Negara: Filipina

  • Rupiah Sedikit Bertenaga ke Rp16.186 Pagi Ini

    Rupiah Sedikit Bertenaga ke Rp16.186 Pagi Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp16.186 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (30/12) pagi. Mata uang Garuda naik 48 poin atau plus 0,30 persen.

    Sedangkan mata uang Asia lain mayoritas tunduk atas dolar AS. Dolar Hong Kong merosot 0,01 persen, ringgit Malaysia jatuh 0,02 persen, yuan China minus 0,03 persen, peso Filipina ambruk 0,14 persen, dan rupee India amblas 0,32 persen.

    Mata uang lain yang sedikit bertenaga pagi ini adalah dolar Singapura plus 0,01 persen, yen Jepang tumbuh 0,06 persen, won Korea Selatan menguat 0,25 persen, dan baht Thailand tumbuh 0,43 persen.

    Di lain sisi, mata uang utama negara maju dominan kokoh. Poundsterling Inggris naik 0,01 persen, euro Eropa mandek, franc Swiss tumbuh 0,04 persen, dolar Australia menguat 0,24 persen, dan dolar Kanada plus 0,08 persen.

    Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut rupiah akan bergerak datar hari ini. Namun, ada potensi menguat terbatas di tengah minimnya aktivitas perdagangan dan data-data ekonomi penting.

    “Dolar AS sendiri terpantau sedikit lebih lemah setelah data menunjukkan defisit perdagangan yang lebih besar dari perkiraan pada Jumat (27/12),” katanya kepada CNNIndonesia.com.

    Ia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp16.150 sampai Rp16.250 per dolar AS pada hari ini.

    (skt/pta)

  • Pemerintah Dalami Permintaan Prancis Untuk Pulangkan Terpidana Mati Kasus Narkoba

    Pemerintah Dalami Permintaan Prancis Untuk Pulangkan Terpidana Mati Kasus Narkoba

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra mengatakan, pemerintah Indonesia tengah mendalami surat pemerintah Prancis soal pemindahan terpidana mati kasus psikotropika Serge Arezki ​​​​​Atlaoui ke negara asalnya.

    Yusril saat dikonfirmasi ANTARA via pesan singkat di Jakarta, Minggu, menjelaskan, Prancis telah mengirimkan surat permintaan resmi pemindahan Serge ​​​​​Atlaoui pada Kamis (19/12/2024). Surat tersebut dikirimkan atas nama Menteri Kehakiman Perancis yang ditujukan kepada Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan RI.

    “Surat dikirim atas nama Menteri Kehakiman Prancis dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Bantuan Hukum Timbal Balik Internasional dalam Masalah Pidana, Stephanie Djian. Surat tersebut ditujukan kepada Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan dan kini sedang kami koordinasikan dan kami dalami,” ujarnya dilansir dari Antara, Minggu (29/12/2024).

    Menurut Menko, pemerintah Indonesia akan membahas lebih lanjut surat dari pemerintah Perancis tersebut pada awal Januari 2025, sebab saat ini sedang dalam masa libur menjelang akhir tahun.

    “Pembahasan lebih detail nanti akan dilakukan oleh pejabat di bawah menteri oleh pemerintah Indonesia. Demikian juga Kementerian Kehakiman Prancis yang mungkin juga akan melibatkan staf Kedutaan Besar Prancis di Jakarta,” tuturnya.

    Nantinya, sambung Yusril, pemindahan Serge ​​​​​Atlaoui akan dilakukan berdasarkan kesepakatan pengaturan praktis atau practical arrangement, sebagaimana pemindahan terpidana mati Mary Jane Veloso ke Filipina dan lima narapidana anggota Bali Nine ke Australia pada awal Desember lalu.

    “Apabila kedua negara [Indonesia dan Prancis] telah sepakat, maka kesepakatan itu akan dituangkan dalam practical arrangement yang ditandatangani oleh menteri yang mewakili pemerintah masing-masing,” demikian Menko Yusril.

    Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone sebelumnya telah menyambangi Menko Yusril di Kantor Kemenko Kumham Imipas, Jakarta, Jumat (20/12). Usai pertemuan itu, Yusril menjelaskan, pemerintah Prancis belum mengirimkan surat resmi pemindahan Serge ​​​​​Atlaoui.

    Dia mengatakan, permintaan pemindahan baru disampaikan secara pribadi oleh Serge ​​​​​Atlaoui kepada pemerintah Prancis. Pemindahan narapidana asing merupakan kerja sama antarnegara sehingga pembahasannya harus berdasarkan surat resmi dari pemerintah yang bersangkutan.

