Negara: Belarus

  • Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Berikut daftar negara yang sudah mengakui Palestina:

    Pengakuan Terhadap Palestina Mulai 2024-2025

     

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Prancis 22 September 2025

    Luksemburg 22 September 2025

    Malta 22 September 2025

    Monako 22 September 2025

    Belgia 22 September 2025

    Andorra 22 September 2025

    Inggris 21 September 2025

    Australia 21 September 2025

    Kanada 21 September 2025

    Portugal 21 September 2025

    Meksiko 20 Maret 2025

     

    2010-2019

     

    Ekuador 27 Desember 2010

    Bolivia 17 Desember 2010

    Argentina 6 Desember 2010

    Islandia 15 Desember 2011

    Brasil 3 Desember 2011

    Grenada 25 September 2011

    Antigua dan Barbuda 22 September 2011

    Dominika 19 September 2011

    Belize 9 September 2011

    St. Vincent dan Grenadines 29 Agustus 2011

    Honduras 26 Agustus 2011

    El Salvador 25 Agustus 2011

    Suriah 18 Juli 2011

    Sudan Selatan 14 Juli 2011

    Liberia 1 Juli 2011

    Lesotho 3 Mei 2011

    Uruguay 16 Maret 2011

    Paraguay 29 Januari 2011

    Suriname 26 Januari 2011

    Peru 24 Januari 2011

    Guyana 13 Januari 2011

    Chili 7 Januari 2011

    Thailand 18 Januari 2012

    Haiti 27 September 2013

    Guatemala 9 April 2013

    Swedia 30 Oktober 2014

    St. Lucia 14 September 2015

    Tahta Suci 26 Juni 2015

    Kolombia 3 Agustus 2018

    St. Kitts dan Nevis 29 Juli 2019

     

    1991-2009

     

    Eswatini 1 Juli 1991

    Bosnia dan Herzegovina 27 Mei 1992

    Georgia 25 April 1992

    Turkmenistan 17 April 1992

    Azerbaijan 15 April 1992

    Kazakstan 6 April 1992

    Uzbekistan 25 September 1994

    Tajikistan 2 April 1994

    Kirgistan 1 November 1995

    Afrika Selatan 15 Februari 1995

    Papua Nugini 13 Januari 1995

    Malawi 23 Oktober 1998

    Timor Leste 1 Maret 2004

    Montenegro 24 Juli 2006

    Pantai Gading 1 Desember 2008

    Lebanon 30 November 2008

    Kosta Rika 5 Februari 2008

    Republik Dominika 15 Juli 2009

    Venezuela 27 April 2009

     

     1988-1989

     

