Negara: India

  • Tampang MPV Baru Suzuki yang Harganya Cuma Rp 105 Jutaan

    Tampang MPV Baru Suzuki yang Harganya Cuma Rp 105 Jutaan

    Foto Oto

    Doc. Maruti Suzuki – detikOto

    Jumat, 11 Apr 2025 15:44 WIB

    Jakarta – Maruti Suzuki meluncurkan MPV anyar untuk konsumen di India. Kendaraan bertampang kuno tersebut merupakan Suzuki Eeco terbaru dan dibanderol Rp 100 jutaan.

  • Hujan Lebat di India-Nepal Tewaskan Hampir 100 Orang

    Hujan Lebat di India-Nepal Tewaskan Hampir 100 Orang

    Jakarta

    Hampir 100 orang tewas sejak Rabu (9/4) lalu setelah hujan lebat mengguyur sebagian wilayah India dan Nepal. Departemen cuaca memperkirakan hujan lebat masih akan terus mengguyur wilayah tersebut.

    Departemen Meteorologi India (IMD) pada Rabu lalu telah mengeluarkan peringatan bahaya bagi negara tersebut, dengan kondisi gelombang panas di wilayah barat dan badai petir di wilayah timur dan tengah.

    Dilansir Reuters dan Al-Arabiya, Jumat (11/4/2025), di negara bagian Bihar di bagian timur, sedikitnya 64 orang tewas dalam insiden terkait hujan sejak Rabu, kata seorang pejabat senior dari departemen manajemen bencana negara bagian itu kepada Reuters.

    Media lokal melaporkan bahwa lebih dari 20 orang tewas di negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh.

    Sementara itu di negara tetangga Nepal, sambaran petir dan hujan lebat menewaskan sedikitnya delapan orang, kata pejabat Otoritas Bencana Nasional.

    Kantor cuaca India memperkirakan adanya hujan lebat disertai badai petir dan angin kencang di wilayah India tengah dan timur hingga Sabtu (12/4) besok.

    Musim hujan biasanya dimulai pada bulan Juni di India bagian selatan, dan bulan-bulan musim panas baru-baru ini ditandai oleh gelombang panas yang hebat yang telah menewaskan banyak orang.

    Lihat juga Video: Banjir Terjang Spanyol, Dua Orang Hilang dan Ratusan Lainnya Dievakuasi

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perbedaan Fungsi Dua Tombol Flush di Toilet Duduk, Sudah Tahu?

    Perbedaan Fungsi Dua Tombol Flush di Toilet Duduk, Sudah Tahu?

    JAKARTA – Toilet duduk saat ini semakin banyak digunakan dan memiliki berbagai inovasi. Salah satu hal yang sering terlihat pada toilet duduk adalah tombol flush atau tombol penyiramannya.

    Beberapa toilet duduk memiliki dua tombol flush yang berbeda. Toilet duduk yang memiliki dua tombol flush atau dinamakan juga dual flush memiliki perbedaan pada cara penyiramannya.

    Pada dua tombol flush toilet duduk biasanya satu berukuran kecil, dan satu lainnya berukuran lebih besar. Perbedaan ukuran tersebut dimaksudkan untuk penggunaannya dilihat dari jenis kotoran yang dibuang.

    Dikutip dari Times of India, pada Kamis, 10 April 2025, tombol yang lebih kecil didesain untuk menyiram kotoran cair seperti urine. Sedangkan tombol yang lebih besar untuk menyiram limbah lebih padat, seperti buang air besar (BAB).

    Ilustrasi toilet duduk (Pexels)

    Kehadiran dua tombol berbeda fungsi tersebut dimaksudkan untuk penggunaan air yang lebih bijak. Tombol flush kecil bisa menggunakan 3 sampai 4,5 liter air, sedangkan tombol lebih besar menggunakan sekitar 6 sampai 9 liter air.

    Dengan menekan tombol flush sesuai kebutuhan, maka tentunya penghematan air dapat dilakukan dengan maksimal. Hal ini sangat ramah lingkungan dan juga menghemat tagihan air.

