Negara: Bangladesh

  • Apa Itu Pembersihan Etnis dan Apa Bedanya dengan Genosida?

    Apa Itu Pembersihan Etnis dan Apa Bedanya dengan Genosida?

    Jakarta

    Pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa negaranya dapat “mengambil alih” Gaza dan memukimkan kembali penduduknya memicu tudingan bahwa dirinya merencanakan pembersihan etnis. Wacana ini juga telah memicu kecaman dari PBB, para pemimpin Arab dan dunia lainnya, serta kelompok HAM.

    Trump menyampaikan pernyataan tersebut pada Selasa (04/02), saat bersanding dengan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers di Gedung Putih.

    Meski Netanyahu bilang gagasan itu “patut dipertimbangkan”, asisten sekretaris jenderal Liga Arab, Hossam Zaki, berkata kepada BBC bahwa pemindahan dua juta orang tersebut akan menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Ini adalah ide yang mendukung pembersihan etnis, pemindahan paksa penduduk sipil ke luar tanah mereka,” ujar Hossam Zaki.

    “Semua warga Palestina yang tampak bangga setelah setelah gencatan senjata dicapai, bergegas kembali ke reruntuhan yang mereka sebut rumah mereka.”

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    “Bagaimana Anda bisa membayangkan bahwa mereka akan dengan sukarela pindah dari wilayah mereka?” ujarnya kemudian.

    Namun, apakah usulan Trump tentang permukiman kembali “di komunitas yang jauh lebih aman dan lebih indah, dengan rumah-rumah baru dan modern di wilayah tersebut”, benar-benar merupakan pembersihan etnis?

    Dan apa bedanya pembersihan etnis dengan genosida?

    Apa arti ‘pembersihan etnis’?

    Secara umum, pembersihan etnis mengacu pada pengusiran kelompok tertentu dari suatu wilayah tertentu.

    Hal ini bisa dilakukan melalui deportasi atau pemindahan paksa dengan tujuan akhir berupa terciptanya wilayah geografis yang homogen secara etnis.

    Menurut Profesor George Andreopoulos, Direktur pendiri Pusat Hak Asasi Manusia Internasional di John Jay College di New York, hal ini tidak hanya melibatkan relokasi.

    ReutersWarga Palestina yang mengungsi kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Ada juga “penghapusan semua sisa fisik kelompok yang menjadi sasaran melalui penghancuran monumen, kuburan, dan rumah ibadah”, menurut Andreopoulos.

    Istilah ini pertama kali muncul pada 1990-an saat konflik etnis meletus selama disintegrasi Republik Federal Yugoslavia.

    Istilah ini digunakan oleh politisi dan media untuk menggambarkan perlakuan brutal terhadap Muslim Bosnia di Bosnia dan Herzegovina, orang Serbia di wilayah Krajina di Kroasia, dan etnis Albania dan kemudian Serbia di Kosovo.

    Istilah ini digunakan oleh mantan kepala Hak Asasi Manusia PBB Zeid Raad Al Hussein pada 2017, yang menggambarkan penargetan etnis Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar oleh pemerintah sebagai “contoh nyata pembersihan etnis”.

    EPAPada Agustus 2017, gelombang kekerasan besar-besaran memaksa lebih dari 742.000 warga etnis Rohingya meninggalkan rumah mereka di Myanmar ke negara tetangga Bangladesh.

    Apakah pembersihan etnis merupakan kejahatan perang?

    Menurut PBB, istilah ini menyebar luas karena sifat konflik bersenjata kontemporer.

    Komisi Ahli PBB mengatakan sejumlah praktik pemaksaan dapat digunakan untuk meyakinkan penduduk agar pergi dan mempercepat penyerahan diri militer suatu negara.

    Praktik-praktik ini meliputi penyiksaan, penangkapan, penahanan, pemerkosaan dan penyerangan seksual, perusakan properti, perampokan, dan penargetan fasilitas medis.

    Beberapa di antaranya secara teknis merupakan kejahatan perang, namun pembersihan etnis belum didefinisikan dan tidak diakui sebagai kejahatan berdasarkan hukum internasional, menurut PBB.

