Negara: Filipina

  • Belajar dari Jepang, Pemerintah Diminta Lakukan Ini untuk Antisipasi Bencana

    Belajar dari Jepang, Pemerintah Diminta Lakukan Ini untuk Antisipasi Bencana

     

    Liputan6.com, Jakarta – Badai Siklon Tropis yang melanda Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang dikenal sebagai Siklon Tropis Senyar mengakibatkan hujan ekstrem, banjir, dan angin kencang di beberapa provinsi, serta menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Pada 10 Desember, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan tercatat 969 orang meninggal dan 262 orang hilang.

    Badai ini merupakan salah satu dari dua Tropical Cyclone (TC) yang terbentuk di utara Indonesia. Fenomena ini menegaskan bahwa Indonesia berada dalam jalur risiko hidrometeorologi yang kompleks dan membutuhkan pendekatan mitigasi berbasis data ilmiah, tata kelola ruang adaptif, dan komunikasi krisis yang efektif.

    Menurut Board of Experts Prasasti Center for Policy Studies sekaligus Pakar Energi Indonesia, Arcandra Tahar, siklon tropis yang melintasi wilayah utara Indonesia perlu dipahami dalam konteks ilmiah jangka panjang.

    “Jika kita melihat data lintasan badai selama 150 tahun, Sumatera bagian utara hingga Selat Malaka memang pernah dilintasi tropical storm. Ini menunjukkan bahwa fenomena seperti ini bukan anomali tunggal, melainkan bagian dari return period alam. Kejadiannya dapat berulang setiap beberapa puluh tahun,” jelas Arcandra, Kamis (11/12/2025).

    Dia menambahkan bahwa berdasarkan skala Saffir–Simpson, peristiwa ini dikategorikan sebagai tropical storm karena kecepatan anginnya berada di kisaran 35–40 mph atau lebih kuat dibanding tropical depression, tetapi belum mencapai kategori typhoon atau hurricane.

    “Untuk memitigasi bencana dalam kondisi ekstrem, analisa meteorologi dan oseanografi dengan return period 100 tahun kita gunakan untuk mendesain bangunan laut dan pantai. Siklon tropis baru-baru ini adalah pengingat bahwa Indonesia perlu memastikan ketangguhan infrastruktur, tata ruang, dan protokol tanggap darurat di semua tingkatan yang menyesuaikan situasi terbaru ini,” ujarnya.

     

     

    Arcandra juga menekankan bahwa perubahan iklim hanyalah salah satu variabel yang mempengaruhi dampak bencana.

    “Perubahan iklim bisa memperkuat intensitas kejadian ekstrem, tetapi faktor-faktor lokal seperti kerentanan Daerah Aliran Sungai (DAS), degradasi hutan, dan konversi lahan sangat menentukan besarnya dampak. Negara-negara yang terbiasa menghadapi badai seperti Jepang, Taiwan, Cina, dan Filipina, menunjukkan bahwa disiplin tata ruang, konservasi lingkungan, serta kesiapsiagaan masyarakat sama pentingnya dengan teknologi meteorologi,” jelas dia.

     

  • Pelindo Raih Gold Rank pada ASRRAT 2025, Perkuat Komitmen Transparansi dan Keberlanjutan

    Pelindo Raih Gold Rank pada ASRRAT 2025, Perkuat Komitmen Transparansi dan Keberlanjutan

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo kembali memperkuat posisinya sebagai BUMN kepelabuhanan yang berkomitmen pada praktik keberlanjutan dengan meraih Gold Rank pada ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2025. Pencapaian ini sekaligus menandai penghargaan Gold Rank kedua secara berturut-turut, setelah Pelindo juga meraih peringkat yang sama pada ASRRAT 2024.

    Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono menyatakan bahwa penghargaan ini menjadi bukti konsistensi Pelindo dalam menjalankan program Environmental, Social, and Governance (ESG) secara terukur dan transparan.

    “Pencapaian ini merupakan refleksi dari komitmen Pelindo dalam mengelola operasional dengan lebih bertanggung jawab serta memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan. Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah fondasi penting bagi daya saing Pelindo ke depan,” ujar Arif.

    ASRRAT 2025 yang memasuki tahun penyelenggaraan ke-21 oleh National Center for Corporate Reporting (NCCR) bersama Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP), kembali menjadi ajang penilaian independen paling kredibel di Asia untuk mengukur kualitas laporan keberlanjutan. Tahun ini, sebanyak 82 organisasi berpartisipasi, terdiri dari 78 entitas asal Indonesia—termasuk tiga dari sektor publik—serta empat peserta internasional yang berasal dari Bangladesh dan Filipina.