    Sementara itu, diketahui ide awal dua tombol flush pada toilet duduk ini berasal dari desainer industri Victor Papanek. Ia memperkenalkan desain tersebut lewat bukunya yang berjudul Design for the Real World, pada tahun 1976.

    Kemudian, Australia menjadi negara pertama yang mengadopsi toilet dual flush tersebut pada 1980 lalu. Sampai akhirnya kini toilet duduk dengan dua tombol flush banyak digunakan sebagai pilihan utama agar lebih ramah terhadap lingkungan.

  • 5 Negara Tempat Apple Produksi iPhone yang bakal Terdampak Kebijakan Tarif Trump – Page 3

    5 Negara Tempat Apple Produksi iPhone yang bakal Terdampak Kebijakan Tarif Trump – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden AS Donald Trump belum lama ini mengungkapkan akan menaikkan tarif Trump untuk barang-barang yang diimpor dari negara lain.

    Hal ini otomatis juga akan meningkatkan harga barang-barang tersebut di Amerika Serikat, iPhone adalah salah satunya.

    Pasalnya, selama ini Apple memproduksi iPhone dan perangkat-perangkat lain mereka di luar Amerika Serikat.

    Untuk membuat manufaktur iPhone mereka tak bergantung hanya pada satu negara, sejak beberapa tahun terakhir Apple juga mengoperasikan pabrik di India dan Vietnam.

    Sayangnya, tarif yang diberlakukan oleh Gedung Putih selain berdampak pada barang-barang yang masuk dari Tiongkok, juga berpengaruh ke negara-negara lainnya. Ada 180 negara yang dikenai kenaikan tarif Trump oleh Presiden ke-47 AS ini.

    Sebenarnya, di mana saja Apple mengoperasikan pabrik iPhone dan produk-produk lainnya dan berapa besar tarif Trump yang kemungkinan akan berlaku?

    1. Tiongkok

    Mayoritas produk iPhone milik Apple diproduksi di Tiongkok melalui mitra manufaktur Foxconn.

    Berdasarkan laporan Everscore ISI, kapasitas produksi iPhone dan produk Apple lain di pabrik-pabrik Tiongkok diperkirakan mencapai 80 persen dari seluruh kapasitas global.

    Bahkan khusus iPhone, kapasitasnya produksinya mencapai 90 persen dari perangkat yang beredar di seluruh dunia.

    Meski begitu, lokasi manufaktur di Tiongkok terus menurun antara 2017 hingga 2020, jumlah produksi iPhone dan produk Apple lain justru meningkat.

    Pemasok Tiongkok menyumbang sekitar 40 persen dari total produk Apple. Everscore ISI memperkirakan, 55 persen produk Mac dan 80 persen iPad dirakit di Tiongkok.

    Adapun Tiongkok bakal dikenai kenaikan tarif Trump sebesar 125 persen.

  • Tampang MPV Baru Suzuki yang Harganya Cuma Rp 105 Jutaan

    Suzuki Luncurkan Mobil MPV Baru, Harganya Cuma Rp 105 Jutaan

    Jakarta

    Maruti Suzuki resmi meluncurkan multi purpose vehicle (MPV) anyar untuk konsumen di India. Kendaraan bertampang kuno tersebut merupakan Suzuki Eeco terbaru dan dibanderol Rp 100 jutaan.

    Disitat dari Cardekho dan Gaadiwaadi, Kamis (9/4), Suzuki Eeco terbaru varian tertinggi menggunakan konfigurasi six-seater, bukan seven-seater. Sebab, pada baris tengah, pabrikan mengganti kursi tiga baris menjadi ‘captain-seat’.

    Suzuki Eeco. Foto: Doc. Maruti Suzuki

    Selain itu, Suzuki Eeco terbaru kini menggunakan AC atau pendingin ruangan di seluruh baris dan enam airbags sebagai sistem keselamatan standar. Sebelumnya, kendaraan itu hanya menggunakan dua airbags.

    Selebihnya, tak ada yang baru dari kendaraan tersebut. Suzuki Eeco terbaru masih mengusung tampilan jadul yang terkesan ketinggalan zaman. Hal itu bisa terlihat melalui tarikan garis, model pelek-bumper-lampu, hingga grilnya yang benar-benar nampak kuno.