    Baca juga:

    Bagi Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina, Israel telah berupaya melakukan “pembersihan etnis massal terhadap warga Palestina di bawah kabut perang” selama beberapa dekade.

    “Ada bahaya besar bahwa apa yang kita saksikan mungkin merupakan pengulangan Nakba 1948… namun dalam skala yang lebih besar,” katanya,

    Albanese mengacu pada istilah bahasa Arab nakba yang berarti “malapetaka” yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi pada 1947-1949.

    Saat itu, lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari rumah dan tanah mereka selama konflik yang berakibat pada berdirinya negara Israel.

    Apa perbedaan antara pembersihan etnis dan genosida?

    Walau pembersihan etnis belum diakui sebagai kejahatan independen berdasarkan hukum internasional, genosida sudah pasti diakui.

    Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkannya demikian pada 1946 sebagai respons terhadap kebijakan Nazi yang melakukan pembunuhan sistematis terhadap orang-orang Yahudi selama Holokos.

    Genosida didefinisikan sebagai “setiap tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama”.

    Getty ImagesPengadilan Kriminal Internasional untuk Rwanda adalah pengadilan internasional pertama yang mengeluarkan putusan tentang genosida.

    Perbuatan tersebut termasuk membunuh atau menyebabkan kerugian serius terhadap kelompok tertentu, menciptakan kondisi kehidupan yang dimaksudkan untuk mengakibatkan kehancuran fisik suatu kelompok, menghentikan kelahiran baru dalam kelompok tersebut atau memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lain.

    Mantan Perdana Menteri Rwanda, Jean Kambanda, menjadi kepala pemerintahan pertama yang dihukum karena genosida oleh pengadilan internasional pada 1998, atas perannya dalam pembantaian hingga satu juta orang Tutsi dan Hutu empat tahun sebelumnya.

    Sebuah pertanyaan tentang niat

    Tetapi definisi PBB juga mengandung apa yang disebut unsur ‘mental’, yaitu ‘niat untuk menghancurkan kelompok nasional, etnis, ras, atau agama’.

    ‘Niat’ pelaku itulah yang menjadi perbedaan krusial antara pembersihan etnis dan genosida.

    Sementara penghancuran fisik terhadap suatu kelompok etnis atau agama merupakan tujuan utama genosida, tujuan utama pembersihan etnis adalah pengusiran mereka, dan pembentukan wilayah yang secara etnis homogen.

    Baca juga:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Bekukan Dana USAID, Negara-negara Akan Beralih ke China?

    AS Bekukan Dana USAID, Negara-negara Akan Beralih ke China?

    Jakarta

    Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menangguhkan dana bantuan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development/USAID) telah membuat proyek-proyek yang didanai AS di sekitar 130 negara terhenti. Hal ini memiliki konsekuensi dramatis bagi jutaan orang dan pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia.

    Trump menuduh badan pembangunan USAID melakukan pemborosan. Pada 6 Februari lalu, ia menulis di platform “Truth Social”, “Sepertinya miliaran dolar telah dicuri di USAID.” Namun, ia tidak memberikan bukti apa pun.

    Para politisi oposisi di AS menuduh Trump membahayakan perjuangan global melawan kelaparan, penyakit, dan konflik.

    “Ini bukan tentang amal,” kata Andy Kim, Senator AS dari Partai Demokrat untuk New Jersey, di CNN.

    “Ini adalah tentang peran kita dalam lingkungan global yang sangat kritis saat ini,” tegasnya.

    “USAID adalah salah satu alat terbaik kami untuk melawan pengaruh keuangan dan ekonomi dari Cina,” lanjutnya.

    ‘Cina juga merupakan teman yang baik’

    Kedua negara adidaya ini juga menggunakan bantuan asing dalam persaingan mereka untuk mendapatkan supremasi global. Persaingan ini sangat jelas terlihat di Indo-Pasifik, misalnya di Bangladesh. Negara ini memiliki kepentingan strategis bagi Cina, dan dengan populasi lebih dari 170 juta jiwa, negara ini merupakan pasar utama bagi barang-barang Cina.

