Negara: Filipina

  • Unilever Indonesia Kenalkan Jajaran Direksi Baru, Ini Sosoknya

    Unilever Indonesia Kenalkan Jajaran Direksi Baru, Ini Sosoknya

    Jakarta

    PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan susunan direksi baru dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (14/1). Rapat tersebut menyetujui pengangkatan Alejandro Meinardo Jr Santos Concha, Vandana Suri, dan Neeraj Lal sebagai direksi baru perusahaan.

    Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap mengucapkan selamat kepada jajaran direksi baru yang diangkat. Dia juga menyampaikan apresiasi dan harapan kepada para mantan direktur.

    “Atas nama Perseroan, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan hormat kami kepada Hernie Raharja, Ainul Yaqin, dan Vivek Agarwal atas kontribusi dan dedikasi mereka yang luar biasa selama masa menjabat. Kepemimpinan, visi, dan komitmen mereka telah memainkan peran penting dalam mendorong strategi dan rencana aksi perseroan,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (16/1/2025).

    “Semoga sukses dan bahagia dalam langkah-langkah selanjutnya, warisan rekan-rekan kami ini akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan Unilever Indonesia,” imbuhnya.

    Profil Direksi Baru Unilever Indonesia

    Adapun susunan Direksi baru Unilever Indonesia berdasarkan hasil RUPSLB sebagai berikut

    Alejandro Meinardo Jr Santos Concha

    Berpengalaman 30 tahun di Filipina, Myanmar, dan Indonesia. Ia memulai kariernya di Unilever Filipina dan telah memegang berbagai posisi di bidang General Trade, Modern Trade, Customer Marketing, Brand, dan Operations. Ia memulai perjalanan di Indonesia sebagai Ice Cream General Manager, dan mulai menjabat sebagai VP Customer Development (Sales) Indonesia pada 1 Agustus 2024.

    Vandana Suri

    Pemimpin pemasaran berpengalaman lebih dari 20 tahun. Baru-baru ini, Vandana menjabat sebagai Global Brand Vice President Pond’s di mana ia memimpin kesuksesan rebranding dan peluncuran kembali merek Pond’s pada 2023. Vandana bergabung dengan Unilever lebih dari 12 tahun lalu, dari Hindustan Unilever Limited pada 2011, dan telah bekerja di semua divisi utama Perseroan, termasuk Home Care, Beauty & Wellbeing, dan Nutrition.

    Neeraj Lal

    Dengan 22 tahun pengalaman global, termasuk 17 tahun di Unilever, ia memegang beberapa posisi senior di berbagai pasar utama seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Terakhir, beliau menjabat sebagai Head of Commercial Experience di Unilever Operations, yang bertanggung jawab atas Global Finance dan Procurement Operations.

    Peran Baru Mantan Direksi

    Adapun dua mantan direksi, yakni Vivek Agarwal dan Ainul Yaqin akan mengemban peran baru sebagai bagian dari tim manajemen global Unilever. Vivek Agarwal akan mengawasi Southeast Asia (SEA) Portfolio Development, sementara Ainul Yaqin akan memimpin Personal Care Digital Marketing Transformation and Capability, dengan fokus khusus pada pasar Asia. Sementara itu, Hernie Raharja memutuskan untuk meraih peluang di luar perseroan.

    Benjie meyakini keputusan-keputusan strategis ini adalah bagian penting dari komitmen Unilever untuk membangun bisnis yang terus bertumbuh secara jangka panjang di Indonesia.

    “Inisiatif strategis perseroan dalam memfokuskan kembali bisnis juga akan mendorong inovasi yang lebih berdampak, memastikan bahwa bisnis tetap tangguh dan berada pada posisi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan,” jelas Benjie.

    Sebagai informasi, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dan rapat umum pemegang saham independen PT Unilever Indonesia Tbk kemarin juga menyetujui langkah divestasi bisnis es krim kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia seharga Rp 7 triliun.

    Adapun nilai total dari rencana penjualan bisnis es krim ini bernilai Rp 7 triliun (belum termasuk PPN). Hasil penjualan direncanakan akan didistribusikan sebagai dividen tunai bagi pemegang saham setelah transaksi selesai. Dalam jangka pendek, transaksi ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung kepada para pemegang saham.

