Negara: Belanda

  • Legislator PKS Tolak Klaim Tanah Ahli Waris Warga Jerman Era Kolonial di Jember

    Legislator PKS Tolak Klaim Tanah Ahli Waris Warga Jerman Era Kolonial di Jember

    Jember (beritajatim.com) – Nurhasan, legislator Partai Keadilan Sejahtera di DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur, menolak klaim ahli waris warga Jerman, Victor Clemens Boon, yang diwakili Perkumpulan Penggarap Tanah Telantar (P2T2) atas tanah seluas 2.100 hektare di Kabupaten Jember.

    Ketua Pendiri P2T2 Iskandar Sitorus menyatakan, tanah yang terletak di Kecamatan Puger, Rambipuji, dan Silo itu dibeli Clemens Boon pada 1930, saat belum dihuni warga. Kendati membayar pajak hingga 1957, Clemens Boon akhirnya kehilangan hak atas tanah setelah Presiden Soekarno menasionalisasi seluruh aset yang dikuasai pihak asing. Clemens Boon bangkrut.

    Saat ini, P2T2 tengah berusaha mendapatkan kembali hak atas tanah yang sekarang dikuasai perkebunan negara. Mereka berjanji hanya akan mencari lahan-lahan yang telantar atau tak terurus untuk dikuasai. Sementara lahan yang sudah dikuasai dan diduduki warga selama puluhan tahun akan dilepaskan dan disertifikasi untuk warga bersangkutan.

    “Intinya P2T2 ingin mempertemukan pengelola lahan hari ini dengan ahli waris untuk mencari solusi jalan tengah. Sedangkan secara de facto tanah-tanah yang dikuasai masyarakat itu hari ini diklaim milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara),” kata Nurhasan, ditulis Selasa (26/3/2024).

    Nurhasan mengaku bingung dengan permintaan P2T2. “Selama ini kita tidak menyangka. Banyak persoalan yang masuk ke Komisi A soal permohonan masyarakat untuk menguasai tanah yang mereka garap kepada PT Perkebunan. Secara de jure mereka (perusahaan perkebunan negara) yang memiliki, tapi secara de facto dikuasai masyarakat tapi tak punya bukti apapun secara hukum,” katanya.

    Nurhasan khawatir obyek tanah yang dimohonkan P2T2 sama dengan yang dipersoalkan warga. “Semoga saja beda obyek,” katanya.

    Menurut Nurhasan, tanah peninggalan Belanda di Kecamatan Kencong dan Semboro sangat banyak. “Cuma tidak ada orang dari Belanda yang datang ke Indonesia untuk menuntut. Saya baru ngeh, orang yang dulu menjajah kita, menguasai tanah-tanah itu mungkin tidak dengan membeli tapi merampas, sekarang datang mau menguasai lagi,” katanya.

    “Saya sebagai anggota DPRD Jember tidak rela, kalau ceritanya kayak begini. Saya tidak mendukung sama sekali, karena mereka pada 1930 masih menjajah bangsa ini. Mereka tidak akan membeli (tanah). Potong jari saya, kalau mereka membeli dari masyarakat pada waktu itu. Mereka bisanya hanya merampas hak milik masyarakat pribumi,” kata Nurhasan.

    “Setelah kita merdeka, mereka minggat ke negara masing-masing. Tanah dikuasai pemerintah. Pemerintah tidak bisa menggarap dan digarap oleh masyarakat. Saya seratus persen tidak mendukung rencana P2T2. Biarkan saja tanah itu dikuasai masyarakat tetap atas nama PTP,” kata Nurhasan.

    Nurhasan yakin tanah yang dikuasai Clemens Boon juga diakuisis dari masyarakat dengan memaksa. “Saya yakin itu. Jadi saya secara pribadi tidak mendukung gerakan penguasaan tanah-tanah itu oleh Wong Londo,” katanya.

    Sitorus membantah anggapan Nurhasan. “Victor Clemens Boon bukan penjajah. Dia pengusaha. Pertama, dia warga negara Jerman, bukan warga negara Belanda. Lalu pada 1930, dia bayar pajak. Artinya orang yang patuh pada aturan,” katanya.

    Menurut Sitorus, istri Clemens Boon adalah perempuan pribumi Jember dan dimakamkan di Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates. “Jadi perspektif penjajah itu jahat iya. Tapi bukan berarti semua orang yang datang ke Indonesia dulu itu orang jahat. “Coba di mana kah orang ini (Clemens Boon) disebut orang jahat? Dia bayar pajak,” katanya.

    Pemerintah menasionalisasi tanah yang dikuasai warga asing untuk kemudian dikelola menjadi perusahaan perkebunan negara pada 1957. “Ciri-ciri tanah peninggalan Belanda yang kemudian menjadi tanah negara berstatus HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), atau hutan,” kata Sitorus.

    Clemens Boon meninggal dunia pada 14 Agustus 1963. Istrinya, Kartini, meninggal tiga dasawarsa kemudian, yakni pada 16 November 1994. Ineke meninggal dunia pada 3 Agustus 2007 dan suaminya, Slamet, wafat pada 12 Desember 2013 meninggalkan dua orang anak, Winangku Prihatiningsih dan Bagus Ari Wibowo.

    Sitorus mengatakan, penyelesaian masalah tanah ini bukan oleh P2T2, melainkan oleh pemerintah dan parlemen daerah melalui GTRA (Gugus Tugas Reforma Agraria). “Kami mendorong pemerintah agar Forkopimda dan bupati bisa tergerak menuntaskan hal-hal yang kami sajikan sesuai dokumen yang ada,” katanya. [wir]

  • Ahli Waris Warga Jerman Era Kolonial Klaim 2.000 Hektare Tanah di Jember

    Ahli Waris Warga Jerman Era Kolonial Klaim 2.000 Hektare Tanah di Jember

    Jember (beritajatim.com) – Ahli waris warga Jerman, Victor Clemens Boon, yang diwakili Perkumpulan Penggarap Tanah Telantar (P2T2) Jawa Timur mengklaim kurang lebih 2.100 hektare tanah di Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang mayoritas berstatus hak guna usaha perkebunan milik negara.

