut sehingga kelompok Rohingya seringkali terkatung-katung di laut dan akhirnya sampai ke perairan Indonesia. Di sinilah entry point (awal mula) isu ini menjadi krisis bagi pencari suaka di Indonesia,” kata Mutiara kepada CNNIndonesia.com.

    Mutiara menjelaskan para pengungsi Rohingya dikategorikan sebagai orang tak berkewarganegaraan, sehingga tidak aman untuk direpatriasi atau dikembalikan ke Myanmar.

    Karenanya, Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) membuat kamp khusus bagi mereka yang berpusat di Cox’s Bazar, Bangladesh. UNHCR juga membuat kamp pencari suaka di Pulau Bhasan Char, Bangladesh, untuk perluasan dan relokasi dari Cox’s Bazar.

    “Nah gelombang pengungsi terkini yang sampai ke Indonesia itu umumnya dari Cox’s Bazar (Kota di Bangladesh). Mereka tidak mendapat kepastian masa depan, sehingga mempertaruhkan nyawa untuk bergabung dengan komunitas undocumented Rohingya di Malaysia yang cukup berkembang ekonominya,” ucap Mutiara.

    “Jadi pencari suaka Rohingya ini tersebar karena kombinasi intervensi rezim pengungsi internasional melalui UNHCR, kebijakan negara-negara Asia Tenggara, dan juga orientasi migrasi kelompok Rohingya sendiri,” lanjut dia.

    Nekat tempuh jalur berisiko demi suaka

    Mutiara menuturkan para pengungsi Rohingya banyak yang pada akhirnya ‘nekat’ bermigrasi dengan jaringan nelayan atau bahkan perdagangan dan penyelundupan hanya untuk mencari tempat aman guna melanjutkan hidup.

    Dia mengatakan karena kamp yang kini telah penuh, etnis Rohingya pun menanti belasan hingga puluhan tahun untuk bisa hidup di tempat yang lebih menjanjikan. Mayoritas dari mereka ingin ke Malaysia, bergabung bersama undocumented migrants.

    Hal ini yang menyebabkan banyak pengungsi Rohingya kabur dan mencari jalan sendiri untuk pergi ke Malaysia.

    “Ini memang dilematis, UNHCR sendiri mempromosikan norma ‘safe travel to asylum’ dan mengimbau pencari suaka untuk menunggu penempatan di tempat transit/kamp resmi,” ujarnya.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Tempuh jalur perdagangan manusia

    Mutiara sendiri tak menampik bahwa jalur perdagangan dan penyelundupan manusia memang banyak dipakai oleh para pencari suaka. Namun demikian, hal ini tidak bisa disimplifikasi bahwa para pengungsi tersebut merupakan bagian dari jaringan kriminal.

    “Dalam Refugee Convention, ada prinsip non penalisation, di mana pengungsi dan pencari suaka itu tidak bisa dikriminalisasi karena bermigrasi tanpa dokumen ataupun lewat jalur tikus,” tutur Mutiara.

    Dia lantas menekankan paradigma “keamanan tinggi” yang sangat dominan di perbatasan. Paradigma ini yang disebut secara generalis mempersepsikan siapa pun yang membantu pengungsi atau pencari suaka di laut sebagai jaringan perdagangan atau penyelundupan.

    “Tahun lalu beberapa nelayan Aceh didakwa sebagai traffickers (pelaku perdagangan manusia) karena membantu Rohingya dari laut. Ini juga berakibat terhadap persepsi publik terhadap kelompok pencari suaka, terutama di tempat-tempat reception,” kata Mutiara.

    Pengungsi Rohingya dianggap sering bikin masalah

    Pengungsi Rohingya di Indonesia memang ada kalanya membuat masalah, seperti kabur dari lokasi penampungan maupun tak puas ketika diberi makanan. Namun, mereka yang membuat masalah, menurut Mutiara, hanya segelintir dari ribuan pengungsi yang benar-benar mencari perlindungan.

    Para pengungsi pada umumnya terdampar di tempat asing. Oleh sebab itu, masalah komunikasi dan adaptasi tentu tak bisa dikesampingkan.

    Lebih dari itu, menurut UNHCR, para pengungsi Rohingya ini datang karena mulai putus asa imbas “meningkatnya jumlah pembunuhan, penculikan, dan ketidakamanan di tempat mereka tinggal sebelumnya.”

    Laporan Human Rights Watch yang diterbitkan tahun ini menunjukkan geng-geng kriminal dan afiliasi dari kelompok-kelompok bersenjata telah mengancam para pengungsi di kamp-kamp Cox’s Bazar selama beberapa waktu belakangan.