    Benjie berharap divestasi ini juga dapat memperkuat posisi kas perusahaan dan mengurangi ketergantungan pada pendanaan eksternal. Setelah ini, perseroan akan berfokus pada bisnis intinya yaitu home and personal care (terdiri dari home care, beauty & wellbeing, dan personal care) dan nutrition.

    “Unilever Indonesia bermaksud merampingkan operasional, meningkatkan efisiensi, dan mendorong inovasi dengan mengembalikan fokus pada area bisnis inti kami. Pendekatan strategis ini memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih baik, memperkuat posisi kami di pasar, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan,” tukasnya.

    Tonton juga Video: Apresiasi Penerapan Bisnis Berkelanjutan Dalam Inisiatif ED&I Untuk Unilever Indonesia

    (akn/ega)

  • Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Kamis (16/1/2025), masih tertekan.

    Dari data Bloomberg pada pukul 09.17 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.387 per dolar AS atau melemah 62 poin (0,38%).

    Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah juga tertekan dan melemah sebesar 0,34% ke level Rp 16.325 per dolar AS. Sementara itu dalam pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 1 bps menjadi 7,27% dan indeks obligasi turun sebesar 0,06%.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal tahun hingga 14 Januari 2025 melemah sebesar 1,00% dari level nilai tukar akhir 2024. Menurutnya, nilai tukar rupiah masih terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI.

    Dikatakan Perry, penurunan nilai tukar relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%, 1,33%, dan 1,92%.

    Sementara itu, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih tertekan, Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini bergerak di zona hijau. IHSG pada pukul 09.10 WIB menguat 0,69% atau 49,01 poin ke level 7.128,5.

  • Venteny Resmikan Gedung Kantor Baru di Jakarta Pusat – Halaman all

    Venteny Resmikan Gedung Kantor Baru di Jakarta Pusat – Halaman all

    Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) meresmikan gedung kantor baru di Jalan Sultan Agung No.20 Pegangsaan, Menteng

    Tayang: Rabu, 15 Januari 2025 17:01 WIB

    Dennis Destryawan/Tribunnews.com

    Venteny Resmikan Gedung Kantor Baru di Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025). 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) meresmikan gedung kantor baru di Jalan Sultan Agung No.20 Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat.

    Founder dan Group CEO Venteny Jun Waide menyampaikan, peresmian gedung ini sebagai tanda untuk berkolaborasi lebih baik dengan berbagai pihak kedepannya.

    “Harapan saya dengan adanya kantor baru kita bisa punya spirit yang baru, supaya kita bisa makin berkarya,” ujar Jun saat peresmian di Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

    Komisaris Utama Venteny Chandra Firmanto menyampaikan, Indonesia memiliki potensi pasar yang besar. Bahkan, Venteny di Indonesia selama satu tahun bisa meningkatkan pendapatab 10 kali lebih besar dibandingkan di Filipina. 

    “Itu menunjukkan bagaimana potensialnya sebenarnya market Indonesia. Saya berharap tim-tim Venteny semangat di bawah kepemimpinan CEO dan di 2025 jadi lembaran baru dan bisa lebih baik lagi,” tambahnya.

    Chandra juga menekankan pentingnya kolaborasi, terutama dengan Pemerintah Daerah, sehingga dapat mendukung kegiatan-kegiatan Venteny.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’4′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    Jakarta, CNBC Indonesia – Keputusan dewan gubernur Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75% pada Januari 2025 membuat sejumlah kalangan ekonom terkejut. Sebab, pemangkasan ini dilakukan BI tatkala kurs rupiah malah sedang tertekan di level .

    Pasca Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2025 pada pukul 14.00 WIB tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun langsung tertekan lebih dalam. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$ pada hari ini, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) yang menguat 0,06%.

    Di sisi lain, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut memproyeksikan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%. Maka, tak heran bahwa sejumlah ekonom kenamaan di dalam negeri terkejut dengan keputusan BI, karena BI juga telah menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun.

    Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjadi salah satu ekonom yang mengaku terkejut dengan keputusan dewan gubernur BI hari ini. Ia mengungkapkan, ini karena kurs rupiah saat ini tengah tertekan, meskipun dari sisi tekanan inflasi sangat terkendali.

    “Iya ini unexpected. Dari segi inflasi memang sangat terkendali, sehingga ada ruang untuk dorong pertumbuhan. Tapi, memang kurs juga agak tertekan,” tegas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/1/2025).

    Meski begitu, David mengakui untuk menghadapi tekanan kurs saat ini, BI memiliki banyak senjata, di antaranya ialah melalui instrumen operasi moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang memiliki suku bunga atau imbal hasil sangat cukup menarik. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 10 Januari 2025 di level 7,06%; 7,10%; dan 7,23%.

    “Jadi BI tampaknya akan mencoba jaga attractiveness Rupiah via SRBI rate yang relatif menarik,” tegas David.

    Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo juga menjadi salah satu ekonom yang mengungkapkan keterkejutannya. Namun, ia menitikberatkan bahwa kebijakan pemangkasan BI Rate ini dilakukan saat surat berharga di dalam negeri tengah dalam posisi tertekan.

    Sebagaimana diketahui, pada pekan kedua Januari 2025, berdasarkan catatan Bank Indonesia, pasar SBN Indonesia mulai bergejolak, karena para investor mulai melakukan aksi jual neto sebesar Rp 2,9 triliun, padahal pada pekan pertama Januari 2025 masih tercatat beli neto Rp 1,94 triliun.

    “Jadi timingnya cukup surprising, mengingat ada tekanan ke surat berharga dalam negeri. Upside nya memang masih ada ruang karena Fed Fund Rate (suku bunga Bank Sentral AS) dan BI rate ada gap 1,5%, dan ini membantu mengurangi beban utang pemerintah,” ucap Banjaran.

    Kendati demikian, Banjaran mengakui, keputusan penurunan BI Rate tersebut sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah pada Januari 2025 yang lebih rendah dibandingkan pelemahan nilai tukar negara yang memiliki kapasitas ekonomi setara dengan Indonesia.

    BI pun mencatat nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Januari 2025 (hingga 14 Januari 2025) hanya melemah sebesar 1,00% (ptp) dari level nilai tukar akhir 2024. Perkembangan ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “⁠Keputusan tersebut juga didorong oleh tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucap Banjaran.

    Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga mengaku terkejut atas keputusan hasil RDG BI bulan ini. Ia mengatakan, BI secara tak terduga memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% di tengah kondisi kurs yang tengah bergerak di level Rp 16.300/US$.

    “Dengan Rupiah yang berpotensi bergerak di sekitar 16.300 pada kuartal I-2025, mengikuti tren mata uang Asia lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, dan Rupee India, tekanan depresiasi berpotensi masih akan terus berlanjut,” ucap Hosianna.

    Ia menganggap, sebagai respons dari kebijakan BI Rate ini, di tengah tekanan kurs, BI akan mempertahankan penerbitan SRBI untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar AS. Hosianna memperkirakan penerbitan obligasi secara bruto instrumen itu akan meningkat menjadi Rp 1,44 triliun.

    “Untuk mengelola likuiditas, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal, termasuk meningkatkan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder melalui pengalihan utang,” tuturnya.

    Di luar tiga ekonom itu, sebetulnya juga ada beberapa ekonom yang tak terkejut dengan keputusan BI, di antaranya ialah Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman. Ia mengatakan, sebetulnya ruang keputusan pemangkasan suku bunga acuan oleh dewan gubernur BI itu telah terbuka sejak Desember 2024.

    “Keputusan BI dalam RDG bulan Januari 2025 untuk memotong BI-rate sebesar 25 bps ke 5,75% tidak terlalu mengejutkan. Karena sebenarnya ruang pemotongan sudah ada sejak Desember 2024 seperti penjelasan kami bulan Desember lalu,” tutur Faisal.