    Penghargaan Gold Rating diberikan berdasarkan penilaian komprehensif yang merujuk pada GRI Standards 2021 serta ketentuan relevan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Aspek yang dievaluasi meliputi kelengkapan pengungkapan, keseimbangan informasi, kualitas data, serta keselarasan dengan standar global. Penilaian dari ASRRAT menjadi masukan yang berharga untuk terus menyempurnakan praktik pelaporan keberlanjutan dan memperkuat integrasi ESG dalam strategi bisnis.

    Pelindo terus memperkuat praktik keberlanjutannya melalui berbagai program strategis seperti efisiensi energi dan pengurangan emisi di kawasan Pelabuhan, pengembangan Green Port dan digitalisasi operasional, penguatan keselamatan dan kesejahteraan pekerja, kolaborasi untuk pemberdayaan sosial masyarakat pesisir melalui program TJSL, dan pengelolaan lingkungan pelabuhan yang lebih terukur dan sesuai standar internasional.

    “Partisipasi Pelindo pada ajang ASRRAT juga menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk menjaga transparansi, akuntabilitas, serta menjaga prinsip keberlanjutan dalam mendukung efisiensi operasional yang akhirnya meningkatkan kualitas layanan untuk pengguna jasa,” pungkas Arif.

  • Mitsubishi Destinator Meluncur di Vietnam, Harga Tembus Rp 493 Juta

    Mitsubishi Destinator Meluncur di Vietnam, Harga Tembus Rp 493 Juta

    Jakarta

    Mitsubishi Destinator resmi meluncur di Vietnam. Vietnam menjadi negara ketiga di Asia Tenggara yang menjual SUV 7-seater terbaru Mitsubishi ini setelah Indonesia serta Filipina. Di Vietnam, Mitsubishi Destinator dijual dengan harga mulai 780.000.000 VND atau setara Rp 493 juta.

    Secara umum, desain eksterior Destinator yang dipasarkan di Vietnam tak jauh berbeda dengan model yang dijual di Indonesia dan Filipina. Bagian fascianya menggunakan bahasa desain Dynamic Shield dengan grille berbentuk sarang lebah. Mobil ini juga memiliki desain atap mengambang alias floating roof.

    Untuk ukuran SUV, Destinator memiliki penataan kabin yang fleksibel. Baris tengah mempunyai konfigurasi lipat terpisah 40:20:40, serta baris ketiga punya konfigurasi lipat independen 50:50. Kedua baris belakang dapat dilipat rata, menciptakan area kargo lebih luas lagi.

    Mobil ini juga telah dibekali sejumlah fitur canggih dan modern, dari layar infotainment berukuran 12,3 inci, panel instrumen 8 inci, konektivitas nirkabel Apple CarPlay serta Android Auto, AC digital dengan dengan kontrol iklim otomatis dual zone, speaker premium dari Yamaha, lima mode berkendara, hingga kamera 360.

    Destinator versi Vietnam juga mendapatkan fitur ADAS yang disebut sebagai Diamond Sense System, meliputi fitur Blind Spot Warning (BSW) with Lane Change Assist (LCA), Rear Cross Traffic Alert (RCTA), Adaptive Cruise Control (ACC), Automatic High Beam (AHB), Forward Collision Mitigation (FCM), Lane Departure Warning (LDW), dan Leading Car Departure Notification (LCDN).

    Urusan dapur pacu, mobil ini mengandalkan mesin 1.5L turbo, gasoline engine dengan sistem transmisi CVT. Mesin tersebut bisa menghasilkan output tenaga 163 PS (160 dk) dan torsi 250 Nm. Kombinasi ini menghasilkan performa berkendara superior, sekaligus mengoptimalkan efisiensi bahan bakar.

    Di Vietnam, Mitsubishi Destinator dipasarkan dalam dua model dan harga, varian Premium dijual 780.000.000 VND atau setara Rp 493 juta, sedangkan varian Ultimate dijual mulai 855.000.000 VND atau setara Rp 541 juta. Harga itu jauh lebih mahal dari Destinator versi Indonesia yang dijual mulai Rp 395 juta hingga Rp 475 juta.

