Negara: India

  • Rusia Vs Sanksi: Bagaimana Negara Ini Mengatasi Tekanan Internasional? – Halaman all

    Rusia Vs Sanksi: Bagaimana Negara Ini Mengatasi Tekanan Internasional? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, baru-baru ini mengumumkan paket sanksi besar yang secara khusus menargetkan sektor minyak dan gas Rusia.

    Pengumuman tersebut disampaikan oleh Departemen Keuangan AS pada tanggal 10 Februari 2025.

    Sanksi ini diharapkan dapat mengganggu sumber pendapatan utama Rusia yang digunakan untuk mendanai konflik di Ukraina.

    Langkah Serupa oleh Inggris dan Jepang

    Setelah AS, Inggris juga mengambil langkah yang serupa dengan menjatuhkan sanksi terhadap Gazprom Neft dan Surgutneftegas.

    Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan bahwa pendapatan dari sektor minyak adalah sumber utama bagi ekonomi perang Rusia.

    Dengan menargetkan perusahaan-perusahaan tersebut, Inggris berharap dapat mengurangi kemampuan Rusia dalam melanjutkan konflik.

    Jepang tidak ketinggalan dalam menanggapi situasi ini.

    Negara tersebut baru-baru ini menyetujui sanksi tambahan yang mencakup pembekuan aset bagi puluhan individu dan kelompok, serta larangan ekspor ke sejumlah organisasi di Rusia dan negara-negara yang diduga membantu Rusia menghindari sanksi.

    Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, menyatakan bahwa persetujuan sanksi ini menunjukkan komitmen Jepang terhadap upaya Kelompok Tujuh (G7) untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia.

    Seberapa Besar Dampak Sanksi Ini?

    Dengan serangkaian sanksi baru yang diberlakukan oleh AS, Inggris, dan Jepang, diharapkan dapat mengurangi pendapatan Rusia yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina.

    Sejak invasi Moskow pada Februari 2022, lebih dari 12.300 warga sipil dilaporkan tewas.

    Para pejabat AS memperkirakan bahwa Rusia bisa kehilangan miliaran dollar per bulan akibat sanksi ini.

    Apakah Rusia Terpengaruh oleh Sanksi?

    Meskipun sanksi terus diberlakukan, Presiden Vladimir Putin mengeklaim bahwa Rusia tidak mengalami kerugian signifikan akibat tindakan tersebut.

    Dia menyatakan, “Kami mengalami pertumbuhan sementara mereka mengalami penurunan.” Sementara itu, stimulus fiskal besar yang dikeluarkan oleh pemerintah Rusia selama pandemi Covid-19 serta dukungan untuk perang telah membantu menahan pertumbuhan ekonomi dan menjaga tingkat pengangguran tetap rendah.

    Rusia juga melaporkan keberhasilan dalam mendukung nilai rubel dan menekan inflasi.

    Meskipun sanksi yang ada, Rusia masih mampu menjual minyak ke luar negeri dengan harga di atas batas yang telah ditetapkan oleh G7, dengan sekitar 1.000 kapal tanker bayangan digunakan untuk pengiriman.

    Di Mana Rusia Mengalihkan Penjualannya?

    Badan Energi Internasional mencatat bahwa Rusia masih mengekspor sekitar 8,3 juta barrel minyak per hari, dengan sebagian besar dikirim ke India dan China.

    Peneliti di King’s College London juga menemukan bahwa Rusia masih dapat mengimpor barang-barang Barat yang dikenakan sanksi, dengan membeli melalui negara-negara seperti Georgia, Belarus, dan Kazakhstan.

    Sanksi baru yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang merupakan upaya signifikan untuk menekan pendapatan Rusia yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina.

    Namun, dengan klaim keberhasilan ekonomi yang dikeluarkan oleh Rusia, masih ada pertanyaan mengenai efektivitas sanksi ini dalam mengubah dinamika konflik yang sedang berlangsung.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemerintah Klaim Harga Beras Dunia Turun Sejak RI Stop Impor Beras – Halaman all

    Pemerintah Klaim Harga Beras Dunia Turun Sejak RI Stop Impor Beras – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah RI mengklaim harga beras dunia mengalami penurunan usai Indonesian menghentikan impor beras pada tahun ini.

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras dunia turun dari 640 dolar Amerika Serikat (AS) per metrik ton menjadi sekitar 400 dolar AS metrik ton.

    “Ternyata kebijakan kita turut memicu harga beras di pasar dunia turun,” kata Arief saat Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Banten, dikutip dari siaran pers pada Sabtu (11/1/2025).

    “Beras dari beberapa negara turun mulai dari 640 dolar AS per metrik ton, turun lagi ke 590 dolar AS sampai 490 dolar AS. Hari ini sudah dekat-dekat di 400-an dolar AS. Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini,” jelasnya.

    Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara yang dihimpun Bapanas, rata-rata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga 622 sampai 655 dolar AS per metrik ton.

    Kemudian, per 19 Desember 2024 yang merupakan momen setelah pengumuman stop impor beras Indonesia, harga mulai menurun di rentang 455 sampai 514 dolar AS per metrik ton.