    Meski nilai tukar rupiah memang cenderung melemah bulan Januari 2025 ini, namun Faisal mengingatkan, permasalahan tekanan kurs ini ini merupakan fenomena global, karena dolar AS menguat hampir ke semua mata uang dunia, seiring dengan ketidakpastian global yang tetap berlangsung. BI pun menganggap tekanan kurs ini sudah mulai dapat terukur dan terkendali.

    Yang menjadi masalah adalah risiko pada sisi pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada 2025 menurutnya kemungkinan akan tertekan baik dari faktor dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, risiko Trade War akibat Trump 2.0 akan berisiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

    Sementara itu, dari dalam negeri, risiko pelemahan tingkat permintaan akan berlanjut, seperti yang terindikasi dari inflasi yang sangat rendah mendekati batas bawah target sasaran, yang menunjukkan lemahnya tingkat permintaan.

    “Jadi langkah BI ini sebenarnya sudah sesuai dengan view kami sebelumnya, namun pemotongan di Desember tertunda ke Januari,” ucap Faisal.

    Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga memiliki sikap serupa dengan Faisal. Ia mengaku tak terkejut dengan keputusan Perry Cs karena sinyal ekonomi melemah sudah ia wanti-wanti sedari lama, sehingga terus mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuannya.

    “Saya sebenarnya tidak kaget ya karena dari beberapa bulan yang lalu saya sih juga menyuarakan supaya suku bunga BI rate ini turun ya demi mendongkrak performa ekonomi Indonesia, terutama dari sisi sektor riil yang memang masyarakat kita butuh suku bunga yang lebih rendah, baik itu untuk kebutuhan bisnis maupun untuk kebutuhan terkait konsumsi,” kata Myrdal.

    Ia pun menganggap wajar BI Rate awal tahun ini turun, karena transmisi imported inflation dari pelemahan kurs beberapa waktu terakhir tidak terjadi, tercermin dari angka inflasi yang sangat rendah di level 1,57% pada 2024.

    “Dan gap antara BI rate dan inflasi juga sangat lebar jadi sebenarnya masih banyak ruang untuk BI rate turun dan ditambah lagi kita lihat pressure imported inflation ke depan nya pun juga so far so good, kalau kita lihat tidak terlalu melonjak,” ucapnya.

    “Apalagi kalau kita cermati dari pergerakan harga komoditas terutama minyak juga saat ini sulit untuk melonjak signifikan, walaupun ada perang di mana-mana tapi harga minyak masih konsisten di bawah level US$ 82 per barel,” tegas Myrdal.

    Ia menekankan, BI rate yang rendah saat ini sangat dibutuhkan Indonesia karena untuk menyinergikan antara kebijakan fiskal yang sudah sangat didesain tahun ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berpotensi melemah.

    Di sisi lain, program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto juga ia ingatkan sebetulnya butuh dukungan dari kebijakan moneter yang longgar dari BI, di antaranya ialah program pembangunan 3 juta rumah per tahun, dan berbagai program penyelamatan daya beli supaya penjualan barang tahan lama seperti otomotif dapat kembali bergeliat.

    “Jadi walaupun pemerintah sudah jor-joran beri insentif fiskal dan PPN yang naik hanya diberikan untuk beberapa golongan yang sangat selektif tapi kalau misalnya BI rate tidak turun ini kelihatannya kurang greget ya makanya kita apresiasi lah BI rate sudah turun,” ungkapnya.

    (arj/haa)

  • Menteri Investasi Kejar Apple untuk Investasi Hingga US M

    Menteri Investasi Kejar Apple untuk Investasi Hingga US$10 M

    Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, melontarkan kabar positif mengenai rencana investasi besar dari Apple dan vendor-vendornya di Indonesia. Rosan menargetkan total investasi US$10 miliar, dengan tahap awal senilai US$1 miliar telah dimulai.

    Ini adalah suatu perkembangan positif,” katanya dalam acara Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times, yang diadakan di IDN HQ, Jakarta, Rabu (15/1).

    Rosan mengatakan bahwa Apple, melalui salah satu vendor utamanya, telah berkomitmen mendirikan pabrik di Batam. Fasilitas tersebut direncanakan mulai beroperasi pada awal 2026.

    “Ini adalah tahap awal dengan nilai investasi US$1 miliar. Pabrik ini nantinya akan menyuplai 65 persen dari kebutuhan teknologi AirTag Apple secara global,” ujarnya.