    Mereka meminta kepada Pemerintah dan DPRD Kabupaten Jember untuk menggerakkan mekanisme GTRA (Gugus Tugas Reformasi Agraria) terhadap seluruh tanah eks verponding Indonesia atas nama Victor Clemens Boon, di Kecamatan Puger, Rambipuji, dan Silo.

    “Tanah ini dibeli Victor Clemens Boon. Dia masuk pada 1930 belum ada warga. Itu bisa dideteksi. Catatannya di Balai Harta Peninggalan, di BPN (Badan Pertanahan Nasional). Lantas Clemens Boon bayar pajak sampai 1957,” kata Ketua Pendiri P2T2 Iskandar Sitorus, dalam rapat dengar pendapat di Komisi A DPRD Jember, Senin (25/3/2024).

    Sekitar dua ribu hektare tanah di Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, yang berbatasan dengan hutan diklaim menjadi hak milik Clemens Boon. Sementara letak tanah milik Clemens Boon di Kecamatan Rambipuji terletak di utara stasiun dengan luas 4,5 hektare dan 3 hektare terletak di sisi utara alun-alun Kecamatan Puger. Lahan tersebut saat ini dihuni masyarakat Puger.

    Menurut Sitorus, istri Clemens Boon adalah perempuan pribumi Jember dan dimakamkan di Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates. “Jadi perspektif penjajah itu jahat iya. Tapi bukan berarti semua orang yang datang ke Indonesia dulu itu orang jahat,” katanya.

    Berdasarkan berkas dokumen yang diberikan P2T2 ke Komisi A, diketahui bahwa Clemens Boon menikah dengan Kartini binti Pak Suna pada 1939 dan memiliki anak bernama Ineke Irawati.

    “Victor Clemens Boon bukan penjajah. Dia pengusaha. Pertama, dia warga negara Jerman, bukan warga negara Belanda. Lalu pada 1930, dia bayar pajak. Artinya orang yang patuh pada aturan,” kata Sitorus.

    Namun pada 1957, pemerintah menasionalisasi tanah yang dikuasai warga asing untuk kemudian dikelola menjadi perusahaan perkebunan negara. “Ciri-ciri tanah peninggalan Belanda yang kemudian menjadi tanah negara berstatus HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), atau hutan,” kata Sitorus.

    Clemens Boon meninggal dunia pada 14 Agustus 1963. Istrinya, Kartini, meninggal tiga dasawarsa kemudian, yakni pada 16 November 1994. Ineke meninggal dunia pada 3 Agustus 2007 dan suaminya, Slamet, wafat pada 12 Desember 2013 meninggalkan dua orang anak, Winangku Prihatiningsih dan Bagus Ari Wibowo.

    Berbeda dengan klaim atas tanah di Dago Elos di Bandung, Jawa Barat, yang justru berkonflik dengan warga, Sitorus mengatakan, klaim atas tanah oleh ahli waris Clemens Boon tidak akan memicu konflik dengan warga. Hal ini dikarenakan P2T2 menempuh jalur kebijakan politik melalui GTRA dan bukan jalur peradilan. “Usul inisiasi bagaimana ditetapkan, kami manut,” kata Sitorus.

    Selain itu, lanjut Sitorus, ahli waris hanya mencari tanah hak milik mereka yang masih kosong atau telantar. Sementara untuk tanah yang sudah dihuni warga, ahli waris Clemens Boon mengikhlaskan. “Kami membantu warga untuk hendak sertifikasi tanah, kami secara hukum akan melepaskannya,” katanya.

    P2T2 mengantongi dokumen buku verponding sejak era sebelum kemerdekaan RI dan bukti pajak sampai 1957 sebagai bukti hak atas tanah. Sitorus berharap DPRD Jember dapat memfasilitasi penyelesaian tuntutan hak atas tanah ini melalui GTRA.

    “Kami sudah mendeteksi di lapangan dan melihat apapun yang diperlukan kami ikut manut sebagaimana diharapkan tim Gugus Tugas Reforma Agraria. Ini bagaimana everybody happy,” kata Sitorus.

    Langkah yang diambil P2T2 tak lepas dari adanya sejumlah lahan yang saat ini dikuasai perkebunan negara tidak dimanfaatkan alias telantar. “Kami hakkul yakin sebagian tanah PTP telantar. Maka itu bisa ada penggarap di atas tanah HGU (Hak Guna Usaha),” kata Sitorus.

    Klaim ahli waris Clemens Boon itu akan menjadi pintu masuk bagi redistribusi tanah untuk warga. P2T2 bersedia membantu ahli waris mendapatkan hak atas tanah yang saat ini dikuasai negara, dengan syarat tanah yang sudah dihuni warga tidak diklaim juga. Justru Sitorus ingin klaim ahli waris atas lahan itu bisa menjadi solusi atas sengketa antara warga dengan perkebunan milik negara di beberapa titik.

    “Kami yakinkan keluarga ahli waris agar tidak egois. Pemerintah sudah mengatur dan secara faktual rakyat sudah ada di atas tanah itu. Oleh sebab itu lebih baik berkolaborasi. Mereka setuju,” kata Sitorus.

    Ada sejumlah tanah di sebelas kabupaten dan kota di Jawa Timur. P2T2 mendekati masyarakat di atas lahan itu. “Pemilik pun setuju mengikhlaskan tanah itu. Pertama dilepas dulu ke negara, jadi ketika masyarakat dapat, mereka tidak iri dan marah,” kata Sitorus.

    “Kami berharap DPRD Kabupaten Jember bisa menata kelola dua ribu hektare lebih tanah. Bukan kita mau membongkar-bongkar atau membangkitkan masa lalu. Tapi bagaimana baiknya mekanisme yang dikendalikan pemerintah daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah bisa lebih mumpuni,” kata Sitorus.

