Negara: Denmark

  • Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Jadi Begini

    Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Jadi Begini

    Jakarta

    Ilmuwan mencoba fermentasi miso di luar angkasa, tapi anehnya, rasa makanan itu tidak lagi sama seperti yang ada di Bumi. Miso adalah pasta kacang kedelai yang difermentasi khas Jepang.

    Dikutip dari IFLScience, Rabu (9/4/2025) para ilmuwan mencoba membuatnya di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mereka mengirim kontainer kecil berisi ‘calon bakal miso’. Ia didiamkan selama 30 hari sehingga terfermentasi dan berubah jadi miso.

    Untuk membedakannya, ada dua kelompok kontrol miso lainnya yang difermentasi di Bumi. Satu di Cambridge dan satu lagi di Copenhagen, Denmark. Hasilnya, miso luar angkasa memiliki bau dan rasa yang mirip dengan dua kelompok miso di Bumi, tetapi memiliki rasa yang lebih gurih dan lebih gurih. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal iScience.

    “Ada beberapa fitur lingkungan luar angkasa di orbit Bumi rendah — khususnya gravitasi mikro dan peningkatan radiasi — yang dapat berdampak pada cara mikroba tumbuh dan bermetabolisme dan dengan demikian cara kerja fermentasi,” kata salah satu penulis utama Joshua D. Evans dari Technical University of Denmark.

    Pada intinya, ilmuwan-ilmuwan ingin mengeksplorasi dampak dari kondisi tersebut. Dengan menganalisis komunitas mikroba, menjadi jelas bahwa meskipun fermentasi mungkin dilakukan di luar angkasa.

    Selain itu, perbedaan dalam hal tempat mikroba tumbuh subur mungkin memengaruhi tidak hanya produksi produk makanan masa depan tetapi juga kesehatan kita.

    “Fermentasi (di ISS) menggambarkan bagaimana sistem kehidupan pada skala mikroba dapat tumbuh subur melalui keragaman komunitas mikrobanya, yang menekankan potensi kehidupan untuk ada di luar angkasa,” jelas salah satu penulis utama Maggie Coblentz dari Massachusetts Institute of Technology.

    “Meskipun ISS sering dianggap sebagai lingkungan yang steril, penelitian kami menunjukkan bahwa mikroba dan kehidupan nonmanusia memiliki peran di luar angkasa, sehingga menimbulkan pertanyaan bioetika yang signifikan tentang pemindahan tanaman dan mikroba dari planet asal mereka dan memperkenalkannya ke lingkungan luar angkasa,” tambahnya.

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ISS dapat menjadi rumah bagi mikroba yang juga ditemukan di Bumi. Eksperimen ini merupakan awal dan bagian dari percakapan bidang ilmiah dan teknik di luar angkasa.

    “Cara kami merancang sistem di luar angkasa mengirimkan pesan yang kuat tentang siapa yang termasuk di sana, siapa yang diundang, dan bagaimana orang-orang itu akan mengalami luar angkasa,” ujar Coblentz.

    (ask/fay)

  • Polri Bantah Soal WN Denmark Kena Doxing Gara-gara Vokal Tolak RUU TNI

    Polri Bantah Soal WN Denmark Kena Doxing Gara-gara Vokal Tolak RUU TNI

    JAKARTA – Polri membantah terlibat aksi doxing yang dialami Sverre, warga negara Denmark keturunan Indonesia.

    Dugaan doxing tersebut sedianya karena Sverre kerap menyuarakan penolakan terkait Revisi Undang-Undang (RUU) TNI.

    “Benar, tidak ada peristiwa tersebut. Berita tersebut tidak benar,” ujar Kadiv Hubinter Polri Irjen Krishna Murti kepada VOI, Selasa, 8 April.

    Selain itu, Krishna juga menegaskan pihaknya tak menerima adanya laporan perihal dugaan doxing tersebut hingga saat ini.

    “Tidak ada laporan dari polisi Denmark, baik melalui interpol maupun jalur langsung,” katanya

    Diketahui, Sverre merupakan salah satu admin akun X @WSTWMYKY.

    Dalam unggahan akun tersebut dikatakan Sverre mengalami doxing dan rumahnya yang berada di wilayah Depok didatangi oleh aparat.

    Sverrre telah melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian setempat.

    Saat ini, akun @WSTWMYKY tak lagi ditemukan. Namun, ada akun lainnya yakni @WSTWMYKY2 tapi dikunci atau private.