    Bhutan 25 Desember 1988

    Republik Afrika Tengah 23 Desember 1988

    Burundi 22 Desember 1988

    Botswana 19 Desember 1988

    Nepal 19 Desember 1988

    Republik Demokratik Kongo 18 Desember 1988

    Polandia 14 Desember 1988

    Oman 13 Desember 1988

    Gabon 12 Desember 1988

    Sao Tome dan Principe 10 Desember 1988

    Mozambik 8 Desember 1988

    Angola 6 Desember 1988

    Republik Kongo 5 Desember 1988

    Sierra Leone 3 Desember 1988

    Uganda Desember 3, 1988

    Laos 2 Desember 1988

    Chad 1 Desember 1988

    Ghana 29 November 1988

    Togo 29 November 1988

    Zimbabwe 29 November 1988

    Maladewa 28 November 1988

    Bulgaria 25 November 1988

    Tanjung Verde 24 November 1988

    Korea Utara 24 November 1988

    Niger 24 November 1988

    Rumania 24 November 1988

    Tanzania 24 November 1988

    Hongaria 23 November 1988

    Mongolia 22 November 1988

    Senegal 22 November 1988

    Burkina Faso 21 November 1988

    Kamboja 21 November 1988

    Komoro 21 November 1988

    Guinea 21 November 1988

    Guinea-Bissau 21 November 1988

    Mali 21 November 1988

    Tiongkok 20 November 1988

    Belarus 19 November 1988

    Namibia 19 November 1988

    Rusia 19 November 1988

    Ukraina 19 November 1988

    Vietnam 19 November 1988

    Siprus 18 November 1988

    Republik Ceko 18 November 1988

    Mesir 18 November 1988

    Gambia 18 November 1988

    India 18 November 19881

    Nigeria 18 November 1988

    Seychelles Slowakia 18 November 1988

    Sri Lanka 18 November 1988

    Albania 17 November 1988

    Brunei Darussalam 17 November 1988

    Djibouti 17 November 1988

    Mauritius 17 November 1988

    Sudan 17 November 1988

    Afganistan 16 November 1988

    Bangladesh 16 November 1988

    Kuba 16 November 1988

    Yordania 16 November 1988

    Madagaskar 16 November 1988

    Nikaragua 16 November 1988

    Pakistan 16 November 1988

    Qatar 16 November, 1988

    Arab Saudi 16 November 1988

    Serbia 16 November 1988

    Uni Emirat Arab 16 November 1988

    Zambia 16 November 1988

    Aljazair 15 November 1988

    Bahrain 15 November 1988

    Indonesia 15 November 1988

    Irak 15 November 1988

    Kuwait 15 November 1988

    Libya Malaysia 15 November 1988

    Mauritania 15 November 1988

    Maroko 15 November 1988

    Somalia 15 November 1988

    Tunisia 15 November 1988

    Turki 15 November 1988

    Yaman 15 November 1988

    Iran 4 Februari 1988

    Filipina 1 September 1989

    Vanuatu 21 Agustus 1989

    Benin 1 Mei 1989

    Guinea Khatulistiwa 1 Mei 1989

    Kenya 1 Mei 1989

    Etiopia 4 Februari 1989

    Rwanda 2 Januari 1989

  • Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Jakarta

    Sudah lebih dari sepekan ini kemunculan drone Rusia jadi buah bibir di Eropa. Pada malam 9–10 September, gelombang drone tempur Rusia untuk pertama kali menembus wilayah udara Polandia. Sebanyak 19 wahana nirawak terdeteksi, beberapa di antaranya berhasil ditembak jatuh.

    Hanya beberapa hari berselang, drone Rusia kembali melintasi wilayah Rumania — anggota NATO lain. Pada Senin (15/9), otoritas Polandia menembak jatuh sebuah drone yang terbang di atas gedung pemerintah di ibu kota Warsawa, dan dilaporkan menahan dua tersangka: seorang warga Belarus dan seorang warga Ukraina.

    Tidak ada korban luka dalam insiden-insiden tersebut. Moskow sendiri menyangkal bahwa pelanggaran itu disengaja. Namun, NATO merespons dengan meluncurkan misi baru untuk mengamankan ruang udara di sisi timurnya.

    Operasi di perbatasan timur

    Operasi yang dinamakan Eastern Sentry ini digambarkan sebagai “aktivitas multidomain” yang mencakup penguatan pangkalan darat dan pertahanan udara, serta akan “berlangsung untuk waktu yang tidak ditentukan,” menurut pernyataan resmi NATO pada 12 September.

    Melalui operasi ini, NATO ingin menyampaikan pesan jelas kepada negara anggotanya di timur Eropa, sekaligus gertakan kepada Rusia. Inggris dan Denmark sudah menyatakan dukungan, Jerman menggandakan jumlah jet tempur untuk pertahanan udara di Polandia dari dua menjadi empat, sementara Prancis mengerahkan jet Rafale.

    Jet vs Drone: ‘Palu Godam untuk Paku Payung’

    Meski jet tempur dan rudal udara-ke-udara terbukti ampuh menjatuhkan drone, cara ini dinilai jauh dari efisien.

    “Drone yang kita lihat di Ukraina harganya hanya 10 ribu sampai 30 ribu Euro per unit. Tapi kalau kita menembakkan rudal seharga jutaan dolar sebagai respons, stok senjata kita akan cepat habis,” ujar Chris Kremidas-Courtney, pakar pertahanan dari lembaga European Policy Centre (EPC) di Brussel, Belgia, kepada DW. “Kita memakai palu godam untuk menghantam paku payung.”

    Menurutnya, negara-negara Eropa anggota NATO seharusnya berinvestasi pada teknologi pertahanan modern yang lebih hemat biaya, seperti sistem rudal anti-drone Nimbrix buatan Swedia. Jika tidak, Eropa akan terus terjebak dalam perang “asimetris biaya” yang merugikan.

    Membangun ‘Tembok Drone’ di Eropa?

    Bersama Polandia dan Finlandia , negara-negara Baltik — yang kerap menghadapi pelanggaran wilayah udara oleh Rusia — sudah lama mendesak peningkatan koordinasi pertahanan drone. Konsep ini sering disebut sebagai “tembok drone”, istilah yang kemudian dipakai Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam pidato kenegaraan tahunan beberapa waktu lalu.

    Komisi Eropa bahkan mengumumkan proyek produksi drone bersama senilai 6 miliar Euro, dengan keahlian Ukraina akan menjadi kunci. “Kita perlu belajar dari Ukraina,” kata Ian Bond, wakil direktur Centre for European Reform (CER) di Brussel. “Mereka cukup berhasil menjatuhkan drone Rusia. Kalau mereka punya teknologinya, kita harus memilikinya juga.”

    NATO: ‘Kami akan respons’

    Salah satu tantangan NATO adalah memperluas penerapan teknologi pertahanan drone baru. Admiral Rob Bauer, mantan ketua Komite Militer NATO, mengatakan bahwa selain perangkat keras, Eropa perlu mengubah cara pandang terhadap Rusia.

    “Kita perlu memberi tahu publik, dan masyarakat harus menerima bahwa ada ancaman,” ujarnya kepada DW.

    Sementara itu, Kremlin terus mengulang narasi bahwa NATO sedang berperang dengan Rusia. NATO membantah, namun Bauer menyebut aliansi itu kini berada di “zona abu-abu antara damai dan perang” dan siaga penuh: “Ini pesan penting untuk Tuan Putin: NATO akan merespons, apa pun yang terjadi.”

    Dia menambahkan bahwa keberhasilan menembak jatuh drone di Polandia membuktikan keampuhan sistem pertahanan aliansi: “Saya kira kita telah lulus tes, tapi kita harus lebih baik menghadapi ancaman baru ini.”