    Sitorus memperkirakan, jika 2.100 hektare itu didistribusikan, maka setidaknya rakyat bisa menerima 60 persen dari seluruh HGU perkebunan negara. “Itu jika perusahaan itu tidak terbukti menelantarkan tanah yang dikuasainya,” katanya.

    Sitorus mengingatkan, perusahaan perkebunan negara tidak pernah membeli dan mengganti rugi atas tanah yang dikuasai saat ini. “Mendapatkannya hanya dengan keputusan negara melalui Menteri Dalam Negeri pada masa itu. Setelah mereka lebih dari 60 tahun menata kelola tanah itu, tidak elok juga kalau tanah itu tidak pernah terdistribusi kepada masyarakat,” katanya.

    Sitorus meminta Komisi A DPRD Jember menelusuri penetapan HGU perkebunan negara dan hutan. “Yang kami mau tahu adalah rasa keadilan atas tanah yang ‘dirampas’ dan ditetapkan menjadi HGU atau ‘dirampas’ dan ditetapkan menjadi hutan,” katanya.

    Kebijakan pemerintahan Joko Widodo membuka peluang untuk redistribusi tanah. “Pada masa pemerintahan saat ini, hampir tiga juta hektare hutan dilepaskan menjadi tidak berfingsi hutan. Kenapa di Jember, Jawa Timur, hal itu tidak bisa diberlakukan seperti wilayah lain,” kata Sitorus.

    Sitorus yakin redistribusi lahan milik Clemen Boon yang saat ini dikuasai perkebunan negara justru akan menguntungkan Pemerintah Kabupaten Jember. “Jika tanah-tanah itu diredistribusi kepada warga kisaran 40 persen saja, maka secara administratif ada 800 hektare tanah yang akan bersertifikat dan jadi milik rakyat,” katanya.

    “Kalau dari 800 hektare ini lahir SPPT PBB dan transaksi jual-beli antarwarga masyarakat, tumbuh kembang BPHTB, dan ada retribusi untuk pembangunan rimah dan lain-lan, akan memberikan pendapatan asli daerah,” kata Sitorus. [wir]

  • Arkeolog Dunia Arab Dilarang Ganggu Kuburan Muslim

    Arkeolog Dunia Arab Dilarang Ganggu Kuburan Muslim

    Jakarta

    Timur Tengah adalah harta karun bagi para arkeolog. Mereka berkumpul di sana dari seluruh dunia untuk mempelajari artefak berharga, reruntuhan, dan fosil tulang kuno.

    Namun secara umum, penelitian terhenti ketika mencoba mempelajari kerangka manusia yang meninggal dalam 1.400 tahun terakhir.

    “Di Bahrain dilarang menyentuh jenazah orang yang dikuburkan berdasarkan agama Islam,” jelas Salman Almahari, kepala pelestarian warisan di Kementerian Kebudayaan dan Purbakala, otoritas yang bertanggung jawab atas penggalian di pulau tersebut, dikutip dari Al Fanar Media.

    “Setiap kali kami menggali situs Islam, kami berhenti jika menemukan kuburan. Tetapi pada kuburan zaman pra-Islam kita bebas melakukan apapun yang kita inginkan,” katanya.

    Ia menyebutkan, para peneliti harus menghormati Muslim yang meninggal, sesuai dengan keyakinan agamanya. Sebaliknya, di Eropa, menggali tulang dari zaman kuno hingga sisa-sisa manusia yang baru berusia satu atau dua abad merupakan hal yang lumrah. Bahkan mantan raja Inggris pun tidak terkecuali.

    Namun perbedaan keyakinan berarti bahwa pengetahuan arkeologi tentang kehidupan di dunia Arab sejak berdirinya Islam tidak memiliki data penting dibandingkan dengan periode waktu yang sama di Barat.

    “Ini merupakan peluang yang hilang, namun hal ini juga dapat dimengerti,” kata Timothy Insoll, seorang profesor Arkeologi Afrika dan Islam di University of Manchester di Inggris.

    Dia mengatakan, larangan menggali kuburan umat Islam adalah kebijakan di sebagian besar dunia Islam, bukan hanya di Timur Tengah.

    Ia tidak mempermasalahkan pencabutan larangan tersebut karena menurutnya penting bagi akademisi untuk menghormati budaya di negara tempat mereka melakukan penelitian. Namun kebijakan tersebut telah mengubah pandangan para arkeolog mengenai sejarah terkini di wilayah tersebut.

    “Arkeologi di dunia Islam cenderung mengarah ke seni, yang berfungsi untuk memperkuat pandangan tentang hal-hal indah dan arsitektur daripada gambaran keseluruhan,” jelasnya.

    “Kami tidak tahu apa-apa tentang catatan penyakit. Kami mendapat gambaran tentang usia kematian dari batu nisan, tapi hanya orang kaya yang mampu membeli batu nisan,” tambahnya.

    Selain itu, para arkeolog di wilayah tersebut tidak mengetahui banyak tentang kematian anak, kematian gender, atau pola migrasi manusia karena studi tentang kuburan Muslim tidak diizinkan.

    Almahari ingin mengambil DNA dari tulang-tulang di Bahrain dan membandingkan hasilnya dengan orang-orang yang saat ini tinggal di sana untuk mendapatkan gambaran tentang migrasi di masa lalu.

    “Saya ingin tahu dari mana orang-orang tersebut berasal dan kapan mereka tiba di Bahrain. Saya berharap kita bisa melakukan ini,” katanya.

    Analisis DNA semacam itu tidak memerlukan seluruh kerangka untuk dibawa ke laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan potongan-potongan yang terkelupas dari tulang. Namun, mengambil jenazah untuk mengambil sampel masih dipandang sebagai prosedur invasif.

    Sebelum memulai penelitian di situs arkeologi, para peneliti mencoba memeriksa apa yang ada di bawah permukaan, untuk meminimalkan kemungkinan tidak sengaja mengganggu kerangka yang terkubur secara agama Islam.