     

  • Astronaut Bikin Miso di Luar Angkasa, Lebih Enak dari Buatan Bumi

    Astronaut Bikin Miso di Luar Angkasa, Lebih Enak dari Buatan Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Astronaut membuat miso di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ternyata, kuliner khas Asia yang dibuat lewat proses fermentasi kacang kedelai tersebut lebih gurih jika dibuat di luar angkasa.

    Pembuatan miso di ISS adalah bagian dari riset oleh peneliti asal Massachusetts Institute of Technology. Mereka melakukan eksperimen dengan membuat miso di tiga lokasi yaitu Cambridge, Amerika Serikat; Kopenhagen, Denmark, dan ISS.

    Di tiga lokasi tersebut,  peneliti secara serentak melakukan fermentasi pasta kacang kedelai untuk membuat miso. Hasilnya, miso yang dibuat di luar angkasa terasa lebih enak dibanding miso “made in USA” dan miso “made in Denmark.”

    Miso adalah bahan yang banyak digunakan oleh makanan khas Jepang, dibuat dari kacang kedelai rebus, garam, bijian seperti beras, dan jamur bernama koji (Aspergillus oryzae).

    Peneliti sudah mempersiapkan tiga bahan pembuatan Miso, kemudian dikirim ke dua lokasi di Bumi dan satu lokasi di orbit. Di ISS, bahan baku miso melalui proses fermentasi selama 30 hari. Miso tersebut ditempatkan di kotak dan dipantau suhu, kelembaban, tekanan, paparan cahaya, dan radiasi.

    Miso yang dibuat di AS menggunakan kotak yang sama dengan miso di ISS, sedangkan miso di Denmark menggunakan kotak yang berbeda. 

    ISS kemudian mengirim miso yang dibuat di orbit kembali ke Bumi untuk dianalisis dan dibandingkan dengan dua miso buatan Bumi.

    Analisis yang dilakukan meliputi genome sequencing, pemeriksaan fisik seperti tekstur dan warna, serta evaluasi “rasa.”

    Ada beberapa perbedaan yang terdeteksi pada miso dari luar angkasa. Contohnya, populasi dua bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus warneri lebih besar. Bakteri jenis Bacillus velezensis juga hanya ditemukan di miso luar angkasa.

    Ketiga miso mengeluarkan aroma yang serupa dan mengandung asam amino yang memberikan rasa asin. Namun, miso buatan ISS punya rasa lebih “berkacang” dan “terpanggang.”

    Citra rasa ini adalah hasil dari kandungan pyrazine yang muncul karena proses fermentasi dipercepat karena suhu di ISS lebih tinggi.

    Temuan ini, menurut Science Alert, bisa dijadikan referensi untuk perbedaan yang dihadapi manusia saat mengarungi antariksa. Apalagi, “cita rasa” manusia lebih tumpul dalam kondisi gravitasi mikro.

    “Fermentasi di ISS menggambarkan bahwa sistem kehidupan pada skala mikroba bisa berkembang luar biasa bergantung pada keragaman mikrobial, menunjukkan potensi kehidupan di luar angkasa,” kata Maggie Coblentz dari MIT.

    (dem/dem)

  • Cerita Pria Alami Pembengkakan Otak Parah usai Minum Air Kelapa, Ini yang Terjadi

    Cerita Pria Alami Pembengkakan Otak Parah usai Minum Air Kelapa, Ini yang Terjadi

    Jakarta

    Pria 69 tahun di Denmark meninggal dunia setelah meminum air kelapa yang sudah disimpan dalam suhu ruang selama sebulan. Menurut laporan jurnal Emerging Infectious Diseases pada 2021, ia mengalami gejala parah beberapa jam setelah mengonsumsinya dan dinyatakan mati otak.

    Gejala yang Muncul

    Tak lama setelah minum air kelapa, pria tersebut mengeluhkan keringat berlebih, mual, dan muntah. Ia mendadak disorientasi, kehilangan keseimbangan, dan kulitnya menjadi pucat.

    “Pemindaian MRI yang dilakukan di rumah sakit menunjukkan ia mengalami pembengkakan otak parah, tetapi petugas medis tetap bingung dengan apa yang menyebabkan reaksi tersebut. Meskipun dirawat di ruang perawatan intensif untuk ensefalopati metabolik, ketika masalah metabolisme menyebabkan disfungsi otak, ia dinyatakan mati otak 26 jam setelah tiba di rumah sakit dan alat bantu hidupnya dimatikan,” demikian pernyataan laporan tersebut.