    Bukan hanya itu, kombinasi warna yang diusung pabrikan terhadap mobil tersebut juga terkesan lawas, yakni biru muda dan hitam dengan aksen khas 80 hingga 90-an. Bahkan, model jendela dan lampunya juga belum menunjukkan kesan modern.

    Suzuki Eeco. Foto: Doc. Maruti Suzuki

    Mobil tersebut tak dilengkapi fitur hiburan apa pun, alias apa adanya. Bahkan, ruang kemudinya saja dibuat sangat sederhana. Meski demikian pabrikan telah membekalinya dengan sejumlah teknologi keselamatan, seperti ABS, EBD, child lock, sensor parkir, dan immobilizer.

    Suzuki Eeco menggunakan mesin baru K-Series 1.2 liter naturally aspirated yang mampu menghasilkan tenaga 81 dk dan torsi 105 Nm. Kendaraan itu juga hadir dalam varian CNG yang mampu menghasilkan tenaga 71 dk dan torsi 95 Nm. Spesifikasi tersebut disalurkan ke roda belakang melalui transmisi manual lima percepatan.

    Kelebihan lain dari Suzuki Eeco sendiri terletak di konsumsi bahan bakarnya yang irit, yakni hampir 20 kilometer per liter. Sedangkan untuk versi CNG diklaim punya catatan 26,7 km/kg.

    Saat ini, Suzuki Eeco baru sudah tersedia di sejumlah dealer resmi Maruti Suzuki di India. Kendaraan tersebut dibanderol mulai 544 ribu rupee atau sekira Rp 105 jutaan untuk versi dua baris. Namun, untuk versi tiga baris, harganya belum diumumkan.

    (sfn/rgr)

  • Apple Diam-diam Kirim 600 Ton iPhone Lewat India buat Hindari Tarif Trump

    Apple Diam-diam Kirim 600 Ton iPhone Lewat India buat Hindari Tarif Trump

    Jakarta

    Apple mulai ‘kucing-kucingan’ dari tarif impor tinggi yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Apple mengimpor iPhone produksi India karena menghindari tarif tinggi bila mengimpornya dari China. Pabrik iPhone terbesar sendiri diketahui berada di China.

    Dilansir dari Reuters, Jumat (11/4/2025), Apple telah menyewa penerbangan kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone atau sebanyak 1,5 juta ke Amerika Serikat dari India. Apple sebelumnya telah meningkatkan produksi di India dalam upaya untuk mengakali tarif impor tinggi.

    Bila Apple mengimpor iPhone dari China, tarif masuk sebesar 125% sudah membayangi perusahaan. Tentunya, harga iPhone bisa naik dan pada akhirnya kurang laku di pasar. Untuk mengakali hal itu, Apple memfokuskan diri untuk mengimpor iPhone dari India yang cuma kena tarif 26% di mana penerapan tarif itu ditunda hingga 3 bulan.

    “Apple ingin mengalahkan tarif yang ditetapkan Trump,” kata salah satu sumber yang mengetahui perencanaan tersebut.

    Kabarnya, Apple juga telah melobi otoritas bandara India untuk memangkas waktu yang dibutuhkan dalam melewati bea cukai di Bandara Chennai, Tamil Nadu. Waktu dipangkas menjadi 6 jam saja dari awalnya bisa mencapai 30 jam.

    Pengaturan yang disebut ‘koridor hijau’ di bandara yang berada pada pusat manufaktur India tersebut meniru model yang digunakan Apple di beberapa bandara di China. Setidaknya ada enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, salah satunya minggu ini tepat saat tarif baru diberlakukan.

    Menurut pengukuran Reuters, berat kemasan iPhone 14 dan kabel pengisi dayanya mencapai sekitar 350 gram. Jika total kargo seberat 600 ton, diperkirakan ada sekitar 1,5 juta unit iPhone yang dibawa dari India ke AS.

    Apple menjual lebih dari 220 juta iPhone setahun di seluruh dunia. Lembaga Counterpoint Research memperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke Amerika Serikat sekarang berasal dari India, dan sisanya dari China.