    Pemindaian bawah permukaan membantu dalam hal ini. Sinyal radar diarahkan ke permukaan tanah, dan benda-benda seperti sisa-sisa manusia memantulkan sinyal-sinyal ini kembali ke permukaan. Hasil akhirnya adalah peta bawah tanah, dan menunjukkan ke arah mana jenazah dikuburkan.

    “Ketika jenazah seorang muslim dimasukkan ke dalam kubur, maka jenazahnya harus menghadap ke arah Makkah,” jelas Almahari.

    Ada juga pengetahuan lainnya. Jika seseorang dikuburkan di samping harta karun, itu merupakan indikasi bahwa ia mungkin telah meninggal sebelum Islam menyebar.

    Kadang-kadang, para arkeolog secara tidak sengaja mengganggu kerangka yang kemudian diketahui adalah kerangka dari seorang Muslim. Peristiwa tersebut mungkin jarang terjadi, namun pendapat mengenai apa yang harus dilakukan dalam skenario seperti itu berbeda-beda.

    Hal ini tidak pernah terjadi pada Insoll, namun menurutnya kejujuran adalah kebijakan terbaik. “Saya akan melibatkan Imam dari masjid setempat dan meminta maaf. Saya tidak akan menutupinya. Saya akan mengakuinya,” ujarnya.

    Almahari, sebaliknya, menyarankan pendekatan yang lebih halus. Dia mengatakan dia akan menguburkan kembali jenazahnya dengan bermartabat dan membiarkannya tanpa memberitahu siapa pun, karena takut menimbulkan kemarahan masyarakat setempat. “Jika orang tahu kami yang menggali kuburan, mereka akan sangat marah,” katanya.

    Beberapa negara Arab tidak terlalu ketat dalam larangan mengganggu orang mati. Di Yordania misalnya, masih dilarang menggali kuburan Islam dengan sengaja, namun jika hal itu terjadi secara tidak sengaja maka arkeolog diperbolehkan mempelajari apa yang telah mereka gali.

    Hal ini pernah terjadi pada Peter Akkermans, seorang profesor Arkeologi Timur Dekat di University of Leiden di Belanda. “Itu terjadi. Tidak ada yang bisa memprediksinya,” katanya.

    “Anda diperbolehkan untuk mempelajarinya, namun Anda harus menguburnya kembali, biasanya dalam beberapa bulan,” jelas Akkermans.

    Sayangnya, periode penelitian yang relatif singkat ini berarti jumlah informasi yang dapat diambil Akkerman dari tulang yang digali secara tidak sengaja sangatlah terbatas.

    “Anda dapat mempelajari usia, jenis kelamin, dan penyakit, tetapi ini bukanlah penyelidikan yang terstruktur,” sebutnya.

    Dengan tidak adanya penelitian yang dirancang khusus untuk mempelajari pemakaman Islam, para arkeolog beralih ke teknik lain untuk mengisi kesenjangan pengetahuan.

    Misalnya, Almahari melihat benda-benda lain di sekitar kuburan, benda-benda yang dapat dia peroleh informasinya. Dalam salah satu contohnya, ia menggambarkan bagaimana sekelompok arkeolog di Bahrain menemukan potongan tanah liat saat melakukan penggalian di sebuah situs Islam.

    Tanah liat yang mereka temukan merupakan sisa-sisa turbah, sebuah perangkat yang sering digunakan dalam sembahyang. “Ini hanya digunakan oleh Muslim Syiah. Jadi menurut kami ini digunakan oleh orang-orang yang datang dari Irak,” kata Almahari.

    Selain tembikar, Almahari mengatakan bahwa prasasti makam, reruntuhan, dan literatur membantu memberikan gambaran tentang masa lalu kawasan tersebut.

    “Kami bisa mendapatkan sekitar 95% informasi yang kami perlukan dari temuan ini. Tapi kami masih memerlukan kerangka untuk analisis DNA untuk mendapatkan lima persen lainnya,” katanya.

    Kedengarannya memang seperti kesenjangan pengetahuan yang sangat besar, namun hal ini hanya bisa diisi dengan data genetik yang tersembunyi di dalam tulang-tulang kuburan Muslim.

    Para arkeolog ingin menghormati keinginan dan adat istiadat Islam, namun banyak juga yang menikmati kesempatan mengambil sampel tulang untuk lebih memahami pola migrasi manusia terkini di wilayah tersebut.

    (rns/afr)

  • Kisah Mistis di Balik RS Gatoel Mojokerto: Pembuangan Jenazah Pejuang dan Luka Perang

    Kisah Mistis di Balik RS Gatoel Mojokerto: Pembuangan Jenazah Pejuang dan Luka Perang

    Mojokerto (beritajatim.com) -Kisah Kebakaran di RS Gatoel Kota Mojokerto membuat warga menjadi mengingat nostalgia saat menjalani perawatan medis atau sedang merasakan pemeriksaan di RS terkemuka di Kota Mojokerto ini.

    Bagi sebagian warga sekitar, area belakang RS Gatoel Mojokerto menyimpan aura mistis dan cerita-cerita angker. Di balik megahnya bangunan modern, tersimpan sejarah kelam yang meninggalkan jejak tak terlupakan.

    Berdasarkan penelusuran Ayuhanafiq, seorang penulis sejarah Mojokerto di Facebook (beritajatim.com telah meminta ijin untuk menculpiknya).

    “Pada masa revolusi, RS Gatoel diambil alih oleh Republik Indonesia,” kata Ayuhanafiq.

    Mojokerto menjadi pusat pengungsian dan RS Gatoel pun menjadi rumah sakit Divisi IV Narotama pimpinan Kolonel Sungkono.

    Peralatan kesehatan dari RS Simpang Surabaya dipindahkan ke RS Gatoel untuk meningkatkan kemampuannya dalam menangani korban pertempuran. Lorong dan teras pun dimanfaatkan sebagai ruang perawatan karena jumlah pasien yang membludak.

    Pada pertengahan Maret 1947, Belanda menduduki Mojokerto dan RS Gatoel. Pasien yang kebanyakan pejuang tidak sempat dievakuasi dan mengalami nasib tragis.

