Negara: India

  • Kisah para remaja perempuan Afganistan yang jadi penenun karpet akibat dilarang bersekolah oleh Taliban – Halaman all

    Kisah para remaja perempuan Afganistan yang jadi penenun karpet akibat dilarang bersekolah oleh Taliban – Halaman all

    Sejak Taliban merebut kekuasaan di Afganistan pada 2021, anak perempuan di atas usia 12 tahun di negara itu dilarang bersekolah. Taliban juga membatasi jenis pekerjaan yang boleh dilakukan perempuan.

    Kondisi ini memaksa banyak perempuan Afganistan bekerja sebagai penenun karpet, profesi yang menuntut jam kerja panjang. Sektor ini merupakan satu dari sedikit bidang pekerjaan, menurut aturan Taliban, dapat dijalankan para perempuan.

    Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa, sekitar 1,2 sampai 1,5 juta warga Afghanistan menggantungkan pendapatan pada industri tenun karpet. Dari seluruh pekerja di industri tenun karpet, sekitar 90% merupakan perempuan.

    Shakila, 22 tahun, adalah mantan pelajar yang pernah bercita-cita menjadi pengacara. Dia bercerita bagaimana terbatasnya kesempatan bagi para perempuan untuk bisa mengakses pekerjaan yang mereka dambakan.

    “Kami tidak bisa melakukan hal lain selain menenun karpet,” kata Shakila, yang kini memimpin usaha penenunan karpet milik keluarga.

    “Tidak ada pekerjaan lain,” ujarnya.

    Shakila berkata, bisnis tenun karpet menghasilkan keuntungan yang kecil—kondisi yang menurutnya berkebalikan dengan situasi di negara lain.

    Suatu kali, sebuah karpet yang dibuat oleh Shakila dan dua saudara perempuannya dipamerkan di sebuah ajang di Kazakhstan pada 2024. Karya karpet sutra seluas 13 meter persegi itu lalu terjual seharga $18.000 (Rp302 juta).

    Di Afghanistan, kata Shakila, mereka harus menjual karpet dengan jenis yang sama dengan harga yang jauh lebih murah. Situasi itu disebutnya menjerat para pekerja dalam pekerjaan dengan upah rendah.

    Sebuah karpet tenun yang dikerjakan secara manual dengan tangan rata-rata dijual antara $100-$150 (Rp1,6 juta-Rp2,5 juta) per meter persegi.

    “Musuh pendidikan perempuan”

    Shakila dan keluarganya berasal dari Dasht-e Barchi, sebuah daerah yang dikenal sebagai permukiman kaum miskin di pinggiran barat Kabul.

    Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana dengan dua kamar tidur. Mereka berbagi rumah dengan orang tua mereka yang sudah lanjut usia dan tiga saudara laki-laki mereka.

    Salah satu kamar di rumah itu telah diubah menjadi bengkel pembuatan karpet.

    “Saya belajar menenun saat berusia 10 tahun,” kata Shakila. “Ayah saya mengajari saya ketika dia sedang dalam masa pemulihan dari kecelakaan mobil.”

    Shakila bercerita soal bagaimana dia dan saudara perempuannya harus mengubur cita-cita akibat kebijakan Taliban.

    Sebelum Taliban berkuasa, baik Shakila dan dua saudarinya adalah siswa di Sekolah Menengah Sayed al-Shuhada.

    Kehidupan mereka berubah setelah pengeboman mematikan terjadi di sekolah itu pada tahun 2021. Peristiwa itu menewaskan 90 orang, sebagian besar adalah pelajar putri.

    Pengeboman itu juga melukai setidaknya 300 orang.

    Khawatir tragedi serupa bakal terjadi, ayah Shakila mengambil keputusan yang menyakitkan: meminta anak-anak perempuannya berhenti bersekolah.

    Saudara perempuan Shakila, Samira (18 tahun), yang pernah memupuk cita-cita menjadi seorang jurnalis, terpaksa membuang angannya. Sementara Mariam (13) terpaksa berhenti bersekolah bahkan sebelum ia tahu apa cita-citanya.

    Samira, yang berada di sekolah saat serangan bom itu terjadi, mengalami trauma. Ia berbicara dengan gagap dan kesulitan mengekspresikan diri.

    Samira berkata akan melakukan apa saja untuk bisa kembali melanjutkan pendidikan formal.

    “Saya sangat ingin menyelesaikan sekolah saya,” ujarnya.

    “Setelah Taliban berkuasa, situasi keamanan telah membaik dan bom bunuh diri telah berkurang.

    “Tapi sekolah-sekolah masih ditutup. Itulah mengapa kami harus bekerja,” kata Samira.

    Pemerintahan sebelumnya menuduh Taliban terlibat dalam serangan tersebut. Namun Taliban membantahnya.

    Shakila, Samira, dan Mariam percaya bahwa penguasa saat ini adalah “musuh pendidikan anak perempuan”.

    Taliban telah berulang kali menyatakan bahwa anak-anak perempuan akan diizinkan kembali ke sekolah. Namun hak itu akan kembali ke mereka setelah setelah Taliban “merampungkan sejumlah kebijakan”, termasuk penyelarasan kurikulum dengan nilai-nilai Islam.

    Akan tetapi sejauh ini, tidak ada langkah konkret yang diambil untuk mewujudkannya.

    “Kami para gadis tidak lagi memiliki kesempatan untuk belajar”

    Di bengkel Elmak Baft di Kabul, 300 perempuan dan anak perempuan bekerja di ruang yang sempit, dengan udara yang pekat dan menyesakkan.