    Di bulan ini, India sudah mulai membuka keran ekspornya. Tren harga beras putih pun semakin menurun pada 8 Januari 2025 menjadi rentang 430 sampai 490 dolar AS per metrik ton.

    Sementara itu, menurut data The FAO All Rice Price Index (FARPI), indeks di Desember 2024 menurun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin.

    Namun dilihat secara setahun penuh, rata-rata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan 2023.

    “Harga beras di dunia turun, namun harga petani kita disesuaikan lebih baik lagi, menjelang panen raya tahun ini. Sekali lagi terima kasih kebijakan kepada petani Indonesia,” ujar Arief.

    Target Produksi

    Sebagaimana diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menargetkan, produksi beras untuk konsumsi dalam negeri akan mencapai 32 juta ton di 2025.

    Zulhas bilang, di tahun 2025 Indonesia akan menutup impor beras sebab produksinya diyakini akan jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan dalam negeri sebesar 31 juta ton.

    Namun, impor beras yang akan disetop adalah beras konsumsi. Beras basmati yang biasanya digunakan di restoran masih akan didatangkan dari luar negeri.

    “Itu beras yang dimakan biasanya kalau ke restoran Jepang itu masih dikit-dikit impornya masih ada. Biasanya beras basmati. Kita tidak bisa bikin, itu ada (impor tahun depan, red), tapi sedikit,” katanya ketika memberi sambutan dalam acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum di Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024).

    Jadi, beras basmati tidak akan disetop impornya karena menurut Zulhas jika itu juga ikut dihentikan, Indonesia akan dikenakan sanksi.

    Selain itu, beras basmati juga digunakan untuk nasi biryani. Jika impor ini disetop, Zulhas mengatakan Indonesia bisa “dimarahi” India dan Pakistan.

    “Kalau nanti restoran-restoran (yang menyediakan nasi) biryani dan sebagainya perlu beras basmati, kalau kita tidak kasih itu nanti Pakistan, India, Bangladesh bisa marah sama kita.”

    “(Impor tetap dilakukan) tapi volumenya kecil,” ujar pria yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu. 

    Bisa Hemat Devisa

    Indonesia diproyeksikan mampu menghemat devisa hingga puluhan triliun usai menghentikan impor beras, gula, garam dan jagung.

    Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, penghentian impor empat komoditas tersebut membuat Indonesia bisa menghemat devisa hingga 5,2 miliar dolar SS atau sekitar Rp 84,1 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.188/dolar AS.

    “Penghematan ini bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya (penyediaan) pupuk untuk pertanian maupun kebutuhan perikanan,” kata Budi dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Surabaya, Jawa Timur, dikutip dari siaran pers pada Rabu (8/1/2025).

    Berdasarkan catatannya, selama 2020–2024, Indonesia mengimpor beras, gula, garam, dan jagung dalam nilai yang cukup besar.

    Meskipun begitu, pada periode tersebut, tren impor gula dan garam cenderung turun.

    Dalam rangka mencapai target swasembada pangan pada 2027, Budi menyoroti sejumlah komoditas yang sudah diekspor.

    Misalnya, minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang pangsa pasar ekspornya secara nasional sebesar 11,2 persen.

    Sementara itu, di Jawa Timur sendiri, CPO menempati posisi pertama ekspor produk pangan. 

    Setelah CPO, ada ikan dan ikan olahan, gula, susu, bawang merah, kedelai, jagung, serta daging ayam yang sudah diekspor. 

    “Artinya, sudah banyak contoh komoditas yang sudah swasembada pangan. Sehingga, kalau komoditas yang lain juga akan swasembada, saya pikir itu bisa kita lakukan,” ujar Budi.

    Guna mendukung penyimpanan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok), Kemendag mempersiapkan gudang-gudang program Sistem Resi Gudang (SRG) agar dapat digunakan sebagai penyimpanan komoditas pertanian.

    Terdapat enam gudang SRG aktif, 17 flat, dan satu silo SRG pada posisi idle (belum beroperasi) di Jawa Timur. Kapasitas total gudang SRG idle di wilayah Jawa Timur sendiri mencapai 25.900 ton.

     

     

     

  • Ekonom Tiongkok Sebut Langkah Indonesia Gabung BRICS Bisa Kerek Pertumbuhan Ekonomi

    Ekonom Tiongkok Sebut Langkah Indonesia Gabung BRICS Bisa Kerek Pertumbuhan Ekonomi

    Jakarta, Beritasatu.com – Indonesia resmi bergabung dengan blok ekonomi BRICS atau Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan setelah Brasil mengumumkan pada Senin (6/1/2025). Ekonom Tiongkok menyebut, langkah ini disebut bisa mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga sesuai dengan target dari Presiden Prabowo Subianto, yakni mencapai 8 persen.

    Ekonom Tiongkok Song Qinghui mengatakan, memang seluruh perekonomian Indonesia saat ini menghadapi tantangan. Namun, bergabung dengan BRICS bisa membuka perdagangan Indonesia ke negara-negara yang tergabung.