    Trump sendiri telah secara konsisten meningkatkan tarif impor terhadap barang dari China, terbaru jumlahnya menjadi 125%.

    (acd/acd)

  • Ketua DK OJK: Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga

    Ketua DK OJK: Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulan Maret 2025 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga di tengah tantangan perekonomian global.

    “Perekonomian global cenderung divergent seiring rilis data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah ekspektasi, sementara di Eropa dan Tiongkok justru di atas ekspektasi sebelumnya,” kata Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Maret 2025 di Jakarta, Jumat.

    Ia menjelaskan bahwa volatilitas pasar tetap tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat.

    Proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 ini untuk global direvisi ke bawah oleh OECD dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global diproyeksikan 3,1 persen dan 3 persen pada tahun 2026, utamanya akibat peningkatan hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan.

    “OECD juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen di tahun ini. Namun penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan di luar kawasan,” kata Mahendra.

    Untuk PDB AS pada triwulan IV 2024 tercatat tumbuh sebesar 2,4 persen. Namun pada triwulan I tahun 2025 ini diprediksi oleh Bank Sentral Amerika atau The Fed bahwa PDB AS akan terkontraksi.

    Data aktivitas ekonomi di AS cenderung melambat dengan tingkat pengangguran naik ke 4,2 persen. The Fed tetap mempertahankan tingkat suku bunganya dan akan memangkas Fed Funds Rate (FFR) hanya 1 hingga 2 kali di tahun 2025.

    Untuk prakiraan Tiongkok, pemerintah meluncurkan stimulus mendorong konsumsi dengan sisi demand yang menunjukkan indikasi perbaikan permintaan antara lain peningkatan pada penjualan retail dan penjualan kendaraan bermotor.

    Untuk Indonesia di domestik, pada Maret 2025 kembali terjadi inflasi indeks harga konsumen (IHK) yang terjaga baik sebesar 1,03 persen year on year (yoy).

    Inflasi inti pada Februari cukup terkendali yaitu 2,48 persen yang menunjukkan permintaan domestik cukup baik, namun perlu dicermati beberapa indikator permintaan yang termoderasi.

    Kinerja perekonomian nasional masih solid sejalan juga dengan hasil peninjauan berkala dari lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service yang menegaskan bahwa peringkat kredit Indonesia di level BAA2 dengan outlook stabil. Selain itu, Fitch juga mempertahankan rating Indonesia di level BBB dengan outlook stabil.

    “Hal itu merepresentasikan keyakinan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia dan kebijakan yang diambil mampu menjaga ketahanan sektor keuangan di tengah kondisi ketidakpastian global,” kata Mahendra.

    Saat ini, ujar Mahendra, rating Indonesia dan posisi indikator kerentanan eksternal yang biasa digunakan menilai daya tahan perekonomian dan pasar keuangan suatu negara menunjukkan kondisi yang relatif baik dibandingkan peer countries.

    Hal itu tercermin baik dari sisi defisit fiskal Indonesia yang adalah 2,29 persen, kalau dibandingkan dengan India 7,8 persen, Turki 5,2 persen. Lalu rasio utang luar negeri terhadap PDB untuk Indonesia 30,42 persen, India 19,3, persen, Turki 43,9 persen.

    Adapun transaksi neraca berjalan terhadap PDB, untuk Indonesia rasionya surplus 0,63 persen, untuk India defisit atau negatif 1,1 persen, dan Turki negatif 2,2 persen.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Apple Dikabarkan Timbun Stock iPhone di AS untuk Antipasi Tarif Trump

    Apple Dikabarkan Timbun Stock iPhone di AS untuk Antipasi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Apple dikabarkan melakukan inisiatif sebagai langkah antisipasi tarif Trump yang diberlakukan untuk sejumlah negara di dunia.

    Inisiatif tersebut membuat Apple menimbun stock iPhone dan Mac selama berbulan-bulan. Hal ini disampaikan oleh Mark Gurman dari Bloomberg, dikutip dari GSMArena.