    Di cabang lain, 126 perempuan muda bekerja dengan 23 alat tenun.

    Salehe Hassani (19) dulunya adalah seorang murid yang berdedikasi, bersekolah hingga usia 17. Ia menghabiskan dua tahun untuk mengajar dan sempat menekuni dunia jurnalistik selama tiga bulan.

    “Kami para gadis tidak lagi memiliki kesempatan untuk belajar,” katanya sambil tersenyum tipis.

    “Keadaan telah merenggut hal itu dari kami, jadi kami beralih ke bengkel,” kata Salehe.

    Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Taliban mencatat bahwa pada Januari-Juni 2024, Afganistan mengespor lebih dari 2,4 juta kilogram karpet, senilai $8,7 juta (Rp146 miliar). Tujuan ekspor karpet itu adalah Pakistan, India, Austria, dan Amerika Serikat.

    Namun, di balik ledakan ekspor ini terdapat ironi.

    Para penenun karpet mengatakan bahwa mereka mendapatkan sekitar $27 (Rp453.000) untuk setiap meter persegi karpet. Biasanya, mereka membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk memproduksinya.

    Itu berarti upah mereka kurang dari satu dolar per hari, meskipun bekerja dalam waktu yang panjang dan melelahkan, yang bisa mencapai 10 atau 12 jam.

    Nisar Ahmad Hassieni, kepala perusahaan Elmak Baft, berkata bahwa dia membayar karyawannya antara $39 (Rp655.000) dan $42 (Rp706.000) per meter persegi.

    Nisar juga membuat klaim bahwa mereka dibayar setiap dua minggu, dengan hitungan rata-rata jam kerja delapan jam per hari.

    Nisar berkata, setelah Taliban berkuasa, institusinya membuat misi untuk membantu warga yang mengalami ketertinggalan akibat penutupan sekolah-sekolah.

    “Kami mendirikan tiga lokakarya untuk menenun karpet dan memintal wol,” katanya.

    “Sekitar 50-60?ri karpet-karpet ini diekspor ke Pakistan, sementara sisanya dikirim ke China, Amerika Serikat, Turki, Prancis, dan Rusia untuk memenuhi permintaan pelanggan.”

    Di sisi lain perekonomian Afghanistan lesu. PBB mencatat Produk Domestik Bruto negara itu menyusut sebesar 29% sejak tahun 2020, seiring pembatasan terhadap perempuan yang menelan biaya hingga $1 miliar (Rp16 triliun).

    Pada tahun 2020, perempuan hanya mencapai 19?ri total angkatan kerja. Ini empat kali lebih sedikit daripada laki-laki – dan jumlah tersebut semakin menurun di bawah pemerintahan Taliban.

    Terlepas dari tantangan yang ada, semangat para perempuan muda ini tetap tidak pernah padam.

    Saleha, dengan penuh tekad dan harapan, bercerita bahwa ia telah mendedikasikan waktu selama tiga tahun untuk belajar bahasa Inggris.

    “Meskipun sekolah dan universitas ditutup, kami menolak untuk menghentikan pendidikan kami,” katanya.

  • Aplikasi Pengganti WhatsApp Makin Ramai 2025, Ini Alasan Orang Pindah

    Aplikasi Pengganti WhatsApp Makin Ramai 2025, Ini Alasan Orang Pindah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri Telegram Pavel Durov melaporkan pengguna aktif layanannya sudah menembus 1 miliar per Maret 2025. Bersamaan dengan itu, Durov juga mengatakan profit perusahaan mencapai US$547 juta sepanjang tahun lalu.

    Hal ini menunjukkan Telegram sudah makin dekat untuk menantang dominasi WhatsApp. Sebagai perbandingan, pengguna aktif WhatsApp saat ini lebih dari 2 miliar dan diprediksi akan mencapai 3 miliar pada akhir 2025.

    “Di atas kami ada WhatsApp, layanan murah yang meniru Telegram. Selama bertahun-tahun, WhatsApp berupaya mengikuti inovasi kami sembari membakar uang miliaran dolar AS untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat pertumbuhan kami,” kata Pavel Durov, dikutip dari TechCrunch, Rabu (16/4/2025).

    “Mereka [WhatsApp] gagal. Telegram bertumbuh, meraup keuntungan, dan mempertahankan kemandirian kami,” ia menambahkan.

    Dikutip dari DemandSage, 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium. India menjadi negara yang paling banyak menggunakan Telegram dengan porsi 45% dari total pengguna. Sementara itu, hanya 9% pengguna Telegram yang datang dari AS.

    Sebanyak 53,2% pengguna Telegram berasal dari kelompok usia 25-44 tahun. Lebih banyak pria daripada perempuan yang menggunakan Telegram, dengan proporsi 58% berbanding 42%.

    Secara rata-rata, pengguna Telegram menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan untuk mejajal aplikasi tersebut. Memang durasi tersebut masih jauh di bawah WhatsApp yang rata-rata diakses 17 jam 6 menit per bulan, menurut laporan DemandSage.

    Saat melaporkan pengguna aktif Telegram sebanyak 900 juta pada 2024 lalu, Durov mengatakan perusahaan menghadapi tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.

    Bahkan, Durov sempat ditahan di Prancis pada Agustus 2024 atas tuduhan keterlibatan dalam mendistribusikan pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan perangkat lunak peretasan pada aplikasi pesan singkat Telegram.

    Tak sampai sepekan pasca ditangkap, Duvol dibebaskan bersyarat. Ia juga diminta membayar uang jaminan senilai 5 juta euro. Sejak saat itu, Telegram mulai melakukan penyesuaian dengan meningkatkan moderasi konten di dalam platform.