    “Salah satu cara bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh, yakni dengan membuka pasar ke negara BRICS. Setelah produk dan perdagangan Indonesia masuk ke negara BRICS, maka pertumbuhan ekonomi akan mengikuti,” ucapnya dikutip dari Viory, Sabtu (11/1/2025).

    Ia menambahkan, Indonesia, sebagai pemimpin ekonomi di Asia Tenggara dan negara Muslim terbesar di dunia dengan populasi 280 juta jiwa, memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut.

    “Namun, pengaruh internasional Indonesia belum sesuai dengan statusnya. Maka, bergabung dengan organisasi BRICS, Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan pengaruh dan daya saing di pasar internasional,” paparnya.

    Lebih lanjut, Qinghui menyebut perekonomian Indonesia masih bergantung pada sektor jasa dan industri. Namun, dibandingkan dengan Rusia dan Tiongkok, sektor industri di Tanah Air masih belum berkembang.

    “Meskipun Indonesia adalah produsen utama nikel, tetapi perkembanganya masih jauh berada di ujung bawah rantai industri,” ujarnya.

    Namun, setelah Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, hubungan dengan antarsesama anggota bisa semakin mendalam, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

    “Pada sektor nikel, Tiongkok dapat memberikan dukungan teknis untuk membantu Indonesia meningkatkan rantai industri nikelnya serta mengembangkan sektor hulu hingga hilir,” ucapnya.

    Sementara, pada sektor energi baru hingga mobil listrik Tiongkok juga bisa masuk ke pasar Indonesia.

    “Dengan kerja sama seperti itu, maka Tiongkok bisa memperluas pengaruh di Asia Tenggara secara khusus, dan lebih luas secara global,” papar Qinghui.

    Sementara, dalam sektor industri, Rusia bisa membantu Indonesia dalam memperluas dan memperkuat posisi pada seluruh rantai industri.

    Lebih lanjut, Qinghui menjelaskan, visi Indonesia di ASEAN juga sejalan dengan visi di BRICS. Maka, langkah Indonesia bergabung dengan BRICS akan menguntungkan kedua belah pihak.

    “Lanskap politik global memang masih didominasi oleh AS dan saat ini tidak mungkin mengubahnya. Meskipun pengaruh BRICS terus berkembang setiap hari, tetapi dunia masih merupakan sistem unipolar dengan dominasi dolar AS,” ucapnya.

    Qinghui menegaskan, negara BRICS telah membentuk The New Development Bank atau BRICS Development Bank, yang bisa menciptakan mekanisme untuk dedolarisasi.

    “Saya percaya bahwa setelah mekanisme ini diberlakukan, dunia akan menjadi lebih beragam dan inklusif,” ucap Qinghui seorang ekonom Tiongkok dalam menanggapi langkah Indonesia bergabung BRICS.

  • Indonesia jadi Anggota BRICS, Mendag Budi Santoso Berharap Ekspor Bakal Melonjak

    Indonesia jadi Anggota BRICS, Mendag Budi Santoso Berharap Ekspor Bakal Melonjak

    JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan keuntungan masuk keanggotaan BRICS. Dia bilang salah satunya adalah meningkatkan nilai ekspor. Sebab, kerja sama perdagangan akan terbuka lebih luas.

    Seperti diketahui, Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh geng Brasil, Rusia, India, China South Africa (Afrika Selatan) atau BRICS.

    Saat ini, sambung Budi, cara menggenjot ekspor Indonesia dengan kerja sama perdagangan juga terus dilakukan.

    “Ya kan kita berbagai cara kita lakukan ya, pendekatan kerja sama regional, bilateral untuk pendekatan ekspor kita, ya itu salah satu tujuan kita semuanya, coba ekspor kita naik,” katanya saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat, 10 Januari.

    Menurut Budi, dengan masuknya Indonesia ke BRIC menunjukan bahwa Indonesia terbuka untuk kerja sama dengan negara mana pun. Karena itu, dia berharap, keanggotaan BRICS ini dapat meningkatkan ekonomi Indonesia.

    “Ya kan kita terbuka kan dengan apa namanya, kerja sama ekonomi dengan siapapun terbuka. Ya, pasti sudah dikaji mendalam keikutsertaan kita, yang mudah-mudahan semuanya lebih baik,” ucapnya.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia telah diterima menjadi anggota BRICS.

    “Itu sudah diterima oleh BRICS. Jadi baik karena berarti dengan berbagai negara di global south kita sudah masuk dalam club,” ujarnya kepada wartawan, Rabu, 8 Januari.

    Selain itu, Airlangga menyampaikan bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS dapat berpartisipasi dalam kerja sama yang melibatkan banyak negara dan diharapkan dapat semakin membuka akses perdagangan dan investasi.

    “Ya tentu kalau secara trilateral dengan multiple negara kan. Brasil, Rusia, India, China. Ini akan semakin terbuka lagi akses perdagangan dan investasi,” jelasnya.

  • Jajaki Peluang Bisnis dan Kerja Sama Ekonomi, Kadin Agendakan Kunjungan ke India dan Pakistan – Halaman all

    Jajaki Peluang Bisnis dan Kerja Sama Ekonomi, Kadin Agendakan Kunjungan ke India dan Pakistan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie menjelaskan awal tahun ini Kadin, akan mengikuti World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, dan agenda kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India dan kemungkinan dilanjutkan ke Pakistan.