    Pada pertemuan bilateral itu, pemerintah Indonesia dan Prancis belum bertukar draf kerja sama pemindahan Serge Atlaoui. Menurut Yusril, pertemuannya dengan Fabien Penone mendiskusikan kondisi peraturan hukum di kedua negara.

    Serge Atlaoui merupakan terpidana mati dalam kasus pengoperasian pabrik ekstasi di Cikande, Tangerang, Banten pada tahun 2005. Dia telah berkali-kali mengajukan pengampunan kepada pemerintah Indonesia, tetapi upaya itu berakhir kandas.

    Eksekusi mati Serge Atlaoui pada tahun 2015 ditangguhkan sehingga warga negara Perancis itu masih mendekam di tahanan. Yusril menjelaskan, Serge Atlaoui belakangan dipindahkan sementara dari Nusakambangan ke Lembaga Pemasyarakatan Salemba, karena mengidap kanker.

  • Tarif PPN Indonesia Naik, Menjadi Tertinggi Kedua di ASEAN

    Tarif PPN Indonesia Naik, Menjadi Tertinggi Kedua di ASEAN

    Jakarta: Indonesia akan menerapkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen mulai 1 Januari 2025, naik satu persen dari sebelumnya 11 persen.
     
    Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara guna mendukung berbagai program pembangunan.
     
    Melansir dari Antara, dengan kenaikan ini, Indonesia akan sejajar dengan Filipina sebagai negara dengan tarif PPN tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
     
    Sementara itu, negara-negara ASEAN lainnya masih menerapkan tarif PPN yang lebih rendah.
     
    Di Indonesia, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) menjadi sumber penerimaan negara yang signifikan. PPN dikenakan pada transaksi barang dan jasa, sementara PPnBM diberlakukan pada barang mewah seperti kendaraan, perhiasan, dan hunian yang dikonsumsi kalangan berpenghasilan tinggi.
     

     
    Kedua pajak ini menjadi penyumbang terbesar kedua setelah Pajak Penghasilan (PPh) dan memiliki peran penting dalam mengatur konsumsi serta mendukung pemerataan ekonomi. PPN dan PPnBM memberikan kontribusi besar terhadap keuangan negara dan mencerminkan kebijakan fiskal yang progresif.
    Berikut adalah daftar tarif PPN di negara ASEAN:

    Filipina: 12 persen.
    Indonesia: 11 persen, akan naik menjadi 12 persen pada 2025.
    Kamboja: 10 persen.
    Laos: 10 persen.
    Malaysia: 10 persen untuk pajak penjualan, delapan persen untuk pajak layanan.
    Vietnam: 10 persen, turun menjadi delapan persen hingga Juni 2025.
    Singapura: 9 persen.
    Thailand: 7 persen.
    Myanmar: 5 persen.
    Brunei: 0 persen.
    Timor Leste: 0 persen untuk PPN dalam negeri, 2,5 persen untuk PPN barang/jasa impor.

    Akibatnya, pada 2025, tarif PPN di Indonesia akan naik menjadi 12 persen, menempatkannya di posisi teratas di ASEAN, sejajar dengan Filipina.
     
    Kenaikan ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tarif PPN tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya.
     
    Meskipun demikian, tarif PPN Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara-negara anggota OECD.
     
    Oleh karena itu, penting untuk melihat posisi Indonesia dalam konteks ekonomi regional dengan membandingkannya dengan negara-negara ASEAN lainnya. (Laura Oktaviani Sibarani)
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Riset Binus Sebut Hilirisasi RI Jadi Inspirasi Negara Asia & Afrika

    Riset Binus Sebut Hilirisasi RI Jadi Inspirasi Negara Asia & Afrika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan hilirisasi pertambangan mineral yang dilakukan Indonesia ternyata menjadi inspirasi bagi sejumlah negara berkembang di Asia dan Afrika. Penelitian yang dilakukan oleh Binus University (Binus) berjudul “Analisis Mahadata Kebijakan Hilirisasi: Strategi dan Diplomasi Indonesia Menghadapi Dinamika Global” mengungkapkan bahwa keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam telah mendorong negara-negara lain untuk mengadopsi langkah serupa.

    Salah satu Tim peneliti Binus University Dr. Edy Irwansyah menyebut bahwa hilirisasi di Indonesia tidak hanya berhasil meningkatkan perekonomian nasional, tetapi juga menciptakan model kebijakan yang relevan untuk konteks global.