    Menurut beberapa kesaksian, tentara Belanda membunuh sebagian pejuang dan menguburkan mereka dalam lubang besar di belakang rumah sakit.

    Setelah kemerdekaan, RS Gatoel dibagi dua. Sebagian digunakan oleh TNI dan dinamai RS Hoediono Singgih, sedangkan sisanya dikembalikan kepada pihak PN Perkebunan dan berkembang menjadi RS Gatoel yang kita kenal sekarang.

    Kisah kelam di balik RS Gatoel menjadi pengingat sejarah kelam bangsa. Luka perang dan pengorbanan para pejuang terekam dalam setiap sudut bangunan, dan aura mistis yang tercipta menjadi pengingat akan tragedi yang tak terlupakan. (ted)

  • Menelusuri RS Gatoel Mojokerto: Dulunya Milik Juragan Pabrik Gula Belanda Eschauzier

    Menelusuri RS Gatoel Mojokerto: Dulunya Milik Juragan Pabrik Gula Belanda Eschauzier

    Mojokerto (beritajatim.com) – Kebakaran yang melanda RS Gatoel dini hari tadi membawa kita kembali ke jejak sejarah panjang rumah sakit tersebut. Dahulu, RS Gatoel merupakan milik seorang warga negara Belanda bernama Eschauzier.

    Menurut Ayunafiq dalamm tulisannya di laman facebook (beritajatim.com telah ijin mencupliknya) menjelaskan pada tanggal 4 April 1930, sebuah rumah sakit diresmikan di Mojokerto.

    “Fasilitas kesehatan yang terhitung modern itu dinamakan Eschauzierfabriken Ziekenhuis atau Rumah Sakit Pabrik (Gula) Eschauzier,” kata Ayuhanafiq asal Mojokerto ini menjelaskan.

    Awal Mula Klinik Pabrik Gula

    Letaknya di Jalan Gatoel, membuat masyarakat lebih mengenalnya sebagai Rumah Sakit Gatoel. Sesuai namanya, rumah sakit ini dikhususkan untuk melayani para pegawai pabrik gula milik Eschauzier.

    Sebagai seorang taipan gula, Eschauzier memiliki banyak pabrik gula di wilayah Mojokerto, dengan SF Brangkal, Dinojo, Sentanen Lor, dan Ketanen sebagai yang terbesar. Ribuan orang yang terlibat dalam proses produksi gula membutuhkan layanan kesehatan yang memadai, dan itulah yang mendorong Eschauzier untuk membangun rumah sakit ini.

    Perkembangan Fasilitas Kesehatan

    Awalnya, di lokasi tersebut terdapat sebuah poliklinik bernama Polikliniek Gatoel yang didirikan pada tahun 1927. Seiring meningkatnya jumlah pasien, kebutuhan akan fasilitas yang lebih lengkap pun semakin mendesak.

    Menjadi Rumah Sakit Modern

    Zeikenhuis Eschauzier, nama resmi RS Gatoel saat itu, diawasi langsung oleh Prof. Rodenwaldt dari Dienst der Assaineering, dinas urusan kebersihan. Keterlibatan seorang pejabat dengan gelar akademis tinggi menunjukkan keseriusan Eschauzier dalam membangun fasilitas kesehatan yang modern.

    Melayani Pasien dari Berbagai Golongan

    Meskipun difokuskan untuk para pegawai pabrik gula, RS Gatoel juga melayani pasien umum. Hal ini dikarenakan Mojokerto memiliki populasi orang asing yang cukup besar, yaitu sekitar 10% dari total penduduk 400 ribu jiwa.

    Mayoritas orang asing di Mojokerto, sekitar 1.600 orang, bekerja di industri gula, sedangkan 4.500 orang China berfokus pada sektor perdagangan. Kedua golongan ini menjadi pengguna utama layanan RS Gatoel, bahkan pasien dari Jombang pun turut berobat di sana.

    Jejak Eschauzier di Bidang Kesehatan

    Selain RS Gatoel, Eschauzier juga membangun beberapa poliklinik, seperti di dekat Pabrik Ketanen Kutorejo. Di Surabaya, ia mendirikan Rooms Katholiek Ziekenhuis (RKZ) yang masih dikenal hingga saat ini.

    Kebakaran RS Gatoel menjadi kehilangan besar bagi dunia kesehatan di Mojokerto. Namun, sejarah panjang dan kontribusinya dalam melayani masyarakat akan selalu dikenang. (ted)

  • Kisah Mistis di Balik RS Gatoel Mojokerto: Pembuangan Jenazah Pejuang dan Luka Perang

    Asal Muasal Nama dan Sejarah RS Gatoel Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Hingga kini pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait dengan kebakatan di RS Gatoel Kota Mojokerto.

    Kapolres Mojokerto Kota, AKBP Daniel S Marunduri mengatakan, pihaknya fokus mengamankan lokasi kejadian agar tidak ada pihak luar masuk lokasi kejadian.

    “Kita masih menunggu pihak Labfor Polda Jatim untuk identifikasi TKP,” ungkapnya, Kamis (21/3/2024).

    Awal muasal nama RS Gatoel berasal dari nama jalan karena letaknya ada di Gatoelweg alias Jl Gatoel atau di dekat pemberhentian Gatoel saat jaman Belanda dulu.

    Informasi yang penulisan dapatkan dari Nieuw adresboek van geheel Nederlandsch tahun 1921 disebutkan ada nama Gatoel yaitu Stoppl Modjokerto Stt. Res. Soerabaja. Di buku tersebut juga ada alamaat Halte Gedangan Sidoarjo.

    Sejarah RS Gatoel

    Sementara informasi dari laman facebook PT Nusantara Medika Utama disebutkan Rumah Sakit Gatoel tempo dulu tahun 1927 bernama “ESCHAUZIER KLINIK GATOEL” merupakan anak perusahaan dari ONDERNEMING BELANDA bernama “COOY & COSTER VAN VOORHOUT”.