    “Kami sudah bertemu dengan kedua duta besarnya (India dan Pakistan), dan bagaimana Kadin yang mewakilkan dunia usaha bisa bersama-sama memastikan bukan saja relasi yang sangat baik antar-pemerintah, tapi juga dari bisnis ke bisnis,” katanya dalam acara rutin bulanan “Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast” di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2025).

    Anindya mengatakan, hal tersebut sangat baik dan mudah-mudahan ini bukan saja pertemuan diplomatis secara geopolitik kita kembangkan, tapi juga ujungnya bagaimana perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat Indonesia ini bisa tercapai lebih baik di tahun 2025 dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

    Anin menuturkan, rombongan Kadin Indonesia akan tiba di India pada 24 Januari 2025 untuk mempersiapkan acara forum bisnis yang direncanakan pada 25-26 Januari 2025. Kadin akan fokus pada industri-industri seperti kesehatan, ketahanan energi, lalu ketahanan pangan, sampai pada sektor teknologi dan pertahanan.

    “Nah, ini merupakan suatu yang menarik karena pada tanggal 26 (Januari 2025), Pak Presiden (akan) hadir sebagai tamu kehormatan di Republic Day India,” kata Anin.

    Dia melanjutkan, pada 27-28 Januari 2025, rombongan Kadin akan melakukan lawatan di sekitar ibu kota New Delhi untuk melihat pabrik susu, industri kesehatan, rumah sakit, sampai juga ke industri otomotif. Selain itu, romobongan Kadin juga akan mengunjungi Taj Mahal untuk meninjau sektor pariwisata di sana.

    “Kami juga akan melibatkan teman-teman dari Kadin Provinsi (dalam kunjungan ke India). Kami ingin menggambarkan bahwa Kadin itu bukan saja untuk perusahaan besar, tapi juga untuk perusahaan-perusahaan daerah untuk bisa terlibat, termasuk untuk membuka pasar, mendapatkan investasi dari India yang saya rasa secara historis, secara kultural, mempunyai sejarah panjang dengan Indonesia,” ujarnya.

    India dan Indonesia, lanjut Anin, adalah negara yang diprediksikan di dalam waktu 15-20 tahun ke depan menjadi negara dengan ekonomi terbesar. India di prediksi akan menjadi negara ekonomi nomor 4 terbesar di dunia, dan Indonesia menjadi nomor 5 terbesar di dunia.

    “Nah, sehingga hubungan dengan India sangat menguntungkan. Bukan saja dari ekspor kita yang  perlu lebih besar lagi, dan sekarang kita surplus, tapi masih bisa lebih besar lagi, tapi juga dari sisi investasi. Baik dari India ke Indonesia, maupun dari Indonesia ke India,” ujar Anin.

    “Tipenya (India dan Indonesia) sama, demokratis, banyak sekali penduduknya, dan juga mesti disejahterakan semuanya. Sehingga untuk bisa memulai hubungan baik secara diplomatis, secara bisnis-bisnis besar, maupun bisnis yang bersifat kerakyatan. Seperti contohnya ketahanan pangan, itu mereka juga cukup maju, tentunya juga dengan ketahanan energi, lalu ketahanan kesehatan, dan Pendidikan. Itu semua adalah bidang-bidang yang sama dengan Indonesia, sangat dibutuhkan,” paparnya.

    Rencananya, selain ke India, rombongan Kadin juga akan melakukan perjalanan bisnis ke Pakistan. Menurut Anin, Pakistan adalah negara yang cukup menarik. Dan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta.

    “Duta Besar Pakistan (Ameer Khurram Rathore) sudah berkunjung ke kantor Kadin Indonesia (Kamis, 9/1/2025). Dari Kadin juga sudah siap, kita memastikan dari bisnis ke bisnis, antar-bisnis itu jalan, dan yang menarik di sana sangat kuat industri dari sisi pertahanan yang kita tahu ini merupakan sebuah industri besar,” ujar Anin.

    Indonesia Jadi Anggota Penuh BRICS

    Dalam acara KED Breakfast tersebut juga dibahas mengenai partisipasi Indonesia di BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), yang sudah diresmikan menjadi anggota penuh BRICS. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dari gabungan negara Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan, jumlah populasi penduduknya sudah lebih dari 2 miliar orang. Dengan jumlah ekonominya diperkirakan mencapai hampir 10 triliun dolar AS. Angka tersebut besar baik dari jumlah penduduk maupun ekonomi.

    Dengan demikian, Anin mengatakan, Indonesia memiliki suatu peluang untuk membuka akses pasar, untuk berdagang, dan juga untuk berinvestasi dengan negara-negara yang tergabung dalam BRICS nanti.

    “Dan saya rasa inilah alasan Pak Prabowo melihat (BRICS) ini sebagai peluang. Tentu sebagai negara yang tidak berpihak, kita mesti pandai-pandai untuk memainkan peran kita, terutama dengan negara besar seperti Amerika Serikat (AS). Tapi secara konsep, Indonesia mesti mempunyai suatu pasar alternatif. Karena kita tahu bahwa China itu melambat, sementara AS akan fokus pada industri domestiknya,” jelasnya.