    “Indonesia telah menunjukkan bahwa melalui hilirisasi, bahan tambang seperti nikel, tembaga, dan kobalt dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi yang lebih kompetitif di pasar internasional. Ini menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk memaksimalkan potensi sumber daya mereka,” ujar Edy, Sabtu, (28/12/2024).

    Penelitian ini mencatat bahwa kebijakan hilirisasi Indonesia telah memotivasi negara seperti Filipina, yang juga merupakan pemasok nikel utama dunia, untuk menerapkan kebijakan serupa. Langkah ini menunjukkan bagaimana keberhasilan Indonesia dalam mendorong pengolahan domestik dapat menjadi referensi kebijakan ekonomi bagi negara-negara lain di Asia dan Afrika yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah.

    “Hilirisasi di Indonesia juga dinilai berhasil menarik investasi asing dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasok global. Produk berbasis nikel seperti bahan baku baterai lithium dan stainless steel memberikan nilai ekspor yang jauh lebih tinggi dibandingkan bahan mentah. Selain itu, upaya ini mendorong diversifikasi ekonomi, memperkuat sektor manufaktur, dan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai wilayah penghasil tambang, seperti Sulawesi dan Maluku,” kata Edy yang juga Lecturer Specialist Binus University.

    Namun, penelitian yang dilakukan Binus juga mencatat beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penerapan kebijakan ini. Menurut salah satu Tim Peneliti, Dr. Ahmad Sofyan, salah satunya adalah konflik perdagangan internasional, seperti gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor nikel mentah. Konflik ini menunjukkan adanya ketegangan antara upaya proteksionisme domestik untuk pembangunan industri nasional dengan aturan perdagangan bebas global.

    “Perselisihan ini mengharuskan Indonesia untuk memadukan strategi hilirisasi dengan pendekatan diplomasi ekonomi yang konstruktif. Jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan perdagangan internasional,” jelas Ahmad Sofyan.

    Selain tantangan di tingkat internasional, isu lingkungan juga menjadi perhatian penting dalam kebijakan hilirisasi. Proses pengolahan logam berat seperti nikel dan tembaga berisiko menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan teknologi yang memadai. Peningkatan eksploitasi tambang juga berpotensi mempercepat deforestasi dan degradasi lingkungan, sehingga diperlukan regulasi yang kuat dan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan.

    Riset ini menegaskan bahwa hilirisasi adalah langkah strategis yang mampu mengubah peran Indonesia dari sekadar eksportir bahan mentah menjadi pusat manufaktur global. Namun, keberhasilan jangka panjang kebijakan ini bergantung pada keberlanjutan, regulasi yang inklusif, dan pengelolaan yang cermat.

    “Indonesia telah menjadi model yang diikuti banyak negara berkembang, tetapi kebijakan ini harus terus dievaluasi untuk memastikan keberlanjutan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pemerataan manfaat bagi masyarakat,” pungkas Edy.

    (dpu/dpu)

  • AI Dinilai Bisa Dukung Diplomasi Ekonomi & Strategi Hilirisasi Mineral RI

    AI Dinilai Bisa Dukung Diplomasi Ekonomi & Strategi Hilirisasi Mineral RI

    Jakarta

    Riset yang dilakukan oleh Binus University menyoroti manfaat AI dalam mendukung diplomasi ekonomi dan strategi hilirisasi. Riset yang dilakukan tersebut berjudul ‘Analisis Mahadata Kebijakan Hilirisasi: Strategi dan Diplomasi Indonesia Menghadapi Dinamika Global’.

    Riset itu menyatakan teknologi kecerdasan buatan (AI) memainkan peran kunci dalam mendorong keberhasilan kebijakan hilirisasi mineral Indonesia.

    Dengan integrasi AI dan mahadata, Indonesia telah membangun sistem geospasial inovatif yang mampu mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam sekaligus memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.

    Salah satu Tim Peneliti Binus University, Dr. Alexander A.S. Gunawan, menjelaskan pemanfaatan teknologi modern seperti Peta Hilirisasi (petahilirisasi.id) memberikan pandangan mendalam untuk komoditas strategis seperti nikel, bauksit, kobalt, dan pasir kuarsa.