    (lua/rgr)

  • Kalah dari Filipina, Timnas Indonesia U-22 Bisa Tersingkir Lebih Cepat di Sea Games 2025

    Kalah dari Filipina, Timnas Indonesia U-22 Bisa Tersingkir Lebih Cepat di Sea Games 2025

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Timnas Indonesia U-22 bisa angkat koper lebih cepat dari ajang Sea Games 2025.

    Sebelumnya, Timnas Indonesia U-22 harus menelan kekalahan di ajang Sea Games 2025.

    Kekalahan ini didapatkan Timnas Indonesia U-22 dari Filipina di laga perdana grupnya.

    Laga yang berlangsung di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai, Thailand, Filipina 1-0 Indonesia.

    Satu-satunya gol kemenangan dari Filipina diciptakan oleh Otu Banatao lewat lemparan ke dalam yang disambarnya di menit ke-45.

    Kekalahan ini membuat skuad asuhan pelatih Indra Sjafri itu berada di posisi sulit untuk mendapatkan tiket ke babak semifinal.

    Bahkan, mereka bisa dipastikan tersingkir dari ajang ini sebelum memainkan laga kedua mereka menghadapi Myanmar.

    Hal itu lantaran laga Vietnam vs Malaysia bakal digelar pada Kamis (11/12/2025) alias satu hari sebelum duel Indonesia vs Myanmar.

    Andai duel Vietnam vs Malaysia berakhir imbang, otomatis Timnas Indonesia U-23 dipastikan tersingkir.

    Hasil imbang membuag Vietnam keluar jadi runner up terbaik dengan nilai empat poin, tak mungkin bisa dikejar Timnas Indonesia U-23 dengan sisa satu laga.

    Itu berarti skuad Garuda muda tinggal berharap ke Malaysia agar bisa meraih kemenangan di laga ini.

    Pasalnya, Malaysia punya selisih gol yang lebih bagus dibanding Vietnam.

    Andai Malaysia menang atas Vietnam, misal dengan selisih satu gol, berarti Vietnam ada di posisi runner up dengan selisih gol nol.

    Jika skenario ini tercipta, maka Ivar Jenner dan kawan-kawan hanya butuh kemenangan dua gol untuk memastikan tiket ke babak semifinal.

  • Bos PSN Ungkap Rencana Bisnis pada 2026

    Bos PSN Ungkap Rencana Bisnis pada 2026

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) membeberkan rencana bisnis pada 2026. Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso mengatakan tahun depan perusahaan fokus pada pengoperasian Satelit Nusantara Lima (N5) yang telah meluncur pada September silam. 

    “Satu N5-nya kita operasionalkan,” kata Adi ditemui usai acara BIG 40 Bisnis Indonesia Group Awards pada Senin (8/12/2025) di Jakarta. 

    Adi mengatakan PSN juga akan menekankan produk-produk tertentu yang dinilai paling efektif untuk memberikan perlawanan terhadap Starlink, sehingga ada banyak inisiatif yang tengah dikerjakan perusahaan. Dia menambahkan perusahaan tengah menyiapkan prototype satelit baru. 

    “Insya Allah tahun 2027 kami luncurkan, itu optical satellite,” kata Adi.

    Adi mengungkapkan biaya pemotretan dan pembuatan satelit kini sudah jauh lebih murah dibandingkan 10–20 tahun lalu. Karena itu, PSN saat ini tengah melakukan riset dan mulai mengembangkan platform untuk memproduksi satelit secara mandiri. 

    Namun dia menekankan satelit yang tengah dikembangkan PSN merupakan satelit penginderaan, bukan komunikasi. Adi mengatakan Indonesia harus memiliki teknologi satelit sendiri demi menjaga kedaulatan, terutama untuk fungsi strategis. 

    “Kalau orang asing, 10 kali lebih [mahal] daripada yang kami bikin [itu bisa],” katanya. 

    Adi juga menyinggung keberadaan Starlink yang kini semakin mudah dimiliki masyarakat. Namun menurutnya, Indonesia tetap perlu memiliki alternatif domestik untuk skenario tertentu. Dia menilai aset strategis seharusnya tetap bisa dikuasai negara pada saat genting. 

    “Bukan berarti kita harus menyerahkan kedaulatan kita ke mereka,” ungkapnya. 

    Sebelumnya, Satelit Nusantara Lima telah resmi meluncur ke angkasa pada Kamis (11/9/2025) malam waktu Florida atau Jumat pagi waktu Indonesia. 