    “Indonesia membutuhkan apa yang terbaik untuk dirinya, supaya ekonomi terus berjalan, dan masyarakat juga bisa semakin sejahtera,” tutur Anin.

  • 7 Kelompok yang Wajib Hati-hati Saat Minum Air Rebusan Jahe, Ini Alasannya

    7 Kelompok yang Wajib Hati-hati Saat Minum Air Rebusan Jahe, Ini Alasannya

    Jakarta

    Air rebusan jahe dikenal mempunyai banyak manfaat kesehatan, mulai dari meredakan mual hingga membantu menghangatkan tubuh. Namun, tidak semua orang disarankan untuk mengoonsumsinya.

    Ada beberapa kelompok yang justru harus berhati-hati atau bahkan menghindari air rebusan jahe. Ketahui siapa saja yang termasuk dalam kelompok tersebut dan alasan di baliknya.

    7 Kelompok yang Wajin Hati-hati Saat Minum Air Rebusan Jahe

    Orang hamil, penderita batu empedu, hingga pasien yang akan melakukan operasi sebaiknya menghindari air rebusan jahe. Mengutip Hackensack Meridian Health, Herbal Safety, Peptiko, dan hingga Medical News Today, berikut penjelasannya:

    1. Orang Hamil

    Wanita hamil harus berhati-hati saat mengonsumsi air rebusan jahe. Beberapa penelitian menunjukkan konsumsi jahe aman untuk wanita hamil, tapi buktinya belum meyakinkan.

    Mengonsumsi jahe mungkin bisa meringankan mual di pagi hari, namun jika dikonsumsi dalam dosis tinggi kemungkinan akan berisiko terutama pada tahap akhir kehamilan. Jika ingin mengkonsumsinya, batasi asupan jahe 1,5 gram per hari. Menurut Times of India, mengkonsumsi jahe melebihi batas yang dianjurkan dapat meningkatkan risiko keguguran.

    2. Penderita Batu Empedu

    Penderita batu empedu juga harus berhati-hati saat mengonsumsi air rebusan jahe. Jika dikonsumsi dalam dosis besar, efek jahe bisa merangsang kerja kantung empedu, memperburuk gejala, dan menyebabkan nyeri. Sementara itu menurut National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH), konsumsi jahe bisa meningkatkan aliran empedu pada penderita batu empedu.

    3. Orang yang Akan Melakukan Operasi

    Komponen jahe bisa mengganggu pembekuan darah normal. Jadi, sebagai tindakan pencegahan, hentikan minum air rebusan jahe setidaknya seminggu sebelum operasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah pendarahan berlebihan.

    4. Orang dengan Tekanan Darah Rendah atau sedang Mengkonsumsi Obat Tekanan Darah

    Jahe bisa menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Efek ini bisa menimbulkan masalah bagi orang-orang yang memiliki tekanan darah rendah atau orang yang mengkonsumsi obat tekanan darah.

    5. Orang dengan Gangguan Perdarahan

    Jahe bisa memperlambat pembekuan darah, sehingga kurang baik dikonsumsi pasien dengan gangguan perdarahan. Hal yang sama wajib diwaspadai pasien yang mengonsumsi pengencer darah atau berisiko mengalami perdarahan.

    6. Orang dengan Kondisi Jantung Tertentu

    Konsumsi jahe memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, bagi pasien dengan gangguan jantung sebaiknya berkonsultasi dengan dokter lebih dulu. Konsultasi ini akan memastikan efek jahe tidak berbahaya bagi kondisi tubuh.

    7. Orang dengan Perut Kosong

    Mengkonsumsi jahe saat perut kosong bisa memberikan efek yang berbeda pada setiap orang. Meski banyak orang yang bisa menoleransinya dengan baik, beberapa orang mungkin mengalami efek samping seperti iritasi gastrointestinal, mual, maag, hingga diare.

    Efek Samping dari Air Rebusan Jahe

    Efek samping dari jahe bisa terjadi terutama jika dikonsumsi dalam dosis yang besar. Menurut Healthline, kemungkinan efek sampingnya meliputi:

    MaagKetidaknyamanan perutDiareIritasi tenggorokan dan mulut

    Pakar menyarankan untuk tidak mengkonsumsi lebih dari 4 gram jahe setiap hari dalam bentuk apapun. Bagi kamu yang sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya konsultasi kepada dokter apakah air rebusan jahe dapat dikonsumsi atau tidak. Sebab, ada beberapa obat yang berdampak buruk saat dikonsumsi bersamaan dengan jahe.

    (elk/row)

  • Bapanas Sebut Harga Beras Dunia Turun setelah Indonesia Umumkan Stop Impor Beras

    Bapanas Sebut Harga Beras Dunia Turun setelah Indonesia Umumkan Stop Impor Beras

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, kebijakan menghentikan impor beras yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto, telah memberikan dampak signifikan pada penurunan harga beras dunia di pasar internasional.