    Cina tidak mengungkapkan angka bantuan luar negerinya, tetapi para peneliti di College of William and Mary di negara bagian Virginia, AS, memperkirakan bahwa Cina telah membiayai 138 proyek pembangunan di Bangladesh sejak tahun 2000, dengan nilai sebesar 21 miliar dolar AS (sekitar Rp343 triliun).

    Sejauh ini, AS telah menentang hal ini, di mana pada tahun 2024 saja, AS telah memberikan bantuan senilai $393 juta (sekitar Rp5,8 triliun) kepada negara tersebut.

    “Bangladesh telah menjalin kemitraan yang sangat baik dengan USAID dan pemerintah AS untuk waktu yang lama,” kata Jashim Uddin, direktur Asosiasi Lembaga Pembangunan di Bangladesh (Association of Development Agencies in Bangladesh/ADAB), kepada DW dalam sebuah wawancara telepon. Ia menyatakan harapannya agar AS segera melanjutkan bantuannya.

    Asosiasi yang dipimpinnya menyatukan lebih dari 1.000 organisasi non-pemerintah.AS, sembari menambahkan, “AS telah mendanai kami sejak awal kemerdekaan kami pada tahun 1971.”

    Uddin mengatakan bahwa penghentian bantuan AS saat ini menyebabkan masalah yang signifikan bagi negaranya, di mana ribuan staf kini telah dirumahkan.

    “Ini adalah masalah yang sangat besar bagi kami sekarang. Ini akan melemahkan masyarakat sipil di Bangladesh. Ketidakstabilan sosial akan muncul dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi dan peningkatan kemiskinan. Semua ini akan diperparah,” kata Uddin yang juga menyarankan agar pemerintahnya secara aktif mencari donor baru.

    “Kita perlu melakukan diversifikasi pendanaan. Cina juga merupakan teman baik Bangladesh,” katanya, seraya berharap bahwa Cina sekarang dapat memperluas dukungannya dengan memasukkan bantuan kemanusiaan dan dukungan untuk proyek-proyek sosial.

    Cina berfokus pada proyek-proyek berskala besar

    USAID bekerja dengan organisasi lokal, China Aid, yang didirikan pada tahun 2018 yang berfokus pada pinjaman dan proyek-proyek infrastruktur besar. Namun, kedua lembaga ini memiliki tujuan yang sama: untuk mengamankan pengaruh pemerintah mereka di negara-negara mitra utama.

    Dengan Belt and Road Initiative (BRI), Cina saat ini mencoba untuk mengikat lebih dari 145 negara melalui proyek-proyek besar bersama seperti jembatan, jalan, dan pelabuhan.

    Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Cina pada tahun 2024 menggambarkan bantuan pembangunan AS sebagai “egois, sombong, munafik, buruk, dan dengan ceroboh mencampuri urusan internal negara lain demi keuntungannya sendiri. Bantuan luar negeri AS membawa dampak negatif yang serius terhadap perdamaian dan pembangunan dunia.”

    Meski begitu, pertarungan pengaruh antara AS dan Cina bukanlah permainan zero-sum di mana salah satu pihak memenangkan apa yang dikalahkan oleh pihak lain, kata Evan Cooper, yang mengepalai proyek “Menata Ulang Diplomasi AS” di lembaga pemikir Stimson Center di Washington.

    “Saya kira runtuhnya USAID, pembekuan dana dan pemecatan karyawannya tidak akan membuat para pesaing AS tiba-tiba mendapatkan pengaruh yang sangat besar di dunia,” katanya kepada DW melalui telepon.

    Pembekuan dana mungkin akan menyebabkan runtuhnya industri bantuan pembangunan.

    “Namun hal ini tidak akan membuat Cina melangkah masuk untuk mengisi kekosongan,” katanya.

    Indonesia bersiap hadapi dampak pembekuan dana USAID

    Melansir Tempo, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rolliansyah “Roy” Soemirat, menyatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan langkah antisipatif apabila kebijakan ini berdampak pada kerja sama bilateral dengan AS. Dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025, Roy menjelaskan bahwa hingga kini belum ada informasi resmi terkait program USAID yang akan terkena dampak langsung dari keputusan tersebut.