    “Apple secara teoritis bisa menunda kenaikan harga iPhone hingga peluncuran seri iPhone 17 pada September nanti,” tulis sang jurnalis Bloomberg, dikutip Jumat (11/4/2025).

    Terbaru, Apple dilaporkan menyewa pesawat kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone (1,5 juta ponsel) dari India ke Amerika Serikat (AS).

    Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi tarif Trump, menurut sumber Reuters. Pengiriman ini juga menjadi strategi untuk membangun kestabilan pasar.

    Ancaman tarif Trump sebesar 26% atas impor India ditangguhkan selama sekitar tiga bulan setelah presiden AS menyerukan jeda 90 hari.

    Namun AS telah mengumumkan bahwa tarif atas barang-barang dari China–tempat Apple merakit sebagian besar iPhone-nya–akan dikenakan pungutan setidaknya 145%.

    Adapun Reuters melaporkan bahwa Apple telah menargetkan peningkatan produksi sebesar 20% di pabrik iPhone di India. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah pekerja dan untuk sementara memperpanjang operasi di pabrik Foxconn India terbesar di Chennai hingga hari Minggu.

    Pabrik Chennai memproduksi 20 juta iPhone tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan 16 terbaru. Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.

    Diketahui, sekitar enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, salah satunya minggu ini tepat saat tarif baru diberlakukan, kata sumber tersebut dan seorang pejabat pemerintah India.

    Sayangnya hingga saat ini Apple dan kementerian penerbangan India belum memberikan komentar mengenai masalah ini.

    Apple pun telah menjual lebih dari 220 juta iPhone dalam satu tahun di seluruh dunia, dengan Counterpoint Research memperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke Amerika Serikat sekarang berasal dari India dan sisanya dari China.

    The Wall Street Journal melaporkan minggu ini bahwa Apple berencana untuk mengirim lebih banyak iPhone ke AS dari India sebagai “solusi sementara” sementara perusahaan tersebut berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari tarif China.

    Apabila Apple mengalihkan semua iPhone buatan India ke AS, maka akan mencapai sekitar 50% dari permintaan Amerika tahun ini, menurut analis Bank of America Wamsi Mohan.

    Analis telah memperingatkan bahwa pemindahan produksi iPhone ke AS akan sangat mahal karena faktor-faktor seperti biaya untuk membayar ratusan ribu pekerja.

    Sejalan dengan itu, analis di Wedbush Securities, sebuah perusahaan jasa keuangan AS, mengatakan iPhone buatan AS akan berharga US$3.500 imbas penerapan tarif Trump.

  • Apple Terbangkan 600 Ton iPhone dari India ke AS untuk Lawan Tarif Trump

    Apple Terbangkan 600 Ton iPhone dari India ke AS untuk Lawan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Apple dikabarkan menyewa pesawat kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone (1,5 juta ponsel) dari India ke Amerika Serikat (AS).

    Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi tarif Trump, menurut sumber Reuters. Pengiriman ini juga menjadi strategi untuk membangun kestabilan pasar.

    Ancaman tarif Trump sebesar 26% atas impor India ditangguhkan selama sekitar tiga bulan setelah presiden AS menyerukan jeda 90 hari.

    Namun AS telah mengumumkan bahwa tarif atas barang-barang dari China–tempat Apple merakit sebagian besar iPhone-nya–akan dikenakan pungutan setidaknya 145%.

    Adapun Reuters melaporkan bahwa Apple telah menargetkan peningkatan produksi sebesar 20% di pabrik iPhone di India. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah pekerja dan untuk sementara memperpanjang operasi di pabrik Foxconn India terbesar di Chennai hingga hari Minggu.

    Pabrik Chennai memproduksi 20 juta iPhone tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan 16 terbaru. Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.

    Diketahui, sekitar enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, salah satunya minggu ini tepat saat tarif baru diberlakukan, kata sumber tersebut dan seorang pejabat pemerintah India.

    Sayangnya hingga saat ini Apple dan kementerian penerbangan India belum memberikan komentar mengenai masalah ini.

    Apple pun telah menjual lebih dari 220 juta iPhone dalam satu tahun di seluruh dunia, dengan Counterpoint Research memperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke Amerika Serikat sekarang berasal dari India dan sisanya dari China.