    NATO siap perang drone?

    Namun, Ian Bond dari CER skeptis terhadap kemampuan pertahanan drone NATO saat ini. “Kesan yang muncul, NATO belum siap menghadapi drone. Mereka harus meningkatkan kemampuan secara signifikan,” katanya.

    Bond menilai NATO perlu lebih tegas dan menembak jatuh drone Rusia, bahkan jika terbang di atas Ukraina barat. Hingga kini, beberapa negara anggota masih menahan diri.

    Pada Juli lalu, Lituania melaporkan dua drone Rusia melintasi wilayahnya, namun tidak ditembak jatuh. Militer menyebut hanya akan bertindak dalam kondisi ekstrem. Setelah itu, Lituania meminta peningkatan pertahanan udara dari NATO. Terbaru, Rumania juga tidak menembak jatuh drone Rusia di wilayahnya, yang kemudian berbalik arah ke Ukraina. Menurut Kementerian Pertahanan Rumania, pilot AU yang melihat drone itu “menilai risiko tambahan” dan memutuskan tidak menembak.

    Bond memperingatkan, sikap pasif semacam ini bisa dianggap Rusia sebagai sinyal positif, sementara drone tersebut bisa saja melanjutkan serangan ke target di Ukraina.

    Perlindungan sipil jadi pertimbangan

    Selain menembak jatuh drone, para pakar juga menekankan pentingnya langkah perlindungan sipil, seperti aplikasi peringatan serangan udara dan peningkatan kapasitas tempat perlindungan.

    “Itu akan jadi langkah menakutkan, tapi tidak berlebihan,” kata Bond. Dia yakin Rusia akan terus menguji sekutu Ukraina kecuali mereka meningkatkan pertahanan dan dukungan secara signifikan.

    Kremidas-Courtney sependapat: “Kita harus berasumsi Rusia akan mencoba ini setiap beberapa minggu, sampai kita membuat mereka membayar harga yang membuat mereka berhenti.”

    NATO berharap Operasi Eastern Sentry bisa mewujudkan hal itu.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video: PM Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya

    (ita/ita)

  • Awas PD3! Rusia Pamer ‘Otot’, Tembak Rudal Hipersonik

    Awas PD3! Rusia Pamer ‘Otot’, Tembak Rudal Hipersonik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia kembali unjuk kekuatan militer dengan menembakkan rudal jelajah hipersonik Zirkon ke Laut Barents serta mengerahkan pesawat tempur-pengebom Su-34 dalam latihan strategis gabungan dengan Belarus.

    Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Rusia pada Minggu (14/9/2025) mengatakan latihan bertajuk Zapad atau Barat itu dimulai sejak 12 September dengan tujuan meningkatkan komando dan koordinasi militer jika terjadi serangan terhadap Rusia maupun Belarus.

    “Menurut data pemantauan objektif, target tersebut hancur oleh serangan langsung,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan resminya, merujuk pada uji coba rudal hipersonik Zirkon yang ditembakkan dari fregat Laksamana Golovko milik Armada Utara.

    Selain rudal, pesawat anti-kapal selam jarak jauh juga dikerahkan. Awak jet tempur Sukhoi Su-34 turut berlatih serangan bom terhadap target darat.

    Moskow dan Minsk menegaskan latihan tersebut murni bersifat defensif dan tidak ditujukan untuk menyerang negara NATO. Namun, ketegangan meningkat setelah NATO mengumumkan operasi “Penjaga Timur” pasca serangan pesawat nirawak Rusia ke Polandia pada 9-10 September.

    Rudal hipersonik Zirkon sendiri pertama kali diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2019. Menurutnya, rudal ini mampu terbang dengan kecepatan sembilan kali lipat kecepatan suara dengan jangkauan lebih dari 1.000 kilometer.

    Mengutip media Rusia, rudal yang dikenal sebagai 3M22 Zircon di Rusia dan SS-N-33 oleh NATO ini memiliki jangkauan antara 400 hingga 1.000 kilometer dengan hulu ledak seberat 300 hingga 400 kilogram.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rusia-Belarus Latihan Militer Besar-besaran di tengah Ketegangan ‘Serangan’ Drone ke Polandia

    Rusia-Belarus Latihan Militer Besar-besaran di tengah Ketegangan ‘Serangan’ Drone ke Polandia

    JAKARTA – Rusia dan Belarus memulai latihan militer gabungan besar-besaran di dekat perbatasan NATO. Latihan digelar di tengah meningkatnya ketegangan dengan aliansi Barat tersebut, dua hari setelah Polandia menembak jatuh pesawat nirawak (drone)  Rusia yang melintasi wilayah udaranya.

    Latihan “Zapad-2025”, unjuk kekuatan oleh Rusia dan sekutu dekatnya, Belarus, berlangsung di lokasi latihan di kedua negara, termasuk di dekat perbatasan Polandia.

    Serangan itu dijadwalkan jauh sebelum insiden drone, yang menandai pertama kalinya anggota NATO menembaki target Rusia yang masuk selama perang 3,5 tahun.

    Dilansir Reuters, Jumat, 12 September, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada tahap pertama latihan, pasukan akan melakukan simulasi menangkis serangan terhadap Rusia dan Belarus, yang aliansinya dikenal sebagai Negara Kesatuan.