    Investasi tahap awal ini tidak hanya menjadi pencapaian besar bagi Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian, termasuk penciptaan lapangan kerja.

    “Proyek ini akan membuka 2.000 lapangan pekerjaan baru,” katanya.

    Pendekatan intensif Pemerintah

    Rosan menceritakan proses panjang dalam menarik Apple untuk berinvestasi di Indonesia. Ia menyoroti bahwa negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, sudah jauh lebih dulu menjadi basis produksi vendor Apple.

    “Di Vietnam, Apple sudah memiliki 38 vendor. Malaysia dan Thailand masing-masing di atas 25-26 vendor. Filipina juga di atas itu. Sedangkan di [Indonesia], baru ada satu vendor. Itu pun sangat kecil investasinya, hanya US$10 juta,” ujarnya.

    Dalam pertemuannya dengan perwakilan Apple pada akhir tahun lalu, Rosan menekankan potensi ekonomi Indonesia dan pentingnya investasi dalam skala besar.

    “Saya bilang ke mereka, jangan hanya bicara ratusan juta dolar. Let’s talk about billions,” ujar Rosan, mengingat kembali percakapannya dengan pihak Apple.

    Progres di Batam

    Vendor Apple yang akan memulai produksi di Indonesia telah membeli lahan di Batam dan memulai proses konstruksi.

    “Tanah di Batam sudah dibeli, dan mereka sudah memulai tahap cut and fill,” ujar Rosan.

    Ia juga menambahkan bahwa proyek ini dapat menjadi pemicu bagi perusahaan Amerika lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.

    “Saat ini, kami sedang berbicara dengan perusahaan besar Amerika lainnya, seperti Oracle. Bahkan ada satu perusahaan yang nilai investasinya jauh lebih besar dari US$1 miliar, dan itu sedang dalam proses negosiasi,” kata Rosan.

    Rosan menegaskan keberhasilan menarik investasi besar seperti ini tidak terlepas dari upaya pemerintah memberikan kepastian dan kejelasan kepada para investor.

    “Investasi adalah komitmen jangka panjang. Investor tidak suka kejutan. Mereka ingin semuanya terukur, terstruktur, dan penuh kepastian,” ujarnya.

  • Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Jakarta

    Rupiah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Paman Sam tersebut bahkan sudah menembus level Rp 16.300.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan melemahnya rupiah dipengaruhi oleh indeks mata uang dolar AS yang naik tinggi sehingga membuat pelemahan berbagai mata uang dunia. Hal itu dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di AS.

    “Indeks mata uang dolar AS naik tinggi makin menambah tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia. Berbagai perkembangan global ini memerlukan penguatan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global tersebut untuk tetap menjaga stabilitas dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry menyebut perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas. Hal itu menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

    Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perkembangan itu disebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.

    Meski begitu, Perry menyebut nilai tukar rupiah masih terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai 14 Januari 2025 disebut hanya melemah 1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.

    Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga disebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand yang masing-masing melemah 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “Nilai tukar rupiah tercatat menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar dolar AS dan stabil terhadap mata uang kelompok negara berkembang. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan stabilisasi BI, serta didukung oleh aliran masuk modal asing yang masih berlanjut, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, serta prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik,” bebernya.

    Berdasarkan data RTI, per pukul 14.55 WIB dolar AS sudah berada di level Rp 16.319. Posisi itu menguat 59 poin atau 0,36%.

    Lihat juga video: Horor Jika Dolar Tak Terkendali

    (kil/kil)

  • LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengharapkan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga di angka 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Januari 2025.

    Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa penahanan suku bunga Bank Indonesia tersebut diperlukan untuk menopang rupiah yang masih berada di bawah tekanan sepanjang Desember 2024.

    Ia menyatakan bahwa tertekannya rupiah terutama karena revisi ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat The Fed akan menurunkan suku bunga hanya dua kali pada 2025, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu empat kali penurunan suku bunga.

    “Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump,” jelasnya.

    Riefky menuturkan meskipun The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2024, arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berlanjut.

