Negara: Bulgaria

  • Finlandia Masih Jadi Negara Paling Bahagia Sedunia 7 Tahun Berturut-turut

    Finlandia Masih Jadi Negara Paling Bahagia Sedunia 7 Tahun Berturut-turut

    Helsinki

    Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia selama tujuh tahun berturut-turut, di mana negara tetangga di kawasan utaranya, Swedia, Denmark dan Islandia, juga mempertahankan posisi 10 besarnya, menurut Laporan tahunan Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report) yang diterbitkan pada hari Rabu (20/03).

    Namun, fenomena meningkatnya ketidakbahagiaan terutama di kalangan anak muda telah membuat beberapa negara Barat justru turun peringkat dalam indeks yang disponsori oleh Persatuan Bangsa-Bangsa tersebut.

    Bahkan, Amerika Serikat (AS) dan Jerman keluar dari daftar 20 besar untuk pertama kalinya, sejak edisi pertama laporan ini terbit lebih dari satu dekade lalu. Posisi mereka digantikan oleh Kosta Rika dan Kuwait yang berhasil menduduki peringkat 12 dan 13, sementara negara Eropa Timur seperti Serbia, Bulgaria, dan Latvia melaporkan adanya peningkatan besar dalam hal kebahagiaan di negaranya.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Afganistan, yang sedang dilanda bencana kemanusiaan sejak Taliban kembali berkuasa di negara itu pada tahun 2020, masih berada di posisi terakhir.

    Survei ini juga meminta masyarakat di 143 negara untuk mengevaluasi kehidupan mereka dalam skala nol hingga sepuluh, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup yang sehat, kebebasan, kemurahan hati, dan perihal korupsi.

    Terbitnya laporan tahunan ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Kebahagiaan Internasional yang diselenggarakan pada tanggal 20 Maret.

    Ketidakbahagiaan jadi tren di beberapa negara Barat

    Namun, laporan ini juga menemukan fakta bahwa di beberapa negara, khususnya di kalangan generasi mudanya, saat ini lebih mungkin untuk merasa kesepian dibandingkan dengan kelompok usia lain yang jauh lebih tua.

    “Anak muda, khususnya di Amerika Utara, sedang mengalami krisis paruh baya saat ini,” kata Jan-Emmanuel De Neve, profesor ekonomi di Universitas Oxford, sekaligus editor pada laporan tersebut.

    De Neve mengaitkan peningkatan ketidakbahagiaan pada kalangan anak muda di negara barat ini dengan berbagai faktor, termasuk aspek negatif dari media sosial, meningkatnya polarisasi atas isu-isu sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi, di mana hal itu membuat anak muda lebih sulit untuk membeli rumah mereka sendiri dibandingkan generasi di masa sebelumnya

    Mengapa Finlandia begitu bahagia?

    Beragam faktor negatif itu tidak mempengaruhi warga Finlandia. Menurut Jennifer De Paola, seorang peneliti kebahagiaan di Universitas Helsinki, hubungan yang dekat dengan alam dan keseimbangan antara menjalani hidup dan pekerjaan yang sehat, ternyata sangat berkontribusi pada taraf kebahagiaan di dunia.

    “Masyarakat Finlandia diliputi oleh rasa kepercayaan, kebebasan, dan tingkat otonomi yang tinggi,” ungkap De Paola, seraya menambahkan, masyarakat Finlandia juga memiliki taraf kesejahteraan yang tinggi, kepercayaan terhadap otoritas negaranya, tingkat korupsi yang sangat rendah, serta layanan kesehatan dan pendidikan gratis yang juga merupakan faktor kunci dari tingginya tingkat kebahagiaan di negara itu.