    “Seorang pengungsi Rohingya berusia 19 tahun yang baru-baru ini tiba di Aceh bersama keluarganya mengatakan kepada AFP bahwa para penjahat di Cox’s Bazar mengancam dia dan keluarganya setiap hari. Dia bahkan rela membayar lebih dari $1.800 (sekitar Rp27,8 juta) untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal tua menuju Indonesia,” demikian laporan Deutsche Welle (DW).

    Kepolisian Bangladesh juga melaporkan sedikitnya 60 orang Rohingya tewas terbunuh di kamp Cox’s Bazar tahun ini.

    Lebih dari itu, salah satu pendiri jaringan aktivis Free Rohingya Coalition, Nay San Lwin, mengatakan kepada DW bahwa Program Pangan Dunia (WFP) telah memotong jatah makanan para pengungsi awal tahun ini.

    Dengan demikian, sebagian besar pengungsi Rohingya kini harus bertahan hidup dengan 8 dolar atau sekitar Rp124 ribu setiap bulan.

    “Di kamp pengungsi, banyak orang bergantung pada jatah makanan dari WFP, di mana kini mereka tidak mungkin mendapatkan makanan yang cukup dengan 8 dolar (sekitar Rp124 ribu) untuk satu orang untuk jatah satu bulan,” ucap Lwin.

  • Pilu Anak-anak Gaza Terluka Akibat Serangan Israel-Jadi Yatim Piatu

    Pilu Anak-anak Gaza Terluka Akibat Serangan Israel-Jadi Yatim Piatu

    Jakarta

    Para pekerja medis yang bekerja di Jalur Gaza menggunakan istilah khusus untuk merujuk kategori korban perang secara spesifik.

    “Ada akronim yang berbeda di Jalur Gaza, yaitu WCNSF (Wounded Child, No Surviving Family), yang berarti anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat,” kata Tanya Haj-Hassan, dokter yang selama satu dekade terakhir bekerja dengan Doctors Without Borders di Gaza.

    “Akronim ini sering digunakan,” ujarnya kepada BBC News.

    Istilah di kalangan pekerja medis ini menggambarkan kengerian yang dialami banyak anak di Gaza. Hidup mereka berubah dalam sekejap: orang tua, saudara kandung, dan kakek-nenek mereka terbunuh. Bagi mereka segalanya tidak akan lagi sama.

    Perang dimulai setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu menewaskan 1.200 orang, kemudian dibalas oleh Israel melalui operasi militernya. Saat ini lebih dari 15.500 orang di Gaza tewas, termasuk sekitar 6.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

    Ahmed Shabat adalah salah satu anak di Gaza yang masuk kategori anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat. Pekerja medis mengetahui nasib Ahmed saat dia tiba dalam keadaan terluka dan menangis di Rumah Sakit Indonesia di kawasan utara Gaza.

    Ahmed, yang berusia tiga tahun, selamat dari serangan udara Israel di rumahnya di Beit Hanoun, pada pertengahan November lalu. Namun ayah, ibu dan kakak laki-lakinya tewas akibat serangan tersebut.

    “Setelah pengeboman, kami mengetahui ada seorang anak di Rumah Sakit Indonesia yang tidak ditemani satupun anggota keluarganya, jadi kami segera pergi ke sana,” kata paman Ahmed, Ibrahim Abu Amsha.

    Ahmed saat itu tengah bersama orang asing. Ibrahim berkata, akibat serangan udara Israel, Ahmed terlempar ke udara dan ditemukan terluka sekitar 20 meter dari rumahnya.

    Ahmed dan Omar kini menjadi yatim piatu sekaligus tunawisma. Keduanya tidak memiliki tempat berlindung dari serangan Israel yang berlangsung terus-menerus. Mempertimbangkan situasi itu, Ibrahim memutuskan untuk menjaga dan merawat dua anak itu bersama keluarganya.

    Ibrahim dan keluarganya sempat membawa Ahmed dan Omar ke permukiman Sheikh Radwan di barat daya Gaza. Namun mereka kemudian mengungsi dari kawasan itu setelah Ahmed terkena pecahan kaca akibat sebuah ledakan.

    Mereka kemudian pergi ke kamp Nuseirat untuk tinggal di sekolah yang berafiliasi dengan PBB. Namun bahkan di lokasi barunya, mereka kembali menghadapi serangan Israel. Ini memicu konsekuensi yang sangat buruk bagi Ahmed.

