Prabowo Akui Tarif Impor Trump Akan Berdampak Berat ke Indonesia: Kita Harus Berani Cari Pasar Baru
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Presiden RI
Prabowo Subianto
mengakui kebijakan Presiden Amerika Serikat
Donald Trump
soal
tarif impor
akan berdampak ke Indonesia.
Bahkan, Kepala Negara memprediksi Indonesia bisa terdampak berat, khususnya di sektor industri tekstil, garmen, hingga furnitur.
“Ya masalah Trump ini akan, kita harus lihat nanti. Mungkin kita akan mengalami dampak yang berat mungkin,” kata Prabowo saat diwawancara enam pemimpin redaksi media di Hambalang, Jawa Barat, 4 April 2025, dikutip dari YouTube Harian Kompas.
“Terutama yang bisa kena adalah industri sepatu tekstil, sepatu garmen, dan furnitur,” sambung eks Menteri Pertahanan ini.
Meski akan berat, Prabowo meyakini Indonesia akan mengupayakan solusi.
“Tapi kita akan cari jalan keluar. Kita harus berani mencari pasar baru,” tegas Prabowo.
Menurut Prabowo, ekonomi Indonesia saat ini cenderung bergantung kepada Amerika Serikat.
“Kita ini terlalu manja juga sih. Ya kita tuh selama ini tertarik oleh ekonomi Amerika? Benar karena ini kan sistem ekonomi yang Amerika ajarkan kepada kita kan,” ucapnya.
Oleh karenanya, Prabowo mengajak momentum ini harus dijadikan tantangan agar ekonomi Indonesia bisa bangkit.
Sebab, kata dia, situasi ekonomi saat ini sudah berubah.
“Sekarang kita harus bangun, dewasa, dan tidak hanya kita, Eropa, negara Asia, semua, Australia, semua,” kata Prabowo.
“Kalau begitu sekarang situasi berubah? Dan memang benar situasi berubah dan itu yang saya sudah ingatkan bertahun-tahun, saya ingatkan terus,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terbaru pada 2 April 2025.
Trump menerapkan tarif minimal 10 persen terhadap semua impor barang dari seluruh dunia, dan Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32 persen.
Sementara itu, tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap negara-negara ASEAN bervariasi:
Malaysia dan Brunei Darussalam 24 persen, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Kamboja 49 persen, Laos 48 persen, Vietnam 46 persen, Myanmar 44 persen, dan Thailand 36 persen.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Filipina
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5166097/original/012430900_1742220532-WhatsApp_Image_2025-03-17_at_15.42.43.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Negara ASEAN Tak akan Balas Tarif Mahal Donald Trump, Kenapa? – Page 3
Bagi Indonesia, perlu penyesuaian perjanjian dagang itu karena ada beberapa poin yang tak lagi relevan.
“Indonesia dan Malaysia akan mendorong yang namanya Trade Investment, TIFA karena kita, TIFA sendiri secara bilateral ditandatangan di tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi. Sehingga kita akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA,” jelas dia.
“Jadi kita mengambil jalur yang sama. Kita akan mengambil jalur negosiasi. Jadi jalurnya yang kita samakan kemudian mekanisme, TIFA-nya kita samakan,” tandas Menko Airlangga.
Vietnam-Thailand Kena Tarif AS Lebih Besar
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ada sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena tarif impor ke Amerika Serikat lebih tinggi dari Indonesia. Dia turut melihat peluang dari kondisi itu.
Diketahui, produk asal Indonesia dikenakan tarif 32 persen. Adapun, kisaran tarif bea masuk baru ke Amerika Serikat (AS) bagi negara Asia Tenggara berkisar 10-49 persen.
“Nah sebetulnya pengenaan terhadap negara-negara ASEAN juga relatif lebih tinggi dari kita yaitu Vietnam, Kamboja, kemudian juga Thailand. Yang lebih rendah dari kita adalah Malaysia, kemudian Filipina, dan Singapura,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Rinciannya, Kamboja dikenakan tarif 49 persen, Laos terkena 48 persen, Vietnam terkena 46 persen, Myanmar terkena 44 persen, dan Thailand terkena 36 persen.