    Kendati demikian, Durov menekankan netralitas platformnya dari konflik geopolitik. Saat Rusia menginvasi Ukraina pada 2022 lalu, Telegram menjadi salah satu sumber informasi yang tak menyaring konten-konten di dalamnya.

    Meski dinilai transparan, tetapi banyak juga konten bermuatan disinformasi yang tersebar di platform tersebut. Durov menjamin sistem enkripsi pada Telegram akan membuat pertukaran informasi di dalamnya benar-benar terlindungi dan bebas intervensi pemerintah.

    “Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya pada 2024 sebelum ditangkap.

    Menurut Pavel, ada berbagai cara yang dilancarkan pemerintah untuk mengelabui enkripsi Telegram. Salah satunya datang dari FBI.

    Ia mengatakan FBI pernah mencoba merekrut engineer Telegram untuk membobol backdoor platformnya. FBI tak berkomentar soal tuduhan ini.

    Namun, ia mengatakan tekanan untuk menjunjung kebebasan perbedapat dan berkekspresi sebenarnya tak hanya datang dari pemerintah. Tantangan itu justru lebih banyak datang dari rivalnya seperti Apple dan Alphabet.

    “Dua platform tersebut benar-benar bisa menyensor apa saja yang Anda baca, serta mengakses semua yang ada di smartphone Anda,” kata dia.

    (fab/fab)

  • Dolar AS Menguat ke Level Rp 16.841 Pagi Ini

    Dolar AS Menguat ke Level Rp 16.841 Pagi Ini

    Jakarta

    Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan terhadap rupiah pagi ini. Posisi mata uang Negara Paman Sam itu berada di level Rp 16.800-an.

    Dikutip dari data Bloomberg, Rabu (16/4/2025), dolar AS naik 14,00 poin atau 0,08% pada pukul 9.20 WIB. Dolar AS pun kini bertengger pada level Rp 16.841.

    Selanjutnya, pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia lainnya cukup bervariasi. Dolar AS terpantau menguat 0,02% terhadap won Korea Selatan. Begitu juga terhadap dolar baru Taiwan menguat 0,04%.

    Berikutnya, dolar AS mengalami penguatan terhadap yuan China 0,12%. Lalu nilainya juga menguat terhadap ringgit Malaysia 0,09%.

    Sementara itu, dolar AS mengalami pelemahan terhadap peso Filipina 0,34%, lalu terhadap rupee India 0,32%, serta terhadap baht Thailand melemah 0,68%.

    Dolar AS juga mengalami pelemahan terhadap mata uang yen Jepang 0,37%, lalu terhadap dolar Singapura melemah 0,26%, dan terhadap dolar Hong Kong stagnan.

    (acd/acd)

  • Optimalisasi Peluang Ekonomi Digital Asean

    Optimalisasi Peluang Ekonomi Digital Asean

    Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara telah berkembang amat pesat dari tahun ke tahun lantaran adanya percepatan adopsi digital dan investasi yang didukung pemerintah di negara-negara di kawasan ini.

    Hal ini menjadikan proyeksi nilai barang dagang bruto (gross merchandise value/GMV) Asia Tenggara mampu menembus US$1 triliun pada 2030 oleh World Economic Forum (WEF) makin realistis. Oleh karena itu, ajang GITEX Asia x Ai Everything Singapore digelar perdana guna memperkuat potensi ini sehingga dapat memicu era baru kemajuan digital regional. 

    Rencananya, ajang tersebut bakal diselenggarakan di Marina Bay Sands, Singapura pada 23-25 April 2025. Gelaran itu diselenggarakan oleh Dubai World Trade Centre (DWIC) dan KAOUN International yang berafiliasi dengan GITEX Global.

    Ajang GITEX Asia x Ai Everything Singapore bakal mengumpulkan ekosistem teknologi internasional, menyambut lebih dari 700 perusahaan dan startup teknologi global, dengan lebih dari 70% peserta pameran yang baru pertama kali hadir di Singapura, bersama dengan lebih dari 250 investor global dari lebih dari 70 negara.

    Dengan mengusung tema Advancing Bold Partnerships in Asia, para pemangku kepentingan pada ajang tersebut diharapkan akan menjajaki peluang kolaborasi, memasuki pasar baru, dan mengakses modal baru, termasuk menjalin aliansi yang berdampak untuk menciptakan keunggulan bersama dan membuka kemungkinan besar ekonomi digital Asean.

    Executive Vice President of DWIC Trixie LohMirmand mengatakan bahwa GITEX Asia x Ai Everything Singapore tidak hanya akan menjadi acara teknologi biasa. Dia mengungkapkan bahwa acara ini akan menjadi barometer kolektif vital dari evolusi ekonomi digital dan kecedasan buatan (artificial intelligence/AI) global, menjalin hubungan internasional yang berharga, dan kemitraan baru yang berdampak.

    “Memanfaatkan budaya inovasi dan semangat petualangan digital di kawasan ini, kami akan mempercepat kolaborasi, membangun pasar baru dan beragam peluang bersama para pemimpin teknologi global,” katanya yang juga CEO KAOUN International, dalam keterangan resminya yang diterima Bisnis.com, Selasa (15/4/2025).

    Rencananya, dalam Digital Economy Summit GITEX Asia x Ai Everything Singapore akan menampilkan jajaran pembicara internasional terbanyak di Asia. Sebanyak lebih dari 330 pembicara ahli internasional bakal membahas kompleksitas dan kasus pemanfaatan AI yang muncul.