    “Saya berlari keluar dari pintu sekolah dan melihat Ahmed di depan saya tergeletak di tanah, kedua kakinya hilang. Dia merangkak ke arah saya, membuka tangannya, mencari bantuan,” kata Ibrahim.

    Seorang anggota keluarga, yang bersama Ahmed pada saat ledakan terjadi, tewas.

    Ibrahim, yang masih mengungsi bersama keluarganya serta anak-anak saudara perempuannya, mengatakan dia bermimpi bisa mengirim Ahmed untuk berobat ke luar Gaza.

    “Dia bermimpi bisa melakukan banyak hal,” kata Ibrahim. Dia bertutur dalam kesedihan.

    “Saat kami pergi bersama untuk menonton pertandingan sepak bola, Ahmed berkata ingin menjadi pemain sepak bola terkenal,” ujar Ibrahim.

    Menangis, memanggil ibu

    Sama seperti Ahmed, Muna Alwan juga merupakan anak yang menjadi yatim piatu. Dia diberi status sebagai anak yang terluka dan tak memiliki anggota keluarga yang selamat ketika tiba di Rumah Sakit Indonesia.

    Muna yang berusia dua tahun itu terus-menerus menangis. Dia berteriak memanggil ibunya, “Mama!”. Namun ibunya sudah meninggal.

    Muna berhasil dikeluarkan dari reruntuhan setelah serangan udara Israel menghantam rumah tetangganya di wilayah Jabal al-Rais, di Gaza utara. Orang tua Muna, kakak dan kakeknya tewas. Mata Muna terluka parah. Rahangnya patah.

    Dari Rumah Sakit Indonesia, Muna kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain. Di situlah dia dikenali dan ditemukan oleh bibinya, Hanaa.

    “Kami mengetahui melalui internet bahwa Muna berada di Rumah Sakit Nasser. Kami datang dan kami mengenalinya,” ujar Hanaa.

    Hanna berkata, keponakannya itu sangat menderita.

    “Dia hanya ingin berteriak, selalu takut, apalagi jika ada yang mendekatinya,” kata Hanaa.

    Muna mempunyai kakak perempuan yang masih hidup. Kakaknya itu berada di pusat kota Gaza.

    “Mereka terjebak dan tidak ada cara untuk membawa mereka ke selatan,” kata Hanaa.

    “Saya terus-menerus bertanya pada diri sendiri, apa yang akan kami lakukan? Bagaimana kami bisa menggantikan peran ibunya?” ujar Hanaa.

    Baca juga:

    ‘Saya kehilangan kaki dan keluarga saya’

    Di ranjang logam di sudut sebuah ruangan di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan, Dunya Abu Mehsen yang berusia 11 tahun melihat sisa-sisa kaki kanannya yang dibalut perban putih.

    Anak perempuan dengan rambut keriting panjang itu duduk di tepi tempat tidur, mengenakan baju panjang berwarna merah. Hampir sepanjang waktu dia diam. Dia terlihat sangat sedih.

    Dunya selamat dari serangan udara Israel bersama saudara laki-lakinya, Yusuf, dan adik perempuannya. Serangan udara itu terjadi ketika mereka semua sedang tidur di rumah mereka di permukiman al-Amal di Khan Yunis.

    Akibat serangan udara itu, orang tua Dunya, saudara laki-laki dan saudara perempuannya terbunuh. Dunya juga kehilangan kaki kanannya.

    “Saat saya melihat ayah saya, saya takut karena dia berlumuran darah dan tertutup batu. Orang-orang berdiri di sekitar kami. Saudara perempuan saya berteriak,” ujar Dunya mengenang peristiwa itu.

    “Saya melihat diri saya sendiri dan saya sadar saya tidak punya kaki. Saya merasakan sakit dan satu-satunya pikiran saya adalah ‘Bagaimana saya bisa kehilangan kaki saya?’”

    “Dunya tidak ingat bagaimana dan kapan dia tiba di rumah sakit, tapi dia ingat berada di sana sendirian, dan pekerja medis berulang kali bertanya dalam upaya untuk mengidentifikasi keluarganya,” kata bibinya, Fadwa Abu Mehsen.

    “Dunya berkata kepada saya: ‘Saya mendengar perawat berkata, ‘semoga Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan mereka’. Saya tahu yang dia maksud adalah ibu dan ayah saya sudah meninggal.’”

    Fadwa yang duduk di samping Dunya di kamar rumah sakit. Dia menemani anak perempuan yang duduk di kursi roda itu.

