Negara: Georgia

  • Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Para Fencing World Cup 2025 untuk Pertama Kalinya di Solo

    Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Para Fencing World Cup 2025 untuk Pertama Kalinya di Solo

    Liputan6.com, Solo – Momen pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan bergengsi anggar kursi roda langsung menyedot perhatian dari atlet-atlet terbaik dunia.

    Total ada 17 negara yang ambil bagian dalam ajang Para Fencing World Cup 2025 di GOR Indoor Manahan, Solo, Jawa Tengah pada 15-18 September 2025.

    Negara-negara yang mengirimkan perwakilannya adalah Australia, Perancis, Georgia, Jerman, Amerika Serikat, Korea Selatan, Polandia, Hong Kong, Britania Raya, Spanyol, India, Irak, Jepang, Argentina, Latvia, Thailand dan tuan rumah Indonesia.

    “Mayoritas atlet yang bertanding di kejuaraan dunia ke-6 dalam agenda tahun 2025 World Para Fencing ini sudah memiliki jam terbang tinggi,” ujar Ketua Pelaksana Para Fencing World Cup Solo 2025 Rima Ferdianto, Senin 15 September 2025.

    Salah satu nama yang ditunggu-tunggu penampilannya adalah Saysunee Jana. Atlet asal Thailand tersebut membuat kejutan di Paralimpiade Paris 2024 karena berhasil meraih tiga medali emas.

    Ada juga atlet asal Jerman, Maurice Schmidt. Ia merupakan peraih medali emas kelas individual sabre putra. Lalu ada peraih medali perak kelas team epee putra asal Irak, Zainulabdeen Al-Madhkhoori.

    Tak ketinggalan dua peraih medali perunggu di Paris, yakni Nino Tibilashvili asal Georgia dan Judith Rodriguez Menendez dari Spanyol. Mereka terbang ke Solo untuk berebut prestasi di ajang ini.

    “Ada 66 atlet dari 17 negara yang berpatisipasi di kejuaraan ini dengan 34 official jadi total pesertanya adalah 100 atlet dan offisial dari 17 negara,” ucap Rima.

     

    Berita video salah satu momen unik di Olimpiade Tokyo 2020 yaitu ketika pelatih anggar putri Tiongkok lebih heboh saat selebrasi medali emas di cabang olahraga anggar nomor epee individual, Sabtu (24/7/2021).

  • Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Jakarta

    Seorang pria di Tbilisi, Georgia, merasa tidak percaya diri dengan tinggi badannya 175 cm. Pria bernama Irakli Archvadze juga dijuluki sebagai ‘short king’ atau ‘raja pendek’.

    Merasa tidak nyaman, pria berusia 36 tahun itu mengunjungi sebuah klinik di Turki. Ia memutuskan untuk menjalani prosedur pemanjangan anggota badan, yang dilakukan dengan mematahkan tulang pahanya dan memasang rangka logam di kakinya.

    Pasca operasi, Irakli menggunakan sebuah alat dari dokter bedah selama tiga bulan untuk secara bertahap memisahkan tulang paha yang patah sebesar 1 mm setiap hari. Metode ini memungkinkan tulang baru bisa tumbuh di antaranya.

    Pada bulan Mei 2025, tinggi badannya telah mencapai sekitar 180 cm. Irakli merasa dirinya lebih percaya diri, meski harus merasakan sakit yang luar biasa.

    “Orang-orang tidak mengerti bagaimana perasaan kami, raja-raja pendek. Dengan tinggi badan saya, saya merasa ada bagian dari teka-teki yang hilang, dan menemukan bagian ini melalui operasi. Dan sekarang saya merasa berhasil melengkapinya,” beber Irakli yang dikutip dari Unilad.

    “Saya lebih mudah mengambil barang-baran dari lemari dapur dan akan melihat apakah saya bisa lebih baik saat menonton konser sekarang,” tambahnya.

    Irakli bahkan berhenti dari pekerjaannya untuk fokus pada operasi dan pemulihannya. Selama prosedur, ia sama sekali tidak gugup dan setelah operasi harus menjalani fisioterapi tiga kali seminggu.

    “Saya melakukan peregangan sesering mungkin dan bangun lima kali per malam, meregangkan badan di tempat tidur dan kembali tidur. Bahkan, saya pergi ke tempat gym hampir setiap hari,” tutur Irakli.

    “Selama itu, saya menggunakan alat bantu jalan yang hebat. Tetapi, saya mempersiapkan diri secara mental, sehingga tidak apa-apa dan saya juga minum obat pereda nyeri,” sambung dia.

    Irakli menekankan bahwa rasa sakit dalam proses ini tidak bisa terelakkan. Tetapi, ia memandang rasa sakit ini sebagai kemajuan dan mendorong dirinya untuk tidak menyerah.

    Terkait operasinya, ia harus mengeluarkan biaya sekitar 808 juta rupiah. Meski begitu, ia merasa puas dengan hasilnya dan sesuai dengan apa yang dia impikan.

    Kini, Irakli merasa lebih dihormati dan dapat membuktikan bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang sangat sulit.

    Kata Para Ahli

    Terlepas dari prosedur yang dijalani Irakli, seorang ahli bedah ortopedi, Profesor Tim Briggs, memberikan peringatan bagi siapa saja yang ingin menjalani operasi yang sama.

    “Ini adalah prosedur invasif yang serius yang dapat bermanfaat bagi pasien saat ada kebutuhan klinis yang nyata. Tetapi, ini memiliki risiko yang signifikan dan memerlukan diskusi yang mendalam antara pasien dan ahli bedah,” jelas Prof Briggs.

    Prof Briggs mengungkapkan pasien harus menjalani perawatan selama berbulan-bulan yang bisa sangat menyakitkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi, kerusakan saraf, pembekuan darah, bahkan cacat permanen.

    “Siapa pun yang mempertimbangkan operasi ini untuk alasan kosmetik di luar negeri harus mempertimbangkan dengan saksama pemulihan yang lama dan risikonya. Dan saya akan menyarankan untuk tidak melakukannya, kecuali jika mereka memiliki informasi yang cukup tentang di mana mereka berobat,” terang Prof Briggs.

    “Jangan mempertaruhkan kesehatan atau nyawa Anda hanya demi beberapa inci tambahan, tanpa sepenuhnya memahami risikonya,” tegasnya.

    Beberapa kekhawatiran utama seputar operasi pemanjangan anggota tubuh, meliputi:

    InfeksiKerusakan sarafPerbedaan panjang kaki

    Sementara itu, jika tulang dipisahkan terlalu cepat, terdapat risiko tulang tidak dapat pulih atau tumbuh dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan menjadi lemah dan tidak mampu menopang berat bagian tubuh lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video WHO soal Risiko Kesehatan Global Terkait Penyakit Misterius Kongo: Rendah”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Penggerebekan Pabrik Hyundai Guncang Hubungan Dagang AS-Korsel

    Penggerebekan Pabrik Hyundai Guncang Hubungan Dagang AS-Korsel

    Jakarta

    Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, pada hari Kamis (11/0) mengatakan bahwa penggerebekan imigrasi yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat ( AS) di sebuah pabrik Hyundai adalah tindakan yang “membingungkan” dan dapat berdampak buruk terhadap investasi Korea Selatan di Amerika Serikat di masa depan.

    Penggerebekan tersebut merupakan operasi antiimigrasi terbesar di satu lokasi sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada bulan Januari dan memperketat kebijakan imigrasi sebagai prioritas politik utamanya.

    Mau investasi di AS jadi ragu

    Dalam sebuah konferensi pers, Lee mengatakan bahwa penggerebekan ini kemungkinan akan membuat perusahaan-perusahaan Korea Selatan menjadi “ragu-ragu” untuk berinvestasi di Amerika Serikat.

    Pekan lalu, penahanan sekitar 300 pekerja Korea Selatan dalam sebuah penggerebekan besar di lokasi pabrik baterai Hyundai-LG di negara bagian Georgia menimbulkan kekhawatiran terhadap kelayakan berbisnis di AS.

    Ia menyampaikan bahwa para pekerja yang ditahan akan keluar dari pusat penahanan pada pukul 15.00 sore waktu Korsel pada hari Kamis (11/09) dan akan segera diterbangkan kembali ke Korea Selatan.

    Setelah insiden penahanan tersebut, perusahaan-perusahaan Korea Selatan “tidak bisa tidak mempertanyakan apakah membangun pabrik di AS sepadan dengan potensi risikonya,” ujar Lee.

    “Hal ini dapat berdampak besar pada keputusan investasi di masa depan, terutama saat mengevaluasi kelayakan operasional langsung di AS,” tambahnya.

    Insiden ini memicu kemarahan di Korea Selatan, terlebih karena terjadi tak lama setelah perjanjian dagang besar antara kedua negara yang dirancang untuk mencegah tarif besar-besaran yang diancamkan Trump.

    Seoul mencari solusi untuk meredakan ketegangan

    Setelah penggerebekan itu, Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Hyun, terbang ke Washington untuk menyelesaikan masalah yang telah menjadi kekacauan diplomatik ini.

    Lee mengatakan bahwa Seoul sedang berdialog dengan Washington “untuk memastikan bahwa penerbitan visa untuk keperluan investasi dapat berjalan normal.”

    Langkah ini bisa mencakup “penambahan kuota visa” atau bahkan menciptakan kategori visa baru, ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia percaya “pihak AS akan menemukan solusinya.”

    “Tetapi dalam situasi saat ini, perusahaan-perusahaan Korea Selatan akan ragu-ragu dalam melakukan investasi langsung di AS,” tambahnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Rizki Nugraha

    Lihat juga Video Trump soal Pabrik Hyundai Digerebek: Hubungan AS-Korsel Sangat Baik

    (ita/ita)

  • Mendagri dukung Mal Pelayanan Publik Digital permudah perizinan nakes

    Mendagri dukung Mal Pelayanan Publik Digital permudah perizinan nakes

    “Kami siap, Kemendagri mendukung sepenuhnya perizinan menggunakan untuk tenaga medis dan kesehatan, menggunakan Mal Pelayanan Publik yang bukan hanya fisik, tapi yang digital,”

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mendukung penuh penerapan inovasi untuk mempermudah pengurusan perizinan tenaga medis dan tenaga kesehatan melalui Mal Pelayanan Publik Digital Nasional (MPPDN).

    “Kami siap, Kemendagri mendukung sepenuhnya perizinan menggunakan untuk tenaga medis dan kesehatan, menggunakan Mal Pelayanan Publik yang bukan hanya fisik, tapi yang digital,” kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Selasa..

    Hal itu disampaikan Tito pada acara Penandatanganan Surat Keputusan Bersama tentang Penyelenggaraan Perizinan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota melalui MPPDN di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Selasa .

    Mendagri menjelaskan, Mal Pelayanan Publik (MPP) merupakan salah satu inovasi hasil kolaborasi antara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang telah dibangun sejak lama.

    Layanan tersebut merupakan one roof system pelayanan publik yang terinspirasi dari inovasi di negara Georgia. Saat ini, telah banyak daerah yang menerapkannya.

    “Masih kami dorong terus daerah-daerah lain. Yang terbaik salah satunya adalah yang di Badung dan Gianyar. Kalau kita lihat ini, Banyuwangi juga bagus,” ujar Mendagri.

    Dalam kesempatan itu, Mendagri mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Badung dan Gianyar yang mampu memodifikasi MPP sehingga tidak seperti suasana perkantoran. Sebaliknya, MPP tersebut dikemas lebih santai dan informal sehingga diminati masyarakat. Selain itu, petugas yang melayani juga menerapkan pelayanan prima.

    Mendagri berharap kiprah MPP tersebut dapat ditiru oleh jajaran pemerintah daerah (Pemda) lainnya. Dengan begitu, pelayanan berlangsung cepat, efektif, dan mampu menghindarkan potensi korupsi.

    “Karena semuanya CCTV, transparan, bayarnya pun hanya di outletnya bank yang sudah ada. Nah, ini yang akan di-riding oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka perizinan ini,” kata dia.

    Ia menyebut, tantangan dalam mengoptimalkan MPP perlu terus dipacu, termasuk dari sisi sumber daya manusia (SDM) hingga infrastruktur, terutama pada pelayanan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

    Secara khusus, Mendagri meminta dukungan dari Kemenkes untuk membantu daerah-daerah dengan kapasitas fiskal rendah, terutama terkait penguatan MPP. Kemenkes dapat memberikan dukungan berupa peningkatan kualitas perizinan di bidang kesehatan di MPP, melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK).

    Turut hadir pada kegiatan itu Ketua Dewan Ekonomi Nasional sekaligus Penasihat Khusus Presiden Bidang Digitalisasi dan Teknologi Pemerintahan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri PAN-RB Rini Widyantini, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Nugroho Sulistyo Budi, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, serta Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono. Hadir pula para pejabat tinggi kementerian/lembaga serta perwakilan kepala daerah.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Razia Migran Asing Jadi Tamparan Bagi Investasi Korsel di AS

    Razia Migran Asing Jadi Tamparan Bagi Investasi Korsel di AS

    Jakarta

    Amerika Serikat saat ini sedang tidak ramah buat perusahaan Korea Selatan. Sejak awal April silam, produsen otomotif Hyundai dan Kia harus membayar biaya impor lebih besar, sementara janji pengurangan tarif menjadi 15 persen masih belum berlaku.

    Seakan belum cukup, Presiden AS Donald Trump juga mencabut izin ekspor tanpa batas ke Cina yang sebelumnya diberikan pendahulunya, Joe Biden, kepada raksasa semikonduktor Samsung Electronics dan SK Hynix.

    Ke depan, kedua perusahaan Korsel itu kemungkinan harus menegosiasikan kuota ekspor tahunan untuk bisa menjual dari pabriknya di AS ke Tiongkok.

    Polemik terbesar terjadi baru-baru ini, saat aparat keimigrasian ICE melakukan razzia besar-besaran terhadap pekerja konstruksi pabrik baterai milik Hyundai dan LG Energy Solution di negara bagian Georgia.

    Dalam video yang dirilis ICE, ratusan tenaga ahli Korsel ditangkap dengan borgol di pergelangan tangan, pinggang dan pergelangan kaki, layaknya kriminal. Video tersebut sontak mengejutkan publik umum di Korea Selatan.

    ICE berdalih para pekerja Korsel melanggar ketentuan visa. Belum jelas, pelanggaran apa yang dituduhkan terhadap mereka.

    Alhasil, razia ICE menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha Korea Selatan. Banyak yang mulai menilai pasar AS tak lagi menarik untuk investasi. Menurut laporan harian Korea Economic Daily, LG Energy memutuskan menunda pembangunan pabrik baterai di Georgia. Namun, juru bicara kedua perusahaan menyatakan masih terlalu dini untuk menentukan konsekuensi ke depan.

    Razia di saat sensitif

    Pelaksanaan razia oleh ICE dinilai bertolak belakang dengan sikap lunak Presiden Trump kepada Korsel. Pada Juli lalu, pemerintah di Seoul menjanjikan pembelian energi senilai 100 miliar dolar AS dan investasi 350 miliar dolar AS untuk mendapatkan tarif impor yang lebih baik.

    Saat kunjungan Presiden Lee Jae Myung ke Washington D.C. dua pekan lalu, konglomerat besar seperti Samsung Electronics, SK Group, Hyundai, LG, dan Korean Air menandatangani kontrak pembelian produk AS senilai total 150 miliar dolar AS.

    Namun, janji besar itu tak menghalangi Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS melakukan operasi terbesarnya. Padahal, pabrik gabungan Hyundai dan Kia senilai 7,6 miliar dolar AS untuk mobil listrik dan baterai itu merupakan proyek investasi terbesar di Georgia.

    “Kami menyadari adanya kekhawatiran soal investasi kami di AS setelah razia tersebut,” kata Menteri Perdagangan Korea Selatan Yeo Han Koo pada Senin (8/9) dalam rapat kabinet.

    Dari 475 pekerja asing yang ditangkap di lokasi pembangunan “Metaplant America,” sekitar 300 berasal dari Korea Selatan. Menurut seorang pejabat senior imigrasi AS, sebagian dari mereka masuk secara ilegal lewat perbatasan, sementara lainnya masuk secara sah namun visanya sudah habis atau tidak mengizinkan mereka bekerja.

    Banyak dari para pekerja itu dipekerjakan oleh subkontraktor. Karena kenaikan tarif impor, Hyundai dan LG mempercepat pembangunan pabrik, namun kekurangan tenaga kerja terampil di AS membuat pekerja asal Korea diterbangkan. Proses visa kerja yang memakan waktu diduga membuat perusahaan menggunakan opsi visa jangka pendek yang berisiko.

    Titik lemah kebijakan Trump

    Razia ini menyoroti kontradiksi dalam kebijakan perdagangan Trump: di satu sisi memaksa perusahaan asing memproduksi di AS dengan tarif tinggi, tapi di sisi lain memperketat tenaga kerja dengan mendeportasi pekerja ilegal. Analis sejak lama memperingatkan bahwa AS kekurangan tenaga kerja, terutama pekerja terampil, untuk mendukung ekspansi industri manufaktur.

    Kepala Staf Presiden Lee, Kang Hoon Sik, mengatakan pihaknya akan mendesak AS meninjau ulang sistem visa bagi pekerja proyek investasi. Trump sendiri mencoba meredakan kritik dengan menawarkan kesepakatan: pekerja Korea Selatan bisa melatih warga AS di sektor baterai dan komputer. “Kalau saat ini tidak ada orang di negara ini yang paham baterai, mungkin kita harus mengundang beberapa orang untuk melatih rakyat kita,” katanya pada Minggu malam.

    Di platform Truth Social, Trump menegaskan bahwa perusahaan asing wajib mematuhi hukum imigrasi dan mempekerjakan tenaga kerja lokal. “Investasi Anda disambut. Kami mendorong Anda membawa orang-orang pintar dengan bakat teknis besar secara legal, untuk membangun produk kelas dunia,” tulisnya.

    Sebagian besar pekerja Korea Selatan yang ditangkap kini ditempatkan di pusat detensi imigrasi di Georgia. Namun, pemerintah Seoul menyatakan mereka akan dipulangkan dengan pesawat sewaan. Menteri Luar Negeri Cho Hyun terbang ke AS pada Senin (8/9) untuk bernegosiasi. Presiden Lee menekankan bahwa hak-hak warga Korea Selatan dan kegiatan ekonomi perusahaan Korea tidak boleh dilanggar secara sewenang-wenang oleh langkah penegakan hukum AS.

    Hyundai mengumumkan investigasi internal terkait praktik visa subkontraktornya. Sementara LG Energy Solution menangguhkan sebagian besar perjalanan dinas ke AS dan meminta karyawannya untuk tetap berada di Korea Selatan atau segera kembali ke tanah air.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • Kesaksian Pekerja Korsel Saat Imigrasi AS Gerebek Pabrik Hyundai

    Kesaksian Pekerja Korsel Saat Imigrasi AS Gerebek Pabrik Hyundai

    Jakarta

    Seorang pekerja Korea Selatan menuturkan kepanikan dan kebingungan yang dialami rekan-rekannya ketika agen-agen federal Amerika Serikat masuk ke pabrik dan menangkap ratusan orang dalam penggerebekan imigrasi besar-besaran di pabrik mobil Hyundai di Negara Bagian Georgia.

    Pria yang tidak berkenan disebutkan namanya itu berada di pabrik milik Hyundai dan LG Energy Solution ketika agen-agen dari Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS (ICE) menangkap 475 orang, termasuk 300 warga negara Korea Selatan. Beberapa di antara mereka digiring dengan rantai.

    Dia pertama kali menyadari adanya penggerebekan pada Kamis (04/09) pagi ketika dia dan rekan-rekannya menerima banyak sekali panggilan telepon dari para bos perusahaan.

    “Beberapa saluran telepon berdering dan pesannya adalah menutup operasi,” katanya.

    Ketika berita tentang penggerebekan tersebut menyebar, yang merupakan penggerebekan terbesar sejak Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih, pria itu mengatakan bahwa anggota keluarga yang panik mencoba menghubungi para pekerja.

    “Mereka ditahan dan mereka meninggalkan semua telepon seluler mereka di kantor. Telepon terus berdering, tapi kami tidak bisa menjawab karena [kantor] dikunci,” katanya.

    Menurut para pejabat AS, beberapa pekerja mencoba melarikan diri, termasuk beberapa orang yang melompat ke kolam limbah.

    Para pekerja dipisahkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kewarganegaraan dan status visa.

    Kemudian mereka diproses dan dimasukkan ke dalam beberapa bus.

    Sekitar 400 agen negara bagian dan federal telah berkumpul di luar kompleks pabrik senilai US$7,6 miliar, yang berjarak sekitar setengah jam dari Kota Savannah.

    Mereka lantas memasuki pabrik pada Kamis (04/09) sekitar pukul 10:30 waktu setempat.

    Kompleks seluas 3.000 hektare ini dibuka tahun lalu dan para pekerja di sana merakit mobil listrik.

    Petugas imigrasi berupaya menyelidiki dugaan praktik ketenagakerjaan ilegal di pabrik baterai kendaraan listrik yang sedang dibangun di kompleks tersebut.

    Operasi ini menjadi operasi imigrasi di satu lokasi terbesar dalam sejarah investigasi Keamanan Dalam Negeri, kata para pejabat.

    Dalam operasi tersebut, ratusan orang yang secara hukum tidak diizinkan untuk bekerja di AS ditahan.

    BBC Verify telah meninjau rekaman yang diunggah di media sosial dan tampaknya direkam di dalam pabrik baterai.

    Baca juga:

    Sebuah video menunjukkan para pria berbaris di sebuah ruangan, sedangkan seorang laki-laki bertopeng, mengenakan rompi berinisial HISHomeland Security Investigationsmemegang walkie-talkie, memberi tahu mereka:

    “Kami Keamanan Dalam Negeri, kami memiliki surat perintah penggeledahan untuk seluruh lokasi. Kami ingin kontruksi segera dihentikan, kami ingin semua pekerjaan di lokasi dihentikan sekarang juga.”

    BBC Verify bertemu dengan pekerja tersebut di Savannah, kota terdekat dari pabrik mobil besar tersebut. Mereka secara hukum berhak untuk bekerja di Amerika Serikat.

    Pria yang kami wawancarai mengatakan bahwa ia “syok tetapi tidak terkejut” dengan operasi imigrasi tersebut.

    Dia mengatakan bahwa sebagian besar pekerja yang ditahan adalah mekanik yang memasang jalur produksi di lokasi itu dan dipekerjakan oleh kontraktor.

    Dia juga mengatakan sebagian kecil dari mereka yang ditangkap telah dikirim dari kantor pusat di Seoul dan telah melakukan pelatihan, yang belum dapat dikonfirmasi oleh BBC.

    Pria tersebut mengatakan bahwa dia yakin hampir semua pekerja memiliki hak legal untuk berada di AS, namun jenis visanya salah atau hak mereka untuk bekerja telah habis masa berlakunya.

    XOperasi ini menjadi operasi imigrasi terbesar di satu lokasi dalam sejarah investigasi Keamanan Dalam Negeri, kata para pejabat.

    BBC telah menghubungi Hyundai dan LG Energy Solution untuk memberikan komentar.

    Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah penggerebekan, Hyundai dan LG Energy Solution mengatakan bahwa mereka “bekerja sama sepenuhnya dengan pihak berwenang terkait aktivitas di lokasi konstruksi kami. Untuk membantu pekerjaan mereka, kami telah menghentikan sementara konstruksi.”

    Hyundai juga mengatakan bahwa “berdasarkan pemahaman kami saat ini, tidak ada satupun dari mereka yang ditahan dipekerjakan secara langsung oleh Hyundai Motor Company”.

    Kedua perusahaan menambahkan bahwa mereka “berkomitmen untuk sepenuhnya mematuhi semua hukum dan peraturan di setiap pasar tempat kami beroperasi”.

    Baca juga:

    BBC Verify juga telah menghubungi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) untuk memberikan komentar dan rincian lebih lanjut tentang mengapa para pekerja tersebut ditahan dan apa yang mereka lakukan di pabrik tersebut.

    Pada Jumat (05/09), sehari setelah penggerebekan, Steven Schrank selaku agen ICE yang bertanggung jawab atas operasi tersebut mengatakan bahwa semua 475 tahanan “berada di Amerika Serikat secara ilegal”.

    Dia mengatakan bahwa mereka adalah para pekerja “yang masuk ke Amerika Serikat dengan berbagai cara yang berbeda, ada yang masuk secara ilegal, ada yang masuk dengan bebas visa dan dilarang bekerja, ada juga yang memiliki visa dan tinggal melebihi batas waktu yang ditentukan.”

    EPAPara pekerja di pabrik Hyundai dibariskan dan digeledah oleh aparat imigrasi AS.

    Operasi penggerebekan yang dijuluki oleh para pejabat AS sebagai “Operasi Tegangan Rendah” ini menargetkan pabrik baterai listrik yang sedang dibangun di pabrik mobil Hyundai.

    ICE telah merilis rekaman penggerebekan yang menunjukkan agen-agen federal tiba dengan kendaraan lapis baja dan membariskan para pekerja di luar pabrik.

    Beberapa orang terlihat dirantai bersama sebelum dimasukkan ke dalam bus.

    Foto lain menunjukkan dua orang pria di sungai yang tampaknya mencoba melarikan diri, dan seorang pria lainnya ditarik keluar dari air oleh agen yang berbicara kepadanya dalam bahasa Spanyol.

    Pekerja yang kami ajak bicara mengatakan bahwa ia bersimpati pada mereka yang telah ditahan, namun ia mengatakan bahwa tindakan keras bukanlah hal yang mengejutkan di bawah pemerintahan Trump.

    “Slogan mereka adalah mengutamakan Amerika, dan jika Anda bekerja di Amerika secara legal, Anda tidak akan mendapat masalah,” katanya.

    Ia mengatakan bahwa waktu dan rintangan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan visa AS telah mendorong perusahaan-perusahaan asing untuk mengambil jalan pintas demi menyelesaikan proyek-proyek mereka tepat waktu, tetapi mereka mungkin perlu menilai kembali.

    “Maksud saya, setelah hal ini terjadi, banyak perusahaan akan berpikir ulang untuk berinvestasi di Amerika Serikat karena mendirikan proyek baru akan memakan waktu lebih lama dari sebelumnya,” katanya.

    Dia menambahkan bahwa banyak dari mereka yang ditahan adalah spesialis dan mencari pekerja lokal untuk menggantikan mereka tidak akan mudah.

    Ketika BBC mengunjungi lokasi tersebut pada akhir pekan lalu, hanya ada sedikit tanda-tanda yang terlihat dari penggerebekan pada Kamis (04/09), meskipun dua tim keamanan meminta kami untuk terus berjalan saat kami merekam dari sisi jalan.

    Kompleks bernilai US$7,6 miliar ini berjarak setengah jam berkendara dari Kota Savannah, Georgia. (Getty Images)

    Pabrik mobil listrik di Ellabell, Negara Bagian Georgia, adalah kompleks besar yang mendominasi lanskap dan telah menjadi sumber lapangan kerja utama sejak proyek ini diumumkan pada 2022.

    Gubernur Negara Bagian Georgia dari Partai Republik, Brian Kemp, sebelumnya memuji kompleks senilai US$7,6 miliar tersebut.

    Dia menyebutnya sebagai proyek pembangunan ekonomi terbesar dalam sejarah negara bagian tersebut.

    Dampak dari usaha ini telah tercermin dalam kebangkitan Asosiasi Amerika Korea di Greater Savannah.

    “Komunitasnya terus berkembang,” kata Cho Dahye, presiden asosiasi tersebut.

    Dahye, yang menjadi warga negara AS pada 1980-an dan juga dikenal dengan nama Amerika Ruby Gould, mengatakan bahwa operasi penangkapan ICE telah membuat banyak orang terkejut.

    Ia berharap penggerebekan di depan rumahnya tidak akan berdampak lebih luas pada hubungan AS-Korea Selatan.

    “Ini sangat mengejutkan bagi saya dan citra perusahaan global yang terkenal,” katanya.

    Laporan tambahan oleh Aisha Sembhi dan Woongbee Lee

    Tonton juga video “Trump soal Pabrik Hyundai Digerebek: Hubungan AS-Korsel Sangat Baik” di sini:

    (ita/ita)

  • Korsel Kirim Pesawat Charter Jemput Ratusan Pekerja yang Ditahan di AS

    Korsel Kirim Pesawat Charter Jemput Ratusan Pekerja yang Ditahan di AS

    Jakarta

    Pemerintah Korea Selatan akan mengirimkan sebuah pesawat charter untuk memulangkan ratusan pekerja yang ditahan dalam penggerebekan imigrasi Amerika Serikat. Maskapai penerbangan nasional Korea Selatan, Korean Air mengatakan bahwa langkah itu akan dilakukan pada Rabu (9/9).

    Petugas imigrasi AS menahan sekitar 475 orang, termasuk ratusan pekerja Korea Selatan, dalam penggerebekan besar-besaran pada hari Kamis lalu di pabrik baterai Hyundai-LG yang sedang dibangun di negara bagian Georgia.

    Para pejabat di Amerika Serikat menyebutnya sebagai penggerebekan terbesar di satu lokasi yang dilakukan sejauh ini di bawah tindakan keras anti-imigrasi nasional Presiden Donald Trump.

    Menteri luar negeri Korsel berangkat ke Washington pada hari Senin lalu untuk perundingan lebih lanjut. Dia menyebut penahanan massal warga negaranya sebagai “situasi gawat” dan berjanji untuk memastikan para pekerja segera dipulangkan “dalam keadaan sehat.”

    Maskapai Korean Air, mengatakan pihaknya berencana untuk mengirimkan Boeing 747-8i charter paling cepat Rabu ke Atlanta, AS.

    “Itulah tujuan kami saat ini,” ujar seorang juru bicara Korean Air kepada kantor berita AFP, Selasa (9/9/2025).

    Seoul menyatakan bahwa kesepakatan untuk membebaskan dan memulangkan para pekerja yang ditahan telah “diselesaikan” dengan AS, dan bahwa sebuah pesawat carteran akan menerbangkan mereka pulang setelah prosedur administratif selesai.

    Selain menjadi sekutu keamanan utama di Lingkar Pasifik, Korea Selatan merupakan ekonomi terbesar keempat di Asia dan produsen mobil serta elektronik utama dengan banyak pabrik di Amerika Serikat.

    Lokasi penggerebekan adalah sebuah usaha patungan senilai US$4,3 miliar antara dua perusahaan Korea Selatan – Hyundai dan LG Energy Solution – untuk membangun fasilitas manufaktur sel baterai di Georgia.

    Para ahli mengatakan mayoritas pekerja Korea Selatan yang ditahan tersebut kemungkinan besar memiliki visa yang tidak mengizinkan pekerjaan konstruksi langsung.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • WNI Ikut Keciduk di Penggerebekan Pabrik Hyundai di AS: Dapat Undangan dari Perusahaan

    WNI Ikut Keciduk di Penggerebekan Pabrik Hyundai di AS: Dapat Undangan dari Perusahaan

    Jakarta

    Ada WNI diciduk saat pabrik Hyundai di Georgia digerebek. WNI itu diketahui membawa dokumen lengkap dan juga mendapat undangan dari perusahaan.

    Pabrik Hyundai yang belum rampung dibangun di Georgia AS digerebek. Penggerebekan dilakukan oleh petugas federal dan imigrasi AS pada Kamis. Ada 475 orang yang ditangkap dalam penggerebekan terkait dugaan pekerja ilegal di fasilitas tersebut. Kebanyakan pekerja yang ditangkap itu merupakan warga negara Korea Selatan. Namun rupanya diketahui juga ada Warga Negara Indonesia (WNI) berinisial CHT yang ikut diciduk dalam operasi tersebut.

    Adapun kunjungan CHT ke AS itu dalam rangka perjalanan bisnis selama satu bulan. Dijelaskan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha, dalam kunjungannya itu CHT dilengkapi dengan dokumen paspor, visa, sekaligus undangan dari perusahaan.

    Terkait penangkapan WNI itu, KJRI Houston telah berkomunikasi dengan Folkston ICE Processing Center di Georgia, tempat CHT saat ini ditahan. Namun, pihak ICE masih belum memberikan info yang lebih rinci terkait CHT usai ia ditangkap.

    “KJRI akan memberikan pendampingan kekonsuleran untuk CHT,” ungkap Judha diberitakan Antara.

    Sebelum ada penggerebekan, pabrik yang rencananya beroperasi akhir tahun ini tersebut sudah diselidiki dalam beberapa bulan. Presiden AS Donald Trump ikut buka suara terkait penggerebekan tersebut. Dia juga menegaskan bahwa hal ini tak mempengaruhi hubungannya dengan Korea Selatan.

    “ICE melakukan hal yang benar, karena mereka berada di sini secara ilegal. Tapi kami harus mencari solusi agar kami dapat mendatangkan ahli sehingga warga kami dapat dilatih dan melakukannya sendiri,” ujar Trump dilansir CNBC.

    Dalam unggahan di Truth Social, dia menyerukan agar perusahaan asing bisa menghormati undang-undang imigrasi di AS.

    “Kami menyambut investasi Anda dan kami mendorong Anda untuk secara legal membawa orang-orang yang memiliki talenta luar biasa untuk mengembangkan produk kelas dunia. Kami memastikan hal itu dapat dilakukan dengan cepat dan secara legal,” tulis Trump.

    “Yang kami minta sebagai imbalan adalah agar Anda mempekerjakan dan melatih pekerja Amerika. Bersama-sama kita akan menjadikan negara kita tidak hanya produktif, tetapi juga bersatu dari sebelumnya,” sambung Trump.

    Penggerebekan ini merupakan tindakan keras dari pemerintahan Trump terhadap imigran. Atas penggerebekan itu, LG Energy Solution menyebut 47 karyawannya ditahan, 46 di antaranya merupakan warga Korea Selatan. Sedangkan Hyundai mengklaim tidak ada karyawannya yang ditahan dari penggerebekan tersebut.

    (dry/din)

  • Wanti-wanti Trump ke Pebisnis Asing Buntut Gerebek Pabrik Hyundai

    Wanti-wanti Trump ke Pebisnis Asing Buntut Gerebek Pabrik Hyundai

    Jakarta

    Donald Trump tiba-tiba mewanti-wanti pebisnis asing buntut pabrik baterai Hyundai-LG digerebek. Presiden Amerika Serikat (AS) itu memperingatkan pebisnis asing untuk mematuhi peraturan hukum yang berlaku di AS.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Senin (8/9/2025), peringatan ini disampaikan setelah otoritas imigrasi AS menahan sekitar 475 orang. Di mana sebagian besar merupakan pekerja Korea Selatan (Korsel).

    Penahanan tersebut dilakukan saat penggerebekan imigrasi AS pada Kamis (4/9) waktu setempat, terhadap pabrik baterai Hyundai-LG yang sedang dibangun di negara bagian Georgia. Penahanan itu tercatat sebagai operasi tunggal terbesar yang sejauh ini dilaksanakan di bawah kebijakan anti-migran Trump.