    “Keputusan ini berpengaruh pada turunnya harga beras di pasar dunia. Begitu diumumkan bahwa kita menghentikan impor untuk empat produk pangan, termasuk beras,” ungkap Arief dikutip dari Antara, Sabtu (11/1/2025).

    Menurut Arief, harga beras dari beberapa negara penghasil beras mengalami penurunan signifikan. Harga yang sebelumnya berada di kisaran US$ 640 per metrik ton turun menjadi US$ 590, bahkan menyentuh angka US$ 490 per metrik ton.

    “Hari ini, harga sudah mendekati US$ 400 dolar AS per metrik ton. Ini menunjukkan kebijakan kita berhasil memberikan dampak positif,” tambah Arief.

    Data dari Bapanas menunjukkan bahwa harga rata-rata beras putih dengan kadar pecah 5% (free on board) dari negara-negara, seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berkisar antara US$ 622 hingga US$ 655 per metrik ton.

    Namun, setelah pengumuman penghentian impor beras pada Desember 2024, harga beras dunia mulai turun ke kisaran US$ 455 hingga US$ 514 per metrik ton.

    Pada awal Januari 2025, tren ini terus berlanjut, dengan harga beras putih turun lagi menjadi US$ 430 hingga US$ 490 per metrik ton, seiring dengan dibukanya kembali ekspor beras dari India.

    Berdasarkan The FAO All Rice Price Index (Farpi), indeks harga beras global pada Desember 2024 mengalami penurunan sebesar 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 119,2 poin. Namun, rata-rata indeks sepanjang 2024 masih tercatat lebih tinggi 0,8% dibandingkan 2023.

    Arief juga menegaskan bahwa penyesuaian harga beras dunia ini tetap diiringi upaya menjaga harga gabah petani di dalam negeri agar lebih menguntungkan, terutama menjelang panen raya.

    Kesejahteraan petani tercermin dalam nilai tukar petani pangan (NTPP) yang mencapai 120,30 pada Februari 2024, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada Desember 2024, NTPP masih stabil di atas 100 dengan nilai 108,90.

    Dari sisi hilir, tingkat inflasi tahunan pada 2024 tercatat sebagai yang terendah sejak 1958, yakni 1,54%. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut salah satu faktor utama terkendalinya inflasi adalah stabilnya harga pangan sepanjang tahun.

    “Kami ingin menciptakan ekosistem pangan yang ideal. Petani terus berproduksi dengan harga yang menguntungkan, sementara konsumen menikmati harga stabil,” ujar Arief dalam menanggapi harga beras dunia setelah Indonesia terapkan kebijakan impor beras.

  • RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun

    RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Banten bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan pihak terkait lainnya di Pendopo Gubernur, Serang, Banten, Jumat (10/1/2025). ANTARA/HO-Humas Bapanas

    Bapanas: RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 10 Januari 2025 – 22:49 WIB

    Elshinta.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa tekad menyetop importasi beras yang digagas Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dilaporkan turut mempengaruhi penurunan harga beras di pasar internasional.

    “Izin Pak Menko Pangan, ternyata kebijakan kita turut memicu harga beras di pasar dunia turun. Begitu Pak Menko sampaikan bahwa kita tidak mengimpor empat produk pangan, salah satunya beras,” kata Arief dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Banten bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan pihak terkait lainnya di Pendopo Gubernur, Serang, Banten, Jumat (10/1).

    Arief menyampaikan bahwa beras dari beberapa negara turun mulai dari 640 dolar AS per metrik ton turun ke 590 dolar AS hingga 490 dolar AS per metrik ton.

    “Hari ini sudah dekat-dekat di 400-an dolar AS (per meterik ton). Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini,” beber Arief sebagaimana keterangan diterima di Jakarta.

    Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara yang dihimpun tim Bapanas, lanjut Arief, terlihat rata-rata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga 622 dolar AD sampai 655 dolar AS per metrik ton.

    Kemudian per 19 Desember 2024 yang merupakan momen setelah pengumuman setop impor beras Indonesia, juga mulai turun ke rentang 455 dolar AS sampai 514 dolar AS per metrik ton.

    “Di bulan ini, India sudah mulai membuka keran ekspornya. Tren harga beras putih pun semakin menurun pada 8 Januari 2025 menjadi rentang 430 sampai 490 dolar AS per metrik ton,” terangnya.

    Sementara itu, berdasarkan The FAO All Rice Price Index (FARPI) menyebutkan Indeks di Desember 2024 turun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin. Namun dilihat secara setahun penuh, rerata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan tahun 2023.

    “Harga beras di dunia turun, namun harga petani kita disesuaikan lebih baik lagi, menjelang panen raya tahun ini. Sekali lagi terima kasih kebijakan kepada petani Indonesia,” sebut Arief.

    Kesejahteraan petani padi dapat tercermin dari perkembangan indeks Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP). NTPP di Februari 2024 yakni 120,30 menjadi paling tinggi dibandingkan NTPP bulan-bulan sebelumnya selama 5 tahun terakhir. NTPP di Desember 2024 pun cukup baik dengan masih menorehkan lebih dari 100 dengan angka 108,90.