    “Beberapa hibah yang diberikan USAID melalui mekanisme Bilateral Development Cooperation Framework periode 2020-2026 sudah berjalan selama beberapa tahun. Kami masih menunggu informasi resmi lebih lanjut dari pihak AS mengenai kelanjutan hibah ini,” ujar Roy.

    Meski begitu, Roy menekankan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan AS yang telah terjalin selama 75 tahun akan tetap kokoh. Menurutnya, setiap kebijakan yang diambil oleh negara mitra, termasuk AS, selalu dipertimbangkan dengan matang dan didasarkan pada prinsip saling menghormati.

    Mungkinkah Jerman turun tangan?

    “Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi Cina selain penarikan Amerika,” kata Volkmar Klein, juru bicara kelompok parlemen untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan blok konservatif Jerman, Christian Democrats dan Christian Social Union (CDU/CSU).

    Hal ini akan memperkuat posisi Cina dan mengikis kepercayaan pada Amerika Serikat, kata Klein.

    Setelah AS, Jerman adalah donor terbesar di dunia. Apa dampak dari langkah terbaru ini terhadap kebijakan pembangunan di Jerman?

    “Saya kira tidak akan mempengaruhi kepercayaan terhadap kerja sama dengan kami. Sebaliknya, kami dipandang sebagai mitra yang dapat diandalkan, dan seharusnya tetap demikian,” kata Klein.

    Menteri Pembangunan Jerman Svenja Schulze dari Partai Sosial Demokrat (SPD) yang beraliran kiri-tengah baru-baru ini membuat pernyataan yang sama mengenai RBB. Menurutnya, Eropa sekarang harus melihat apa yang dapat dicapai bersama.

    “Kita akan lebih baik untuk lebih memperkuat kerjasama pembangunan kita, bukan memotongnya,” katanya.

    Kaum konservatif Klein memimpin dalam jajak pendapat. Jika mereka menjadi partai terkuat dan membangun pemerintahan Jerman yang baru setelah pemilihan umum federal pada tanggal 23 Februari nanti, Klein ingin mendorong mereka untuk mengemban lebih banyak tanggung jawab internasional.

    “Namun kami tidak dapat mengimbangi kekurangan Amerika,” tegasnya.

    “Amerika membayar sekitar enam kali lipat lebih banyak untuk kerja sama pembangunan dibandingkan Jerman. Jadi, adalah ilusi belaka jika kita berpikir bahwa kita dapat menutupi kekurangan tersebut.”

    Hampir semua karyawan USAID diberhentikan

    Menurut beberapa media AS, hanya sekitar 300 dari 10.000 karyawan USAID yang saat ini diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Tidak jelas berapa banyak proyek pembangunan yang akan diizinkan Trump untuk dimulai kembali setelah tinjauan 90 hari.

    Sudah lama sekali kerja sama pembangunan tidak pernah dibahas seheboh sekarang, terutama di Amerika Serikat dan sekitarnya.

    USAID juga kemungkinan akan menjadi topik dalam Konferensi Keamanan Munich, yang berlangsung dari tanggal 14 hingga 16 Februari 2025. Perwakilan dari Cina, Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio diperkirakan akan hadir.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AMAN Exercise, KSAL Pakistan tinjau KRI Bung Tomo-357 di Karachi

    AMAN Exercise, KSAL Pakistan tinjau KRI Bung Tomo-357 di Karachi

    Kepala Staf Angkatan Laut Pakistan Laksamana Naveed Ashraf, Panglima Komando Armada I TNI Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Yoos Suryono Hadi, dan pejabat dari Angkatan Laut Pakistan dan TNI AL berfoto bersama di geladak KRI Bung Tomo-357, Karachi, Pakistan, Sabtu (8/2/2025), dalam rangkaian latihan bersama AMAN Exercise 2025. ANTARA/Genta Tenri Mawangi.