    Tahap kedua akan berfokus pada “pemulihan integritas teritorial Negara Kesatuan dan penghancuran musuh, termasuk dengan partisipasi pasukan koalisi dari negara-negara sahabat”, kata kementerian tersebut.

    Belarus berbatasan dengan tiga anggota NATO—Polandia, Lituania, dan Latvia—di sebelah baratnya, dan Ukraina di sebelah selatannya.

    Kremlin mengatakan pada Jumat, 12 September, kekhawatiran Eropa tentang latihan tersebut merupakan respons emosional yang didasarkan pada permusuhan terhadap Rusia.

    Kremlin menolak berkomentar mengenai insiden drone minggu ini, yang dipandang di Barat sebagai peringatan bagi NATO dan ujian bagi responsnya.

    Negara-negara Barat menyebut insiden pesawat nirawak tersebut sebagai provokasi yang disengaja oleh Rusia, yang dibantah Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat nirawaknya telah melakukan serangan di Ukraina barat pada saat itu, tetapi tidak berencana untuk menyerang target apa pun di Polandia.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan serangan pesawat nirawak Rusia itu bisa saja merupakan kesalahan.

    “Saya tidak senang dengan apa pun yang berkaitan dengan seluruh situasi ini, tetapi semoga itu akan berakhir,” katanya kepada wartawan pada Kamis.

    Polandia Siaga Tinggi

    Perdana Menteri Polandia Donald Tusk telah manuver “Zapad” yang akan datang sebagai “sangat agresif” dan mengumumkan Polandia akan menutup perbatasannya dengan Belarus pada tengah malam pada Kamis.

    Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk mengatakan Polandia bersiap selama berbulan-bulan dan sedang mengadakan latihannya sendiri, dengan nama sandi “Iron Defender”.

    “Ada sekitar 30.000 tentara dalam latihan Iron Defender dan sekitar 5.000 di perbatasan” dengan Belarus, kata Tomczyk menanggapi pertanyaan Reuters.

    Lituania juga menyatakan akan melindungi perbatasannya karena latihan militer tersebut.

    Kepala Staf Umum Belarus, Mayor Jenderal Pavel Muraveiko, mengatakan semua latihan akan diadakan pada “jarak yang signifikan” dari perbatasan dengan negara-negara anggota NATO dan Ukraina.

    Ia mengatakan latihan tersebut akan mencakup penggunaan drone, peperangan elektronik, dan penggunaan kecerdasan buatan untuk mendukung pengambilan keputusan.

    Latihan Zapad terakhir berlangsung pada September 2021, lima bulan sebelum invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, yang sebagian diluncurkan dari wilayah Belarus.

    Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan mendukungnya selama perang, meskipun tanpa mengerahkan pasukannya sendiri untuk bertempur.

    Sejak dimulainya perang, Belarus mengizinkan Rusia untuk menempatkan rudal nuklir taktis di wilayahnya dan sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi rudal hipersonik Oreshnik baru milik Moskow.

    Lukashenko secara bersamaan berupaya memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat setelah bertahun-tahun dikenai sanksi AS dan Uni Eropa.

    Pada Kamis, dia membebaskan 52 tahanan atas permintaan Presiden AS Donald Trump dan mengatakan ia mendukung Trump dalam upayanya menyelesaikan serangkaian konflik internasional.

  • Ura! Rusia Gagalkan Serangan Ukraina, Jatuhkan 221 Drone Kyiv

    Ura! Rusia Gagalkan Serangan Ukraina, Jatuhkan 221 Drone Kyiv

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia pada hari Jumat (12/9/2025) mengatakan telah menembak jatuh 221 drone Ukraina, salah satu jumlah tertinggi selama perang. Hal ini terjadi saat Moskow dan sekutu utamanya, Belarus, memulai latihan militer besar yang membuat khawatir negara-negara Barat.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem peringatannya telah “mencegat dan menghancurkan” drone-drone tersebut dalam semalam, dengan lebih dari setengahnya terbang di atas wilayah Bryansk dan Smolensk.

    “Dua puluh delapan drone ditembak jatuh di atas wilayah Leningrad, yang mengelilingi kota St Petersburg, dan sembilan di wilayah Moskow,” ujar keterangan itu dikutip AFP.

    Gubernur Leningrad, Aleksandr Drozdenko, mengatakan kebakaran terjadi di sebuah kapal di Pelabuhan Primorsk, sebuah fasilitas utama di Laut Baltik. Walau begitu, api berhasil dikendalikan dan tidak ada risiko tumpahan minyak.

    Serangan-serangan ini terjadi setelah Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina, menuduh Rusia melancarkan serangan drone di wilayahnya minggu ini. Moskow telah membantah menargetkan negara itu dan mengatakan tidak ada bukti bahwa drone tersebut milik Rusia.

    Namun, Prancis dan Jerman bergerak untuk memperkuat pertahanan wilayah udara Polandia, dan Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat untuk membahas tuduhan tersebut.

    Rusia secara rutin menargetkan Ukraina dengan rentetan serangan drone sebagai bagian dari ofensif yang sedang berlangsung di sana.