    Pihaknya mencatat bahwa sejak pertengahan Desember 2024 hingga pertengahan Januari 2025, arus modal keluar dari Indonesia mencapai 750 juta dolar AS (Rp12,22 triliun, kurs per Rabu 1 dolar AS = Rp16.292).

    Angka tersebut terdiri atas 120 juta dolar AS (Rp1,96 triliun) yang keluar dari pasar obligasi dan 630 juta dolar AS (Rp10,26 triliun) yang keluar dari pasar saham.

    Selama periode tersebut, Riefky mengatakan bahwa rupiah melanjutkan depresiasi, mencapai Rp16.195 per dolar AS pada 9 Januari 2025, turun 2,11 persen dari level bulan sebelumnya sebesar Rp15.860 per dolar AS.

    Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah terdepresiasi sebesar 0,67 persen, berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang lainnya, termasuk peso Argentina, ringgit Malaysia, rand Afrika Selatan, rupee India, peso Filipina, lira Turki, real Brasil, dan rubel Rusia.

    Berbagai mata uang negara berkembang tersebut semuanya mencatatkan pelemahan yang lebih kecil atau bahkan penguatan terhadap dolar AS.

    Walau demikian, kinerja rupiah setara dengan yuan Tiongkok, tapi sedikit lebih baik dibandingkan baht Thailand, yang mengalami depresiasi sebesar 0,90 persen ytd.

    “Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6 persen pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah rupiah melemah lebih lanjut,” imbuh Teuku Riefky.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Negara-Negara dengan Surplus & Defisit Perdagangan Terbesar pada 2024, AS hingga China

    Negara-Negara dengan Surplus & Defisit Perdagangan Terbesar pada 2024, AS hingga China

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan paling besar dengan Amerika Serikat (AS) selama 2024. Pada saat yang sama, Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan China.

    Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan surplus neraca perdagangan dengan Amerika Serikat mencapai US$16,84 miliar.

    “Ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris rajutan, dan alas kaki” ungkap Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS RI, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

    Surplus neraca perdagangan terbesar kedua yaitu dengan India. Total, Indonesia untung US$15,38 miliar berdagang dengan India yang ditopang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta basi dan baja.

    Kemudian surplus neraca perdagangan terbesar ketiga yaitu dengan Filipina. Total, Indonesia untung US$8,84 miliar berdagang dengan Filipina yang ditopang oleh komoditas bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta makanan olahan.

    Sebaliknya, penyumbang defisit terdalam yaitu dengan China. Total, Indonesia tekor hingga US$11,4 miliar berdagang dengan China.

    “Ini didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan peralatan elektrik dan bagiannya, serta kendaraan dan bagiannya,” jelas Amalia.

    Defisit neraca perdagangan terbesar kedua yaitu dengan Australia. Total, Indonesia tekor US$4,76 miliar berdagang dengan Australia yang ditopang oleh komoditas bahan bakar mineral, logam mulai dan permata, serta biji logam, terak, dan abu.

    Kemudian defisit neraca perdagangan terbesar ketiga yaitu dengan Thailand. Total, Indonesia tekor US$3,84 miliar berdagang dengan Thailan yang ditopang oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan kendaraan dan bagiannya.

    Secara keseluruhan, neraca perdagangan barang Indonesia surplus mencapai US$31,4 miliar selama 2024. Angka tersebut melemah atau lebih rendah dari realisasi 2023 yang mencapai US$36,93 miliar.

    “Surplus neraca perdagangan barang Indonesia, mencapai US$31,04 miliar atau lebih rendah sebesar US$5,84 miliar dibandingkan surplus 2023,” ungkap Amalia.

    Dia merincikan, neraca perdagangan non migas mengalami surplus sebesar US$51,44 miliar selama 2024. Angka tersebut lebih rendah US$5,53 miliar dibandingkan realisasi 2023.

    “Surplus terbesar tahun 2024 ini disumbang komoditas bahan bakar mineral yang surplus US$35,27 miliar,” lanjut Amalia.

    Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas mencapai US$20,40 miliar.

  • Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 56 Bulan Beruntun

    Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 56 Bulan Beruntun

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan mengalami surplus US$ 2,24 miliar pada Desember  2024. Surplus neraca perdagangan barang terkontraksi US$ 2,13 dari posisi November 2024 dan kontraksi US$ 1,05 miliar jika dibandingkan dengan posisi Desember 2023.

    Nilai ekspor mencapai US$ 23,46 miliar pada Desember 2024. Angka ini menunjukkan kontraksi 2,24 % dari posisi November 2024 sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 terjadi pertumbuhan 4,78 %.  

    Nilai impor Indonesia Desember 2024 mencapai US$ 21,22 miliar, naik 8,1% dibandingkan November 2024 atau naik 11,07% dibandingkan Desember 2023.

    “Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ucap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers secara hibrida di kantor BPS pada Rabu (15/1/2025).

    Neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar US$ 4 miliar pada Desember 2024. Adapun surplus pada Desember 2024 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

    “Neraca perdagangan komoditas migas defisit US$ 1,76 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah,” tutur Amalia.

    Tiga negara yang menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia adalah Amerika Serikat (US$ 1,75 miliar), India (US$ 1,02 miliar), dan Filipina US$ 640 juta. Pada saat yang sama tiga negara yang menjadi penyumbang defisit terdalam adalah Tiongkok (US$ 1,4 miliar), Australia (US$ 494 juta), dan Brasil (US$ 329,6 juta).

  • 5 Komoditas Nonmigas Ekspor Terbesar RI Sepanjang 2024, Baja hingga Kendaraan

    5 Komoditas Nonmigas Ekspor Terbesar RI Sepanjang 2024, Baja hingga Kendaraan

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) ungkap lima komoditas non migas yang paling banyak di ekspor Indonesia sepanjang 2024. Diantaranya, bahan bakar mineral, besi dan baja, serta kendaraan dan bagiannya.

    Plt Kepala BPS, Ibu Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, bahan bakar mineral (HS 27) menjadi komoditas yang paling banyak di ekspor Indonesia sepanjang 2024. 

    “Komoditas ini mencakup sekitar 15,94% dari total ekspor non migas dengan nilai ekspor sebesar US$39,65 miliar,” ungkap Amalia dalam Rilis BPS, Rabu (15/1/2025).

    Amalia menyebut, China menjadi tujuan utama ekspor komoditas bahan bakar mineral dengan pangsa pasar mencapai 35,03%, disusul India 17,59%, Jepang 9,77%, Filipina 6,98%, dan Malaysia 6,51%.

    Kemudian di posisi kedua ditempati oleh lemak dan minyak hewani/nabati (HS15) yang mencakup sekitar 10,78% dari total ekspor non migas di 2024 dengan nilai ekspor mencapai US$26,82 miliar. China, India, dan Pakistan menjadi tiga negara tujuan utama ekspor komoditas ini.

    Posisi ketiga, lanjut Amalia, ditempati oleh besi dan baja. Ekspor komoditas dengan HS 72 itu tercatat mencapai US$25,80 miliar dengan share sebesar 10,37%. Tercatat, China, Taiwan, dan India menjadi tiga negara tujuan utama ekspor besi dan baja.

    Selanjutnya yakni komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS85). Dalam paparan yang disampaikan Amalia, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$15,05 miliar dengan share sebesar 6,05% terhadap total ekspor nonmigas.

    BPS mengungkap, komoditas ini paling banyak di ekspor ke Amerika Serikat dengan share 27,78%, diikuti Singapura 12,37%, Jepang 11,35%, Korea Selatan, dan Hong Kong.

    Di posisi kelima, ada kendaraan dan bagiannya (HS87) di mana nilai ekspornya mencapai US$11,01 miliar dengan share sebesar 4,43%. Komoditas ini utamanya di ekspor ke Filipina, Vietnam, Arab Saudi, Malaysia, dan Meksiko.

    “Tujuan utama ekspor kendaraan Indonesia adalah ke Filipina yang sebesar 25,5% dari total ekspor kendaraan kita dan negara tujuan utama ekspor yang kedua adalah vietnam dengan pangsa ekspor kendaraan sebesar 12,03%,” pungkasnya.