    Satelit ini semula dijadwalkan terbang pada 8 September 2025, namun peluncuran beberapa kali tertunda karena faktor cuaca. Dengan kapasitas lebih dari 160 gigabit per detik (Gbps), Nusantara Lima menjadi salah satu satelit komunikasi terbesar di Asia saat ini, sekaligus memperluas jangkauan layanan internet untuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

    Satelit tersebut diproduksi oleh Boeing Satellite Systems International Inc. dengan platform Boeing 702MP dan bobot peluncuran sekitar 7,8 ton. Masa operasinya dirancang lebih dari 15 tahun, didukung teknologi Ka-Band VHTS, XIPS Electrical Thruster, serta Gen 7 Channelizer.

    Menggunakan roket SpaceX Falcon 9, satelit ini membawa 101 user spot beams dan 11 gateway yang memungkinkan distribusi konektivitas lebih merata, termasuk ke wilayah yang sulit dijangkau jaringan terestrial. Empat antena reflektor multi-spot turut dipasang untuk meningkatkan stabilitas sinyal, serta membawa muatan analog dan digital.

  • Tidak Disebut Bencana Nasional, Bukan Berarti Negara Abai

    Tidak Disebut Bencana Nasional, Bukan Berarti Negara Abai

    Jakarta

    Belajar dari Banjir Besar Sumatra 2025 untuk Negara yang Lebih Bertanggung Jawab

    Banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada akhir 2025 adalah tragedi kemanusiaan yang menyesakkan nurani kita Bangsa Indonesia. Ratusan nyawa melayang, jutaan warga hilang dan terdampak. Permukiman luluh lantak, dan denyut ekonomi lokal lumpuh. Dalam situasi seperti ini, muncul pertanyaan publik yang wajar sekaligus sensitif: haruskah pemerintah menetapkannya sebagai bencana nasional?

    Pertanyaan tersebut penting. Namun, jawaban yang bijak tidak selalu sesederhana “ya” atau “tidak”. Dalam konteks negara hukum dan tata kelola pemerintahan yang bertanggung jawab, tidak menyebut suatu bencana sebagai “bencana nasional” bukan berarti negara abai, lalai, atau lepas tangan. Justru, dalam kondisi tertentu, pilihan itu bisa menjadi strategi kebijakan yang lebih adil, lebih akuntabel, dan lebih berpihak pada korban dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

    Analisis dan sorotan saya kali ini mengajak publik melihat isu bencana bukan hanya dari sudut emosi sesaat, tetapi dari perspektif hukum, data, dan pelajaran kebijakan agar tragedi serupa tidak terus berulang di seluruh wilayah Indonesia.

    Ukuran Negara Hadir: Keselamatan Rakyat, Bukan Label Administratif

    UU No: 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana tidak pernah mewajibkan Presiden menetapkan status bencana nasional setiap kali terjadi peristiwa besar. UU ini memberi diskresi, bukan kewajiban otomatis.
    Ukuran konstitusional keberhasilan negara bukanlah seberapa sering label “nasional” diumumkan, melainkan seberapa cepat nyawa manusia diselamatkan, berapa yang sudah meninggal ditangani secara baik, dan seberapa adil semua pemulihan dijalankan. Baik pemulihan kesehatan fisik, psikis dari traumatis mendalam, infrastruktur, sarana dan prasarana, serta pemulihan ekonomi rakyat.

    Dalam kasus Sumatera 2025, penanganan darurat tetap bisa dilakukan secara penuh: pengerahan TNI-Polri, dan logistik lintas daerah, mobilisasi anggaran belanja tidak terduga, hingga dukungan kementerian teknis. Semua itu sah secara hukum meski tanpa deklarasi bencana nasional. Negara secara cepat hadir tanpa syarat label administratif.

    Ketika Bencana Bukan Sekadar Alam

    Di sinilah persoalan menjadi lebih dalam. Berbagai kajian akademik dan laporan lembaga independen menunjukkan bahwa banjir bandang di Sumatera tidak hanya dipicu oleh hujan ekstrim dan anomali iklim, tetapi diperparah oleh kerusakan ekologis di hulu daerah aliran sungai (DAS): deforestasi, tambang di kawasan rentan, konversi hutan, dan lemahnya pengawasan dan audit kepatuhan perizinan, juga audit dan monitoring progress berkala memantau penebangan, penanaman, pemeliharaan, patroli kawasan dst.