    AMAN Exercise, KSAL Pakistan tinjau KRI Bung Tomo-357 di Karachi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 09 Februari 2025 – 13:45 WIB

    Elshinta.com – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Pakistan Laksamana Naveed Ashraf meninjau kapal perang Republik Indonesia KRI Bung Tomo-357 di Karachi, Pakistan, dalam rangkaian latihan bersama AMAN Exercise 2025, Sabtu (8/2).

    Kedatangan Laksamana Ashraf di KRI Bung Tomo-357 disambut oleh tiupan peluit panjang — yang merupakan tradisi penyambutan tamu kehormatan di atas kapal perang. Di geladak kapal, Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Yoos Suryono Hadi selaku pimpinan delegasi Indonesia untuk AMAN Exercise 2025 dan AMAN Dialogue 2025 menyambut kedatangan orang nomor wahid Angkatan Laut Pakistan itu.

    “Kami sangat terhormat mendapatkan kunjungan pertama dari Bapak KSAL. Saya juga berterima kasih atas kesediaan Bapak-Bapak semua untuk memeriksa pasukan kami. Mereka sangat bersemangat dan Pakistan bagi kami seperti rumah kedua,” kata Laksda Yoos saat acara penyambutan.

    Dalam kesempatan yang sama, Pangkoarmada I mewakili TNI Angkatan Laut juga menyampaikan apresiasinya kepada Angkatan Laut Pakistan (PAK Navy) yang juga mengirim satu kapal perangnya PNS Aslat (F254) untuk mengikuti latihan bersama Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025 di Bali pada pertengahan Februari.

    “Ini menunjukkan ikatan yang kuat antara Indonesia dan Pakistan,” kata Pangkoarmada I.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Laut Pakistan mengucapkan terima kasih secara langsung kepada delegasi Indonesia termasuk para pengawak KRI Bung Tomo-357.

    “AMAN Exercise bukan sekadar latihan. Ini merupakan simbol niat baik, tanggung jawab bersama, dan bersatunya semangat dari angkatan laut, baik di kawasan maupun di luar kawasan, untuk bekerja bersama-sama,” kata Laksamana Ashraf.

    KSAL Pakistan mengatakan AMAN Exercise mulai digelar sejak 2007 dengan 28 negara peserta, dan terus berlanjut tiap dua tahun dengan jumlah peserta yang terus bertambah.

    AMAN Exercise tahun ini merupakan latihan bersama kesembilan yang digelar oleh Angkatan Laut Pakistan dan diikuti oleh 60 negara peserta, termasuk Indonesia.

    “Ini menunjukkan kepercayaan dari angkatan laut-angkatan laut di kawasan dan di luar kawasan untuk bersama-sama menjaga keamanan dan memelihara stabilitas di laut, termasuk di jalur-jalur perdagangan yang penting,” kata Laksamana Ashraf.

    “Dalam latihan bersama ini, kita mengingat kembali komitmen dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan laut yang aman. Sekali lagi, terima kasih atas partisipasi kalian dalam latihan ini,” sambung KSAL Pakistan kepada seluruh pengawak KRI Bung Tomo-357.

    Selepas itu, para pengawak KRI Bung Tomo menampilkan yel-yel di hadapan KSAL Pakistan dan beberapa pejabat utama Angkatan Laut Pakistan. Yel-yel itu merupakan wujud semangat para prajurit KRI untuk mengikuti Latma AMAN-25 yang fase lautnya berlangsung pada 10–11 Februari.

    Kemudian, KSAL Pakistan, Pangkoarmada I, Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada I Laksamana Pertama TNI M. Taufik, Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Latihan Bersama (Latma) AMAN-25 Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko, Atase Pertahanan RI untuk Pakistan Kolonel Inf. Henru Hidayat Susanto, serta pejabat lainnya dari TNI AL dan PAK Navy, termasuk Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda Abdul Munib, dan para pengawak KRI Bung Tomo-357.

    Selepas berfoto bersama, KSAL Pakistan didampingi Pangkoarmada I meninjau kapal, dan keduanya masuk ruangan untuk berbincang-bincang singkat.

    KRI Bung Tomo-357 menjadi kapal asing pertama peserta AMAN Exercise 2025 yang dikunjungi KSAL Pakistan di Karachi. Selepas itu, Laksamana Ashraf lanjut meninjau kapal-kapal dari China, Bangladesh, Malaysia, dan negara-negara peserta lainnya.