    Sekitar 4,5 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien telah mengonsumsi air kelapa langsung dari buah kelapa menggunakan sedotan. Karena airnya terasa tidak enak, ia hanya menelan sedikit saja.

    Setelah itu, ia membuka buah kelapa dan menjelaskan kepada istrinya bahwa bagian dalamnya berlendir dan tampak busuk.

    Kelapa telah diserut terlebih dahulu, dengan daging bagian dalam terlihat di bagian atas agar mudah dijangkau.

    “Sedotan disertakan dan digunakan untuk menusuk kelapa pada saat dikonsumsi. Penyimpanan yang disarankan adalah pada suhu 4 hingga 5 derajat di lemari es, tetapi kelapa telah disimpan di meja dapur selama 1 bulan setelah pembelian,” demikian laporan tersebut.

    Para ahli menekankan pentingnya menyimpan kelapa dengan benar.

    “Untuk kelapa yang sudah dibuka (daging putihnya terlihat/terkupas sebagian), sebaiknya disimpan di lemari es. Daya simpannya jauh lebih pendek. Untuk kelapa utuh yang belum dibuka, kelapa dapat disimpan pada suhu ruangan dan dapat bertahan beberapa bulan,” kata dr Samuel Choudhury, yang tinggal di Singapura.

    Saran Menyimpan Air Kelapa

    Untuk menyimpan kelapa yang sudah diserut dengan benar, kelapa harus ditempatkan dalam wadah kedap udara atau kantong ziplock dan segera didinginkan. Kelapa tetap segar hingga 3-5 hari di lemari es.

    Sementara jika ingin penyimpanan yang lebih lama, kelapa dapat dibekukan dalam beberapa bagian menggunakan kantong atau wadah yang aman untuk freezer, setelah membuang kelebihan air. Kelapa dapat bertahan hingga enam bulan di dalam freezer.

    Penyimpanan makanan yang tidak tepat dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan kontaminasi. Penanganan makanan yang aman sangat penting untuk mencegah penyakit bawaan makanan.

    Makanan yang terkontaminasi dapat mengandung bakteri, virus, dan racun yang berbahaya, yang dapat menyebabkan keracunan makanan, diare, dan infeksi parah.

    Hal ini sangat penting terutama bagi bayi, anak-anak, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, yang lebih rentan terhadap infeksi. Pendinginan dan suhu memasak yang tepat membantu menghilangkan bakteri berbahaya, menghindari kontaminasi silang dapat mencegah penyakit bawaan makanan.

    (naf/kna)

  • Latihan Militer 800.000 Tentara Digelar di Jerman, Eropa Hadapi Kemungkinan Perang dengan Rusia – Halaman all

    Latihan Militer 800.000 Tentara Digelar di Jerman, Eropa Hadapi Kemungkinan Perang dengan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Eropa kini bersiap menghadapi kemungkinan perang besar melawan Rusia.

    Beberapa negara Eropa, termasuk Polandia, Norwegia, dan Jerman, meningkatkan langkah-langkah militer mereka untuk menghadapi ancaman yang semakin mendesak.

    Negara-negara Eropa yang aktif dalam persiapan ini termasuk Polandia, Norwegia, dan Jerman.

    Intelijen dari Denmark dan Jerman memperingatkan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus bersiap menghadapi potensi serangan Rusia dalam lima tahun ke depan.

    ABC News melaporkan banyak negara Eropa meminta warganya untuk menyiapkan perlengkapan bertahan hidup untuk menghadapi krisis besar.

    Muncul ketakutan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa diandalkan sebagai sekutu jika perang Eropa melawan Rusia meletus.

    AS sebagai anggota NATO akan ikut campur membantu negara NATO yang diserang. Namun, setelah kembali menjabat, Presiden AS Donald Trump malah terlihat bersimpati kepada Rusia.

    Trump juga meminta Eropa untuk menjaga keamanannya sendiri pada masa mendatang. Oleh karena itu, Eropa kini harus mulai meninggalkan ketergantungannya pada AS.

    Luigi Scazzieri, Asisten Direktur Pusat Reformasi Eropa, menyatakan bahwa Uni Eropa telah mengabaikan persiapan untuk menghadapi konflik besar dan harus menguatkan pertahanannya.

    “Bergantung pada AS terbukti lebih nyaman,” kata Scazzieri. Dia menyebut Eropa kini harus menguatkan pertahanannya.