    Fadwa kini menjadi satu-satunya orang yang membawa anak itu untuk keluar ruangan dan menghirup udara segar.

    “Dunya dulunya ceria, kuat, dan sangat aktif sebelum mengalami ini,” ujar Fadwa.

    Dunya kemudian menimpali dengan berkata, “Hari ini saya kehilangan kaki dan keluarga saya, namun saya masih mempunyai mimpi.”

    “Saya ingin mendapatkan kaki palsu, bepergian, menjadi dokter. Saya berharap perang ini berakhir dan anak-anak seperti kami bisa hidup damai,” ujarnya.

    Menentukan jumlah pasti anak-anak yang menjadi yatim piatu di Jalur Gaza merupakan suatu pekerjaan sulit. Alasannya adalah intensitas operasi militer dan situasi yang berkembang pesat di lapangan, kata Ricardo Pires, Manajer Komunikasi UNICEF.

    Pires berkata, organisasinya berupaya menjangkau rumah sakit dan para pekerja kesehatan di Gaza untuk mengidentifikasi dan mendata anak-anak yang terdampak. Namun dia menyebut upaya tersebut berjalan sangat lambat karena kondisi yang “sangat menantang”.

    Menurut Pires, upaya mengatur pengasuhan anak-anak yang terdampak perang di Gaza mustahil dilakukan karena tempat penampungan dan rumah sakit yang kacau dan penuh sesak.

    Lebih dari itu, dia menyebut sistem yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi, melacak dan menyatukan kembali anak-anak dengan kerabatnya hampir tidak berfungsi.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO: Israel Serang Khan Younis, Tangis Anak-anak Pecah di RS Nasser

    VIDEO: Israel Serang Khan Younis, Tangis Anak-anak Pecah di RS Nasser

    Jakarta, CNN Indonesia

    Ini adalah situasi di RS Nasser tak lama setelah Israel membombardir wilayah Khan Younis, Kamis (7/12).

    Para petugas kesehatan tampak kewalahan lantaran banyak pasien yang harus mereka tangani.

    Di antara para pasien itu ada anak-anak yang juga jadi korban serangan Israel.

    Mereka hanya bisa menangis kesakitan sambil menanti penanganan dari perawat.

    Agresi Israel ke Palestina sudah berlangsung selama dua bulan.

    Dan hingga Kamis, jumlah korban tewas akibat perang itu sudah mencapai 17 ribu.

  • Hizbullah Serang 3 Pos Militer Israel di Dekat Perbatasan Lebanon

    Hizbullah Serang 3 Pos Militer Israel di Dekat Perbatasan Lebanon

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok milisi Hizbullah Lebanon menyerang tiga pos militer Israel di dekat perbatasan kedua negara pada Kamis (7/12).

    Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengaku menargetkan situs Israel Marj dan Harej Rameem di desa Hunin Lebanon “dengan senjata yang sesuai.”

    Mereka juga menargetkan situs Israel Ma’ayan Baruch dengan “senjata yang sesuai” hingga mengenai langsung situs tersebut.

    Dilansir dari Anadolu Agency, pasukan militer Israel juga menggempur Lebanon selatan dengan menyasar area sekitar gedung Cooperative of Carpets di Kota Kounine hingga merusak bangunan.

    Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan seorang warga Lebanon juga terluka usai terkena tembakan Israel di Bukit Hamams. Kondisinya stabil setelah dibawa ke rumah sakit pemerintah di Marjayoun.

    Lebih jauh, NNA mengabarkan tembakan artileri Israel juga menargetkan pinggiran Kota Houla, Markaba, dan Wadi al-Salouqi di Lebanon selatan.

    Kota-kota Alma al-Shaab, Tyre Harfa, dan Dahirah di bagian barat perbatasan juga menjadi sasaran tembak artileri Zionis. Sejauh ini tak ada kerusakan yang dilaporkan.

    Ketegangan di perbatasan Lebanon dan Israel memang kian membara dalam beberapa waktu terakhir. Pasukan militer Israel dan Hizbullah terlibat baku tembak intens sejak kedua belah pihak berperang skala penuh pada 2006 silam.

    Ketegangan ini sendiri terjadi di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza sebagai respons atas serbuan Hamas 7 Oktober lalu.

    Hamas dan Hizbullah merupakan sekutu yang sama-sama memusuhi Israel.

    Berdasarkan perhitungan AFP, lebih dari 110 orang tewas di sisi perbatasan Lebanon sejak Oktober. Sebagian besar korban adalah anggota Hizbullah.