    “Integrasi AI memungkinkan kita memahami pola distribusi dan dampak sosial-ekonomi dari aktivitas tambang secara lebih terperinci. Teknologi ini tidak hanya mendukung keberlanjutan tetapi juga meningkatkan efisiensi proses pengelolaan sumber daya,” ujar Alexander, dalam keterangannya, Sabtu (28/12/2024).

    Platform Peta Hilirisasi, yang merupakan geodashboard berbasis AI, membantu pemerintah dan pelaku industri mengidentifikasi potensi mineral, memetakan distribusi sumber daya, hingga memprediksi tren pasar.

    Dengan data yang diolah selama lebih dari dua dekade mencakup catatan produksi, ekspor-impor, dan informasi geospasial sejak awal 2000-an platform ini menyediakan wawasan berbasis bukti yang mempercepat proses pengambilan keputusan di sektor hilirisasi.

    Selain menampilkan peta dan grafik interaktif, Peta Hilirisasi juga dilengkapi dengan pemodelan tren pasar berbasis machine learning yang dapat memproyeksikan potensi nilai tambah suatu komoditas di pasar global. Diplomasi hilirisasi Indonesia turut meraup manfaat besar dari integrasi AI, khususnya melalui analisis mendalam Peta Hilirisasi.

    Teknologi ini membantu pemerintah memperkuat argumen dalam negosiasi internasional, karena data geospasial memudahkan Indonesia menunjukkan komitmen pada pengolahan domestik dan keberlanjutan-terlebih di tengah tantangan seperti gugatan Uni Eropa di WTO terkait larangan ekspor nikel mentah.

    Sebagai contoh diplomasi berbasis data, ketika memaparkan potensi cadangan nikel dan bauksit di forum internasional, Indonesia dapat menyajikan peta distribusi dan perkiraan pasokan yang terverifikasi. Pendekatan ini memperkuat posisi negosiasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan ekspor-impor.

    “Menurut penelitian Binus, pendekatan diplomasi berbasis data ini telah menarik perhatian negara lain, termasuk Filipina dan Afrika Selatan, yang mulai mengadopsi langkah serupa. Indonesia menjadi contoh bagaimana teknologi dapat memperkuat strategi ekonomi dan kebijakan nasional di tengah persaingan global,” ujar Alexander.

    Alexander menambahkan bahwa manfaat AI dalam pengambilan keputusan bisnis telah banyak dibahas dalam berbagai jurnal internasional. Salah satu contohnya adalah riset ‘Artificial Intelligence for the Real World’ oleh Davenport dan Ronanki, yang menegaskan bahwa AI mampu menyediakan wawasan lebih cepat dan akurat.

    Dengan demikian, organisasi dapat memanfaatkan data secara efektif demi meningkatkan efisiensi operasional. Publikasi lain yang relevan ialah laporan McKinsey, ‘The State of AI in Early 2024’, yang memproyeksikan lebih dari 65% organisasi di berbagai sektor mulai mengadopsi AI untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.

    Walau sifatnya global, sejumlah studi juga menyoroti tren serupa di Indonesia, khususnya di sektor finansial dan manufaktur.

    Namun, meskipun kajian mengenai penggunaan AI dalam pengambilan keputusan sudah cukup banyak, penelitian yang secara khusus membahas hilirisasi bahan mentah, diplomasi, dan kerangka hukum terkait masih sangat terbatas. Kendati manfaatnya jelas, hilirisasi berbasis AI juga dihadapkan pada tantangan.

    Proses pengolahan mineral seperti nikel membutuhkan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalisasi limbah berbahaya. Peningkatan eksploitasi tambang perlu diimbangi dengan regulasi ketat dan penggunaan teknologi yang berkelanjutan.

    “Dengan memadukan AI dan regulasi yang kuat, kita dapat memitigasi risiko lingkungan sekaligus memastikan bahwa hilirisasi mineral mendukung pembangunan ekonomi nasional secara inklusif,” tambah Alexander.

    Melalui pendekatan multidisiplin yang mengintegrasikan teknologi, hukum, dan bisnis internasional, Indonesia berhasil menciptakan kebijakan hilirisasi yang adaptif terhadap dinamika global.

    Riset Binus menyatakan keberhasilan ini membuka peluang bagi Indonesia untuk tidak hanya menjadi pusat manufaktur global tetapi juga pemimpin dalam pengelolaan sumber daya berbasis teknologi.

    “Dengan AI sebagai pendorong utama, hilirisasi mineral Indonesia kini memiliki fondasi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan global, menarik investasi asing, dan menciptakan lapangan kerja baru. Namun, keberlanjutan kebijakan ini tetap bergantung pada sinergi antara teknologi, kolaborasi pemangku kepentingan, serta kepatuhan terhadap regulasi lingkungan,” pungkas Alexander.