    Langkah-Langkah Keamanan yang Diambil

    Norwegia telah memberlakukan persyaratan tempat perlindungan dari bom pada bangunan baru dan memperbaiki bunker era Perang Dingin.

    Sementara itu, Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia telah menarik diri dari Konvensi Ottawa, yang melarang ranjau darat antipersonel, untuk meningkatkan pertahanan di sayap timur NATO.

    Polandia juga sedang mempersiapkan warganya untuk latihan militer, dengan target peningkatan jumlah pasukan hingga 500.000 personel.

    Adapun Jerman akan menggelar latihan militer besar-besaran pada bulan September dengan melibatkan sekitar 800.000 tentara, termasuk pasukan NATO.

    Bild melaporkan latihan ini, yang diberi nama Red Storm Bravo, akan berlangsung di Hamburg selama tiga hari dan akan mencakup praktik pemindahan tentara NATO ke negara-negara Baltik dan Polandia.

    Mengapa Eropa Harus Bersiap?

    Kekhawatiran utama bagi negara-negara Eropa adalah potensi serangan Rusia, yang saat ini memiliki lebih dari satu juta personel militer.

    Stephan Fruehling, pakar di Pusat Kajian Strategis dan Pertahanan Universitas Nasional Australia, menekankan bahwa Eropa belum memiliki pasukan yang cukup untuk mempertahankan garis depan.

    Sementara itu, Jakub Janda, pakar keamanan di Pusat Kebijakan Keamanan Praha, menambahkan bahwa negara-negara Uni Eropa merasa terancam oleh persiapan militer Rusia yang semakin besar, termasuk dukungan dari negara-negara seperti Tiongkok.

    Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Rusia tidak akan menyerang negara-negara NATO, dan menganggap serangan semacam itu tidak ada gunanya.

    Dalam wawancara, Putin menyebut bahwa politikus Barat sering menggunakan ancaman Rusia untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik mereka.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Eropa Bersiap Hadapi Potensi Perang dengan Rusia, 800 Ribu Tentara Berlatih di Jerman – Halaman all

    Eropa Bersiap Hadapi Potensi Perang dengan Rusia, 800 Ribu Tentara Berlatih di Jerman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Eropa dilaporkan sedang bersiap menghadapi potensi perang besar melawan Rusia.

    Beberapa negara Eropa mulai mengambil langkah militer. Sebagai contoh, Polandia berencana melatih setiap pria dewasa untuk berperang, Norwegia memperbaiki bunker militer, dan Jerman meningkatkan anggaran militernnya besar-besaran.

    Di tengah situasi itu, muncul kekhawatiran Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa diandalkan sebagai sekutu jika perang Eropa vs. Rusia meletus.

    ABC News melaporkan intelijen Denmark dan Jerman sudah memperingatkan agar Pakta Pertahanan Atlantik Utara bersiap menghadapi potensi serangan Rusia dalam lima tahun mendatang.

    Banyak negara Eropa yang sudah meminta warganya untuk menyiapkan perlengkapan bertahan hidup guna menghadapi potensi krisis besar.

    Jaminan keamanan dari AS belum jelas

    Eropa mendapat jaminan keamanan dari AS melalui organisasi NATO. Jika salah satu negara NATO diserang, serangan itu akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota NATO.

    AS sebagai anggota NATO akan ikut campur membantu negara NATO yang diserang. Namun, setelah kembali menjabat, Presiden AS Donald Trump malah terlihat bersimpati kepada Rusia.

    Trump juga meminta Eropa untuk menjaga keamanannya sendiri pada masa mendatang. Oleh karena itu, Eropa kini harus mulai meninggalkan ketergantungannya pada AS.

    Luigi Scazzieri, Asisten Direktur Pusat Reformasi Eropa, mengatakan Uni Eropa mengabaikan peralatan dan persiapan untuk menghadapi konflik besar.

    “Bergantung pada AS terbukti lebih nyaman,” kata Scazzieri. Dia menyebut Eropa kini harus menguatkan pertahanannya.

    LATIHAN MILITER – Tentara AS berkemah selama latihan Combined Resolve 18 di area pelatihan Hohenfels, Jerman selatan, pada 11 Mei 2023. Lebih dari 4.000 peserta dari AS dan negara-negara Sekutu dan Mitra akan berpartisipasi dalam latihan Combined Resolve. (Christof STACHE / AFP)

    Negara-negara Eropa mulai mengambil langkah keamanan secara serius.