    Sementara itu, Rusia dan Belarus memulai latihan militer gabungan “Zapad”, saat pasukan Moskwa terus maju secara perlahan di sepanjang garis depan yang luas di Ukraina dan meningkatkan serangan udara ke kota-kota Ukraina.

    Anggota-anggota sayap timur NATO yang berbatasan dengan Belarus yakni Polandia, Lituania, dan Latvia berada dalam kewaspadaan tinggi terkait latihan yang diadakan di dekat Borisov, sebuah kota di sebelah timur ibu kota Minsk.

    Ketiga negara tersebut telah meningkatkan keamanan menjelang latihan. Polandia bahkan memerintahkan penutupan total perbatasannya dengan Belarus selama latihan berlangsung.

    Biasanya diadakan setiap empat tahun, latihan yang dinamakan Zapad edisi 2025 ini adalah yang pertama selama konflik di Ukraina, dan akan berlangsung hingga 16 September.

    Moskwa mengirim sekitar 200.000 tentara untuk latihan serupa pada tahun 2021, hanya beberapa bulan sebelum melancarkan ofensifnya di Ukraina. Namun, latihan Zapad tahun ini diperkirakan akan jauh lebih kecil, karena ratusan ribu tentara Rusia dikerahkan di Ukraina.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • DK PBB Akan Gelar Sidang Darurat Usai Drone Rusia Tembus Polandia

    DK PBB Akan Gelar Sidang Darurat Usai Drone Rusia Tembus Polandia

    Jakarta

    Atas permintaan Polandia, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan mengadakan sidang darurat untuk membahas pelanggaran Rusia terhadap wilayah udara Polandia. Demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Polandia pada hari Kamis (11/9).

    Langkah ini merupakan tanggapan atas operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana Polandia, yang didukung oleh sekutu-sekutu NATO, menembak jatuh beberapa drone Rusia yang melanggar wilayah udaranya pada hari Rabu (10/9) waktu setempat.

    Ini menandai pertama kalinya negara anggota NATO secara langsung terlibat dan menghancurkan aset militer Rusia di wilayahnya sendiri sejak dimulainya perang di Ukraina.

    Sebelumnya, pemerintah Polandia menyatakan sejumlah drone atau pesawat nirawak yang berasal dari Rusia masuk ke wilayah udara negara tersebut. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menggambarkan hal ini sebagai “provokasi skala besar.”

    Ini adalah “kasus pertama pesawat nirawak Rusia ditembak jatuh di wilayah negara NATO, oleh karena itu semua sekutu kami menanggapi situasi ini dengan sangat serius,” ujar Tusk setelah pertemuan darurat pemerintah di Warsawa. “Kita harus, tanpa ragu, bersiap menyiapkan berbagai skenario,” ujarnya.

    Menurut Tusk, dilansir DW, Kamis (11/9/2025), total 19 pelanggaran wilayah udara tercatat sejak Selasa (9/9) malam. Sebagian besar pesawat nirawak memasuki Polandia dari Belarus, lapor PM Polandia tersebut pada parlemen di Warsawa. Tiga pesawat nirawak berhasil ditembak jatuh dan kemungkinan juga yang keempat.

    Di kota Wyriki, Polandia timur, atap sebuah bangunan tempat tinggal terkena puing-puing pesawat nirawak. Tidak ada korban luka. Empat bandara di Polandia untuk sementara menghentikan operasi, tetapi kini telah dibuka kembali.

    “Faktanya pesawat nirawak mengancam keamanan, ketika ditembak jatuh hal ini mengubah situasi politik,” tegas Perdana Menteri Polandia tersebut. Oleh karena itu, Polandia secara resmi meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 Perjanjian NATO. Pasal tersebut mengatur konsultasi dengan para sekutu jika salah satu anggota NATO merasa terancam.

    Tonton juga Video: PM Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Drone Rusia Tembus Polandia, NATO Berembuk Segera

    Drone Rusia Tembus Polandia, NATO Berembuk Segera

    Jakarta

    Saat Rusia gencar menyerang Ukraina, angkatan udara Polandia menghancurkan pesawat-pesawat nirawak yang memasuki wilayah udara negara NATO tersebut. Kepala staf angkatan bersenjata Polandia menyebut hal tersebut sebagai “tindakan agresi”. Angkatan Darat Polandia menangkis pesawat-pesawat tersebut dengan bantuan pilot-pilot Belanda menggunakan jet-jet siluman.

    Menurut pemerintah Polandia, pesawat nirawak tersebut berasal dari Rusia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menggambarkan hal ini sebagai “provokasi skala besar.” Ini adalah “kasus pertama pesawat nirawak Rusia ditembak jatuh di wilayah negara NATO, oleh karena itu semua sekutu kami menanggapi situasi ini dengan sangat serius,” ujar Tusk setelah pertemuan darurat pemerintah di Warsawa. “Kita harus, tanpa ragu, bersiap menyiapkan berbagai skenario.”