    The Wall Street Journal melaporkan minggu ini bahwa Apple berencana untuk mengirim lebih banyak iPhone ke AS dari India sebagai “solusi sementara” sementara perusahaan tersebut berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari tarif China.

    Apabila Apple mengalihkan semua iPhone buatan India ke AS, maka akan mencapai sekitar 50% dari permintaan Amerika tahun ini, menurut analis Bank of America Wamsi Mohan.

    Analis telah memperingatkan bahwa pemindahan produksi iPhone ke AS akan sangat mahal karena faktor-faktor seperti biaya untuk membayar ratusan ribu pekerja.

    Sejalan dengan itu, analis di Wedbush Securities, sebuah perusahaan jasa keuangan AS, mengatakan iPhone buatan AS akan berharga US$3.500 imbas penerapan tarif Trump.

  • Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan global yang dibangun di atas sistem berbasis aturan (rules-based system) yang dipelopori antara lain oleh Amerika Serikat sejak tahun 1947 (GATT-General Agreement on Tariffs and Trade) dan dilanjutkan dengan pembentukan organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) tahun 1995 nampak bermasa depan suram.

    Pada tanggal 2 April 2025, dalam sebuah acara dramatis di Gedung Putih, Presiden Donald Trump mengumumkan tarif bea masuk baru untuk beberapa negara mitra dagang sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan ekonomi Amerika dan melindungi industri dalam negeri. Sekaligus Trump juga mengumumkan tarif timbal balik untuk sejumlah 92 negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS, termasuk Indonesia.

    Tarif timbal balik ini akan diterapkan mulai tanggal 9 April 2025. Kebijakan ini seharusnya bukan suatu kejutan karena sejak menjabat di periode pertama, Presiden Trump telah menerapkan kebijakan tarifikasi sebagai bagian dari kebijakan “America First” untuk membuat Amerika hebat kembali. Namun, tetap saja skala dan cakupan tarif tersebut mengkonfirmasi bahwa dalam satu gebrakan hari pembebasan (“Liberation Day”), Washington telah membatasi laju arus perdagangan internasional secara signifikan.

    Apa Dasar Penetapan Tarif Timbal Balik AS?

    Trump nampaknya melakukan penilaian kebijakan perdagangan negara mitra–baik tarif, non-tarif, dan manipulasi mata uang yang dianggap menghambat ekspor AS–untuk menetapkan tarif timbal balik tersebut. Satu sumber mengungkapkan bahwa Washington mendasarkan diri kepada ‘bad math’ (matematika yang buruk) karena menggunakan rasio perbandingan antara defisit perdagangan AS dengan Tiongkok, sebagai contoh, dengan nilai ekspor negara dimaksud ke AS. Trump juga disebutkan telah bermurah hati memberikan diskon sebesar 50% kepada Tiongkok.

    Konkritnya, pada tahun 2024 defisit perdagangan AS dengan Tiongkok mencapai USD 295,4 miliar. Impor AS dari Tiongkok sendiri tercatat sebesar USD 438,9 miliar. Dari rasio dimaksud didapatkan angka 67%, yang kemudian didiskon 50% sehingga diperoleh tarif timbal balik sebesar 34%. Tarif ini merupakan tarif tambahan di atas tarif 20% yang sudah diberlakukan sebelumnya atas Tiongkok sehingga total tarif impor mencapai 54%. (https://www.foreignaffairs.com/united-states/age-tariffs-trump-global-economy).

    Lalu bagaimana dengan tarif 34% yang dikenakan terhadap Indonesia yang memiliki suplus sebesar USD 16,8 milyar pada tahun 2024 dengan AS? Dasar pengenaan ini perlu dimintakan klarifikasi ke pihak AS. Bagaimana pula nasib sejumlah 111 negara di mana AS mencatatkan posisi surplus pada neraca perdagangan bilateralnya? Negara-negara tersebut, di antaranya Australia dan Inggris, tetap dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Bagaimana pula halnya dengan perdagangan jasa–seperti pariwisata, pendidikan, asuransi dan keuangan, jasa komputer dan informasi dan jasa bisnis–di mana AS mengalami surplus dengan sebagian besar mitra dagangnya? Washington dengan mudahnya menafikan faktor perdagangan jasa ini.