    Norwegia mulai memberlakukan persyaratan tempat perlindungan dari bom pada bangun baru. Di samping itu, Nowergia memperbaiki bunker era Perang Dingin yang sudah tidak digunakan selama 40 tahun.

    Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia bulan kemarin mengumumkan menarik diri dari Konvensi Ottawa yang melarang ranjau darat antipersonel.

    Semua negara yang berbatasan dengan Rusia itu mengatakan mulai menggunakan ranjau darat lagi untuk mempertahankan sayap timur NATO.

    Polandia juga menyiapkan warganya agar bisa menghadapi pertempuran. Negara itu memastikan semua pria dewasa menjalani latihan militer. Jumlah pasukan akan ditingkatkan hingga 500.000 personel.

    Stephan Fruehling, pakar di Pusat Kajian Strategis dan Pertahanan Universitas Nasional Australia, mengatakan jumlah pasukan Eropa belum mencukupi untuk melawan Rusia.

    “Eropa tak punya pasukan yang dibutuhkan untuk mempertahankan garis depan,” kata dia.

    Fruehlin berujar Rusia memang kehilangan banyak perlengkapan militer di Ukraina, tetapi Rusia punya lebih dari satu juta personel militer.

    Saat ini Rusia memang memiliki sekitar 1,5 juta tentara aktif. Pekan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengeluarkan kebijakan rekrutmen lebih dari 160.000 tentara.

    Jakub Janda, pakar keamanan di Pusat Kebijakan Keamanan Praha, menyebut negara Uni Eropa khawatir.

    “Negara-negara Eropa ketakutan oleh besarnya persiapan Rusia untuk menghadapi perang habis-habisan dengan Eropa dalam beberapa tahun mendatang,” ucap Janda.

    Dia mengatakan Rusia mendapat bantuan dari negara-negara seperti Tiongkok untuk memperbesar industri pertahanannya.

    Jerman gelar latihan militer, diikuti 800.000 tentara

    Dalam pada itu, Jerman akan menggelar latihan militer besar-besar pada bulan September nanti yang akan melibatkan pasukan NATO.

    Latihan itu ditujukan untuk menghadapi skenario potensi serangan Rusia. Media Jerman Bild melaporkan akan ada 800.000 tentara yang akan ikut.

    Disebutkan latihan itu bakal digelar di Hamburg selama tiga hari dan akan menggunakan kode nama “Red Storm Bravo”.

    Bild menyebut dalam latihan itu akan ada praktik pemindahan tentara NATO ke negara-negara Baltik dan Polandia.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan Jerman seharusnya bersiap menghadapi potensi perang dengan Rusia tahun 2029.

    Di sisi lain, Sputnik melaporkan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berujar bahwa Rusia tidak akan menyerang negara NATO. Menurut Putin, serangan seperti itu tidak ada gunanya.

    Saat diwawancari jurnalis Tucker Carlson, Putin menyatakan politikus Barat kerap mengintimidasi rakyatnya dengan khayalan tentang serangan Rusia. Intimidasi itu ditujukan untuk mengalihkan perhatian rakyat dari masalah di dalam negeri.

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.136: Jenderal AS Ungkap Ketergantungan Kyiv pada Intelijen Barat – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.136: Jenderal AS Ungkap Ketergantungan Kyiv pada Intelijen Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut update perang Rusia vs Ukraina hari ke-1.136.

    Jenderal tertinggi AS di Eropa, Christopher Cavoli, baru-baru ini menyatakan bahwa Ukraina sampai saat ini masih bergantung dengan intelijen dan senjata barat.

    Tidak hanya itu, Ukraina terus berupaya mengatasi kekurangan pasukan dengan memperluas jumlah rekrutan yang memenuhi syarat.

    Sementara itu, Moskow dikabarkan telah kehilangan sekitar 4.000 tank saat berperang melawan Ukraina.

    Selengkapnya, berikut update perang Rusia vs Ukraina hari ke-1.136 dikutip dari TheGuardian:

    Ukraina Memperkuat Pasukan dan Rekrutmen Baru

    Jenderal Christopher Cavoli, komandan komando AS Eropa dan panglima tertinggi NATO di Eropa pada hari Kamis (3/4/2025) menyatakan bahwa Ukraina telah mengatasi sebagian dari kekurangan pasukannya yang sebelumnya menjadi tantangan besar dalam perang melawan Rusia.