    Tusk: Pesawat Nirawak juga datang dari Belarus

    Menurut Tusk, total 19 pelanggaran wilayah udara tercatat sejak Selasa (9/9) malam. Sebagian besar pesawat nirawak memasuki Polandia dari Belarus, lapor PM Polandia tersebut pada parlemen di Warsawa. Tiga pesawat nirawak berhasil ditembak jatuh dan kemungkinan juga yang keempat. Di kota Wyriki, Polandia timur, atap sebuah bangunan tempat tinggal terkena puing-puing pesawat nirawak. Tidak ada korban luka. Empat bandara di Polandia untuk sementara menghentikan operasi, tetapi kini telah dibuka kembali.

    “Faktanya pesawat nirawak mengancam keamanan, ketika ditembak jatuh hal ini mengubah situasi politik,” tegas Perdana Menteri Polandia tersebut. Oleh karena itu, Polandia secara resmi meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 Perjanjian NATO. Pasal tersebut mengatur konsultasi dengan para sekutu jika salah satu anggota NATO merasa terancam.

    “Menyimpang dari lintasan”

    Belarus, sekutu dekat Rusia, juga melaporkan penembakan jatuh pesawat nirawak di wilayah udaranya. Minsk mengatakan pesawat-pesawat nirawak tersebut “menyimpang dari jalur penerbangannya” karena manuver gangguan atau intersepsi oleh Ukraina dan Rusia.

    Rusia membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut. “Kami menganggap tuduhan itu tidak berdasar,” ujar Andrei Ordash, kuasa usaha ad interim Kedutaan Besar Rusia di Warsawa dalam sebuah pernyataan. Polandia sejauh ini belum memberikan bukti asal usul pesawat nirawak tersebut dari Rusia.

    Zelensky dan Kallas: bukan kecelakaan, bukan kebetulan

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuntut tanggapan yang tegas. Ia menyebut insiden itu sebagai “preseden yang sangat berbahaya bagi Eropa.” Bukti semakin kuat bahwa insiden tersebut bukanlah kecelakaan, tulis presiden Ukraina di kanal media sosial. Presiden Kremlin Vladimir Putin tidak akan berhenti “menguji barat” selama ia tidak “ditindak tegas” atas agresinya, tambah Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha.

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyatakan bahwa ada “tanda-tanda bahwa hal itu disengaja, bukan kebetulan.” Kallas menambahkan bahwa ini adalah “pelanggaran paling serius wilayah udara Eropa oleh Rusia sejak awal perang.” Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, meyakinkan Parlemen Eropa di Strasbourg: “Eropa mendukung Polandia dengan solidaritas penuh.”

    Polandia, anggota Uni Eropa, merupakan sekutu politik dan militer yang penting bagi Ukraina, yang secara teritorial juga berbatasan langsung dengan Ukraina. Negara tetangga Jerman ini berperan penting sebagai pusat logistik bantuan militer Barat.

    Polandia juga merasa terancam oleh Rusia dan kini sedang secara masif mempersenjatai dirinya. Negara ini tengah siaga tinggi sejak roket Ukraina yang ditujukan menangkis serangan Rusia, lepas sasaran dan menghantam sebuah desa di selatan Polandia pada 2022, menewaskan dua orang.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya” di sini:

    (ita/ita)

  • Tak Cuma Kim Jong Un, Vladimir Putin Juga Disebut Bawa Urine-Fesesnya usai dari LN

    Tak Cuma Kim Jong Un, Vladimir Putin Juga Disebut Bawa Urine-Fesesnya usai dari LN

    Jakarta

    Belakangan ramai disorot setelah staf Korea Utara tampak membersihkan jejak Kim Jong Un setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing. Bahkan, Kim Jong Un juga disebut membawa toilet pribadinya ke Beijing. Langkah ini disebut untuk menyembunyikan informasi apa pun terkait kondisi kesehatannya.

    Hal serupa juga diterapkan oleh Putin saat menghadiri KTT Alaska (Alaska Summit) bersama Presiden AS Donald Trump yang diadakan pada 15 Agustus 2025. Menurut laporan The Express US, pengawal Putin dilaporkan membawa koper berisi feses untuk mencegah kekuatan asing memperoleh informasi tentang kesehatan pemimpin Rusia tersebut.

    “Para pengawal Putin mengumpulkan kotorannya dan membawanya kembali ke Rusia ketika sang pemimpin bepergian ke luar negeri,” lapor The Express US, dikutip dari NDTV.

    Selama pertemuan Putin, langkah-langkah keamanan ketat diberlakukan untuk melindungi dirinya. Ia dikelilingi oleh para pengawal, dan berbagai prosedur dijalankan demi menjaga keselamatan serta melindungi intelijen Rusia.

    Mengutip jurnalis investigasi Regis Gente dan Mikhail Rubin di majalah Prancis Paris Match, The Express US melaporkan anggota Dinas Perlindungan Federal (FPS) Rusia mengumpulkan limbah tubuh Putin, termasuk feses, menyimpannya dalam kantong khusus, lalu membawanya dengan koper khusus.

    Langkah keamanan tersebut kabarnya sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu, termasuk ketika Putin berkunjung ke Prancis pada Mei 2017, menurut laporan The Express US. Diduga, tindakan ini dilakukan untuk mencegah pihak asing mengambil sampel limbah tubuh Putin yang bisa saja mengungkap informasi tentang kondisi kesehatannya.