    Jika negara secara tergesa-gesa melabeli peristiwa ini sebagai bencana nasional, ada satu risiko besar yang kerap luput dibahas:, yaitu kaburnya garis tanggung jawab. Bencana yang seharusnya menjadi momentum koreksi tata kelola lingkungan bisa direduksi menjadi “musibah alam semata”, dan public harus pasrah menerima, sekalipun ada indikasi salah tata kelola hutan kita.

    Pengalaman Indonesia sudah cukup berat untuk dijadikan pelajaran. Kasus lumpur Lapindo menunjukkan bagaimana negara, yang awalnya hadir melindungi warga, perlahan terseret menjadi penanggung utama beban kerugian akibat kesalahan korporasi. APBN terlibat, konflik hukum berlangsung bertahun-tahun, dan keadilan bagi korban tidak pernah benar-benar tuntas pada akhirnya. Masyarakat juga menjadi korban dikotomi lebel “Bencana Nasional” itu.

    Tidak Nasional, Agar Tanggung Jawab Tidak Lenyap

    Dengan tidak menetapkan status bencana nasional, negara justru dapat mengunci prinsip penting dalam hukum lingkungan: polluter pays principle. Artinya jelas pihak yang merusak lingkungan lah yang bertanggung jawab, bukan negara menggantikan kesalahan mereka sekalipun negara tetap melindungi rakyatnya dari ragam aspek dampak dari bencana ini.

    Ini momentum memberi pelajaran keras dan terukur bagi pengelola dan pengusaha hutan siapapun dia dan dibaliknya yang abai tidak patuh terhadap regulasi yang ada demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya namun berhutang nyawa kepada rakyat kita dan menyengsarakan rakyat yang tersisa dari banjir bandang ini.

    Pendekatan ini memperkuat tiga hal sekaligus:

    Pertama, penegakan hukum lingkungan tetap tajam ke atas dan ke bawah. UU No 32 Tahun 2009 membuka ruang tanggung jawab mutlak (strict liability) bagi kegiatan berisiko tinggi. Perlu diingat status bencana nasional atau daerah tidak pernah menghapus kewajiban pidana, perdata, maupun administratif pelaku perusakan lingkungan.

    Kedua, korban tidak kehilangan hak menuntut keadilan. Tanpa label nasional, dalih force majeure massal menjadi lemah. Korban lebih kuat secara posisi hukum untuk mengajukan gugatan perdata, class action, atau tuntutan ganti rugi terhadap pihak yang terbukti lalai.

    Ketiga, negara tidak terjebak moral hazard fiskal. APBN tetap digunakan untuk penyelamatan dan pemulihan publik, tetapi tidak menjadi “karpet penutup” kesalahan swasta atau kelalaian pejabat pemberi izin.

    Belajar dari Praktik Internasional

    Negara-negara maju pun tidak memaknai deklarasi bencana nasional secara serampangan. Amerika Serikat, Jepang, hingga Filipina menggunakan deklarasi nasional terutama untuk membuka akses dana darurat dan koordinasi ketika bencana murni bersifat alamiah.

    Tetapi untuk bencana yang memiliki jejak kuat kesalahan sistemik manusia dan indikasi melalaikan regulasi, pendekatan mereka lebih hati-hati: korban cepat dan segera ditolong, hukum tetap berjalan, dan tanggung jawab tidak disederhanakan.

    Indonesia justru akan naik kelas dalam tata kelola bencana bila mulai membedakan secara jujur antara “bencana alam” dan “bencana tata kelola”.

    Pelajaran Paling Penting: Jangan Ulangi Lagi

    Publik berhak menagih lebih dari sekadar bantuan. Tragedi ini harus menjadi titik balik nasional dalam mengelola hutan dan DAS. Artinya, setelah korban tertangani, negara wajib: membuka data penyebab bencana secara transparan; melakukan audit forensik izin tambang, kehutanan, dan PLTA di DAS kritis.

    Menegakkan hukum tanpa pandang bulu, hukum seberat-beratnya karena mereka telah menghilangkan nyawa ratusan bahkan berpotensi ribuan rakyat kita; membenahi tata ruang agar berbasis risiko ekologis, bukan kepentingan jangka pendek.

    Di sinilah makna sejati kehadiran negara diuji bukan pada spanduk deklarasi status”Bencana Nasional”, tetapi kali ini pada keberanian dan ketegasan Pemerintahan Presiden Prabowo mencegah dan memastikan kepada rakyatnya bahwa tragedi serupa tidak terulang di seluruh wilayah Indonesia.