    Selain AI, pembahasan lainnya adalah keamanan siber, komputasi awan, konektivitas, komputasi kuantum, hingga perawatan kesehatan, bioteknologi, teknologi hijau, dan kota pintar. Digital Economy Summit GITEX Asia x Ai Everything Singapore bakal menampilkan perdebatan paing kuat dan perspektif yang menggugah pikiran seputar perubahan global dan lintasan teknologi Asean yang terus berkembang.

    Tak hanya itu, negara-negara digital yang berkembang pesat juga akan memamerkan kemajuan teknologi, layanan, dan solusi terbaru mereka dalam ajang ini. Negara-negara tersebut seperti Belanda, Prancis, Korea Selatan, Hong Kong, China, India, Pakistan, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Khusus untuk Vietnam dan Serbia akan menjadi negara debutan pada ajang di Singapura ini lewat dukungan Vietnam National Innovation Center (NIC) dan Kamar Dagang Serbia.

    General Director NIC Vietnam Vu Quoc Huy mengatakan bahwa seiring dengan makin dalamnya kehadiran lanskap teknologi regional Vietnam, NIC sangat antusias untuk terlibat pada GITEX Asia. Dia memandang bahwa ajang perdana ini akan menjadi katalisator inovasi, menyatukan para pemangku kepentingan ekosistem, perusahaan visioner, startup disruptif, dan investor yang berpikiran maju.

    “Kami berharap dapat menjalin kemitraan dan mendorong gelombang terobosan teknologi berikutnya di Asia dan sekitarnya,” ujarnya.

    GITEX Asia x Ai Everything Singapore didukung oleh Singapore Tourism Board, SGTech, dan Action Community for Entrepreneurship (ACE). Penyenggaraan event ini merupakan kemitraan strategis dengan entitas pemerintah internasional, regulator, dan badan digital terkemuka dari Asean dan Asia yang lebih luas.

    JTC Corporation Singapura, Dewan Keamanan Siber UEA, Departemen Ekonomi & Pariwisata Dubai (Dubai DET), Kamar Ekonomi Digital Dubai, Dewan Promosi Ekspor Perangkat Seluler & Elektronik India (MEDEPC), CyberSecurity Malaysia, Departemen Teknologi Informasi & Komunikasi Filipina (DICT), dan Badan Keamanan Siber Nasional Thailand (NCSA) termasuk di antara mitra ajang tersebut.

    Senior Director, Chapters & Strategic Programmes di SGTech Zhihan Yeo mengatakan bahwa ajang ini menghadirkan potensi besar untuk menghubungkan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh dunia ke ekosistem teknologi Singapura yang dinamis.

    “Ini adalah perluasan yang kami yakini akan membuka peluang pengembangan teknologi baru dan mempercepat pertumbuhan digital transformatif di tingkat regional dan global,” katanya.

  • Tetap jaga kesehatan, kualitas udara Jakarta pagi ini tak sehat

    Tetap jaga kesehatan, kualitas udara Jakarta pagi ini tak sehat

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Rabu pukul 06.15 WIB dari laman IQAir masuk ke dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dan menempatkannya pada peringkat delapan kota-kota dengan kualitas udara buruk dunia.

    Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) berada di angka 157 dan butir partikel halus PM2.5 berada di angka 64,6 mikrogram per meter kubik.

    Masyarakat juga diimbau selalu menjaga kesehatan dengan memakai masker apabila beraktivitas di luar rumah.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Dubai, Uni Emirat Arab di angka 542, urutan kedua Dhaka, Bangladesh di angka 183, urutan ketiga Hanoi, Vietnam di angka 173, urutan keempat Delhi, India di angka 167, urutan kelima Lahore, Pakistan di angka 161.

    Adapun Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

    Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tanggapi Tarif Trump, Ahli Strategi Partai Republik Samakan Pendekatan Presiden AS dengan Matador – Halaman all

    Tanggapi Tarif Trump, Ahli Strategi Partai Republik Samakan Pendekatan Presiden AS dengan Matador – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ahli strategi veteran Partai Republik, Douglas Heye, menggambarkan Amerika Serikat (AS) diliputi kecemasan dan ketidakpastian di tengah gelombang tindakan eksekutif terbaru Presiden AS Donald Trump.

    Pada 2 April 2025, Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran pada impor dari berbagai negara, mencap hari itu sebagai salah satu “kelahiran kembali industri Amerika.”

    Langkah-langkah ini termasuk tarif universal 10 persen pada impor dari hampir semua negara, dengan tarif yang lebih tinggi untuk negara-negara tertentu, seperti tarif kumulatif 145 persen pada barang-barang China.

    Segera setelah itu, perusahaan-perusahaan seperti Apple dan Porsche berebut untuk mengimpor barang sebelum penerapan tarif untuk menghindari peningkatan biaya.

    Apple menyewa pesawat kargo untuk menerbangkan sekitar 1,5 juta iPhone dari India, sementara Porsche mengungkapkan bahwa hasil Q1-nya terpengaruh secara negatif oleh pengiriman front-loading untuk mengalahkan tarif 25 persen pada mobil dan suku cadang impor.

    Mengenai kebijakan ini, Douglas Heye menyamakan pendekatan Donald Trump dengan matador, yang dengan cekatan mengalihkan perhatian dan mengendalikan narasi.

    “Donald Trump sebenarnya adalah pembawa pesan yang sangat disiplin ketika dia memilih untuk bersikap demikian,” kata Heye dalam wawancara dengan Al Arabiya News, Selasa (15/4/2025).