    Sumber : Antara

  • Ukraina Doakan Agar ICC Bisa Lanjutkan Pekerjaannya dan Adili Penjahat Perang Rusia – Halaman all

    Ukraina Doakan Agar ICC Bisa Lanjutkan Pekerjaannya dan Adili Penjahat Perang Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberikan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memicu beragam reaksi.

    Sanksi ini dianggap dapat meningkatkan risiko impunitas untuk kejahatan serius dan melemahkan hukum internasional.

    Ukraina juga berkomentar terkait keputusan Trump.

    Kyiv berharap Pengadilan Pidana Internasional dapat melanjutkan pekerjaannya untuk mengadili penjahat perang Rusia.

    Dikutip dari The Guardian, ICC sedang menyelidiki tuduhan kejahatan perang Rusia yang dilakukan selama invasinya ke Ukraina.

    Pada tahun 2023 mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin.

    “Kami berharap bahwa [sanksi] tersebut tidak akan memengaruhi kemampuan pengadilan untuk mencapai keadilan bagi para korban agresi Rusia,” kata Juru bicara kementerian luar negeri Ukraina, Georgiy Tykhy, Jumat (7/2/2025).

    “Ukraina terus bekerja sama dengan ICC untuk memajukan kasus-kasus tersebut,” tambahnya.

    Reaksi Pemimpin Dunia 

    Para pemimpin dunia juga mengirim reaksi keras terhadap sanksi Trump ke ICC.

    Pernyataan Bersama dari 79 Negara

    Pada Jumat (7/2/2025), 79 negara yang merupakan sekitar dua pertiga dari keanggotaan ICC, mengeluarkan pernyataan mendukung pengadilan tersebut.

    Mereka menegaskan, sanksi yang dijatuhkan Trump akan mengikis aturan hukum internasional yang penting untuk ketertiban dan keamanan global.

    Pernyataan tersebut dipimpin oleh Slovenia, Luksemburg, Meksiko, Sierra Leone, dan Vanuatu, serta didukung oleh negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Brasil, dan Bangladesh.

    Dampak Sanksi

    Sanksi ini, yang termasuk pembekuan aset dan larangan perjalanan terhadap pejabat ICC dan keluarga mereka, dapat membahayakan kerahasiaan informasi sensitif dan keselamatan para korban serta saksi.

    “Sebagai pendukung kuat ICC, kami menyesalkan segala upaya untuk merusak independensi, integritas, dan imparsialitas pengadilan,” kata pernyataan tersebut.

    Langkah Trump diambil setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

    ICC juga mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk para pemimpin Hamas terkait dugaan kejahatan perang.

    Omar Shakir, direktur Israel-Palestina di Human Rights Watch, mengkritik sanksi tersebut.

    Ia menyatakan, Trump menempatkan AS di pihak penjahat perang.

    “Negara-negara harus membela ICC karena telah melakukan tugasnya memastikan tidak seorang pun kebal hukum,” tegasnya.

    Dukungan dari Belanda

    Perdana Menteri Belanda Dick Schoof menyatakan, negaranya akan berupaya memastikan ICC dapat terus beroperasi meskipun ada sanksi AS.

    “Sebagai negara tuan rumah, kami memiliki tanggung jawab untuk menjamin kelancaran fungsi pengadilan pidana setiap saat,” ungkap Schoof.

    Belanda berkomitmen untuk mendukung ICC dan menegaskan pentingnya pengadilan tersebut dalam menjaga perdamaian dan keadilan global.

    Keputusan Trump untuk menjatuhkan sanksi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara pendukung ICC, yang khawatir akan dampak jangka panjang terhadap hukum internasional dan upaya penegakan keadilan global.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Marah, Demonstran Bakar Rumah Pendiri Negara Bangladesh    
        Marah, Demonstran Bakar Rumah Pendiri Negara Bangladesh

    Marah, Demonstran Bakar Rumah Pendiri Negara Bangladesh Marah, Demonstran Bakar Rumah Pendiri Negara Bangladesh

    Jakarta

    Para demonstran di Bangladesh telah merusak dan membakar rumah mendiang ayah perdana menteri yang digulingkan, Sheikh Hasina, serta rumah-rumah anggota partainya yang lain.