    (anl/ega)

  • Prestasi Gemilang! BRI Raih Predikat Best Employers Asia Pacific 2025 Versi Financial Times dan Statista – Page 3

    Prestasi Gemilang! BRI Raih Predikat Best Employers Asia Pacific 2025 Versi Financial Times dan Statista – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) meraih prestasi yang gemilang dengan masuk ke dalam daftar “Best Employers Asia-Pacific 2025”. Adapun penghargaan ini diberikan oleh financial Times (FT) dan Statista atas komitmen BRI yang selalu menciptakan lingkungan kerja unggul dan mendukung karyawan.

    Masuknya BRI dalam daftar Best Employers Asia Pacific 2025 menempatkan perusahaan ini sejajar dengan perusahaan-perusahaan terkemuka lainnya dalam daftar seperti Meta, JP Morgan Chase, Apple, Alphabet, Toyota sekaligus memperkuat reputasi BRI sebagai organisasi yang inovatif dan berorientasi pada human capital.

    Mengutip website resmi dari Financial Times, proses seleksi pemeringkatan ini dilakukan melalui survei antara Mei hingga Juli 2024 dengan melibatkan lebih dari 50.000 karyawan dari berbagai negara di Asia-Pasifik, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Australia, Hong Kong, India, Jepang, Makau, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

    Direktur Human Capital BRI Agus Winardono menyatakan bahwa penghargaan tersebut mencerminkan komitmen BRI dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan karyawan.

    “Kami mengapresiasi dan sangat bangga atas penghargaan ini yang membuktikan bahwa BRI terus berupaya memberikan ruang yang terbaik bagi karyawannya. Budaya kerja yang inovatif, dan kolaboratif merupakan prioritas utama kami,” ujarnya di Jakarta. 

    Syarat perusahaan yang dapat ikut dalam survei ini tidak harus memiliki kantor pusat di kawasan Asia-Pasifik, tetapi harus memiliki setidaknya 1.000 karyawan dan beroperasi di dua negara atau wilayah yang tercakup dalam survei tersebut.

  • AI Bisa Antar Indonesia Pimpin Hilirisasi Mineral Dunia

    AI Bisa Antar Indonesia Pimpin Hilirisasi Mineral Dunia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligent atau AI) diyakini memiliki manfaat mendukung diplomasi ekonomi dan strategi hilirisasi mineral di Indonesia. Integrasi AI dan mahadata dinilai sebagai sistem geospasial inovatif yang dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

    Pada riset Binus University yang berjudul “Analisis Mahadata Kebijakan Hilirisasi: Strategi dan Diplomasi Indonesia Menghadapi Dinamika Global”, salah satu Tim Peneliti Binus University, Dr. Alexander A.S. Gunawan menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi modern seperti Peta Hilirisasi (petahilirisasi.id) memberikan pandangan mendalam untuk komoditas strategis seperti nikel, bauksit, kobalt, dan pasir kuarsa.

    “Integrasi AI memungkinkan kita memahami pola distribusi dan dampak sosial-ekonomi dari aktivitas tambang secara lebih terperinci. Teknologi ini tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga meningkatkan efisiensi proses pengelolaan sumber daya,” ujar Alexander.

    Platform Peta Hilirisasi yang merupakan geodashboard berbasis AI akan dapat membantu pemerintah dan pelaku industri mengidentifikasi potensi mineral, memetakan distribusi sumber daya, hingga memprediksi tren pasar.

    Dengan data yang diolah selama lebih dari dua dekade, mencakup catatan produksi, ekspor-impor, dan informasi geospasial sejak awal 2000-an, platform ini menyediakan wawasan berbasis bukti yang mempercepat proses pengambilan keputusan di sektor hilirisasi. Selain menampilkan peta dan grafik interaktif, Peta Hilirisasi juga dilengkapi dengan pemodelan tren pasar berbasis machine learning yang dapat memproyeksikan potensi nilai tambah suatu komoditas di pasar global.

    Diplomasi hilirisasi Indonesia juga dapat meraup manfaat besar dari integrasi AI, khususnya melalui analisis mendalam Peta Hilirisasi. Teknologi ini akan membantu pemerintah memperkuat argumen dalam negosiasi internasional, karena data geospasial memudahkan Indonesia menunjukkan komitmen terhadap pengolahan domestik dan keberlanjutan, terlebih di tengah tantangan seperti gugatan Uni Eropa di WTO terkait larangan ekspor nikel mentah.