    Sementara kondisi di hilir juga cukup baik dengan inflasi yang terus dijaga dan dikendalikan pemerintah. Tingkat inflasi umum secara tahunan di 2024 menjadi yang terbaik sejak tahun 1958 dengan raihan 1,54 persen.

    Terkendalinya tingkat inflasi disebut Badan Pusat Statistik (BPS), salah satunya dipengaruhi penurunan harga komoditas pangan yang lebih stabil selama 2024 dalam 2 tahun terakhir.

    “Tentu kita ingin terus membentuk ekosistem pangan yang ideal. Di hulu, petani kita terus berproduksi dan memperoleh harga yang baik. Di hilir pun inflasi pun terkendali dengan baik,” kata Arief.

    “Nah kalau sudah seperti ini, tugas kami di Badan Pangan Nasional dan Bulog mempersiapkan penyerapan berasnya. Jadi panen gabah petani kita harus terserap sesuai perintah Bapak Presiden Prabowo,” tambah Arief.

    Sumber : Antara

  • Jajaki Kerja Sama Ekonomi, Kadin Terbang ke India dan Pakistan

    Jajaki Kerja Sama Ekonomi, Kadin Terbang ke India dan Pakistan

    Jakarta: Awal tahun 2025, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia langsung tancap gas. Guna menjajaki kerja sama bisnis dan ekonomi, Januari ini Kadin akan ke India dan Pakistan.
     
    Kunjungan ke kedua negara itu sejalan dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto. Pada Januari 2025 ini pun, Kadin akan ikut serta dalam World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.
     
    “Kami sudah bertemu dengan kedua duta besarnya (India dan Pakistan), dan bagaimana Kadin yang mewakilkan dunia usaha bisa bersama-sama memastikan bukan saja relasi yang sangat baik antar-pemerintah, tapi juga dari bisnis ke bisnis,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie, melalui keterangan tertulis, Sabtu, 11 Januari 2025.

    Rencananya, rombongan Kadin Indonesia tiba di India pada 24 Januari 2025. Agenda awal adalah menghadiri forum bisnis pada 25-26 Januari 2025. Kadin akan fokus pada industri-industri seperti kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, sampai pada sektor teknologi dan pertahanan.
     
    “Ini menarik karena pada tanggal 26 (Januari 2025), Pak Presiden hadir sebagai tamu kehormatan di Republic Day India,” ujar Anin, sapaan Anindya.
     
    Selanjutnya, pada 27-28 Januari 2025, rombongan Kadin melawat ke sekitar ibu kota New Delhi untuk melihat pabrik susu, industri kesehatan, rumah sakit, sampai industri otomotif. Rombongan Kadin juga akan mengunjungi Taj Mahal untuk meninjau sektor pariwisata.
     
    “Kami melibatkan teman-teman dari Kadin Provinsi. Agar perusahaan-perusahaan daerah bisa terlibat, termasuk untuk membuka pasar dan mendapatkan investasi dari India. Secara historis maupun kultural Indonesia dan India mempunyai sejarah panjang,” kata dia.
     

    India dan Indonesia, lanjut Anin, diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar pada 15 hingga 20 tahun ke depan. India diprediksi menjadi negara ekonomi nomor 4 terbesar di dunia, dan Indonesia menjadi nomor 5 terbesar di dunia.
     
    “Tipenya (India dan Indonesia) sama, demokratis, banyak sekali penduduknya, dan juga mesti disejahterakan semuanya,” kata dia. 
     
    Untuk itu, Anin menekankan hubungan bisnis kedua negara harus bersifat kerakyatan. Menurut dia, India kuat dalam bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, serta ketahanan kesehatan dan Pendidikan. 
     
    “Itu semua adalah bidang-bidang yang sama dengan Indonesia, sangat dibutuhkan,” ujar dia.
     
    Berkunjung ke Pakistan
    Selanjutnya, rombongan Kadin akan melakukan perjalanan bisnis ke Pakistan. Menurut Anin, Pakistan adalah negara yang cukup menarik. Dan Kadin telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta.
     
    “Duta Besar Pakistan (Ameer Khurram Rathore) sudah berkunjung ke kantor Kadin Indonesia (Kamis, 9 Januari 2025). Dari Kadin juga sudah siap, kita memastikan dari bisnis ke bisnis itu jalan. Dan yang menarik, di sana sangat kuat industri dari sisi pertahanan yang kita tahu ini merupakan sebuah industri besar,” kata Anin.
     
    Kumpul rutin bulanan
    Sejumlah pelaku usaha Kadin berkumpul dalam acara rutin bulanan bertajuk Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast. Kumpul rutin ini membahas dampak kebijakan global terhadap perekonomian, program-program hubungan luar negeri, kerja sama internasional, peluang bisnis, hingga perdagangan dan investasi.
     
    Acara dihadiri Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia James T Riady, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Luar Negeri Bernardino Vega, para Komite Tetap, Komite-Komite Bilateral, serta 
    Kadin-Kadin Provinsi.
     