-

Cegah PHK Massal Imbas Tarif Impor Trump, Kadin Sarankan 5 Langkah Ini
Jakarta, Beritasatu.com – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyarankan pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk melindungi industri di dalam negeri akibat penerapan tarif impor atau resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Wakil Ketua Umum Bidang Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri dan Proyek Strategis Nasional Kadin Akhmad Ma’ruf menyarankan lima langkah konkret agar dijalankan pemerintah untuk mengurangi dampak PHK massal dan menjaga stabilitas sosial ekonomi di Indonesia.
“Kami khawatir kebijakan Pemerintah AS ini menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar AS dan memperburuk situasi tenaga kerja dan ekonomi daerah, khususnya di Provinsi Kepulauan Riau. Karena itu, kami menyarankan lima langkah ini kepada pemerintah,” ujar Ma’ruf kepada wartawan, Senin (7/4/2025).
Pertama, Kadin mendorong pemerintah untuk memperbaiki praktik perdagangan dengan mempercepat harmonisasi regulasi terkait izin impor, kebijakan TKDN, registrasi ekspor, sertifikasi halal, dan persyaratan lainnya yang dianggap diskriminatif.
Selain itu, kata Ma’ruf, pemerintah juga perlu memprioritaskan penguatan pendekatan bilateral dengan Pemerintah AS untuk mengatasi hambatan perdagangan.
“Kedua, pemerintah perlu menjadi foreign trade zone dan diberikan status privileged foreign untuk kawasan tertentu seperti Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) yang telah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus dan kawasan perdagangan bebas, serta dengan ekspor langsung ke pasar Amerika mencapai 25 persen,” tutur Ma’ruf.
Menurutnya, hal tersebut penting karena BBK saat ini tidak dikenakan aturan kepabeanan, termasuk bea masuk dan PPN/PPNBM pada barang impor.
Ketiga, pemerintah juga diminta memperhatikan persaingan dengan Malaysia, terutama dengan dibentuknya Johor-Singapore Special Economic Zone yang hanya dikenakan tarif impor Trump atau resiprokal 24%. Khusus solar PV, Malaysia mendapatkan reduced tariff dari 17,84% menjadi 6,43% untuk ekspor tujuan Amerika Serikat.
“Kondisi ini sangat memukul FDI di Batam, tanpa perubahan tarif (tetap 32 persen), berpotensi terjadinya diverting atau switching production ke Malaysia. Mengingat banyak FDI di Batam juga memiliki pabrik di Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand, serta negara lainnya seperti China dan India,” ungkap dia.
Infografik tarif impor baru Amerika Serikat. – (Antara/-)
Langkah keempat, adalah mendorong percepatan perizinan melalui Satgas Evaluasi Penghambat Investasi, khususnya untuk proyek-proyek strategis nasional, kawasan industri, dan kawasan ekonomi khusus yang menjadi motor penggerak industri nasional.
Menurut dia, percepatan perizinan di bidang pertanahan, lingkungan, dan perizinan dasar lainnya sangat penting untuk mendukung operasional industri.
Kelima, pemerintah harus memberi perhatian khusus pada Kepulauan Riau yang saat ini memiliki 26 perusahaan manufaktur solar PV dan pengembangan industri hilirisasi dari pasir silika untuk rantai pasokan solar PV, seperti ingot, polysilicon, solar cell, dan wafer. Termasuk juga beberapa perusahaan industri peralatan listrik lainnya di Kepulauan Riau.
Tak hanya itu, ada tujuh proyek strategis nasional (PSN) di Kepulauan Riau, terutama dalam pengembangan hilirisasi sumber daya alam yang memerlukan perhatian khusus dalam percepatan perizinan dasar.
“Industri manufaktur dan hilirisasi itu menyumbang 25% ekspor Kepulauan Riau ke pasar Amerika Serikat atau sekitar US$ 350 juta per bulan dan mempekerjakan 10.000 tenaga kerja langsung serta 30.000 tenaga kerja tidak langsung. Jika situasi ini berlanjut, akan terjadi kehilangan pekerjaan yang signifikan,” pungkas Ma’ruf terkait tarif impor Trump.