    Langkah Strategis Indonesia

    Respons cepat Presiden Prabowo untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington guna melakukan negosiasi patut diapresiasi. Meski neraca perdagangan bilateral Indonesia-AS tidak dapat diseimbangkan dalam waktu semalam, tetapi dalam engagement dimaksud kedua negara dapat menyepakati langkah awal untuk mencari solusi saling menguntungkan.

    Untuk keperluan tersebut Indonesia (pemerintah dan pelaku usaha) perlu mempersiapkan posisi trade-off yang spesifik dan terukur dengan memperhatikan kepentingan nasional dan skala prioritas pembangunan ekonomi di dalam negeri. Posisi trade-off dimaksud tentunya mempertimbangkan elemen penting surplus neraca perdagangan yang dinikmati Indonesia dan kebijakan Indonesia yang ditengarai oleh pihak AS sebagai hambatan non-tarif dalam dokumen National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers tahun 2025.

    Meskipun demikian perlu diantisipasi juga pelajaran dari kebijakan Trump periode pertama yaitu kesepakatan perjanjian sektoral pengecualian tarif impor besi baja dan alumunium sebesar 25% dan 10% antara AS dengan antara lain Australia, Brazil, Canada, Mexico, Korea Selatan, Uni Eropa, Jepang, dan Inggris. Perjanjian-perjanjian dimaksud dibatalkan secara sepihak oleh Trump pada tanggal 12 Maret 2025 lalu karena terbukti pengecualian itu menyebabkan impor dari negara-negara dimaksud meningkat dari 74% pada tahun 2018 menjadi 82% pada tahun 2024.

    Langkah strategis berikutnya adalah Indonesia perlu segera mengoptimalisasikan kerjasama kemitraan dagang dengan negara-negara partner FTA baik bilateral (Australia, Jepang, Korea, Chile, Uni Emirat Arab) maupun regional (ASEAN, ASEAN-China, ASEAN-Korea FTA, ASEAN-India, ASEAN-Australia-New Zealand, RCEP) untuk secara kolektif mengurangi dampak negatip tarif AS. Namun, perlu diwaspadai juga fenomena over capacity negara tertentu dan permintaan domestik maupun impor dunia yang lemah sehingga Indonesia tidak menjadi tempat pembuangan bagi ekspor negara lain, atau sebagai negara ‘fasilitas produksi sementara’ guna menghindari tarif AS (circumvention) apabila Indonesia nantinya mendapatkan pengecualian.

    Akhirnya, sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat telah mencederai kepemimpinannya selama ini dalam perdagangan bebas dan sebaliknya memimpin kebangkitan proteksionisme yang justru akan lebih membebani konsumen dan bisnis Amerika sendiri karena tarif tinggi akan meningkatkan harga barang impor dan mendorong inflasi. Hari-hari ini, karena tekanan publik di dalam negeri dan lobby negara mitra dagang, kita akan menyaksikan Gedung Putih menyepakati perjanjian-perjanjian bilateral yang bersifat transaksional.

    Karena perlakuan tersebut tidak bersifat MFN (Most-Favored Nation) sesuai dengan prinsip dasar WTO maka seluruh aturan dan ketentuan perdagangan internasional berbasis WTO akan terancam. Sementara itu, apabila negara mitra menempuh jalur gugatan melalui WTO (seperti Tiongkok dan Kanada) dan Panel memutuskan bahwa AS bersalah, putusan Panel itu tetap sulit memiliki kekuatan hukum yang tetap karena AS tidak akan menerima hasil Panel begitu saja, sementara badan banding WTO diblokir oleh AS. Trump juga dengan mudah dapat memutuskan untuk meninggalkan WTO—sama seperti AS meninggalkan WHO dan Perjanjian Paris.

    Apapun keputusan yang akan diambil Pemerintah Trump, era perdagangan bebas yang ditandai dengan upaya mengurangi hambatan perdagangan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nampaknya sulit untuk dikembalikan ke jalur semula.