    Sebagai contoh diplomasi berbasis data, ketika memaparkan potensi cadangan nikel dan bauksit di forum internasional, Indonesia dapat menyajikan peta distribusi dan perkiraan pasokan yang terverifikasi. Pendekatan ini dapat memperkuat posisi negosiasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan ekspor-impor.

    “Menurut penelitian Binus, pendekatan diplomasi berbasis data ini telah menarik perhatian negara lain, termasuk Filipina dan Afrika Selatan, yang mulai mengadopsi langkah serupa. Indonesia menjadi contoh bagaimana teknologi dapat memperkuat strategi ekonomi dan kebijakan nasional di tengah persaingan global,” ujar Alexander yang menjabat sebagai Head of Data Science Program Binus University.

    Menurut Alexander, manfaat AI dalam pengambilan keputusan bisnis telah banyak dibahas dalam berbagai jurnal internasional, antara lain riset “Artificial Intelligence for the Real World” oleh Davenport dan Ronanki. Riset itu menegaskan bahwa AI mampu menyediakan wawasan lebih cepat dan akurat, membuat organisasi dapat memanfaatkan data secara efektif demi meningkatkan efisiensi operasional.

    Selanjutnya, publikasi lain yang relevan adalah laporan McKinsey bertajuk “The State of AI in Early 2024”, yang memproyeksikan lebih dari 65 persen organisasi di berbagai sektor mulai mengadopsi AI untuk pengambilan keputusan strategis.

    Meski bersifat global, sejumlah studi juga menyoroti tren serupa di Indonesia, khususnya di sektor finansial dan manufaktur. Namun, penelitian yang secara khusus membahas hilirisasi bahan mentah, diplomasi, dan kerangka hukum terkait masih sangat terbatas.

    Alexander menambahkan, di sisi lain, hilirisasi berbasis AI juga memiliki tantangan, termasuk proses pengolahan mineral seperti nikel yang membutuhkan teknologi ramah lingkungan guna meminimalisasi limbah berbahaya.

    Sementara, peningkatan eksploitasi tambang juga disebut perlu diimbangi dengan regulasi ketat dan penggunaan teknologi yang berkelanjutan.

    “Dengan memadukan AI dan regulasi yang kuat, kita dapat memitigasi risiko lingkungan sekaligus memastikan bahwa hilirisasi mineral mendukung pembangunan ekonomi nasional secara inklusif,” ujar Alexander.

    Melalui pendekatan multidisiplin yang mengintegrasikan teknologi, hukum, dan bisnis internasional, Indonesia berhasil menciptakan kebijakan hilirisasi yang adaptif terhadap dinamika global. Riset Binus menyatakan, keberhasilan ini membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pusat manufaktur global, sekaligus pemimpin dalam pengelolaan sumber daya berbasis teknologi.

    “Dengan AI sebagai pendorong utama, hilirisasi mineral Indonesia kini memiliki fondasi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan global, menarik investasi asing, dan menciptakan lapangan kerja baru. Namun, keberlanjutan kebijakan ini tetap bergantung pada sinergi antara teknologi, kolaborasi pemangku kepentingan, serta kepatuhan terhadap regulasi lingkungan,” pungkas Alexander.

    (rea/rir)

    [Gambas:Video CNN]

  • Financial Times dan Statista Nobatkan BRI Sebagai Salah Satu Best Employers Asia Pacific 2025 – Page 3

    Financial Times dan Statista Nobatkan BRI Sebagai Salah Satu Best Employers Asia Pacific 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) berhasil mendapatkan penghargaan sebagai salah satu tempat kerja terbaik di kawasan Asia-Pasifik dalam daftar “Best Employers Asia-Pacific 2025” yang dirilis oleh Financial Times (FT) bersama Statista.

    Masuknya BRI dalam daftar Best Employers Asia Pacific 2025 menempatkan perusahaan ini sejajar dengan perusahaan-perusahaan terkemuka lainnya dalam daftar seperti Meta, JP Morgan Chase, Apple, Alphabet, Toyota sekaligus memperkuat reputasi BRI sebagai organisasi yang inovatif dan berorientasi pada human capital.