-

Pengamat Soroti Pelemahan Rupiah Imbas Kebijakan Tarif Trump – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat pasar uang Tjendra berpendapat, nilai tukar rupiah terhadap dolar pada Senin (7/4/2025) yang dibuka di level Rp 16.898 per dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan atau melemah 1,47 persen dibanding Jumat Rp 16.653 per dolar, sebagai dampak kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Sentimen negatif dari pengumuman kebijakan tarif Trump yang direspons negatif oleh negara-negara yang dinaikkan tarifnya menjadi pemicu utama pelemahan rupiah,” kata Ariston saat dihubungi Tribunnews, Senin.
Ariston mengatakan, kekhawatiran pasar bahwa ekonomi global bakal tidak baik-baik saja. Artinya diprediksi akan mengalami penurunan akibat perang dagang. Sehingga dia menilai bahwa hal ini memicu pelaku pasar untuk mengamankan asetnya.
“Keluar dari aset berisiko, masuk ke aset aman. Data tenaga kerja Nonfarm Payrolls AS yang lebih bagus dari proyeksi yang dirilis semalam juga menjadi faktor penguat dollar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah,” jelas dia.
Di sisi lain, Ariston menilai bahwa sentimen negatif untuk pergerakan aset berisiko juga datang dari perang senjata yang masih berlangsung dan tensinya yang kembali meningkat.
“Kami masih nunggu respon pasar terhadap hasil negosiasi, bisa saja Trump melunak, dan positif lagi untuk Harga aset berisiko, ini bisa mendorong penguatan rupiah lagi,” ungkapnya.
Hingga pukul 09.00 WIB, mayoritas mata uang di Asia melemah dan rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia.
Selanjutnya, dolar Taiwan berada satu level lebih baik dari rupiah setelah ambles 0,76 persen. Disusul, ringgit Malaysia yang tertekan 0,75 persen.
Berikutnya, peso Filipina yang terkoreksi 0,74 persen won Korea Selatan terdepresiasi 0,51 persen. Lalu ada baht Thailand yang turun 0,49 persen.
Kemudian ada dolar Singapura yang melemah tipis 0,07 persen.
Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,49 persen.
Diikuti, dolar Hongkong yang menguat tipis 0,04 persen terhadap the greenback pada pagi ini.
-

Menko Airlangga Ungkap ASEAN Bakal Dorong TIFA untuk Negosiasi Tarif Impor Trump – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia akan bertemu dengan perwakilan negara-negara ASEAN dalam waktu dekat untuk membahas penerapan tarif impor baru oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut pertemuan yang akan dilakukan untuk menyelaraskan sikap pemimpin ASEAN terhadap penerapan tarif Trump.
“Mengkalibrasi sikap bersama ASEAN. Pak Menteri Perdagangan akan bertemu tanggal 10, dimana ASEAN akan mengutamakan negosiasi,” ungkap Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Sebelumnya, Airlangga telah berkomunikasi dengan para pemimpin negara ASEAN juga akan mendorong penerapan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi atau Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) untuk mengatasi tarif impor yang diterapkan Trump.
“TIFA sendiri secara bilateral ditandatangani tahun 96 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi, sehingga kita akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA,” jelas Airlangga.
Indonesia sendiri telah lebih dulu membahas kerja sama perdagangan dan investasi melalui TIFA dengan Amerika Serikat di tahun 1996.
Sedangkan Filipina memulai perjanjian perdagangan dengan AS berdasarkan TIFA sejak tahun 1989. Dengan menggunakan background TIFA, pembahasan tarif impor Trump diharapkan bisa sesuai harapan negara-negara ASEAN.
Indonesia sendiri disebut Airlangga tidak akan mengambil arah kebijakan yang sama seperti Vietnam, yaitu meniadakan tarif impor untuk barang dari Amerika.
“Kita akan mengambil jalur negosiasi. Jadi jalurnya yang kita samakan dengan negara lain. Kemudian mekanisme, sifatnya kita samakan. Ada beberapa yang sedang dikaji,” katanya.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3617291/original/050544800_1635503924-20211029-Neraca-perdagangan-RI-alamai-surplus-ANGGA-7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemerintah Dinilai Sudah Prediksi Perang Dagang Memanas, Bagaimana Strateginya? – Page 3
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ada sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena tarif impor ke Amerika Serikat lebih tinggi dari Indonesia. Dia turut melihat peluang dari kondisi itu.
Diketahui, produk asal Indonesia dikenakan tarif 32 persen. Adapun, kisaran tarif bea masuk baru ke Amerika Serikat (AS) bagi negara Asia Tenggara berkisar 10-49 persen.