    Salah satu langkah yang diambil adalah memperluas jumlah rekrutan yang memenuhi syarat untuk bergabung dengan pasukan Ukraina.

    Namun, meskipun ada perbaikan dalam jumlah personel, ketergantungan Ukraina pada dukungan senjata dan intelijen dari negara-negara Barat tetap menjadi kunci utama dalam mempertahankan perjuangannya.

    Ketergantungan Ukraina pada Intelijen dan Sistem Pertahanan AS

    Dalam sebuah pernyataan kepada para senator di Washington, Cavoli menggarisbawahi betapa pentingnya bantuan dari AS bagi keberhasilan operasi militer Ukraina.

    Ukraina sangat bergantung pada sistem pertahanan rudal dan antipesawat yang disediakan oleh AS. 

    Ia mengklaim tanpa intelijen yang diberikan oleh AS, pasukan Ukraina akan kesulitan menargetkan posisi-posisi Rusia yang kritikal, seperti pos komando dan area logistik.

    “Jika Ukraina tidak dapat menerima intelijen dari kami, mereka akan kesulitan untuk menargetkan, terutama target tingkat operasional yang mendalam,” ujar Cavoli.

    Ukraina Klaim Berhasil Kuasai Kursk, Rusia Kehilangan Armada Besar

    Cavoli juga melaporkan bahwa pasukan Ukraina telah berhasil menguasai sebagian wilayah Kursk milik Rusia.

    Dalam pertempuran tersebut, Rusia kehilangan sekitar 4.000 tank, sebuah jumlah yang hampir setara dengan seluruh armada tank milik AS. 

    Bantuan Amunisi dari Negara Eropa

    Negara-negara Eropa terus memberikan bantuan signifikan dalam bentuk amunisi dan perlengkapan militer untuk Ukraina.

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengungkapkan bahwa negara-negara Eropa telah menyuplai lebih dari separuh kebutuhan amunisi Ukraina, yang jumlahnya mencapai 2 juta butir. 

    Bantuan ini diklaim penting untuk menjaga kemampuan tempur pasukan Ukraina di medan perang. 

     Selain itu, upaya yang dipimpin Ceko untuk memasok amunisi artileri ke Ukraina juga mendapatkan dana tambahan dari Kanada, Norwegia, Denmark, dan Belanda, yang memastikan pengiriman terus berlanjut hingga September.

    Pertempuran Sengit di Kursk

    Pada hari Kamis, pertempuran sengit dilaporkan terjadi di wilayah Kursk, di mana pasukan Ukraina terus menguasai beberapa area.

    Ratusan tentara Ukraina dilaporkan berlindung di sebuah biara di daerah tersebut.

    Kunjungan Zelenskyy ke Sumy

    Pada hari yang sama, presiden Volodymyr Zelenskyy mengunjungi wilayah Sumy yang berbatasan langsung dengan Kursk.

    Zelenskyy menegaskan komitmennya untuk melindungi negara, rakyat, dan kemerdekaan Ukraina, meskipun ancaman serangan besar dari pasukan Rusia terus meningkat di sepanjang perbatasan timur laut.

    “Apa pun yang terjadi, kami akan melindungi negara kami, kemerdekaan kami, rakyat kami,” katanya.

    Serangan Drone Rusia Hantam Kharkiv dan Dnipro

    Selain serangan darat, pasukan Rusia juga melancarkan serangan drone yang menghantam sejumlah kota Ukraina.

    Kharkiv, yang terletak di timur laut Ukraina, menjadi target serangan yang menewaskan dua orang dan melukai 32 orang lainnya.

    Di Dnipro, tiga orang terluka akibat rentetan serangan drone Rusia.

    Kota-kota di wilayah selatan Ukraina, seperti Zaporizhzhia, juga mengalami serangan serupa yang menyebabkan sejumlah korban luka.

    Tindakan Rusia Terhadap Lembaga Internasional dan Hak Asasi Manusia 

    Sementara pertempuran terus berlangsung, Rusia mengambil langkah kontroversial dengan melarang Yayasan AIDS Elton John (EJAF) beroperasi di negara tersebut. 

    Ini merupakan bagian dari tindakan keras yang dilakukan oleh Moskow terhadap organisasi-organisasi hak asasi manusia dan LSM yang dianggap bertentangan dengan kebijakan negara tersebut.

    Organisasi-organisasi seperti World Wildlife Fund, Greenpeace, Transparency International, dan Radio Free Europe/Radio Liberty telah dicap sebagai “organisasi yang tidak diinginkan” di Rusia.