    Mengutip website resmi dari Financial Times, proses seleksi pemeringkatan ini dilakukan melalui survei antara Mei hingga Juli 2024 dengan melibatkan lebih dari 50.000 karyawan dari berbagai negara di Asia-Pasifik, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Australia, Hong Kong, India, Jepang, Makau, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

    Direktur Human Capital BRI Agus Winardono menyatakan bahwa penghargaan tersebut mencerminkan komitmen BRI dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan karyawan.

    “Kami mengapresiasi dan sangat bangga atas penghargaan ini yang membuktikan bahwa BRI terus berupaya memberikan ruang yang terbaik bagi karyawannya. Budaya kerja yang inovatif, dan kolaboratif merupakan prioritas utama kami,” ujarnya di Jakarta. 

    Syarat perusahaan yang dapat ikut dalam survei ini tidak harus memiliki kantor pusat di kawasan Asia-Pasifik, tetapi harus memiliki setidaknya 1.000 karyawan dan beroperasi di dua negara atau wilayah yang tercakup dalam survei tersebut.

  • Hilirisasi Indonesia Jadi Inspirasi Asia dan Afrika

    Hilirisasi Indonesia Jadi Inspirasi Asia dan Afrika

    Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan hilirisasi pertambangan mineral yang dilakukan Indonesia ternyata menjadi inspirasi bagi sejumlah negara berkembang di Asia dan Afrika.

    Penelitian yang dilakukan oleh Binus University (Binus) berjudul “Analisis Mahadata Kebijakan Hilirisasi: Strategi dan Diplomasi Indonesia Menghadapi Dinamika Global” mengungkapkan bahwa keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam telah mendorong negara-negara lain untuk mengadopsi langkah serupa.

    Salah satu Tim peneliti Binus University Dr. Edy Irwansyah menyebut bahwa hilirisasi di Indonesia tidak hanya berhasil meningkatkan perekonomian nasional, tetapi juga menciptakan model kebijakan yang relevan untuk konteks global.

    “Indonesia telah menunjukkan bahwa melalui hilirisasi, bahan tambang seperti nikel, tembaga, dan kobalt dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi yang lebih kompetitif di pasar internasional. Ini menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk memaksimalkan potensi sumber daya mereka,” ujar Edy.

    Penelitian ini mencatat bahwa kebijakan hilirisasi Indonesia telah memotivasi negara seperti Filipina, yang juga merupakan pemasok nikel utama dunia, untuk menerapkan kebijakan serupa.

    Langkah ini menunjukkan bagaimana keberhasilan Indonesia dalam mendorong pengolahan domestik dapat menjadi referensi kebijakan ekonomi bagi negara-negara lain di Asia dan Afrika yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah.

    “Hilirisasi di Indonesia juga dinilai berhasil menarik investasi asing dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasok global. Produk berbasis nikel seperti bahan baku baterai lithium dan stainless steel memberikan nilai ekspor yang jauh lebih tinggi dibandingkan bahan mentah. Selain itu, upaya ini mendorong diversifikasi ekonomi, memperkuat sektor manufaktur, dan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai wilayah penghasil tambang, seperti Sulawesi dan Maluku,” kata Edy yang juga Lecturer Specialist Binus University.

    Namun, penelitian yang dilakukan Binus juga mencatat beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penerapan kebijakan ini. Menurut salah satu Tim Peneliti, Dr. Ahmad Sofyan, salah satunya adalah konflik perdagangan internasional, seperti gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor nikel mentah. Konflik ini menunjukkan adanya ketegangan antara upaya proteksionisme domestik untuk pembangunan industri nasional dengan aturan perdagangan bebas global.

    “Perselisihan ini mengharuskan Indonesia untuk memadukan strategi hilirisasi dengan pendekatan diplomasi ekonomi yang konstruktif. Jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan perdagangan internasional,” jelas Ahmad Sofyan.

    Selain tantangan di tingkat internasional, isu lingkungan juga menjadi perhatian penting dalam kebijakan hilirisasi. Proses pengolahan logam berat seperti nikel dan tembaga berisiko menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan teknologi yang memadai.

    Peningkatan eksploitasi tambang juga berpotensi mempercepat deforestasi dan degradasi lingkungan, sehingga diperlukan regulasi yang kuat dan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan.

    Riset ini menegaskan bahwa hilirisasi adalah langkah strategis yang mampu mengubah peran Indonesia dari sekadar eksportir bahan mentah menjadi pusat manufaktur global.

    Namun, keberhasilan jangka panjang kebijakan ini bergantung pada keberlanjutan, regulasi yang inklusif, dan pengelolaan yang cermat.