“Nah sebetulnya pengenaan terhadap negara-negara ASEAN juga relatif lebih tinggi dari kita yaitu Vietnam, Kamboja, kemudian juga Thailand. Yang lebih rendah dari kita adalah Malaysia, kemudian Filipina, dan Singapura,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Rinciannya, Kamboja dikenakan tarif 49 persen, Laos terkena 48 persen, Vietnam terkena 46 persen, Myanmar terkena 44 persen, dan Thailand terkena 36 persen.
Sedangkan, negara dengan tarif lebih rendah dari Indonesia diantaranya, Brunei Darussalam dan Malaysia dengan 24 persen, Filipina 17 persen, dan Singapura 10 persen.
-

Rupiah Melorot Sore Ini, di Pasar Spot Turun 1 Persen, Mendekati Rp 17.000 per Dolar AS – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 16.822 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan hari ini, Senin (7/4/2025).
Rupiah sedikit menguat sore ini dibandingkan saat dibuka di pasar spot pagi tadi Rp 16.898 per dolar AS.
Namun rupiah melemah 1 persen dibandingkan akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.653 per dolar AS.
Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS sore ini.
Pesso Filipina mencatat pelemahan terdalam yakni 1,08 persen
Ringgit Malaysia melemah 0,76 persen
Baht Thailand melemah 0,69 persen
Rupee India melemah 0,63 persen
Yuan China melemah 0,40 persen
Dolar Taiwan melemah 0,35 persen
Won Korea melemah 0,23% terhadap dolar ASSedangkan mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS sore ini.
Yen Jepang menguat 0,72%, dolar Singapura menguat 0,08 persen, dolar Hong Kong menguat 0,07% terhadap dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 102,52, turun dari akhir pekan lalu yang ada di 103,02.
Berdampak ke Pasar
Meski rupiah masih bergerak liar di pasar non-deliverable forward (NDF).
Sentimen eksternal menjadi pemicu utama volatilitas rupiah ini.
Industri otomotif di Indonesia merupakan salah satu sektor yang banyak mengimpor bahan baku dari seluruh dunia.
Misal untuk baja, alumunium, plastic, chip, dan lain-lain.
Dengan pelemahan rupiah terhadap dolar, tentu belanja bahan baku usaha otomotif akan terdampak.
Terkait hal ini, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Kukuh Kumara, mengatakan jika pelaku usaha otomotif bisa terpengaruh cukup besar.
Meski begitu tiap-tiap perusahaan di bawah GAIKINDO memiliki strategi masing-masing dalam memitigasi polemik ini, salah satunya dengan melakukan penyesuaian.
“Mengenai nilai tukar yang ini dampaknya jangka panjang ya. Tentu tiap-tiap perusahaan punya strategi sendiri yang tidak bisa disatukan satu sama lain. Dan itu ada tahapannya kapan mereka harus melakukan penyesuaian dan kapan harus bertahan,” beber Kukuh kepada Kontan, Minggu (6/4/2025).
Jika nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah, tentu saja harga impor komponen dan material otomotif akan mengalami kenaikan.
Kukuh mengatakan jika pihaknya tak akan langsung menaikkan harga jual otomotif di dalam negeri, sebab itu justru akan menurunkan memperburuk kondisi.
“Tapi di mobil otomotif, kalau kita menaikkan harga itu bukan malah memperbaiki tapi malah memperburuk kondisi karena masyarakat nggak mau beli sebab harganya mahal banget, gitu kan. Itu harus hati-hati sekali di sana,” lanjutnya.
Adpun pelaku usaha otomotif akan mempersiapkan “bumper/cushion” untuk menjaga harga kendaraan otomotif tetap normal sambil melihat langkah pemerintah dan posisi rupiah terhadap dolar ke depannya.
“Makanya saya katakan ada cushion ada bumpernya ya. Tapi mungkin tidak bertahan lama. Harus kita lihat perbaikannya seperti apa. Kita pelajari dulu sampai sejauh mana karena saat ini pemerintah kan sedang negosiasi dengan Amerika ya. Tapi yang jelas kita ingin melindungi industri dalam negeri kita,” terang Kukuh.