    Sedangkan Israel menyatakan enam tentaranya dan tiga warga sipil Israel tewas di daerah tersebut.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Netanyahu Ancam Ubah Beirut Seperti Gaza jika Hizbullah Berulah

    VIDEO: Netanyahu Ancam Ubah Beirut Seperti Gaza jika Hizbullah Berulah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Beirut akan bernasib sama seperti Gaza, jika Hizbullah memulai perang.

    Pernyataan itu diungkap Netanyahu saat bertemu tentara IDF di utara Israel pada Kamis (7/12).

  • 4 Taktik Gila Hamas Hadapi Agresi Israel di Gaza

    4 Taktik Gila Hamas Hadapi Agresi Israel di Gaza

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok perlawanan Hamas melancarkan taktik gila untuk menghadapi agresi Israel di Gaza, walaupun sudah digempur selama dua bulan.

    Perang kini tidak hanya terjadi utara Gaza, tetapi mulai menyebar ke Gaza selatan yang dahulu dianggap aman.

    Pejuang milisi Hamas terus merancang taktik yang lebih canggih dengan menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza sejak gencatan senjata berakhir, dikutip dari Institute for the Study of War (ISW).

    Pertempuran sengit yang berlanjut di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel membuktikan bahwa kekuatan kelompok militan ini tidak bisa diremehkan.

    Berikut deret taktik gila Hamas hadapi agresi Israel di Gaza.

    1. Gunakan drone peledak hingga amunisi anti-tank

    Saat konflik semakin berpusat di Gaza selatan, kelompok Hamas meluncurkan senjata yang lebih canggih, termasuk drone peledak dan amunisi anti-tank.

    Kelompok Islam dan militan Palestina yang bersekutu berusaha menyesuaikan taktik mereka pasca gencatan senjata untuk melawan musuh dengan belajar dari satu bulan perang di Gaza, dikutip dari France 24.

    Salah satu perubahan paling mencolok adalah penggunaan eksplosif penetrator (EFP), bahan peledak proyektil yang dirancang mampu menembus lapisan baja.

    Alexandre Vautravers, pakar keamanan di Global Studies Institute di Universitas Jenewa, mengungkapkan bahwa dari tiga jenis EFP yang digunakan saat ini, yang paling umum adalah meledakkan dan meluncurkan pecahan peluru baja ke segala arah yang menimbulkan dampak mematikan dalam radius 10-40 meter.

    Jenis EFP modern milik Hamas berkecepatan hipersonik yang bisa menembus lapisan baja tanpa mampu dicegat oleh pertahanan Trophy Israel.

    Hamas juga terlihat menggunakan drone satu arah untuk menargetkan pasukan Israel di Jalur Gaza utara.

    “Hamas telah mengembangkan drone selama beberapa dekade dan telah menggunakannya, namun tidak pernah secara efektif dan terutama untuk tujuan pelatihan,” kata Veronika Poniscjakova, spesialis aspek militer dalam konflik Israel-Palestina di Universitas Portsmouth di Inggris.

    Hamas menyatakan bahwa mereka meledakkan beberapa ranjau anti-personel jenis claymore dalam penyergapan di timur Khan Younis pada tanggal 5 Desember.

    Brigade Al Qassam menargetkan sebuah tank Israel dengan EFP di utara Khan Younis pada tanggal 4 Desember.

    Brigade Al-Qassam juga mengklaim kelompoknya berhasil membunuh 10 pasukan Zionis dan menghancurkan lima kendaraan lapis baja Israel, termasuk tiga buldoser, satu tank, dan sebuah pengangkut personel di wilayah utara Khan Yunis di selatan Gaza.

    2. Sengaja melancarkan operasi di Gaza utara

    Selain meningkatkan persenjataan, Hamas diduga sengaja melancarkan operasi di Gaza utara untuk menunda perang di Gaza selatan.

    “Hamas dan milisi Palestina lainnya telah beralih dari melakukan operasi yang tertunda menjadi melakukan pertahanan yang disengaja,” tulis ISW.

    Operasi di Gaza utara bertujuan memperlambat kemajuan Israel dan memberikan waktu yang cukup bagi Hamas untuk memindahkan pemimpin serta persenjataanya ke Gaza selatan.

    Hamas lebih berani menghadapi Israel di Gaza selatan karena gudang amunisi dan senjata utamanya berada di sana.