    Jurnalis Farida Rustamova juga melaporkan bahwa prosedur serupa diterapkan saat kunjungan Putin ke Wina, saat ia menggunakan toilet portabel.

    “Seorang sumber mengatakan bahwa praktik ini sudah dilakukan presiden sejak awal kepemimpinannya pada 1999,” tulis The Express US.

    Laporan ini muncul di tengah spekulasi yang terus beredar mengenai kesehatan presiden berusia 72 tahun tersebut. Kekhawatiran meningkat setelah Putin terlihat menggoyangkan kakinya saat konferensi pers di Astana, Kazakhstan, November lalu. Menurut dr Bob Berookhim, hal itu bisa jadi gejala kondisi neurologis seperti Parkinson, sebagaimana dikutip The Express US.

    Putin juga pernah terlihat gelisah di kursinya saat bertemu Presiden Belarus, Alexandr Lukashenko, pada 2023. Sementara pada 2022, Kremlin sempat menepis rumor yang beredar di kanal Telegram General SVR, yang menuduh Putin mengalami ‘insiden memalukan’ setelah terjatuh.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Xi Jinping Unjuk Kekuatan di Parade Militer Bersama Putin-Kim

    Xi Jinping Unjuk Kekuatan di Parade Militer Bersama Putin-Kim

    Jakarta

    Dalam parade militer besar-besaran di Beijing pada hari Rabu (06/09, diapit oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dari Rusia dan Kim Jong Un dari Korea Utara. Presiden Cina Xi Jinping memperingatkan dunia bahwa dunia sedang menghadapi pilihan antara “perdamaian atau perang”.

    Acara yang memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada akhir Perang Dunia II ini sebagian besar dijauhi oleh para pemimpin Barat, karena perang Ukraina dan ambisi nuklir Kim yang hadir sebagai tamu kehormatan.

    Dirancang untuk memproyeksikan kekuatan militer dan pengaruh diplomatik Cina, parade ini juga hadir di saat perang tarif Presiden AS Donald Trump dan kebijakan fluktuatif yang membebani hubungan baik dengan sekutu maupun saingan. “Saat ini, umat manusia dihadapkan pada pilihan damai atau perang, dialog atau konfrontasi, sama-sama menguntungkan atau sama-sama menguntungkan,” ujar Xi kepada lebih dari 50.000 penonton di Lapangan Tiananmen, seraya menambahkan bahwa Cina “berdiri teguh di sisi sejarah yang benar”.

    Menumpang sebuah limusin beratap terbuka, Xi kemudian memeriksa pasukan dan peralatan militer mutakhir seperti rudal hipersonik, drone bawah air, dan ‘robot serigala’ yang dipersenjatai.

    Helikopter yang membawa spanduk besar dan jet tempur terbang dalam formasi selama pertunjukan selama 70 menit yang berpuncak pada pelepasan 80.000 burung ‘perdamaian’.

    Mengenakan setelan tunik dengan gaya yang dikenakan oleh mantan pemimpin Mao Zedong, Xi sebelumnya menyapa lebih dari 25 pemimpin di karpet merah, termasuk Prabowo Subianto dari Indonesia yang tampil mengejutkan meskipun aksi protes meluas di dalam negeri.

    Duduk di antara Putin dan Kim, Xi berulang kali terlibat dalam percakapan dengan kedua pemimpin tersebut sementara ribuan pasukan berlalu lalang di hadapan mereka. Ini menandai pertama kalinya ketiganya tampil bersama di depan umum.

    Dalam sebuah unggahan yang ditujukan kepada Xi di Truth Social saat parade dimulai, Trump menyoroti peran AS dalam membantu Cina mempertahankan kemerdekaannya dari Jepang selama Perang Dunia Kedua.

    “Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tambah Trump.

    Kremlin menjawab Putin tidak berkonspirasi melawan Amerika Serikat dan mengisyaratkan bahwa Trump sedang bersikap ironis dalam pernyataannya.

    Visi global Cina

    Xi telah menggambarkan Perang Dunia Kedua sebagai titik balik utama dalam “peremajaan besar bangsa Cina”, di mana ia berhasil mengatasi penghinaan akibat invasi Jepang dan menjadi kekuatan global yang kuat.

    Awal pekan ini, Xi mengungkap visinya tentang tatanan dunia baru di sebuah pertemuan puncak keamanan regional, menyerukan persatuan melawan “hegemonisme dan politik kekuasaan”, sebuah sindiran terselubung terhadap saingannya di seberang Samudra Pasifik.

    “Xi merasa yakin bahwa keadaan telah berbalik. Cina yang kembali memegang kendali sekarang,” kata Wen-Ti Sung, peneliti di Global China Hub Dewan Atlantik, yang bermarkas di Taiwan.

    “Yang dibicarakan tentang sumber utama ketidakpastian dalam sistem internasional adalah unilateralisme ala Trump, bukan diplomasi serigala Cina.”

    Dalam resepsi mewah setelah parade di Balai Agung Rakyat, Xi menyampaikan kepada para tamunya bahwa umat manusia tidak boleh kembali kepada “hukum rimba”.