    Negara Kuat Bukan Negara yang Mudah Menyerah pada Label

    Menyebut atau tidak menyebut “bencana nasional” bukan soal gengsi politik atau kepekaan komunikasi atau desakan publik domestik dan luar negeri. Ini soal pilihan strategi negara yang tepat dan menyentuh essensial pola penanganannya.

    Negara yang kuat adalah negara yang mampu berkata: rakyat kami lindungi sepenuhnya dengan sepenuh hati, tetapi kesalahan tidak akan kami ampuni, siapapun yang melakukannya.

    Jika manajemen jenazah baik (evakuasi jenazah, Pemulasaran menurut agama masing-masing korban, pemakaman massal atau keluarga secara terhormat), korban diselamatkan, keadilan ditegakkan, lingkungan dibenahi, dan tragedi serupa tidak terulang maka sesungguhnya negara telah hadir dan nyata menjalankan tugasnya, dengan atau tanpa label nasional. Dan di situlah letak pencerahan dan penerimaan yang paling penting bagi kita semua.

    (zap/dhn)

  • Jadwal Kontingen Indonesia di Sea Games 2025 Hari ini: Ada Bulutangkis, Hoki, Bisbol Hingga Sepakbola

    Jadwal Kontingen Indonesia di Sea Games 2025 Hari ini: Ada Bulutangkis, Hoki, Bisbol Hingga Sepakbola

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Kontingen-kontingen Indonesia akan melanjutkan aksinya berlaga di ajang Sea Games 2025 yang berlangsung di Thailand.

    Pada hari ini, Senin (8/12/2025) ada beberapa cabang olahraga (Cabor) yang bakal berlaga.

    Dari jadwal kontingen Indonesia akan diawali dari Timnas Bisbol putra yang berhadapan dengan Laos di Stadion Bisbol Queen Sirkit Sports Center pada pukul 09:30 WIB atau 10.30 WITA.

    Di dua laga sebelumnya, Timnas Bisbol menang 10-0 atas Malaysia dan kalah 0-14 dari Filipina.

    Kemudian bakal dilanjutkan timnas bulu tangkis dari nomor beregu yang akan melanjutkan perjuangan.

    Tim beregu putri Indonesia melawan Malaysia pada babak semifinal di Gimnasium 4 Universitas Thammasat pada pukul 10:00 WIB atau 11.00 WITA.

    Di lanjutkan pada sore hari ada tim beregu putra, Indonesia yang melawan Singapura pada babak semifinal SEA Games 2025 di Gimnasium 4.

    Sebelumnya juga ada Timnas hoki 5s putra dan putri Indonesia kembali beraksi. Pada pukul 10:00 WIB atau 11.00 WITA, tim putri hoki Indonesia melawan tuan rumah Thailand di Stadion Hoki RTAF.

    Dilanjutkan tim putra yang bermain menghadapi Filipina yang akan tampil pada pukul 12.00 WIB atau 13.00 WITA.

    Dan terakhir yang paling ditunggu ada Timnas Sepakbola Indonesia U-22 yang memulai perjalanannya di ajang Sea Games 2025.

    Laga pertama Timnas Indonesia U-22 di babak fase grup akan berhadapan dengan Filipina.

    Pertandingan tersebut akan berlangsung di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai, Thailand mulai pukul 18.00 WIB atau 19.00 WITA.

  • Cuaca Ekstrem Ancam Sulawesi Utara, BMKG Minta Warga Tingkatkan Kewaspadaan

    Cuaca Ekstrem Ancam Sulawesi Utara, BMKG Minta Warga Tingkatkan Kewaspadaan

    MANADO – Pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan potensi bencana hidrometeorologi di Sulawesi Utara. Hal ini ditegaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    “BMKG menerbitkan imbauan kewaspadaan cuaca ekstrem potensi bencana hidrometeorologi,” kata Pelaksana Harian Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Margy Octavia di Manado, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 6 Desember.

    Berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer, terpantau berbagai fenomena yang memengaruhi cuaca di Sulawesi Utara, antara lain terdapat bibit Siklon Tropis 93W yang berada di Laut Filipina sebelah utara Sulawesi Utara.

    Kondisi tersebut memberikan dampak potensi peningkatan curah hujan dan angin kencang.

    Kondisi lainnya, dominasi angin muson barat, La Nina aktif, suhu muka laut yang lebih hangat, serta adanya gelombang Eguatorial Rossby yang melintasi wilayah Sulawesi Utara turut memperkuat pembentukan awan hujan.