    “Dan salah satu hal yang kita ketahui tentang Trump adalah jika keadaan melenceng, jika pembicaraan tidak sesuai dengan yang dia inginkan, dia adalah matador, dan dia melambaikan jubah merahnya, dan dia tahu media dan Demokrat akan mengikutinya,” jelasnya.

    Di kalangan Republik, Heye mencatat kontras yang mencolok antara dukungan publik dan perhatian pribadi terkait tindakan Pemerintah AS.

    “Publik sangat terbuka terhadap komentar dari anggota Kongres, Senator yang bersatu di belakang presiden, benar-benar enggan mengatakan sesuatu yang negatif tentang apa yang mereka lakukan,” katanya.

    “Secara pribadi, ada banyak kekhawatiran tentang apa itu Doge, apa dampaknya, dan apa dampaknya di distrik dan negara bagian tertentu,” papar Heye.

    Heye juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh anggota parlemen yang mewakili distrik dengan universitas riset atau industri yang secara langsung terkena dampak tarif.

    “Anda berbicara tentang penelitian medis yang jelas penting, Anda juga berbicara tentang pekerjaan di distrik Anda dan distrik tetangga,” ungkapnya.

    Hubungan pemerintah dengan media juga telah berkembang, dengan Heye mengungkapkan perasaan campur aduk tentang perubahan di ruang pers Gedung Putih.

    “Pada beberapa tingkatan, ya, pada beberapa tingkatan, tidak,” katanya.

    “Orang-orang mengonsumsi berita dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan lima tahun lalu, tentu saja 10, 15 tahun lalu. Banyak di antaranya adalah teknologi, sebagian lagi bersifat politis,” imbuh Heye.

    Para Pemimpin Dunia Kritik Tarif Trump

    Keputusan Donald Trump untuk mengenakan tarif baru pada semua barang yang masuk ke AS merupakan “pukulan besar bagi ekonomi dunia,” kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

    Komentarnya senada dengan komentar sejumlah negara lain, termasuk Tiongkok, yang telah menyatakan penentangannya terhadap langkah tersebut dan telah memperingatkan akan mengambil “tindakan balasan yang tegas” terhadap AS.

    Peringatan mereka muncul setelah Trump mengumumkan tarif universal sebesar 10 persen untuk semua impor ke AS mulai 5 April.

    Sekitar 60 negara juga akan dikenakan tarif yang lebih tinggi mulai 9 April.

    Diberitakan BBC, Trump mengatakan tindakan tersebut merupakan balasan atas kebijakan perdagangan yang tidak adil, seraya menambahkan bahwa ia telah “sangat baik” dalam mengambil keputusan.

    Trump mengatakan tarif akan digunakan untuk meningkatkan manufaktur AS, dan mengatakan pada hari Rabu bahwa langkah tersebut akan “membuat Amerika kaya kembali”.

    Giorgia Meloni dari Italia, sekutu Trump, mengatakan keputusan itu “salah” tetapi dia akan berupaya mencapai kesepakatan dengan AS untuk “mencegah perang dagang”.

    Rekannya dari Spanyol Pedro Sánchez mengatakan Spanyol akan “terus berkomitmen pada dunia yang terbuka”.

    DONALD TRUMP – Foto ini diambil pada Selasa (15/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, duduk ketika menyambut kunjungan Presiden El Salvador Nayib Bukele (tidak terlihat di foto) di Ruang Oval pada Senin (14/4/2025). (Facebook The White House)

    Sementara di Irlandia, Taoiseach Micheál Martin mengatakan keputusan Trump “sangat disesalkan” dan tidak menguntungkan siapa pun.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut tarif tersebut sebagai “keputusan yang brutal dan tidak berdasar” yang akan berdampak besar pada ekonomi Eropa, seraya menambahkan bahwa ekonomi dan konsumen AS akan muncul “lebih miskin dan lebih lemah”.

    Kemudian, Hongaria menyalahkan Uni Eropa, yang merupakan negara anggotanya, atas tarif yang dikenakan.

    Wakil Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko mengatakan negaranya “berusaha untuk mendapatkan persyaratan yang lebih baik”, dan menambahkan bahwa negaranya “memiliki banyak hal untuk ditawarkan”.

    Di luar Eropa, Tiongkok – salah satu negara yang dianggap sebagai “pelanggar terburuk” oleh Presiden AS – dikenakan tarif sebesar 34 persen atas barang, di samping pungutan sebesar 20 persen yang sudah ada, sehingga total bea masuk menjadi sedikitnya 54 persen.

    Kementerian Perdagangan Tiongkok mendesak AS untuk “segera membatalkan” tarif tersebut, seraya menambahkan bahwa Tiongkok akan “dengan tegas mengambil tindakan balasan untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri.”

    Taiwan, yang akan menghadapi tarif sebesar 32 persen untuk ekspor ke AS, menyebut langkah tersebut “sangat tidak masuk akal”.

    Pejabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo mengatakan perang dagang global “telah menjadi kenyataan” dan pemerintahnya akan mencari cara untuk “mengatasi krisis perdagangan” setelah negara Asia Timur itu dikenakan tarif sebesar 25 persen.

    Jepang mengatakan tarif sebesar 24 persen tersebut “sangat disesalkan” dan dapat melanggar Organisasi Perdagangan Dunia serta perjanjian AS-Jepang, sementara Thailand mengatakan akan menegosiasikan tarif sebesar 36 persen.

    Perdana Menteri Vietnam Ông Phạm Minh Chính mengatakan dia sedang membentuk satuan tugas untuk menangani tarif AS.