    Pada tahun 1968 keluarlah peraturan pemerintah No.14 tahun 1968 tentang pendirian perusahaan negara perkebunan atau PNP yang mendapat peralihan dari PPN.

    Pada tahun 1973 disusul dengan undang-undang No 23 Tahun 1973 yang memerintahkan pengalihan PNP menjadi PT perkebunan (Persero).

    Selanjutnya dengan Undang- Undang itu pula diadakan penggabungan antara PNP VVI dan PNP XXII menjadi PT perkebunan XXI-XXII (Persero).

    Kemudian PT perkebunan XXI-XXII, PT Perkebunan XIX dan PT Perkebunan XXVII (Persero) dilebur / digabung menjadi PT Perkebunan Nusantara X (Persero) berdasarkan Peraturan pemerintah No 15 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, dimana PT Perkebunan Nusantara X didalam usahanya mengelola 1 pabrik karung, 6 unit tembakau, 11 pabrik gula dan 4 rumah sakit di mana salah salah satunya adalah Rumah Sakit Gatoel.

    Pada Januari 2013, untuk memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat dan mengacu pada UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, didirikan PT Nusantara Medika Utama sebagai anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (Persero).

    PT Nusantara Medika Utama ini menjalankan bisnis pelayanan jasa kesehatan, yang mana RS Gatoel termasuk menjadi salah satu rumah sakit di bawah pengelolaannya

    PELAYANAN RS GATOEL :
    1. IGD 24 Jam
    2. Radiologi 24 Jam
    3. Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap 24 Jam
    4. Laboratorium 24 Jam
    5. Hemodialisis
    6. Poli Umum dan KIA
    7. Poli Spesialis
    8. Poli Gigi
    9. Rehabilitasi Medik
    10. Kamar Operasi
    11. ICU, HCU, NICU
    12. Medical Check Up
    13. Instalasi Gizi
    14. Ambulance
    15. EEG
    16. USG 4D
    17. CT SCAN 32 SLICE

    PELAYANAN UNGGULAN :
    1. Griya Battra
    Meliputi layanan Akupuntur, Totok Aura, Baby SPA, Baby Swim, Pijat Laktasi, Pijat Bayi
    2. Phaco Emulsifikasi
    Bedah Mata Minim Sayatan (Operasi Katarak)
    3. Poli Eksekutif
    Pelayanan One Stop Service , mulai dari Pendaftaran, Pemeriksaan sampai dengan pembayaran dan pengambilan obat dilakukan di satu tempat
    4. Hemodialisa
    Merupakan suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membantu atau menggantikan fungsi ginjal dalam membuang sisa metabolisme.
    5. Bedah TKV (Toraks, Kardiak dan Vaskuler)
    Pelayanan bedah untuk mendukung pelayanan Hemodialisa dalam menjalani Hemodialisa rutin melalui pemasangan av shunt dan double lumen.(ted)

  • Menelusuri RS Gatoel Mojokerto: Dulunya Milik Juragan Pabrik Gula Belanda Eschauzier

    RS Gatoel Mojokerto Didirikan sekitar Tahun 1927 Milik Onderneming Belanda

    Mojokerto (beritajatim.com) – Rumah Sakit Gatoel kota Mojokerto yang terbakar dini hari tadi tempo dulu ± tahun 1927 bernama “ESCHAUZIER KLINIK GATOEL” merupakan anak perusahaan dari ONDERNEMING BELANDA bernama “COOY & COSTER Van VOORHOUT”.

    Terus berkembang selama lebih dari 9 dekade, RS Gatoel berupaya selalu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, baik secara promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

    Saat ini RS Gatoel memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 181 bed, dengan lebih dari 21 klinik spesialis dengan dukungan sekitar 41 dokter spesialis, serta pelayanan IGD 24 jam, disertai tenaga medis, perawat, dan penunjang medis yang humanis, profesional, dan terlatih. Pelayanan medis dan non medis yang disediakan RS Gatoel kepada pelanggan menggunakan standar pelayanan sesuai Akreditasi KARS dengan predikat paripurna.

    Sejarah RS Gatoel Kota Mojokerto

    1927: Didirikan dengan nama “ESCHAUZIER KLINIK GATOEL” oleh ONDERNEMING BELANDA bernama “COOY & COSTER Van VOORHOUT”.
    1930: Klinik ini mulai melayani masyarakat umum, bukan hanya karyawan perkebunan.
    Perkembangan:

    1950-an: Klinik berkembang menjadi rumah sakit dengan nama “Rumah Sakit Gatoel”.
    1982: Menjadi Rumah Sakit Swasta Kelas B.
    2008: Menjadi Rumah Sakit Swasta Kelas A.
    2013: Menjadi bagian dari PT Nusantara Medika Utama (anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (Persero)) dan Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
    Saat Ini:

    RS Gatoel terus berkembang dengan berbagai fasilitas modern dan layanan kesehatan yang lengkap.
    Menjadi salah satu rumah sakit swasta terbaik di Mojokerto dan Jawa Timur.
    Memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.

    Pencapaian:

    2023: Meraih dua penghargaan bergengsi:
    “Rumah Sakit Swasta Terbaik di Jawa Timur” dari Majalah Bisnis Indonesia dan SWA.
    “The Best Hospital in Patient Safety & Hospital Infection Control” dari Indonesia Hospital Award (IHA).

    Visi & Misi:

    Visi: Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama di Jawa Timur dengan Layanan Bermutu dan Bermartabat.

    Misi:Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan bermartabat.
    Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dan bermoral.
    Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
    Berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

  • Melihat dari Dekat Makam Syekh Jumadil Kubro di Kompek Makam Troyolo Mojokerto

    Melihat dari Dekat Makam Syekh Jumadil Kubro di Kompek Makam Troyolo Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Makam Syekh Jumadil Kubro, punjer Wali Songo berada di Komplek Makam Troloyo yang ada di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Komplek Makam Troloyo yang mempunyai luas sekitar 3,5 acre atau 152 ribu kaki persegi ini terdampat sejumlah makam.