    Kondisi tersebut, kata dia, didukung dengan kelembaban udara yang basah di setiap lapisan dan tingginya indeks labilitas atmosfer di wilayah Sulawesi Utara.

    “Kombinasi dari fenomena tersebut membentuk kondisi atmosfer yang diprediksi akan mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir serta angin kencang,” katanya.

    Kondisi tersebut diperkirakan terjadi di beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Utara, antara lain di Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

    Selain itu, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

    “Kami mengimbau masyarakat, pemerintah kabupaten/kota dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” ujarnya.

    Dia mengharapkan koordinasi dengan instansi terkait sebagai tindakan antisipasi bencana hidrometeorologi (genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang) terlebih khusus untuk daerah dengan topografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir.

    Mengingat cuaca bersifat dinamis, pihaknya mengimbau tentang pentingnya terus monitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca dari Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kelurahan di seluruh wilayah Sulawesi Utara melalui Website https://cuaca.bmka.go.id serta kanal informasi yang terverifikasi.

  • Penetrasi Asuransi di RI Masih Kalah dari Negara Tetangga

    Penetrasi Asuransi di RI Masih Kalah dari Negara Tetangga

    Bandung

    Industri asuransi Indonesia masih tertinggal dari sejumlah negara tetangga. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan industri asuransi di Indonesia tertinggal dari Filipina, Thailand, Malaysia hingga Singapura.

    Direktur Eksekutif Surveilans, Data, dan Pemeriksaan Asuransi LPS Suwandi mengatakan penetrasi asuransi tertinggi di Asia Tenggara dipegang oleh Singapura sebesar 7,40%. Sementara penetrasi di Indonesia masih berada di bawah 3%.

    “Yang paling tinggi Singapura 7,40%, negara-negara maju itu kalau umumnya antara 9% sampai 10% untuk penetration rate secara komprehensif, yang secara keseluruhan,” ungkap Suwandi dalam acara Literasi Menabung dan Berasuransi di kawasan Dago, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/12/2025).

    Menurut Suwandi terdapat kesenjangan juga antara Indonesia dengan negara lain jika dilihat berdasarkan produk asuransi. Meski begitu, kondisi ini menunjukkan ruang terbuka pertumbuhan industri asuransi dalam negeri.

    “Saya melihat dari sisi positifnya, perusahaan asuransi masih punya ruang gerak yang cukup lebar untuk meningkatkan penetrasi,” jelasnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Anggota Dewan Komisioner Bidang Program Penjaminan Polis LPS, Ferdinan D. Purba, tak menampik tantangan besar yang dialami industri asuransi dalam negeri. Ia menjelaskan, saat ini penetrasi pasar asuransi di Indonesia masih d kisaran 2,7% secara umum.

    Namun jika dilihat berdasarkan produk asuransi jiwa (life) dan asuransi umum (non-life), terang Purba, penetrasi industri baru sekitar 1,4%. Penghitungan ini juga digunakan sebagai pembanding dari negara lain umumnya menggunakan metode ini.

    “Nah, dari sini ini kelihatan bahwa industri ini memang masih struggling ya di dalam di sektor keuangan,” jelasnya.

    Ia menilai, asuransi Indonesia masih menghadapi banyak tantangan fundamental. Karenanya, membangun ekosistem pendukung pertumbuhan industri perlu dilakukan.

    LPS saat ini masih menggodok Program Penjaminan Polis (PPP) yang dianggap menjadi salah satu variabel penting untuk memperbaiki kinerja industri asuransi. Berdasarkan pengalaman negara lain, program dinilai dampak positif bagi industri.

    “Tentu ini yang mau kita harapkan akan bisa kita peroleh, ya, benefit yang enggak boleh kita lewatkan. Sehingga, dalam persiapannya kami sangat-sangat serius agar dampak positif dari aktivasi dari program ini benar-benar bisa diwujudkan di dalam industri asuransi di tahun-tahun yang akan datang setelah beroperasinya program penjaminan polis,” pungkasnya.

    (ahi/hns)

  • Produk ADM TXB 99 Asal Pasuruan Tembus Thailand, Industri Nutrisi Hewan Lokal Masuki Pasar Global

    Produk ADM TXB 99 Asal Pasuruan Tembus Thailand, Industri Nutrisi Hewan Lokal Masuki Pasar Global

    Pasuruan (beritajatim.com) – PT ADM Animal Nutrition Indonesia kembali mencatat pencapaian besar dengan mengekspor produk toxin binder ADM TXB 99 ke Thailand dari pabriknya di Kabupaten Pasuruan. Langkah ini menunjukkan bahwa industri nutrisi hewan di daerah mampu bersaing secara internasional dengan standar mutu yang ketat.