    “Indonesia telah menjadi model yang diikuti banyak negara berkembang, tetapi kebijakan ini harus terus dievaluasi untuk memastikan keberlanjutan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pemerataan manfaat bagi masyarakat,” pungkas Edy.

  • Riset Binus: Kebijakan Hilirisasi Indonesia Jadi Inspirasi Negara-negara Asia dan Afrika

    Riset Binus: Kebijakan Hilirisasi Indonesia Jadi Inspirasi Negara-negara Asia dan Afrika

    Riset Binus: Kebijakan Hilirisasi Indonesia Jadi Inspirasi Negara-negara Asia dan Afrika
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Kebijakan
    hilirisasi
    pertambangan mineral yang diterapkan Indonesia kini menjadi contoh yang menginspirasi sejumlah negara berkembang di Asia dan Afrika.
    Penelitian berjudul “Analisis Mahadata Kebijakan
    Hilirisasi
    : Strategi dan Diplomasi Indonesia Menghadapi Dinamika Global” yang dilakukan oleh
    Binus University
    mengungkapkan bahwa keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alamnya mendorong negara-negara lain untuk mengadopsi kebijakan serupa.
    Salah satu anggota tim peneliti Binus University Dr Edy Irwansyah menjelaskan bahwa hilirisasi Indonesia tidak hanya berhasil meningkatkan perekonomian nasional, tetapi juga menciptakan model kebijakan yang relevan secara global.
    “Indonesia telah menunjukkan bahwa melalui hilirisasi, bahan tambang seperti nikel, tembaga, dan kobalt dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi yang lebih kompetitif di pasar internasional. (Keberhasilan) ini menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk memaksimalkan potensi
    sumber daya alam
    (SDA) mereka,”  ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (28/12/2024).
    Penelitian itu juga mencatat bahwa kebijakan hilirisasi Indonesia telah mendorong negara-negara seperti Filipina yang juga merupakan salah satu pemasok utama nikel di dunia untuk menerapkan kebijakan serupa. 
    Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan Indonesia dalam mendorong pengolahan domestik dapat menjadi acuan kebijakan ekonomi bagi negara-negara lain di Asia dan Afrika yang kaya akan sumber daya alam.
    “Hilirisasi di Indonesia juga dinilai berhasil menarik investasi asing dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasok global. Produk berbasis nikel, seperti bahan baku baterai litium dan
    stainless steel
    , memberikan nilai ekspor yang jauh lebih tinggi dibandingkan bahan mentah,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Lecturer Specialist di Binus University.
    Upaya tersebut juga mendorong diversifikasi ekonomi, memperkuat sektor manufaktur, dan menciptakan lapangan kerja baru di wilayah penghasil tambang, seperti Sulawesi dan Maluku.
    Meski demikian, penelitian tersebut juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penerapan kebijakan hilirisasi. 
    Salah satu anggota tim peneliti lainnya, Dr Ahmad Sofyan mencatat bahwa salah satu tantangan utama adalah konflik perdagangan internasional, seperti gugatan dari Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor nikel mentah. 
    Konflik tersebut, kata dia, menunjukkan adanya ketegangan antara upaya proteksionisme domestik untuk pembangunan industri nasional dengan aturan perdagangan bebas global.
    “Perselisihan ini menuntut Indonesia untuk memadukan strategi hilirisasi dengan pendekatan diplomasi ekonomi yang konstruktif. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menimbulkan negatif pada hubungan perdagangan internasional,” jelas Ahmad.
    Selain tantangan perdagangan,
    isu lingkungan
    juga menjadi perhatian penting dalam kebijakan hilirisasi.
    Proses pengolahan logam berat seperti nikel dan tembaga berisiko menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan teknologi yang memadai.
    Peningkatan eksploitasi tambang juga berpotensi mempercepat deforestasi dan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang kuat dan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan.
    Riset tersebut menegaskan bahwa hilirisasi merupakan langkah strategis yang mampu mengubah peran Indonesia dari sekadar eksportir bahan mentah menjadi pusat manufaktur global. 
    Namun, keberhasilan jangka panjang kebijakan tersebut bergantung pada keberlanjutan, regulasi yang inklusif, dan pengelolaan yang cermat.
    “Indonesia telah menjadi model bagi banyak negara berkembang, tetapi kebijakan ini harus terus dievaluasi untuk memastikan keberlanjutan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pemerataan manfaat bagi masyarakat,” jelas Edy.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.