    Peningkatan Pengeluaran Pertahanan NATO 

    Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, memberi tahu negara-negara NATO bahwa mereka harus meningkatkan target pengeluaran pertahanan mereka secara signifikan. 

    Menjelang pertemuan puncak NATO yang dijadwalkan pada bulan Juni di Den Haag, beberapa anggota NATO seperti Polandia sudah menyatakan komitmen untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Perang Rusia vs Ukraina

  • Siapkan Dana Besar, Amerika Serikat Ingin Menguasai Greenland

    Siapkan Dana Besar, Amerika Serikat Ingin Menguasai Greenland

    PIKIRAN RAKYAT – Media Washington Post memberitakan Pemerintah Amerika Serikat sedang mengkalkulasi dana untuk membeli Greenland. Hal ini semakin menegaskan bahwa Amerika ingin menguasai Greenland.

    Negara adidaya ini pun dikabarkan juga sedang mengkalkulasi pemasukan dari wilayah otonomi milik Denmark tersebut. Dana sebesar $600 juta atau Rp10 triliun dipertimbangkan untuk menjalankan roda pemerintahan di wilayah yang dihuni 58.000 orang tersebut.

    Di bawah pemerintahan Trump, Amerika Serikat berambisi mencaplok sejumlah wilayah dan menurut Trump, pencaplokan Greenland menjadi yang termudah.

    Media itu menuliskan bahwa Trump akan berupaya meyakinkan warga Amerika bahwa biaya pembeliannya akan tergantikan. Sumber daya mineral dan pajak kegiatan komersial menjadi sumber pendapatan untuk menggantikannya.

    Sementara itu, menurut survei Yahoo News/YouGov, persentase yang mendukung ambisi Trump tersebut kurang dari 20%. Angka ini pun termasuk warga yang menyetujui ambisi Trump untuk mencaplok Kanada.

    Meski akan menjadikan sumber daya mineral sebagai pendapatan, potensinya masih belum diketahui secara pasti. Selain itu, karena iklimnnya begitu dingin, proses pertambangan bisa sulit diprediksi.

    Meski dikabarkan menyiapkan dana besar, media itu pun menuliskan bahwa menguasainya bukan prioritas utama. Donald Trump pun diketahui akan menempuh berbagai cara agar Greenland bersedia bergabung.

    Respon Perdana Menteri Greenland

    Sementara itu, akhir Maret lalu, Perdana Menteri Greenland Jens Frederik Nielsen merespon ambisi Amerika ingin menguasai Greenland. Nielsen menegaskan bahwa AS takkan mampu menguasainya.

    “Saya tegaskan: Amerika Serikat tak akan berhasil,” katanya di akun media sosialnya. Minggu 30 Maret 2025. Ia pun menegaskan bahwa masa depan wilayah ini ditentukan oleh diri sendiri. “Kamilah yang menentukan masa depan kami sendiri,” katanya.

    Ambisi Trump ini ditolak oleh mayoritas partai politik dan warga setempat. Nielsen meminta warganya agar bersikap tenang menyikapi pernyataan presiden yang menggantikan Joe Biden ini.

    Ambisi Amerika ingin menguasai Greenland memang menjadi sorotan dunia. Nah, apakah Trump berhasil mewujudkannya? Kita tunggu perkembangannya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • PM Denmark Kunjungi Greenland setelah JD Vance Iming-imingi agar Gabung AS – Halaman all

    PM Denmark Kunjungi Greenland setelah JD Vance Iming-imingi agar Gabung AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, tiba di Greenland pada hari Rabu (2/4/2025) untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintahan baru wilayah semi-otonom Denmark tersebut.

    Kunjungan ini menyusul pernyataan berulang kali Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai minatnya untuk mengendalikan Greenland. 

    Mette Frederiksen memulai perjalanan tiga harinya setelah kunjungan Wakil Presiden AS JD Vance ke wilayah tersebut pada pekan lalu dan mengatakan Greenland lebih baik bergabung dengan AS daripada Denmark.

    Pemimpin Denmark itu mengatakan ia bermaksud memperkuat hubungan Denmark dengan pulau itu.

    Ia juga menekankan pentingnya kerja sama yang saling menghormati di tengah apa yang ia gambarkan sebagai tekanan besar terhadap Greenland, merujuk pada ambisi Trump.