    “Di sini hadir 80 Komite Bilateral dari relasi Indonesia dengan negara-negara luar. Jadi, komplet (Komite Bilateral) ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, Eropa, negara-negara ASEAN, Asia Timur, dan lain-lain,” kata Anin, sapaan akrab Anindya Bakrie, usai acara KED Breakfast, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat, 10 Januari 2025.
     
    Selain dari Komite Bilateral, hadir 25 perwakilan Kadin Provinsi. “Sehingga bukan saja kita bicara mengenai luar negeri, tapi juga bicara bagaimana membawa investasi dan untuk perdagangan bermanfaat buat teman-teman di Kadin Provinsi. Di sini juga banyak teman dengan asosiasi dan himpunan,” tutur Anin.
     
    Peluang bisnis di BRICS
    Dalam acara KED Breakfast tersebut juga dibahas mengenai partisipasi Indonesia di BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), yang sudah diresmikan menjadi anggota penuh BRICS. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dari gabungan negara Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan, jumlah populasi penduduknya sudah lebih dari 2 miliar orang.
     
    “Jumlah ekonominya diperkirakan mencapai hampir 10 triliun dolar AS. Indonesia berpeluang membuka akses pasar untuk berdagang dan berinvestasi dengan negara-negara yang tergabung dalam BRICS nanti,” kata dia.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (UWA)

  • RI perlu reformasi struktural agar ekonomi tumbuh 8 persen

    RI perlu reformasi struktural agar ekonomi tumbuh 8 persen

    Sumber foto: Antara/elshinta.com

    Ekonom: RI perlu reformasi struktural agar ekonomi tumbuh 8 persen
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 09 Januari 2025 – 23:58 WIB

    Elshinta.com – Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari mengatakan, Indonesia perlu benar-benar melakukan reformasi struktural agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dapat tercapai.

    Untuk mencapai target yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto tersebut, ia mengakui bahwa hal ini merupakan tugas yang cukup berat bagi Indonesia. Oleh sebab itu, menurut dia, tidak cukup apabila hanya mengandalkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saja seperti biasanya.

    “Tidak cukup hanya kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Stimulus saja tidak dapat meningkatkan pertumbuhan ke tingkat tersebut. Menurut saya, reformasi struktural diperlukan, terutama dalam meningkatkan rantai nilai manufaktur. Lebih banyak hilirisasi,” kata Pranjul dalam media briefing secara hybrid, di Jakarta, Kamis.

    Pranjul menilai, Indonesia sejauh ini telah berhasil dengan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri melalui hilirisasi industri seperti hilirisasi logam. Namun, ia juga mengingatkan agar Indonesia terus bergerak lebih jauh seperti masuk ke dalam rantai nilai global untuk produk baterai kendaraan listrik dan kendaraan listrik itu sendiri. Kemudian, ekspor produk-produk yang lebih beragam juga diperlukan.

    “Hal itu benar-benar perlu ditingkatkan. Jadi, Indonesia benar-benar perlu melakukan diversifikasi dan juga naik ke rantai nilai manufaktur. Menurut saya, itu akan menjadi penting jika ingin mendekati pertumbuhan 8 persen,” kata dia lagi.

    Pranjul memandang, Indonesia memiliki peluang misalnya untuk meningkatkan ekspor barang habis pakai (consumables) ke Amerika Serikat (AS). Apalagi, menurut dia, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS tidak begitu signifikan sehingga kecil kemungkinan berhadapan dengan ancaman tarif Donald Trump.

    “Menurut saya, ada banyak peluang yang terbuka. Tetapi Indonesia harus menyiapkan ‘panggungnya’ dengan benar dengan beberapa hal yang harus dilakukan, misalnya infrastruktur yang lebih baik dan menambah lebih banyak tenaga kerja terampil,” kata dia.

    Yang lebih penting dari itu, ujar Pranjul, Indonesia perlu mengakselerasi lebih banyak perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dan perjanjian bilateral dengan negara-negara maju. Hal ini akan membantu Indonesia dalam jangka menengah untuk meningkatkan ekspor yang beragam serta meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi.

    Terkait Indonesia yang resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), Pranjul menilai bahwa partisipasi Indonesia ini penting untuk peluang ekonomi dalam jangka menengah.

    Namun, menurutnya, selama ini banyak negara anggota BRICS yang belum benar-benar memaksimalkan peluang kerja sama. Apabila peluang ini dapat dimaksimalkan melalui perjanjian perdagangan di antara negara anggora, maka keanggotaan BRICS ini menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan ekspor bagi Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan PDB riil Indonesia seiring berjalannya waktu.

    Adapun HSBC memproyeksikan pertumbuhan PDB dunia pada tahun ini kemungkinan sama seperti tahun sebelumnya, yakni sekitar 2,7 persen. Pertumbuhan ekonomi di Asia, di luar Jepang, diperkirakan tetap tangguh pada kisaran 4,4 persen pada 2025.

    Sementara pertumbuhan ekonomi di enam besar negara anggota ASEAN (ASEAN-6) diperkirakan akan mencapai 4,8 persen pada tahun ini. Dengan ketidakpastian global yang masih berlangsung, HSBC memperkirakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,1 persen pada 2025.

    Sumber : Antara