    Komplek Makam Troloyo merupakan pemakaman bagi orang muslim sejak zaman Majapahit tapi tidak semua orang Islam dimakamkan di tempat ini. Namun mereka yang memiliki trah Majapahit. Terdapat 19 nama yang dimakamkan di Makam Troloyo. Di antaranya Syekh Jumadil Kubro, Syekh Al Chusen, Imamudin Sofari.

    Tumenggung Satim Singomoyo, Patas Angin, Nyai Roro Kepyur, Sunan Ngudung, Raden Kumdowo, Ki Ageng Surgi, Syekh Jaelani, Syekh Qohar, serta Ratu Ayu Kenconowungu. Namun makam Syekh Jumadil Kubro paling banyak dikunjungi peziarah. Seperti di malam Jumat Legi atau saat Ramadhan.

    Syekh Jumadil Kubro atau Jamaluddin Hussein Al Akbar lahir sekitar tahun 1270 sebagai putera Ahmad Syah Jalaluddin, bangsawan dari Nasrabad di India. Kakek buyutnya adalah Muhammad Shohib Mirbath dari Hadramaut yang bergaris keturunan ke Imam Jafar Shodiq, keturunan generasi keenam dari Nabi Muhammad SAW.

    Setelah resign dari jabatannya sebagai Gubernur Deccan di India, Jumadil Kubro traveling ke berbagai belahan dunia untuk menyebarkan agama Islam. Karena kemahirannya berdakwah, Sultan Turki Muhammad I memerintahkannya untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Majapahit.

    Syekh Jumadil Kubro wafat dan dimakamkan di Trowulan sekitar tahun 1376 Masehi. Komplek Makam Troloyo yang mempunyai luas sekitar 3,5 acre atau 152 ribu kaki persegi ini terdampat sejumlah makam. Masing-masing kompleks dikelilingi oleh tembok khas Majapahit dan memiliki empat plataran atau empat komplek makam yang cukup luas.

    Tembok yang terbuat dari batu bata itu berdiri setinggi 1,8 meter. Antara komplek satu dengan komplek yang lain dihubungkan dengan jalan setapak yang melambangkan keterhubungan antar komplek. Makam Syekh Jumadil Kubro banyak dikunjungi para peziarah, tak hanya datang dari wilayah Mojokerto saja.

    Koordinator Wisata Desa, Sarjono Suradi mengatakan, jika Syekh Jumadil Kubro merupakan punjer Wali Songo. “Syech Jumadil Kubro datang ke Pulau Jawa sebelumnya 9 wali. Syekh Jumadil Kubro, mbah-mbahnya para wali. Syech Jumadil Kubro masih keturunan Nabi Muhammad yang ke-25,” ungkapnya, Senin (18/3/2024).

    Masih kata Sarjono, sebelum Wali Songo syiar agama Islam disejumlah daerah berkumpul di Komplek Makam Troloyo. Saat ini, posisi tempat pembagian syiar Islam tersebut berada di sisi timur makam Syekh Jumadil Kubro. Tak hanya sebagai tempat pembagian syiar Islam, ada sejumlah makan di Komplek Makam Troloyo.

    “Ada makam tujuh yang merupakan makan Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah Permodo, Naya Genggong, Sabda Palon, Emban Kinasih, dan Polo Putro. Nisannya pun masih jaman Majapahit. Ada juga makam Patas Angin yakni maling yang hasilnya diberikan kepada masyarakat fakir miskin. Ada juga makam sinden Sunan Kalijogo yakni Nyai Roro Kepyur,” katanya.

    Keberadaan makam Syekh Jumadil Kubro dipercaya memberikan berkah bagi para peziarah. Ada waktu-waktu tertentu untuk berziarah ke makam Syekh Jumadil Kubro. Seperti malam Jumat Legi dan bulan Ramadhan. Para peziarah datang tak hanya dari Jawa Timur saja namun juga sejumlah kota di Indonesia, bahkan luar negeri.

    “Setelah tarawih, iya satu bulan penuh. Banyak dari luar negeri, dari Malaysia, Brunai Darussalam, Belanda banyak yang ke sini. Mereka napak tilas, kalau dari Jawa Timur mulai dari Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, Jember, Pasuruan, Malang, Gresik ke sini. Selalu ramai cuma kalau siang nggak ada,” ujarnya. [tin/ian]

    Sebanyak 19 nama yang dimakamkan di Kompleks Makam Troloyo yakni:

    1. Syekh Al Chusen
    2. Imamudin Sofari
    3. Tumenggung Satim Singomoyo
    4. Patas AnginN
    5. yai Roro Kepyur
    6. Petilasan Walisongo
    7. Syekh Jumadil Kubro
    8. Sunan Ngudung
    9. Raden Kumdowo
    10. Ki Ageng Surgi
    11. Abd. Rohman
    12. Abd. Rochim
    13. Syech Jaelani
    14. Syekh Qohar
    15. Mbah Besuki
    16. Ratu Ayu Kenconowungu
    17. Mbah Notosuryo (Makam Tujuh)
    18. Syech Maliki
    19. Mbah Rombyong (Syech Muniron)

  • Mushola Panggung An-Nur, Saksi Perjuangan Pangeran Diponegoro di Blitar

    Mushola Panggung An-Nur, Saksi Perjuangan Pangeran Diponegoro di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Mushola An-Nur di Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar diyakini masyarakat sekitar sebagai peninggalan Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya.

    Mushola itu diyakini warga adalah bangunan yang didirikan oleh Pangeran Diponegoro.

    “Sejak berdirinya langgar gantung ini. yang didirikan oleh Mbah Irodikoro sebagai inisiatifnya. Mendirikan sejak tahun 1825–1830 sampai saat ini masih berdiri dan berfungsi,” kata Isman Hadi, Ketua Takmir Mushola An-Nur Plosokerep Blitar.

    Sejarah berdirinya Mushola An-Nur bermula dari pelarian Laskar Diponegoro bernama Irodikoro. Ia adalah Bupati Demak yang sekarang adalah Kudus.