Kukuh berharap pemerintah bisa melakukan negosiasi ke AS terkait tarif resiprokal Trump yang dianggap menjadi salah satu penyebab turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ia juga ingin industri otomotif nasional semakin terlindungi.
Pengaruh Kebijakan Trump?
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi berpendapat serangkaian kebijakan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa memicu pelemahan rupiah ke level Rp16.900.
Kebijakan kontroversial Trump dimaksud antara lain mengenakan kenaikan tarif impor sepihak terhadap negara-negara mitra dagangnya yang selama ini mengalami surplus.
Rupiah diperkirakan akan tertekan oleh tarif timbal balik Trump sebesar 32 persen yang dikhawatirkan juga akan berdampak negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mata uang rupiah.
“Kita melihat bahwa tadi malam dolar mengalami pelemahan yang cukup tajam tapi ini tidak akan berdampak terhadap mata uang rupiah dan IHSG pada pembukaan pasar di hari Senin,” ujar Ibrahim pekan lalu.
Ibrahim melihat yang terjadi saat ini adalah perang dagang, sehingga tidak lagi membahas masalah pelemahan indeks dolar, tapi permasalahan perang dagang yang membuat fluktuasi IHSG dan rupiah mengalami suatu kelemahan.
“Selama ini perdagangan Indonesia dengan AS surplus. Ini harus diperhatikan pemerintah,” tuturnya.
Ibrahim melihat, mata uang rupiah bisa melemah ke level Rp16.900 dalam perdagangan pekan ini.
Sedangkan, IHSG bisa merosot lebih dalam setelah diumumkannya ‘perang dagang’ oleh Presiden AS Donald Trump.
“Bisa saja akan menuju di level 16.900 dalam perdagangan di minggu ini. IHSG ada kemungkinan pada saat pembukaan pasar ini akan mengalami penurunan 2-3 persen, berarti dalam pengawasan Bursa Efek Indonesia,” kata Ibrahim.
Pada saat perang dagang diumumkan, terjadi fluktuasi, rupiah mengalami pelemahan, IHSG kemungkinan juga terjadi pelemahan.
Namun, di luar dugaan, kata Ibrahim, harga emas dunia terus mengalami kenaikan, bahkan menyentuh level 3.180 dolar AS per troy ons.
“Ada kemungkinan besar dalam minggu depan atau minggu ini level 3.200 dolar AS per troy ons akan tercapai.”
“Ini cukup luar biasa ya bagi emas karena perang dagang ini membuat investor ketakutan dan mereka kembali mengoleksi emas sebagai safe haven,” tuturnya.
Sebelumnya, besaran tarif yang dikenakan Trump terhadap Indonesia hanya berbeda 2 persen dari China, “lawan berat” AS, yaitu 34 persen.
Dua negara ASEAN, yakni Thailand dan Vietnam, juga mendapat “tekanan” tarif yang cukup besar, masing-masing 36 persen dan 46 persen.
Merujuk laman resmi Kementerian Perdagangan RI, AS memang merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional tahun 2024.
Angka surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar 16,08 miliar dollar AS dari total surplus perdagangan nonmigas 2024, yaitu sebesar 31,04 miliar dollar AS.
Ekspor nonmigas Indonesia ke AS antara lain berupa garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati
Sumber: Kontan.co.id/Tribunnews.com
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5168482/original/076917700_1742447721-20250320_100824.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ini Daftar Negara yang Kena Tarif Impor AS Lebih Besar dari Indonesia – Page 3
Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ada sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena tarif impor ke Amerika Serikat lebih tinggi dari Indonesia. Dia turut melihat peluang dari kondisi itu.
Diketahui, produk asal Indonesia dikenakan tarif 32 persen. Adapun, kisaran tarif bea masuk baru ke Amerika Serikat (AS) bagi negara Asia Tenggara berkisar 10-49 persen.
“Nah sebetulnya pengenaan terhadap negara-negara ASEAN juga relatif lebih tinggi dari kita yaitu Vietnam, Kamboja, kemudian juga Thailand. Yang lebih rendah dari kita adalah Malaysia, kemudian Filipina, dan Singapura,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Rinciannya, Kamboja dikenakan tarif 49 persen, Laos terkena 48 persen, Vietnam terkena 46 persen, Myanmar terkena 44 persen, dan Thailand terkena 36 persen.