    De Paola juga meyakini, masyarakat Finlandia memiliki “pemahaman yang lebih baik tentang apa itu kehidupan yang sukses,” dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat, di mana kesuksesan masih sering disamaratakan dengan keberhasilan secara finansial.

    kp/as (Reuters, AFP)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Diserang Houthi, Kapal Kargo Inggris Terancam Tenggelam

    Diserang Houthi, Kapal Kargo Inggris Terancam Tenggelam

    Sanaa

    Kelompok Houthi mengklaim pasukannya menyerang sebuah kapal kargo Rubymar, yang berbendera Belize dan terdaftar di Inggris, di perairan Teluk Aden. Houthi menyebut serangan itu memicu kerusakan parah pada kapal dan membuat kapal itu terancam tenggelam.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/2/2024), juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, dalam pernyataannya menyebut kapal kargo itu berhenti total dan berisiko tenggelam di Teluk Aden. Namun Sarea juga menyatakan bahwa para awak kapal itu selamat.

    “Kapal itu terkena serangan serius yang menyebabkannya berhenti total. Akibatnya, kerusakan parah dialami kapal tersebut, kini kapal itu berisiko tenggelam di Teluk Aden,” sebut Sarea dalam pernyataannya.

    Perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, dalam pernyataan terpisah menyebut kapal kargo berbendera Belize, yang terdaftar di Inggris dan dioperasikan oleh Lebanon itu diserang di Selat Bab al-Mandab, lepas pantai Yaman, pada Minggu (18/2) waktu setempat.

    Menurut Ambrey, kapal kargo itu sedang berlayar menuju utara dalam perjalanan dari Khor Fakkan di Uni Emirat Arab, menuju ke Varna, Bulgaria, ketika serangan terjadi.

    “Kapal yang bermuatan sebagian itu melambat sebentar dari 10 knot menjadi 6 knot dan menyimpang jalurnya, dan menghubungi Angkatan Laut Djibouti, sebelum kembali ke jalur dan kecepatan sebelumnya,” sebut Ambrey dalam laporannya.

    Sementara Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) menyatakan pihaknya menerima laporan soal insiden di perairan berjalan 35 mil sebelah selatan Al Mukha, sebuah kota di pantai Laut Merah, Yaman, dan bahwa ledakan yang terjadi di dekat kapal itu mengakibatkan kerusakan.

    UKMTO melaporkan bahwa awak-awak kapal itu telah meninggalkan sebuah kapal di lepas pantai Yaman setelah terjadi ledakan — yang tampaknya merupakan insiden yang sama dengan yang dilaporkan Ambrey.

    “Otoritas militer melaporkan bahwa para awak telah meninggalkan kapal tersebut,” demikian pernyataan yang dirilis UKMTO pada Senin (19/2) waktu setempat.

    Disebutkan juga bahwa kapal itu kini sedang berlabuh dan semua awaknya selamat.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jalan Penuh Liku Menuju Perluasan Uni Eropa

    Jalan Penuh Liku Menuju Perluasan Uni Eropa

    Jakarta

    Sejak Februari lalu, sebuah konsensus baru telah disepakati di Brussels: Uni Eropa perlu tumbuh lebih besar. Anggota-anggota Uni Eropa (UE) yang dulunya skeptis terhadap perluasan, kini mulai berpikir serius untuk menyambut calon-calon anggota baru seperti Ukraina, Moldova, dan negara-negara Balkan Barat lainnya ke dalam keanggotaan mereka.

    Pergeseran ini dipicu oleh invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina. Sebelumnya calon-calon anggota EU harus melewati serangkaian reformasi politik dan rintangan hukum yang berat untuk mencapai tujuan tersebut. Contohnya Makedonia Utara yang sudah antre sejak tahun 2005, masih juga belum diterima jadi anggota EU.

    Saat ini, pola pikir telah berubah. Seperti yang diungkapkan oleh seorang diplomat Uni Eropa: “Perluasan adalah sebuah kenyataan yang ada saat ini. Hal tersebut baru terjadi sejak sekitar satu setengah tahun yang lalu.”

    Namun Brussels mempunyai pekerjaan rumah sendiri yang harus diselesaikan jika ingin konsensus politik ini berjalan lancar. “Sebelum melakukan pembicaraan yang realistis dengan negara-negara yang ingin bergabung, kita harus memikirkan seperti apa sebenarnya perluasan UE itu – dan sejauh itulah jadinya,” ujar diplomat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu mengatakan. DW.