    “Di Jalur Gaza utara, kita telah melihat Hamas beroperasi lebih seperti kekuatan gerilya – menghindari pertempuran besar, menyelinap pergi dan kemudian kembali menyerang dan menyelinap lagi,” ungkap Ahron Bregman, spesialis masalah keamanan di Timur Tengah di Kings College London.

    “Orang-orang Israel juga kurang mengenal Jalur Gaza selatan dibandingkan dengan Jalur Gaza utara,” imbuhnya.

    3. Membuat Israel perpanjang perang

    Terdapat dugaan bahwa Hamas sengaja mengulur waktu masa perang untuk menjatuhkan citra Israel.

    Peristiwa yang terjadi beberapa hari ini menunjukkan bahwa strategi militer Hamas semakin maju.

    “Waktu adalah sahabat Hamas. Semakin lama perang berlangsung, semakin banyak korban sipil yang akan jatuh, dan ini menguntungkan Hamas karena menurunkan citra Israel,” ungkap Poniscjakova.

    Tujuan perang yang dibawa oleh Israel berbeda dengan Hamas.

    “Hamas tidak harus meraih kemenangan besar atas Israel,” kata Bregman. “Yang harus mereka lakukan adalah mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri ketika perang ini selesai. Kemenangan Hamas adalah kemampuan untuk mengatakan, ‘Kami masih di sini’,” kata Poniscjakova.

    4. Meledakkan pasukan barak Israel dari terowongan

    Lembaga think tank asal Washington D.C., Institute for the Study of War (ISW), membeberkan kelompok Hamas sempat merekam isi barak militer Israel. Dalam rekaman itu, mereka mendapati tentara Zionis sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.

    Hamas kemudian memanfaatkan informasi itu untuk menyiapkan serangan balasan, hingga mengklaim berhasil meledakkan bom ketika ada sekitar 60 pasukan Israel dari dalam terowongan.

    “Kelompok [Hamas] ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakkannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW, seperti dilansir dari Al Jazeera.

    Analisis ISW menyebutkan bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Strategi ini disebut dengan strategi pembersihan atau clearing operations.

    Hamas, dalam analisis ISW, juga semakin sering memakai peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Eks PM Inggris Boris Johnson Minta Maaf ke Keluarga Korban Covid-19

    Eks PM Inggris Boris Johnson Minta Maaf ke Keluarga Korban Covid-19

    Jakarta, CNN Indonesia

    Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta maaf kepada keluarga korban Covid-19 yang meninggal selama masa pandemi lalu.

    “Saya sangat menyesal atas rasa sakit dan kehilangan serta penderitaan para korban dan keluarga mereka,” kata Johnson, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/12).

    Johnson meminta maaf demikian saat muncul sebagai saksi dalam penyelidikan Covid-19 di Inggris pada Rabu.

    Pada kesempatan itu, dia meminta maaf atas kesalahan yang dia buat selama pandemi dan mengaku bahwa dirinya “sangat meremehkan” risiko yang ditimbulkan Covid-19.

    Johnson merupakan PM Inggris yang menjabat pada 2019 hingga 2022. Ia mengundurkan diri secara memalukan setelah diterpa sejumlah skandal, termasuk laporan bahwa dia dan beberapa pejabat menggelar pesta di Downing Street pada 2020 dan 2021, kala mayoritas penduduk Inggris tengah mengisolasi diri imbas Covid-19.

    Johnson mengaku dirinya bertanggung jawab atas semua keputusan yang ia buat di masa lalu dan memahami kemarahan publik buntut ketidakbecusannya menangani pandemi Covid-19.

    Pada penyelidikan tersebut, banyak kesaksian yang mencuat tentang kegagalan Johnson memerintah Inggris di masa jabatannya. Seperti misalnya, ia yang enggan memberlakukan lockdown dan betapa ‘blunder’nya dia tentang ilmu virus yang hampir membunuhnya itu.

    Johnson mulanya mengatakan dia tidak percaya dengan perkiraan jumlah kematian akibat Covid-19 karena sejumlah ketakutan sebelumnya seperti pandemi flu babi dan penyakit sapi gila.

    Kala pandemi-pandemi itu merebak, masyarakat sangat khawatir dengan jumlah kematian yang diprediksi tinggi. Pada faktanya, jumlah kematian jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan.

    Johnson juga mengaku cuma membaca sekilas risalah kelompok penasihat ilmiah pada beberapa kesempatan, di mana di situ sebetulnya sudah disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 akan menyebabkan dampak yang memaksa penduduk melakukan lock down.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]