    Pejabat ekonomi di Israel, yang telah membatalkan semua tarif impor Amerika sebelum pengumuman tersebut, dikatakan berada dalam “kejutan total” atas tarif sebesar 17 persen tersebut, media lokal melaporkan.

    Pejabat Gedung Putih mengatakan pungutan tersebut merupakan tindakan balasan terhadap negara-negara seperti Tiongkok, yang menurutnya mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang AS, memberlakukan hambatan “non-tarif” pada perdagangan AS, atau bertindak dengan cara lain yang menurut pemerintah dapat merusak tujuan ekonomi Amerika.

    Para pemimpin negara yang dikenai tarif dasar 10 persen juga bereaksi terhadap tindakan Trump, dengan Anthony Albanese dari Australia mengatakan warga Amerika akan membayar harga terbesar untuk apa yang disebutnya “tarif yang tidak dapat dibenarkan”.

    Pemerintahnya tidak akan memaksakan tindakan balasan, katanya, seraya menambahkan:

    “Kami tidak akan bergabung dalam perlombaan menuju ke titik terendah yang berujung pada harga yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat”.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

  • Raja HP Terbaru 2025 Bukan Samsung-Oppo-Xiaomi, Ternyata Merek Ini

    Raja HP Terbaru 2025 Bukan Samsung-Oppo-Xiaomi, Ternyata Merek Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar smartphone global mencatat pertumbuhan 3% pada kuartal-I (Q1) 2025 secara tahun-ke-tahun (YoY) menurut firma riset Counterpoint. Beberapa negara berkembang memang menunjukkan penurunan kinerja penjualan.

    Kendati demikian, kinerja global didorong oleh pertumbuhan signifikan di China berkat subsidi yang digelontorkan Presiden Xi Jinping. Selain itu, beberapa pasar juga menunjukkan tren pemulihan, seperti Amerika Latin, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

    Senior Research Analyst Ankit Malhotra mengatakan pertumbuhan pasar smartphone di Januari 2025 didorong momentum peluncuran seri Samsung Galaxy S25 dan iPhone 16e. Namun, penjualan langsung merosot menjelang akhir Q1 2025 karena ketidakpastian ekonomi dan perang dagang.

    “Kami terus menganalisa perubahan kebijakan dan saat ini kami memprediksi pasar smartphone akan menurun sepanjang 2025, meski Q1 menunjukkan pertumbuhan,” kata dia, dikutip dari laman resmi Counterpoint, Selasa (15/4/2025).

    Apple berhasil menempati urutan pertama sebagai raja HP global, meski mengalami tantangan besar di China sebagai pasar HP terbesar di dunia. Counterpoint mengatakan pertumbuhan Apple dipicu peluncuran ponsel murah iPhone 16e di awal tahun, serta ekspansi di pasar-pasar non-inti.

    Penjualan iPhone di negara-negara kunci Apple seperti AS, Eropa, dan China menunjukkan stagnansi atau penurunan. Akan tetapi, Apple mencatat pertumbuhan double-digit di Jepang, India, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Alhasil, Apple berhasil tumbuh 4% YoY secara global dengan meraup pangsa pasar 19%.

    Samsung tergeser dari posisi pertama pada Q1 2024 menjadi urutan ke-2 di Q1 2025 dengan pangsa pasar 18%. Hal tersebut menunjukkan penurunan 5% YoY.

    Penjualan HP Samsung memang lesu di awal tahun karena keterlambatan peluncuran seri Galaxy S25. Kendati demikian, Samsung menunjukkan pertumbuhan double-digit pada Maret 2025 karena peluncuran seri Galaxy S25 dan seri mid-range Galaxy A. Penjualan varian Ultra yang paling premium di Galaxy S25 juga menunjukkan peningkatan.

    Di posisi ke-3 dan ke-4 masing-masing diduduki Xiaomi dan Vivo yang secara berurutan meraup pangsa pasar 14% dan 8%. Xiaomi mencatat pertumbuhan 5% YoY dan Vivo 6% YoY.

    Penguatan kinerja Xiaomi merupakan hasil kerja keras pabrikan China itu untuk mengekspansi produknya di beberapa pasar baru. Selain itu, Xiaomi mencatat pertumbuhan signifikan di pasar domestik dengan peralihan ke segmen premium.

    Terakhir, di posisi ke-5 ada Oppo dengan pangsa pasar serupa dengan Vivo yakni 8%. Kendati demikian, kinerjanya menurun tipis 1% YoY. Kinerja Oppo menunjukkan pertumbuhan di India, Amerika Latin, dan Eropa.

    Di luar jejeran ‘Top 5’, Honor, Huawei, dan Motorola merupakan beberapa merek yang tumbuh pesat dan menciptakan kompetisi yang kian sengit di pasar global.

    Huawei merupakan vendor terbesar di China pada Q1 2025. Sementara Honor dan Motorola menunjukkan pertumbuhan tinggi di beberapa negara.

    Setelah penurunan pasar smartphone di 2023, saat ini industri kembali menunjukkan pertumbuhan yang konstan. Kendati demikian, ketidakpastian ekonomi yang disebabkan perang tarif Trump dapat memicu masyarakat menunda pembelian ponsel sepanjang 2025.

    Perkembangan teknologi baru seperti GenAI dan HP lipat diprediksi akan terus berlanjut. Namun, vendor harus hati-hati mengawasi permintaan pasar di masa depan.

    Meski secara jangka panjang pasar smartphone masih cenderung stabil, Counterpoint meramalkan sepanjang 2025 pasar smartphone akan kembali mencatat penurunan YoY.