    Dalam pelariannya, Irodikoro tiba di sebuah hutan yang sangat lebat dan banyak ditumbuhi pohon ploso. Di tengah hutan tersebut, Irodikoro bertemu dengan tiga orang yang sudah lebih dahulu menghuni kawasan tersebut, yaitu Mbah Sirodongso, Mbah Singodongso, dan Mbah Morodongso.

    Ketiga orang inilah yang pertama menebang (membabat) hutan ploso yang sangat lebat. Selanjutnya di situ didirikan sebuah desa yang diberi nama Plosokerep.

    Berselang setahun setelah berdirinya Desa Plosokerep, Mbah Singodongso kedatangan tamu seorang anggota pasukan Diponegoro yang sedang menjadi buronan Belanda. Orang itu adalah Irodikoro.

    Irodikoro kemudian diambil mantu oleh Mbah Singodongso yang kemudian beranak cucu di Plosokerep. Sang pangeran yang sebelumnya terlibat perang dengan Belanda akhirnya bersembunyi di hutan belantara Plosokrep.

    Di sana pangeran Diponegoro membangun sebuah mushola yang saat ini dikenal sebagai Langgar An-Nur sebagai tempat beribadah dan tempat berkumpul untuk mengatur strategi mengalahkan Belanda.

    Di depan mushola tersebut, Pangeran Diponegoro menanam beberapa pohon sawo kecik sebagai penanda. Nama ‘sawo’ sendiri diambil dari Bahasa Arab yang berarti ‘sama’.

    Tanda pohon sawo kecik tersebut juga berfungsi sebagai penanda. Jika sewaktu-waktu terjadi peperangan di sekitar tempat tersebut, maka tanda tersebut menunjukkan pendukung laskar perjuangan Diponegoro.

    “Bagaimana caranya, orang-orang sini yang waktu itu masih awam dengan agama terutama Agama Islam. Oleh sebab itu merintis pendidikan Agama Islam di Plosokerep di Blitar ini dengan cara mendirikan tempat ibadah, bukan hanya untuk dibuat ibadah saja tetapi juga dipakai untuk belajar Agama Islam. Mengumpulkan anak-anak di sekitar untuk diajari pendidikan Agama Islam,” bebernya.

    Arsitektur mushola ini juga cukup unik. Lantaran lantai dari mushola ini tidak menyentuh tanah alias menggantung. Model bangunan mushola ini mirip rumah joglo dengan konstruksi bangunan berupa kayu jati.

    Lantai dan tiang bangunan tersebut berbahan kayu jati. Sedangkan dindingnya dari anyaman bambu. “Langkah tersebut, konstruksinya berbahan kayu dan bambu,” tegasnya

    Berdiri sejak tahun 1826-1828, bangunan Mushola An-Nur peninggalan Pangeran Diponegoro ini masih tetap sama. Pihak takmir mushola tidak pernah sekalipun mengganti atau mengubah desain dari bangunan bersejarah ini. (owi/ted)

  • Menang Telak di Pemilu, Geert Wilders Gagal Jadi PM Belanda

    Menang Telak di Pemilu, Geert Wilders Gagal Jadi PM Belanda

    Jakarta

    “Saya hanya bisa menjadi Perdana Menteri jika semua partai dalam koalisi mendukung. Tapi itu tidak terjadi,” kata Geert Wilders di platform X. Dia memposting pernyataan itu di tengah perundingan koalisi yang alot.

    Pengawas perundingan koalisi, Kim Putters mengatakan, pihak-pihak yang berselisih siap untuk mengambil “langkah selanjutnya” setelah dua hari perundingan yang “baik dan intens” di sebuah kawasan pedesaan.

    Para pemimpin partai bungkam selama perundingan koalisi. Namun media melaporkan, koalisi kemungkinan akan membentuk kabinet “ekstra-parlemen” atau kabinet teknokratis.

    Geert Wilders memposting di X bahwa dia menginginkan “kabinet sayap kanan… lebih sedikit suaka dan imigrasi. Belanda harus diutamakan.”

    Menang besar di pemilu parlemen

    Wilders mengejutkan Belanda dan Eropa dengan kemenangan besarnya dalam pemilu parlemen November lalu, yang menempatkannya pada posisi terdepan untuk memimpin perundingan pembentukan pemerintahan koalisi.

    Belanda mempunyai sistem politik yang sangat terpecah -pecah sehingga tidak ada partai yang cukup kuat untuk memerintah sendiri. Partai Kebebasan PVV yang dipimpin Wilders memulai pembicaraan dengan partai Liberal VVD, partai petani BBB, dan partai Kontrak Sosial Baru NSC.

    NSC, yang dipimpin tokoh anti-korupsi Pieter Omtzigt, adalah partai baru yang berhasil merebut 20 kursi dan menjadi faktor penting dalam pembentukan koalisi. Namun perpecahan mulai terlihat dalam perundingan koalisi, terutama soal manifesto PVV. Manifesto itu antara lain menyerukan pelarangan masjid, Alquran, dan jilbab. Manifesto itu juga menginginkan referendum yang mengikat mengenai keluarnya Belanda dari Uni Eropa.

    Wilders: “Saya akan jadi PM Belanda suatu hari nanti”

    Sejak pemilu, dukungan terhadap PVV dalam survei semakin meningkat, karena pemilih makin frustrasi dengan lambatnya perundingan. Belanda juga perlu PM baru, karena PM saat ini, Mark Rutte, diperkirakan akan menjadi Sekretaris Jenderal NATO yang baru.

    Sekalipun kali ini gagal menjadi PM, Geert Wilders menulis di platform X: “Jangan lupa: Saya akan menjadi perdana menteri Belanda suatu hari nanti. Dengan dukungan lebih banyak lagi orang Belanda. Kalau bukan besok, lusa. Karena suara jutaan warga Belanda akan didengar!”

    hp/as (afp, dpa, ap)

    Lihat juga Video: Den Haag Belanda Membara, Mobil Polisi-Bus Dibakar Pedemo Eritrea

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini