Negara: Gambia

  • BPK adakan pelatihan audit ekonomi biru

    BPK adakan pelatihan audit ekonomi biru

    BPK mendukung upaya pemerintah dalam menginisiasi program blue economy dengan memastikan pengelolaan yang bertanggung jawab atas aset kelautan Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengadakan pelatihan audit blue economy (ekonomi biru) untuk menunjukkan komitmen dalam memperkuat jaringan antara auditor dan profesional dalam pengelolaan serta tanggung jawab atas sumber daya kelautan.

    “BPK mendukung upaya pemerintah dalam menginisiasi program blue economy dengan memastikan pengelolaan yang bertanggung jawab atas aset kelautan Indonesia,” ucap Anggota VI BPK Fathan Subchi dalam Audit Training in The Blue Economy: The Development of Audit Design Matrix (ADM) on Fishery, Coastal, and Mangrove di Balai Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara di Gianyar, Bali, dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

    Bentuk dukungan BPK ini dilakukan dengan menjembatani perbedaan pengetahuan dalam blue economy, serta memberdayakan pemangku kepentingan untuk mengimplementasikan praktik blue economy secara berkelanjutan untuk memacu perkembangan ekonomi dan melestarikan sumber daya kelautan.

    Pelatihan ini dilaksanakan dengan metode blended learning, menggabungkan pembelajaran mandiri (self-learning), pembelajaran jarak jauh (distance learning), dan sesi tatap muka langsung yang berlangsung sejak 28 Oktober 2024 dengan sesi tatap muka 11-15 November 2024. Peserta ada 36 orang yang berasal dari 17 negara, yakni Belize, Jamaica, Polandia, Mesir, Gambia, Tanzania, Kenya, Mauritius, Korea Selatan, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Arab Saudi, Oman, Sri Lanka, dan Papua Nugini.

    Pemaparan yang dihadirkan dalam pelatihan ini yaitu Audit Strategy and Blue Economy in Indonesia oleh BPK, serta presentasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang Road Map Blue Economy, dan Kementerian Lingkungan Hidup mengenai Coastal and Marine Development Control: A Case Study of Mangrove Rehabilitation in Bali.

    Para peserta juga menyajikan Country Paper yang membahas blue economy sesuai konteks negara masing-masing dengan tujuan membangun jaringan berbasis pertukaran pengetahuan.

    Peserta pelatihan turut mengikuti sesi pembelajaran di luar kelas, termasuk kunjungan ke Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai, Bali, untuk mempelajari mangrove, lalu mengunjungi Pantai Amed di Karangasem untuk mengamati pengelolaan wilayah pesisir, serta mengunjungi Pelabuhan Benoa dalam rangka melihat praktik penangkapan ikan terukur di Indonesia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2024

  • Israel Bertanggung Jawab Penuh Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Israel Bertanggung Jawab Penuh Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Jeddah

    Para diplomat Muslim terkemuka dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sepakat menyebut Israel “bertanggung jawab penuh” atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran pekan lalu. OKI memperingatkan hal itu bisa mengganggu stabilitas kawasan.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (8/8/2024), pernyataan itu dimuat dalam deklarasi bersama yang dirilis oleh negara-negara OKI pada akhir pertemuan luar biasa yang digelar di Arab Saudi pada Rabu (7/8) waktu setempat. Pertemuan itu juga dihadiri oleh Iran yang bersumpah akan membalas kematian Haniyeh.

    Israel belum memberikan komentar apa pun terkait kematian Haniyeh, yang selama ini tinggal di Qatar dan menjadi pemain utama dalam perundingan untuk mengakhiri perang yang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Setelah para Menteri Luar Negeri (Menlu) negara-negara OKI bertemu di Jeddah, organisasi negara-negara Muslim itu merilis pernyataan bersama yang menyatakan mereka “menuntut Israel, kekuatan pendudukan ilegal, bertanggung jawab penuh atas serangan keji”.

    Pernyataan negara-negara OKI itu menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai “pelanggaran serius” terhadap kedaulatan wilayah Iran.

    Dalam seremoni pembukaan, Menlu Gambia Mamadou Tangara yang kini memegang posisi Ketua OKI menyebut kematian Haniyeh berisiko memperdalam dan memperluas pertumpahan darah yang sedang berlangsung di kawasan Timur Tengah.

    “Tindakan keji ini hanya akan meningkatkan ketegangan yang sudah ada dan berpotensi mengarah pada konflik yang lebih luas, yang bisa melibatkan seluruh kawasan,” sebutnya.

    Ditegaskan juga oleh Tangara bahwa pembunuhan Haniyeh “tidak akan memadamkan perjuangan Palestina, namun justru memperkuat perjuangan tersebut, menggarisbawahi pentingnya keadilan dan hak asasi manusia bagi rakyat Palestina”.

    Sementara pelaksana tugas (Plt) Menlu Iran Ali Bagheri-Kani, yang hadir dalam pertemuan OKI itu, menegaskan kembali pandangan Teheran bahwa negaranya perlu merespons.

    “Saat ini, dengan tidak adanya tindakan yang tepat oleh Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) terhadap agresi dan pelanggaran oleh rezim Israel, Republik Islam Iran tidak memiliki pilihan selain menggunakan hak yang melekat pada mereka untuk melegitimasi pertahanan terhadap agresi rezim ini,” cetusnya.

    Dalam forum yang sama, Wakil Menlu Arab Saudi Walid al-Khuraiji mengecam pembunuhan Haniyeh sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Iran dan terhadap hukum internasional. Ini menjadi komentar pertama yang disampaikan Riyadh sejak pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli lalu.

    “(Pembunuhan Haniyeh) Merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional,” tegas al-Khuraiji dalam pernyataannya.

    Haniyeh tewas dalam serangan rudal yang menghantam wisma tamu yang ditinggalinya saat berada di Teheran pada 31 Juli lalu, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Israel belum memberikan komentar apa pun terhadap kematian Haniyeh, yang menjadi salah satu pemimpin Hamas yang diburunya sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza akhir tahun lalu. Namun baik Hamas maupun Iran bersumpah untuk melancarkan pembalasan terhadap Israel atas kematian Haniyeh.

    Situasi ini semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang awalnya berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang regional di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Kapal Terbalik di Laut Lepas Mauritania, 89 Orang Migran Tewas

    Kapal Terbalik di Laut Lepas Mauritania, 89 Orang Migran Tewas

    Nouakchott

    Sebanyak 89 orang migran yang hendak berangkat ke Eropa tewas ketika kapal mereka terbalik di lepas pantai Mauritania. Sementara puluhan orang lainnya masih hilang.

    “Penjaga pantai Mauritania menemukan 89 mayat di atas kapal nelayan tradisional besar yang terbalik pada Senin 1 Juli di pantai Samudera Atlantik,” kantor berita negara seperti dilansir AFP, Jumat (5/7/2024)

    Penjaga pantai menyelamatkan sembilan orang, termasuk seorang anak perempuan berusia lima tahun.

    Kantor berita tersebut mengutip para penumpang yang selamat mengatakan bahwa kapal tersebut berlayar dari perbatasan Senegal dan Gambia dengan 170 penumpang di dalamnya. Sehingga jumlah orang hilang menjadi 72 orang.

    Seorang pejabat senior pemerintah daerah memberikan informasi serupa kepada AFP, tanpa menyebut nama.

    (lir/lir)