    (fab/fab)

  • Apple Kuasai Pasar HP Global Q1 2025, Ungguli Samsung dan Xiaomi

    Apple Kuasai Pasar HP Global Q1 2025, Ungguli Samsung dan Xiaomi

    Jakarta

    Untuk pertama kalinya, Apple menjadi produsen smartphone nomor satu dunia berdasarkan pengiriman di kuartal pertama 2025 (Januari-Maret), menurut laporan Counterpoint Research.

    Kesuksesan ini didorong oleh peluncuran iPhone 16e serta pertumbuhan dua digit di Jepang, India, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara, meski penjualan di AS, Eropa, dan China stagnan atau menurun.

    Apple menguasai pangsa pasar 19% dengan pengiriman naik 4% dibandingkan tahun lalu.

    Sementara itu Samsung menempati posisi kedua dengan pangsa pasar 18%, namun pengiriman turun 5% karena start yang lambat. Meski begitu, seri Galaxy S25, khususnya S25 Ultra, berhasil meningkatkan pengiriman di bulan Maret.

    Xiaomi di posisi ketiga dengan pangsa 14% dan pertumbuhan 5%, didukung pasar China dan ekspansi ke wilayah baru. Vivo mencatat pertumbuhan tercepat (6%) dengan pangsa 8%, setara Oppo yang justru turun 1%, meski tumbuh di India, Amerika Latin, dan Eropa.

    Hasil riset Counterpoint Q1 2025 Foto: Counterpoint

    Huawei mendominasi di China, sementara Honor dan Motorola tumbuh pesat namun belum masuk lima besar. Secara keseluruhan, pasar smartphone global tumbuh 3% di Q1. Namun, Counterpoint memprediksi penurunan pasar sepanjang 2025 akibat ketidakpastian ekonomi dan tarif AS.

    “Ketidakpastian ekonomi dan risiko perang dagang mulai meningkat, terutama menjelang akhir kuartal. Kami terus menganalisis perubahan kebijakan dan saat ini memproyeksikan pasar akan menurun YoY pada tahun 2025, meskipun ada pertumbuhan di Q1,” kata Ankit Malhotra, Analis Riset Senior Counterpoint.

    (afr/afr)

  • Profil Azealia Banks, Sosok yang Sebut Indonesia ‘Tempat Sampah’

    Profil Azealia Banks, Sosok yang Sebut Indonesia ‘Tempat Sampah’

    Jakarta, Beritasatu.com – Nama Azealia Banks, seorang rapper asal Amerika Serikat, tengah menjadi sorotan publik Indonesia seusai melontarkan pernyataan kontroversial di media sosial.

    Dalam sebuah unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), ia menyebut Indonesia sebagai “tempat sampah dunia”. Bukan hanya itu, ia juga menyamakan Indonesia seperti India.

    “Indonesia adalah tempat sampah dunia. Saya tak suka mengatakannya, tapi Indonesia adalah tanah terlantar yang tercemar, seperti halnya India,” tulis Azealia Banks, dikutip Beritasatu.com, Selasa (15/4/2025).

    Komentar ini memicu berbagai tanggapan dari warganet Tanah Air. Sebagian netizen justru menyoroti tingginya kesadaran lingkungan Azealia dibandingkan masyarakat Indonesia sendiri.

    Namun, tak sedikit pula yang menganggap pernyataannya bernada ofensif dan merendahkan, sehingga memunculkan persepsi negatif terhadap dirinya.

    Melihat respons yang beragam ini, Azealia kemudian memberikan klarifikasi terkait maksud dari ucapannya. Lalu, siapa sebenarnya sosok Azealia Banks? Berikut profil lengkapnya.

    Profil Azealia Banks

    Azealia Amanda Banks lahir pada 31 Mei 1991 di Harlem, New York City. Ia tumbuh dalam kondisi keluarga yang sulit, ayahnya meninggal saat ia baru berusia dua tahun, sementara sang ibu dikenal kerap melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadap Azealia serta kedua saudarinya.

    Pada usia 14 tahun, Azealia memutuskan untuk tinggal bersama kakaknya demi mencari lingkungan yang lebih aman. Meski menghadapi masa kecil yang penuh tantangan, bakat Azealia di bidang musik sudah terlihat sejak dini.

    Ia mulai menandatangani kontrak dengan label XL Recordings ketika masih berusia 12 tahun, menjadikannya salah satu artis muda yang berhasil menembus industri musik lebih awal dari kebanyakan musisi lain.

    Kariernya meroket pada tahun 2011 lewat single 212, yang menempati posisi ke-12 di tangga lagu Inggris. Keberhasilan ini dilanjutkan dengan perilisan mixtape Fantasea (2012) dan album debut Broke with Expensive Taste (2014), yang berhasil masuk dalam tangga lagu Billboard 200 di Amerika Serikat.

    Setelah mengalami beberapa konflik dengan label besar, Azealia mendirikan label independennya sendiri bernama Chaos & Glory Recordings. Selain di dunia musik, ia juga menjajal dunia akting lewat film Love Beats Rhymes (2017), dan mengembangkan bisnis produk perawatan kulit melalui platform CheapyXO.

    Sejumlah Kontroversi Azealia Banks

    Pernyataan Azealia Banks tentang Indonesia bukanlah satu-satunya kontroversi yang pernah ia buat. Dalam cuitan yang memicu polemik tersebut, ia juga menyatakan keengganannya untuk mengonsumsi hasil laut dari wilayah Samudra Hindia karena kekhawatiran terhadap tingkat polusinya.