    Memberikan keseimbangan kekuatan

    Pembicaraan soal perluasan EU telah dimulai. Awal bulan ini, sekelompok peneliti yang mendapat penugasan dari Prancis dan Jerman meluncurkan makalah yang penuh dengan gagasan tentang cara kerja dan jalan menuju ke arah itu. Thu Nguyen, seorang peneliti senior di bidang kebijakan dan Jacques Delors Center di Berlin, termasuk di antara mereka. Dia mengatakan kepada DW bahwa memikirkan kembali cara UE mengambil keputusan bisa menjadi tantangan politik yang paling besar.

    Daftar resmi negara-negara kandidat UE masih mengular: Ukraina, Moldova, Albania, Montenegro, Bosnia Herzegovina, Makedonia Utara, Serbia dan Turki. Georgia dan Kosovo juga dianggap sebagai “kandidat potensial”.

    Namun meski beranggotakan 27 negara, blok tersebut terkadang kesulitan mengambil tindakan. Langkah kebijakan luar negeri seperti memberikan sanksi kepada Rusia memerlukan dukungan bulat, yang berarti negosiasi kadang-kadang bisa memakan waktu berbulan-bulan karena negara-negara anggota harus memikirkan apa saja yang akan dilarang atau aset mana yang akan dibekukan.

    Di bawah sistem yang berlaku saat ini, Ukraina – dengan populasi lebih dari 40 juta jiwa – akan menjadi salah satu negara paling kuat secara politik di UE. “Semakin banyak negara anggota, semakin besar risiko adanya pemain veto yang menghalangi keputusan,” kata Nguyen.

    Oleh karena itu, Nguyen dan timnya menyarankan untuk menghapuskan suara bulat dan menghitung ulang jumlah suara mayoritas yang memenuhi syarat untuk memastikan UE yang lebih besar masih memiliki “kapasitas untuk bertindak.” Secara kontroversial, usulan tersebut juga akan mempersulit negara-negara besar seperti Prancis dan Jerman untuk memblokir kesepakatan.

    Namun reformasi seperti itu memerlukan perubahan undang-undang dasar blok, dan memerlukan dukungan dari negara-negara anggota yang akan kehilangan kekuasaan akibat perombakan tersebut. Dan, seperti yang diakui Nguyen, “suasana politik saat ini tidak terlalu mendukung perubahan perjanjian.”

    Sengketa gandum di Ukraina menunjukkan potensi peningkatan anggaran

    Lalu ada pertanyaan tentang bagaimana membagi dana UE untuk mengatasi kesenjangan ekonomi yang lebih dalam. Sebagian besar kandidat anggota UE yang saat ini antri, memiliki Produk Domestik Brutoo (PDB) per kapita yang lebih rendah dibandingkan negara anggota termiskin di blok tersebut, Bulgaria – dan dengan sekitar sepertiga dari anggaran Brussels saat ini dialokasikan untuk subsidi pertanian, kedatangan negara besar di bidang pertanian, Ukraina, akan secara radikal mengubah pola distribusi dana subsidi yang ada saat ini.

    Bulan lalu, Polandia, Slovakia dan Hongaria mengumumkan rencana embargo sepihak terhadap gandum Ukraina, untuk melindungi produsen mereka sendiri dari potensi penurunan harga. Bagi mantan komisaris perdagangan UE, Phil Hogan, hal ini menyiratkan jalan yang sulit di masa depan.

    “Harus ada perubahan kelembagaan besar-besaran, perubahan anggaran besar-besaran, dan adaptasi kebijakan terhadap kenyataan baru,” kata Hogan kepada DW. “Ukraina adalah negara besar dengan kepentingan pertanian yang besar. Dan gagasan bahwa kita akan mampu mengatasi masalah Ukraina menjadi anggota dengan kebijakan pertanian Uni Eropa yang terintegrasi penuh, akan menjadi tantangan besar.”