    Sebanyak 100 ton produk dikirim dalam dua kontainer pada ekspor perdana yang diberangkatkan Selasa (25/11) dari Pasuruan Plant. Seremoni pelepasan turut dihadiri berbagai instansi pemerintah, asosiasi industri, serta perwakilan pelanggan.

    Country General Manager ADM Animal Nutrition Indonesia, Wully Wahyuni, menyebut ekspor ini menjadi bukti nyata kapasitas Indonesia di pasar global. Ia menyampaikan bahwa ADM akan terus memperkuat penetrasi di kawasan Asia-Pasifik demi meningkatkan kontribusi industri nutrisi hewan nasional.

    Wully menegaskan bahwa Thailand merupakan pasar dengan standar seleksi tinggi dan hanya menerima produk dengan mutu terbaik. “Masuk ke pasar ini menunjukkan keunggulan kualitas tim dan produk kami,” ujarnya.

    Deputi Bidang Karantina Hewan Badan Karantina Indonesia, drh Sriyanto M.Si Ph.D, mengapresiasi keberhasilan ekspor perdana ADM karena menunjukkan kemampuan obat hewan premiks bersaing secara internasional. Ia menambahkan bahwa Karantina siap mendukung akselerasi sertifikasi dan pengawasan produk agar memenuhi syarat negara tujuan.

    Produk ADM TXB 99 sebelumnya telah melalui pengujian di laboratorium Trilogy di Amerika Serikat serta diproduksi di fasilitas bersertifikasi CPOHB, FSSC 22000 dan FAMI-QS sebelum terdaftar di Kementerian Pertanian. Dalam satu bulan, pesanan ke Thailand telah mencapai 100 ton dan permintaan ekspor hingga 450 ton direncanakan pada Maret 2026.

    Selain Thailand, peluang pasar kini juga dijajaki ke India, Australia, dan Filipina. Wully menyampaikan bahwa langkah ekspansi ini menjadi momentum strategis untuk meningkatkan daya saing produk lokal di industri internasional.

    Ketua Kelompok Kerja Pengawasan Obat Hewan Kementerian Pertanian, drh Arif Wicaksono menyampaikan bahwa pemerintah terus mempermudah proses registrasi obat hewan untuk mendorong devisa ekspor. “Kami mendorong sebanyak mungkin produk lokal untuk ekspor melalui percepatan registrasi dan pemenuhan dokumen persyaratan,” tuturnya.

    Dalam bidang teknis, Arif menjelaskan bahwa standar keamanan ekspor terus mengikuti regulasi global yang terus berkembang. Thailand mengadopsi standar Uni Eropa, sehingga harmonisasi regulasi menjadi prioritas untuk membuka akses pasar lebih luas.

    Seremoni pelepasan ekspor turut dimeriahkan tarian Nusantara, pertunjukan marching band orchestra, dan kegiatan plant tour yang dipandu Plant Manager ADM Pasuruan, Sidik Priyono. Acara berlangsung meriah sekaligus mengedepankan komitmen peningkatan kontribusi ADM bagi industri hewan di Indonesia.

    Teknologi ADM TXB 99 mengusung kualitas clay mineral premium yang memiliki kemampuan daya ikat terhadap mikotoksin yang tinggi. Technical Operation Manager APAC, Yan Andria, menyampaikan bahwa bentonite hasil seleksi ketat menjadi bagian kunci kualitas produk.

    Berdasarkan hasil tes laboratorium eksternal di Amerika Serikat, produk ini menunjukkan daya ikat hingga 99 persen terhadap mikotoksin. Yan mengatakan, “Secara struktur, clay mineral kami hanya mengikat toxin tanpa merusak nutrisi pakan.”

    Uji kualitas ADM TXB 99 dilakukan rutin untuk memastikan hasil yang konsisten dan aman digunakan. Produk ini juga telah dikirim sebagai sampel ke beberapa negara potensial ekspor untuk diuji pada tingkat on-farm sebagai bagian dari evaluasi kinerja.

    Keunggulan ADM TXB 99 terletak pada adsorption dan desorption dengan efisiensi binding 99 persen, yang dinilai unggul dibanding produk sejenis. Teknologi tersebut membuat produk ini semakin kompetitif untuk memperluas pasar global. (ada/ian)