    Ia mengeklaim bahwa permasalahan limbah di Indonesia tak hanya mencemari lingkungan, tapi juga berpotensi menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang bagi masyarakat.

    Dalam kesempatan yang sama, ia turut melontarkan kritik terhadap proyek luar angkasa yang dijalankan oleh Elon Musk dan Jeff Bezos, yang ia nilai sebagai fantasi kekanak-kanakan dan mengabaikan isu-isu lingkungan yang sedang dihadapi bumi.

    Sebelumnya, Azealia juga telah beberapa kali menjadi pusat kontroversi. Pada 2015, ia sempat dituding melakukan body shaming terhadap pesepak bola Zlatan Ibrahimovic dan menggunakan ujaran bernada homofobik.

    Ia juga kerap terlibat perseteruan dengan sejumlah selebritas, seperti Lana Del Rey, Cardi B, hingga Presiden AS Donald Trump beberapa waktu silam. Tak hanya itu, pada tahun 2020, ia sempat menuduh industri musik mengeksploitasi artis kulit hitam, meskipun belakangan ia sendiri dituduh memperlakukan musisi independen secara tidak adil.

    Azealia Banks memang dikenal sebagai sosok yang penuh talenta, namun reputasinya kerap dibayangi oleh kontroversi. Meski pernyataannya tentang Indonesia menimbulkan banyak pro dan kontra, hal ini sekali lagi mempertegas bahwa ia adalah figur publik yang tak segan menyuarakan pendapat.

  • Apple Kerek Pengiriman IPhone dari China untuk Hindari Tarif Trump

    Apple Kerek Pengiriman IPhone dari China untuk Hindari Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi AS, Apple Inc diketahui telah meningkatkan pengiriman produk iPhone dari China pada kuartal 1/2025, yang disebut sebagai upaya untuk menghindari tarif Trump. Secara tahunan, pengiriman iPhone naik hingga 10%. 

    Dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/4/2025), kabar tersebut datang dari firma pasar teknologi Amerika Serikat (AS), yakni International Data Corporation (IDC) yang melihat upaya Apple mempercepat pengiriman produknya belakangan ini. 

    Menurut IDC, Apple mengirimkan 57,9 juta unit sejak awal Januari–Maret 2025, naik dari 52,6 juta unit yang dikirimkan pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini diyakini bukan karena permintaan yang tiba-tiba melesat. 

    IDC menyebut, peningkatan ini disebabkan oleh upaya penimbunan yang dimaksudkan untuk mengimbangi tarif atas barang-barang yang diekspor dari China ke AS. 

    Laporan dari Bloomberg juga menunjukkan bahwa Apple dan perusahaan teknologi konsumen lainnya telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan untuk tarif terbaru dari pemerintahan Trump, dengan mengisi inventaris saluran AS-nya dengan unit.

    “Lonjakan sisi pasokan ini, yang ditujukan untuk mengurangi potensi kenaikan biaya dan gangguan, secara efektif meningkatkan angka pengiriman Q1 melampaui level yang diantisipasi berdasarkan permintaan konsumen yang mendasar,” bunyi riset dari IDC.

    Perusahaan tidak perlu membayar tarif untuk perangkat yang sudah ada di dalam negeri sebelum pungutan diberlakukan. Pengiriman juga meningkat di wilayah lain yang dikhawatirkan akan terjadi gangguan dan kenaikan harga. 

    Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif untuk barang yang diekspor dari China yang dapat naik hingga 145%, sebelum tarif tersebut diturunkan pada hari Jumat setelah pengecualian terkait elektronik.

    Namun, hal itu juga bisa berlangsung singkat karena Trump mengatakan tarif baru yang secara khusus ditujukan pada produk dengan semikonduktor akan kembali diberlakukan. Pungutan tersebut diperkirakan jauh lebih rendah dari 145% yang berlaku sebelumnya sehingga konsumen terhindar dari potensi kenaikan harga yang besar. 

    Meskipun terjadi peningkatan secara keseluruhan, pengiriman ke China menurun. IDC menyatakan, hal ini terjadi karena program subsidi pemerintah China pada perangkat tidak menyertakan model iPhone Pro Apple.

    Apple dikabarkan bakal memberikan gambaran yang lebih baik tentang penjualan aktualnya selama periode ketika mengumumkan hasil kuartal kedua pada tanggal 1 Mei 2025

    Lebih lanjut, IDC melaporkan industri telepon pintar lainnya mengalami pengiriman yang sebagian besar tetap stagnan, dengan pemenang terbesar kedua adalah Xiaomi Corp., yang unitnya meningkat 2,5%. Oppo mengalami penurunan terbesar, dengan penurunan unit sekitar 7%. 

    Secara keseluruhan, pasar meningkat sebesar 1,5% menjadi 305 juta. Samsung Electronics Co. menjadi pemimpin total dengan sekitar 61 juta pengiriman dan pangsa pasar 20%, dibandingkan dengan Apple sebesar 19%.

    Konsumen bulan ini berbondong-bondong mendatangi toko Apple untuk mengamankan iPhone sebelum potensi kenaikan harga yang masih terus berubah, mengingat kebijakan Gedung Putih yang dinamis. 

    Selain menimbun barang sebelum tarif diberlakukan, strategi Apple untuk mengimbangi dampak tarif adalah dengan menggunakan kembali manufaktur di India untuk distribusi AS. India sekarang dapat memproduksi 20% dari semua iPhone, yang dapat memenuhi sebagian besar permintaan AS.