    “Harap hormati Hukum Imigrasi negara kita,” tegas Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial.

    “Investasi Anda disambut baik, dan kami mendorong Anda untuk SECARA LEGAL membawa orang-orang Anda yang sangat cerdas… Apa yang kami minta dari Anda adalah Anda mempekerjakan dan melatih para pekerja Amerika,” kata Trump kepada perusahaan-perusahaan asing di AS.

    Rekaman video menunjukkan momen penggerebekan imigrasi itu ketika para pekerja yang ditahan, dalam keadaan tangan diborgol dan dirantai di pergelangan kaki mereka, dinaikkan ke dalam sebuah bus.

    Trump telah berjanji untuk menghidupkan sektor manufaktur AS, sekaligus bersumpah untuk mendeportasi jutaan migran tanpa dokumen sah. Sembari mengingatkan para investor asing untuk mematuhi hukum, Trump tampak mengakui adanya kekurangan keterampilan di kalangan tenaga kerja domestik.

    “ICE (Otoritas Imigrasi dan Bea Cukai AS-red) bertindak benar karena mereka berada di sini secara ilegal,” ucap Trump merujuk pada penggerebekan imigrasi yang berujung penahanan ratusan pekerja Korsel.

    “Namun, kita perlu mencari cara untuk mendatangkan tenaga tambahan agar orang-orang kita dapat dilatih sehingga mereka dapat melakukannya sendiri,” cetusnya.

    Agen khusus yang bertanggung jawab atas Investigasi Keamanan Dalam Negeri di Georgia, Steven Schrank, mengatakan bahwa penggerebekan itu menargetkan “praktik ketenagakerjaan ilegal yang terjadi di lokasi konstruksi seluas 100 acre ini”.

    Pihak LG Energy Solution mengatakan 47 karyawannya ditangkap, terdiri atas 46 warga negara Korsel dan satu warga negara Indonesia (WNI).

    Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Judha Nugraha, sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa satu WNI berinisial CHT ikut terjaring razia imigrasi di pabrik Hyundai, AS. Dia mengatakan dokumen CHT selama di AS mulai dari rencana business trip, paspor, visa hingga undangan dari perusahaan lengkap.

    LG Energy Solution menambahkan bahwa 250 orang lainnya yang ditangkap diyakini bekerja untuk kontraktornya, dengan sebagian besar merupakan warga negara Korsel.

    Otoritas Korsel mengatakan pada Minggu (7/9) bahwa negosiasi untuk mengamankan pembebasan para pekerja telah selesai dilakukan dan mereka akan segera dibebaskan untuk kemudian diterbangkan pulang.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/ygs)

  • Pabrik Hyundai Digrebek, Trump Minta Perusahaan Asing Rekrut Pekerja Lokal

    Pabrik Hyundai Digrebek, Trump Minta Perusahaan Asing Rekrut Pekerja Lokal

    Jakarta

    Pabrik Hyundai di Amerika Serikat (AS) digerebek petugas imigrasi AS. Setidaknya 475 orang ditangkap oleh petugas imigrasi dalam penggerebekan di pabrik Hyundai-LG di negara bagian Georgia, AS bagian selatan itu.

    Steven Schrank, agen khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri di Atlanta, sebelumnya mengatakan operasi tersebut adalah penggerebekan tunggal terbesar yang dilakukan sejauh ini di bawah kampanye anti-migran nasional yang dicanangkan Presiden AS Donald Trump.

    “Ini bukan operasi imigrasi di mana agen memasuki lokasi, mengumpulkan orang-orang, dan menempatkan mereka di bus,” katanya dilansir kantor berita AFP. “Ini merupakan investigasi kriminal selama beberapa bulan,” imbuhnya.

    Presiden AS Donald Trump buka suara terkait penggerebekan pabrik Hyundai di negaranya tersebut. Trump mengatakan, perusahaan asing perlu merekrut dan melatih pekerja Amerika Serikat serta menghormati hukum imigrasi.

    “Menyusul Operasi Penegakan Imigrasi di Pabrik Baterai Hyundai di Georgia, dengan ini saya mengimbau semua Perusahaan Asing yang berinvestasi di Amerika Serikat untuk menghormati Hukum Imigrasi Negara kita,” tulis Trump di Truth Social seperti dilansir Reuters.

    “Investasi Anda diterima, dan kami mendorong Anda untuk secara legal membawa orang-orang Anda yang sangat cerdas, dengan bakat teknis yang hebat, untuk membangun produk Kelas Dunia, dan kami akan memungkinkan Anda untuk melakukannya dengan cepat dan legal. Sebagai imbalannya, kami meminta Anda untuk merekrut dan melatih Pekerja Amerika,” sebut Trump.

    Trump mengunggah postingan tersebut tak lama setelah memberi tahu bahwa ia akan meninjau kondisi terkini. Ditegaskan, insiden penggerebekan tersebut tidak merusak hubungannya dengan Korea Selatan.

    Trump juga mengutarakan gagasan bahwa ia akan mempertimbangkan kemungkinan mengizinkan beberapa pakar manufaktur asing masuk ke negara itu untuk membantu melatih pekerja Amerika.

    (rgr/din)