    Di luar kemegahan dan propaganda, para analis mengamati apakah Xi, Putin, dan Kim akan mengisyaratkan hubungan pertahanan yang lebih erat setelah pakta yang ditandatangani oleh Rusia dan Korea Utara pada Juni 2024, dan aliansi serupa antara Beijing dan Pyongyang, sebuah hasil yang dapat mengubah kalkulasi militer di kawasan Asia-Pasifik.

    Putin telah mencapai kesepakatan energi yang lebih erat dengan Beijing selama kunjungannya ke Cina, sementara pertemuan tersebut telah memberi Kim yang tertutup kesempatan untuk mendapatkan dukungan implisit bagi senjata nuklirnya yang dilarang.

    Sudah 66 tahun sejak seorang pemimpin Korea Utara terakhir kali menghadiri parade militer Cina. Kim juga berjabat tangan dengan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan, Woo Won-shik sebelum parade dimulai.

    Pyongyang telah menolak tawaran Seoul baru-baru ini untuk menstabilkan hubungan yang memburuk antara kedua Korea, yang secara teknis berperang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, namun bukan perjanjian damai.

    Musuh AS

    Bergabung dengan Putin dan Kim termasuk Presiden Iran Masoud Pezeshkian, yang semuanya dianggap sebagai musuh AS. Sekutu dekat Rusia, Presiden Belarus Alexander Lukashenko, berjalan di samping Kim setelah berfoto bersama dengan para pemimpin lainnya.

    Pemimpin-pemimpin Asia selain Presiden Prabowo Subianto, yang hadir di antaranya Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Presiden Vietnam Luong Cuong, dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

    Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa dan Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso juga masuk dalam daftar tamu. Presiden Kuba Miguel Daz-Canel adalah satu-satunya pemimpin dari Amerika Latin yang hadir.

    Tamu lainnya adalah Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan. Daftar tamu tersebut sangat tumpang tindih dengan pertemuan puncak tahunan Organisasi Kerja Sama Shanghai beberapa hari sebelumnya, tetapi ada beberapa wakil penting yang meninggalkan acara sebelum parade, termasuk perwakilan dari India dan Turki.

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengunggah kata-kata hangat tentang pertemuan dengan Xi dan Putin di platform media sosial X. Ia mengunggah foto dirinya dan Putin yang sedang bepergian bersamanya, mengatakan bahwa “percakapan dengannya selalu memberikan wawasan,” dan menulis bahwa ia memiliki “pertemuan yang bermanfaat” dengan Xi.

    Sebagian besar pemimpin Eropa tidak hadir. Selain Putin dan Lukashenko, hanya sedikit pemimpin Eropa yang menghadiri parade tersebut. Serbia mengirimkan Presiden Aleksandar Vucic yang pro-Rusia dan Slowakia mengirimkan Perdana Menteri Robert Fico.

    *Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga Video Putin Disambut Hangat Xi Jinping dalam Pertemuan di China

    (ita/ita)

  • Momen Prabowo bersanding dengan Xi Jinping dan Putin di parade militer

    Momen Prabowo bersanding dengan Xi Jinping dan Putin di parade militer

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto bersanding dengan pimpinan negara lain, mulai dari Presiden China Xi Jinping hingga Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri Perayaan 80 Tahun Kemenangan Perang Perlawanan Rakyat China di Tian’anmen, Beijing, China, Rabu.

    Sebagaimana keterangan yang diterima, Rabu, setibanya di Tian’anmen, Prabowo berjalan melewati pasukan jajar kehormatan. Sebelum mengikuti sesi foto bersama, Prabowo disambut hangat oleh Xi Jinping beserta Ibu Negara Peng Liyuan.

    Prabowo hadir dengan setelan jas abu-abu dan peci hitam sebagai simbol budaya Indonesia di panggung internasional menegaskan jati diri bangsa.

    Dalam sesi foto bersama, Prabowo tampak berdiri di sebelah Putin. Usai sesi foto bersama, Prabowo bersama para pemimpin dunia lainnya kemudian bergerak menuju Tian’anmen Rostrum.

    Dalam formasi podium kehormatan di Tiananmen Square, Prabowo duduk di barisan terdepan, dengan Xi Jinping dan Putin tepat di sebelah kiri Prabowo. Dalam barisan tersebut nampak pula Pemimpin Besar Korea Utara Kim Jong-un. Prabowo juga menjadi tamu terakhir yang tiba di lokasi parade.

    Pada momen perayaan tahun ini, sebanyak 26 pemimpin setingkat kepala negara atau kepala pemerintahan hadir, nampak di antaranya Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

    Tidak hanya itu, sejumlah pemimpin organisasi internasional seperti Presiden New Development Bank (NDB), Dilma Roussef turut hadir pada perayaan ini. Pada berbagai kesempatan, Prabowo tampak berbincang dengan para pemimpin negara yang hadir.

    Usai kegiatan di Tian’anmen, Prabowo bersama para pemimpin negara lainnya kemudian menuju Great Hall of the People untuk menghadiri resepsi yang digelar oleh Xi Jinping sebagai ajang diplomasi yang makin mempererat hubungan antarnegara.

    Kehadiran Prabowo di China menegaskan peran aktif Indonesia dalam menjaga hubungan baik dengan negara-negara sahabat, serta memperkuat diplomasi di dunia internasional.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Benardy Ferdiansyah
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.