    “Bahkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, terdapat sensitivitas seputar masalah perdagangan dengan Ukraina,” tambahnya. “Ketegangan antara Ukraina dan Eropa sehubungan dengan pertanian bukanlah hal yang baru – namun bisa Anda bayangkan tantangan seperti apa yang akan dihadapi para petani Eropa dalam konteks jika Balkan Barat dan Ukraina serta negara-negara lain menjadi bagian tak terpisahkan dari EU nantinya. “

    Namun, Hogan tetap berharap: “Saya sangat mendukung perluasan Uni Eropa dan memasukkan negara-negara Eropa yang mungkin tidak kita sukai ke dalam EU, ketimbang mereka berpaling ke kelompok Eropa lainnya yang tidak kita inginkan,” ujarnya secara terselubung mengacu pada pengaruh Rusia.

    “Politik adalah seni untuk mewujudkan apa yang mungkin terjadi dan saya berharap negara-negara anggota EU akan mengembangkan diri mereka sendiri dan warga negara mereka akan mengembangkan diri mereka untuk memastikan bahwa lingkungan kita berada dalam kondisi yang tidak terlalu tegang.”

    Berakhirnya persatuan yang semakin erat?

    Ada berbagai pertanyaan kecil mengenai berfungsinya UE yang lebih besar yang juga perlu dijawab: Berapa banyak lagi anggota parlemen yang akan masuk Parlemen Eropa? Berapa banyak lagi bahasa resmi UE yang ada? Bisakah setiap negara mempertahankan anggota Komisi Eropa yang berdedikasi?

    Mengingat permasalahan hukum dan politik yang mungkin terjadi di masa depan, beberapa pihak berpendapat sudah waktunya untuk memperluas definisi blok tersebut. Minggu ini, para pemimpin Eropa menuju ke Spanyol untuk menghadiri pertemuan ketiga Komunitas Politik Eropa (EPC). Dalam EPC, visi mengenai hubungan antarpemerintah yang lebih luas mulai terlihat.

    Pembentukan EPC digagas Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ketika ia pertama kali mengemukakan gagasan tersebut secara terbuka pada tahun 2022, Macron mengatakan, dibutuhkan waktu “puluhan tahun” bagi Ukraina untuk bergabung dengan UE, dan mengusulkan pembentukan kelompok baru yang “akan memungkinkan negara-negara Eropa yang demokratis” untuk “menemukan ruang baru bagi kerja sama politik dan keamanan.”

    Saat ini, EPC secara formal tidak lebih dari sekedar ruang diskusi, tanpa struktur, hak suara, atau perjanjian yang mapan. Namun ini adalah satu-satunya forum yang menyatukan komunitas luas yang beranggotakan 45 undangan. EPC mencakup semua negara dan kandidat UE, negara-negara kaya yang berada di luar blok tersebut seperti Swiss, Norwegia, dan Inggris, serta bahkan negara-negara yang tengah bertikai Armenia dan Azerbaijan. Rusia tidak ada dalam daftar tamu.

    Bagi Thu Nguyen dan rekan-rekan penelitinya, struktur yang lebih longgar ini dapat memberikan petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi jika UE gagal menyepakati rencana ekspansinya.

    Mereka menyarankan mungkin ada “lingkaran dalam” inti yang terdiri dari negara-negara UE yang terintegrasi erat, kemudian UE yang lebih luas, kemudian “anggota asosiasi” tingkat berikutnya yang menikmati beberapa manfaat terkait dengan pasar tunggal blok tersebut, dan “lingkaran luar” yang didasarkan pada EPC, yang menurut Nguyen “tidak akan mencakup segala bentuk integrasi dengan undang-undang UE yang mengikat… melainkan kerja sama berdasarkan pertimbangan geostrategis.”

    Siap untuk tahun 2030?

    Namun potensi pendekatan multicepat ini mungkin terbukti tidak populer, karena dipandang oleh sebagian orang sebagai hal yang menciptakan warga negara kelas dua di klub UE. Perdana Menteri Ukraina Dennis Shmyhal baru-baru ini mengatakan kepada media Politico bahwa negaranya “melakukan semua upaya maksimal untuk memastikan bahwa Ukraina akan menjadi anggota penuh Uni Eropa.”