Sedangkan, negara dengan tarif lebih rendah dari Indonesia diantaranya, Brunei Darussalam dan Malaysia dengan 24 persen, Filipina 17 persen, dan Singapura 10 persen.
Menko Airlangga menyoroti sektor makanan dan pakaian hingga alas kaki menjadi yang paling terdampak.
“Penerapan tarif ini tentunya bagi Indonesia ada beberapa sektor utama yang terkena yaitu food and apparel karena itu juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Tadi suara dari Apindo maupun (asosiasi) persepatuan juga kami dengar,” katanya.
Intip Peluang
Dia menjelaskan, meski ada risiko tekanan, ternyata masih ada peluang yang terbuka. Mengingat lagi, negara saingan Indonesia di sektor tersebut dikenakan tarif lebih besar dari Indonesia.
“Namun kompetitor kita di sektor ini apakah itu China, Bangladesh, Vietnam, Kamboja itu bea masuknya di atas kita. Jadi itu juga menjadi pertimbangan, shifting produk itu juga kita perhatikan,” ucap dia.
“Kemudian juga bagi Indonesia itu another kesempatan juga karena marketnya itu besar di Amerika,” tambah Menko Airlangga.
-
/data/photo/2025/03/27/67e4d3465cd39.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Imbas Tarif Impor Trump, Pemerintah Diminta Bertindak Lewat WTO
Imbas Tarif Impor Trump, Pemerintah Diminta Bertindak Lewat WTO
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI
Said Abdullah
mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan yang menyehatkan perdagangan global imbas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS)
Donald Trump
yang menerapkan
tarif impor
baru.
Said menyebutkan, kebijakan itu bisa diambil pemerintah melalui World Trade Organization (WTO) agar perdagangan global lebih adil dan menopang pertumbuhan ekonomi global secara berkelanjutan.
“Kita tidak menginginkan hanya untuk kepentingan adidaya, lalu kepentingan masyarakat global untuk mendapatkan kesejahteraan diabaikan. Indonesia perlu mengajak dunia pada tujuan dibentuknya WTO,” kata Said dalam keterangannya, Senin (7/4/2025).
Said mengatakan, pemerintah juga dapat mengambil langkah seperti menjaga produk-produk ekspor Indonesia dalam pasar internasional dan mencari pasar pengganti.
Khususnya jika produk-produk ekspor Indonesia terhambat akibat kebijakan tarif yang membuat tingkat harga tidak kompetitif.
“Langkah ini untuk mempertahankan surplus neraca perdagangan,” kata politikus PDI Perjuangan tersebut.
Pemerintah juga diminta memastikan kebijakan penempatan 100 persen devisa hasil ekspor di dalam negeri berjalan dan dipatuhi oleh pelaku ekspor untuk memperkuat kebutuhan devisa.
Kemudian, Said menyarankan pemerintah memperkuat kebijakan hedging fund untuk pembayaran impor oleh para importir.
“Memperluas dan memperdalam skema bilateral currency swap oleh para mitra dagang strategis Indonesia untuk mengurangi kebutuhan pembayaran valas yang bertumpu pada dollar Amerika Serikat,” kata dia.
Selain itu, pemerintah diminta menyiapkan seperangkat kebijakan kontra siklis pada sisi fiskal untuk membantu dunia usaha menghadapi ketidakpastian global dan kondisi perekonomian domestik yang cenderung menurun.
Kemudian, memperbaiki infrastruktur dan kebijakan di pasar saham serta pasar keuangan untuk mendorong pasar saham dan keuangan lebih inklusif, serta tetap menjanjikan bagi investor internasional.
“Membangun komunikasi publik yang tepercaya, dialogis, dan komunikatif sebagai sumber informasi yang akurat yang dapat dirujuk oleh para pelaku usaha,” ujar Said.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terbaru pada 2 April 2025.
Trump menerapkan tarif minimal 10 persen terhadap semua impor barang dari seluruh dunia, dan Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32 persen.
Sementara itu, tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap negara-negara ASEAN bervariasi.
Malaysia dan Brunei Darussalam 24 persen, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Kamboja 49 persen, Laos 48 persen, Vietnam 46 persen, Myanmar 44 persen, dan Thailand 36 persen.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/04/07/67f360f28265b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