    Perdana Menteri Greenland yang baru Jens-Frederik Nielsen, yang memenangkan pemilihan parlemen bulan lalu dan akan membentuk pemerintahan koalisi, menyambut baik perjalanan Mette Frederiksen, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Greenland: Denmark Tetap Menjadi Mitra Terdekat

    Sebelumnya pada hari Senin (31/3/2025), ia mengatakan Denmark tetap menjadi mitra terdekat Greenland.

    “Greenland akan memperkuat hubungan dengan Denmark hingga dapat memenuhi keinginan utamanya untuk menjadi negara berdaulat,” kata Jens-Frederik Nielsen kepada Reuters pada hari Senin.

    Sementara itu, Greenland ingin membangun hubungan yang saling menghormati dengan AS.

    “Berbicara tentang aneksasi dan akuisisi Greenland tanpa menghormati kedaulatan adalah tindakan yang tidak terhormat. Jadi, mari kita mulai dengan saling menghormati dan membangun kemitraan yang hebat dalam segala hal,” katanya.

    Hubungan antara Greenland dan Denmark telah tegang setelah terungkapnya perlakuan buruk terhadap penduduk Greenland di bawah kekuasaan kolonial dalam beberapa tahun terakhir. 

    Sementara itu, Trump yang kembali menjabat sejak Januari lalu menungkapkan minatnya untuk menguasai Greenland sebagai bagian dari fokus AS untuk mendapatkan pengaruh di Arktik.

    Ambisi Trump telah mendorong Denmark untuk mempercepat upaya meningkatkan hubungan dengan Greenland.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • AS Sedang Siapkan Kajian Soal Pembiayaan Pembelian Greenland

    AS Sedang Siapkan Kajian Soal Pembiayaan Pembelian Greenland

    JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan tengah mempersiapkan kajian tentang perkiraan biaya yang harus dikeluarkan untuk menguasai Greenland dan potensi pemasukan dari sumber daya alam pulau tersebut.

    “Sudah ada diskusi soal biaya-manfaat bagi Amerika Serikat jika kita ingin mengakuisisi Greenland… berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk memelihara Greenland sebagai teritori AS?” tulis Washington Post, yang mengutip seorang pejabat senior Gedung Putih.

    Harian itu melaporkan bahwa Gedung Putih berupaya memperkirakan konsekuensi finansial atas keputusan tersebut, termasuk biaya layanan publik bagi 58.000 warga Greenland, selama beberapa pekan.

    AS juga mempertimbangkan pemberian dana kepada Greenland hingga 600 juta dolar (sekitar Rp10 triliun) per tahun, sejumlah yang dikucurkan Denmark untuk menjalankan layanan publik di pulau itu.

    Menurut sang sumber, Presiden AS Donald Trump menganggap pencaplokan Greenland “paling mudah” di antara wacana aneksasi yang mencakup Kanada dan Terusan Panama.

    Namun, upaya untuk menguasai Greenland bukanlah prioritas utama dalam isu keamanan nasional AS karena hanya dianggap sebagai “keuntungan tambahan” setelah upaya mengakhiri konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina, serta menghadapi Iran.

    Washington berharap bisa meyakinkan masyarakat AS bahwa pemerintah mampu menutupi biaya untuk merebut Greenland dengan pendapatan dari mineral dan pajak kegiatan komersial, menurut laporan itu.

    Pemerintahan Trump juga mempertimbangkan cara-cara lain untuk membujuk Greenland agar wilayah Denmark itu semakin tertarik bergabung dengan AS.

    Namun, potensi ekonomi dari sumber daya mineral Greenland dikabarkan masih belum jelas karena pertambangan di pulau itu tak bisa diprediksi dan  iklimnya yang keras tidak membantu proses tersebut.

    Maret lalu, Trump menyatakan dukungannya pada rakyat Greenland untuk menentukan nasib sendiri. Dia juga mengungkapkan kesiapan AS menerima Greenland sebagai bagian dari wilayahnya, seraya menegaskan bahwa hal itu pasti akan terpenuhi dengan cara apa pun.

    Sementara itu, survei oleh Yahoo News/YouGov menunjukkan bahwa kurang dari 20 persen warga AS mendukung rencana Trump untuk menjadikan Kanada dan Greenland sebagai wilayah AS.

    Hingga 1953, Greenland adalah koloni Denmark. Pada 2009, wilayah itu mendapat status otonomi sehingga bisa menjalankan pemerintahan sendiri dan memiliki otoritas penuh terhadap kebijakan dalam negeri.