    Komisi Eropa sering kali menegaskan, aksesi adalah proses yang berdasarkan prestasi dan tidak memiliki batas waktu. Namun, Presiden Dewan Eropa Charles Michel baru-baru ini menegaskan, blok tersebut harus siap untuk diperluas pada tahun 2030.

    Thu Nguyen juga mendukung target akhir dekade tersebut– namun ketika ditanya apakah target tersebut realistis, ia menjawab singkat: “Sulit untuk membuat prognosis.”

    “Ini adalah proses jangka panjang,” pungkas Nguyen. “Sementara kita masih berada di tingkat awal diskusi dan perdebatan.”

    ap/as

    (ita/ita)

  • Arab Saudi Evakuasi 91 Warganya dan Sejumlah Pejabat Asing dari Sudan

    Arab Saudi Evakuasi 91 Warganya dan Sejumlah Pejabat Asing dari Sudan

    Khartum

    Sudan tengah dilanda pertempuran besar-besaran usai adanya upaya kudeta. Arab Saudi bergerak cepat dengan mengevakuasi warganya.

    Dilansir AFP, Minggu (23/4/2023), evakuasi itu dilakukan oleh angkatan laut kerajaan Saudi dengan didukung unsur militer lainnya. Tidak hanya warga Saudi, sejumlah diplomat dan pejabat asing turut diamankan.

    Dari data sementara, ada 91 warga Saudi dan sekitar 66 warga asing yang dievakuasi. 66 warga asing itu berkebangsaan Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Tunisia, Pakistan, India, Bulgaria, Bangladesh, Filipina, Kanada, hingga Burkina Faso.

    Pejabat asing itu termasuk “diplomat dan pejabat internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi tanpa memberikan rincian identitas.

    Kementerian Luar Negeri Saudi menyebut pihaknya “bekerja untuk menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan warga negara asing” sebelum keberangkatan mereka ke negara masing-masing.

    Televisi Al-Ekhbariya milik pemerintah Saudi merilis beberapa video kapal perang yang berisi warga Saudi mendekati pelabuhan Jeddah pada hari Sabtu (22/4). Warga Saudi itu kemudian diterima oleh pejabat dan sejumlah tentara dengan membagikan permen.

    Wanita dan anak-anak yang memegang bendera Saudi juga terlihat turun dari salah satu kapal.

    (isa/isa)

  • Ditetapkan Sebagai Agen Asing, Jurnalis Asal Bulgaria Diburu Rusia

    Ditetapkan Sebagai Agen Asing, Jurnalis Asal Bulgaria Diburu Rusia

    Moskow

    Pengadilan Rusia memerintahkan penangkapan terhadap seorang jurnalis asal Bulgaria. Yang bersangkutan dimasukkan ke dalam daftar agen asing oleh pihak Rusia.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (22/4/2023), jurnalis asal Bulgaria itu bernama Christo Grozev (53). Dia merupakan jurnalis utama Rusia untuk situs web investigasi Bellingcat yang memainkan peran kunci dalam penyelidikannya atas peracunan politisi oposisi Alexei Navalny.

    Kementerian dalam negeri Rusia pun kini menetapkan Grozev sebagai agen asing. Pengadilan Moskow pun memerintahkan penangkapan Grozev.

    Grozev diburu oleh pihak Rusia lantaran saat ini tidak berada di Rusia.

    Akhir tahun lalu, Grozev juga sempat dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari oleh otoritas Rusia. Dinas keamanan domestik FSB juga menuduhnya membantu intelijen Ukraina.

    Grozev secara ekstensif meliput serangan Moskow di Ukraina.

    Kantor berita RIA Novosti pada hari Jumat mengutip sebuah sumber yang mengatakan para penyelidik menuduh Grozev membantu jurnalis terkemuka Rusia, Roman Dobrokhotov, untuk “melintasi perbatasan secara ilegal”. Dobrokhotov adalah pendiri situs berita investigasi The Insider.

    (maa/maa)