    Dilansir BBC, Sabtu (8/2/2025), kerusuhan itu dipicu oleh berita bahwa Hasina akan menyampaikan pidato di negara itu melalui media sosial dari India, tempat ia tinggal sebagai pengungsi sejak aksi-aksi protes yang dipimpin mahasiswa berhasil menggulingkannya tahun lalu.

    Hasina yang berusia 77 tahun, yang memimpin Bangladesh selama 20 tahun, dipandang sebagai seorang otokrat yang pemerintahannya dengan kejam menindas para oposisi.

    Pada Rabu malam waktu setempat, sebuah ekskavator menghancurkan rumah mendiang ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, yang juga merupakan presiden pendiri Bangladesh.

    Bangunan itu selama ini telah dialihfungsikan menjadi museum. Ayah Hasina secara luas dipandang sebagai pahlawan kemerdekaan, tetapi telah menjadi sasaran kritik terhadap putrinya, Hasina.

    Dalam siaran langsung Facebook, Hasina mengutuk serangan itu dan menuntut “keadilan”.

    “Mereka dapat merobohkan sebuah bangunan, tetapi mereka tidak dapat menghapus sejarah,” katanya.

    Hasina, yang pernah dipuji sebagai ikon pro-demokrasi, reputasinya memburuk setelah menjabat. Ia dituduh melakukan kecurangan pemilu dan memenjarakan para pengkritiknya, dan pemerintahannya secara luas dianggap korup.

    Lihat juga video: Momen Istana Bangladesh Diacak-acak Demonstran

    Ia menghadapi surat perintah penangkapan karena menindak tegas aksi protes yang dipimpin mahasiswa tahun lalu, yang mengakibatkan ratusan orang tewas.

    Sementara Hasina melarikan diri ke India pada Agustus lalu, kemarahan belum mereda terhadapnya dan rekan-rekan partainya di Liga Awami.

    Pada hari Rabu lalu, para pengunjuk rasa juga merusak dan membakar rumah-rumah dan tempat usaha para pemimpin senior Liga Awami. Ada seruan di media sosial untuk membersihkan negara dari “situs ziarah fasisme”.

    Lihat juga video: Momen Istana Bangladesh Diacak-acak Demonstran

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AMAN-25 di Karachi galang kemampuan hadapi terorisme dan bajak laut

    AMAN-25 di Karachi galang kemampuan hadapi terorisme dan bajak laut

    Karachi (ANTARA) – Latihan perang multilateral AMAN Exercise 2025 yang digelar oleh Angkatan Laut Pakistan di Karachi pada 7–11 Februari bertujuan menggalang kemampuan angkatan laut dari berbagai negara untuk menghadapi ancaman terorisme dan bajak laut.

    Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda (Laksda) Abdul Munib saat acara pembukaan AMAN Exercise 2025 (AMAN-25) di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan (PAK Navy), Karachi, Jumat, menilai ancaman-ancaman itu merupakan tantangan bersama yang dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia.

    “Ini saatnya untuk menggalang kerja sama dan upaya-upaya bersama untuk menciptakan keamanan maritim daripada harus berusaha sendiri. Cakupan, jangkauan, dan beragamnya jenis ancaman di laut menunjukkan tak ada satu negara pun, sekuat apapun mereka, yang mampu menghadapi ancaman-ancaman itu sendirian,” kata Laksamana Muda Munib.

    Oleh karena itu, Angkatan Laut Pakistan yakin latihan multilateral seperti AMAN dapat meningkatkan kemampuan angkatan laut masing-masing negara, sekaligus menggalang kerja sama dan membangun interoperabilitas antarangkatan laut.

    Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda Abdul Munib (dua kiri) menggelar jumpa pers selepas upacara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/am.

    Dalam kesempatan yang sama, Abdul Munib secara khusus menyoroti Samudera Hindia sebagai salah satu jalur utama perdagangan, logistik, dan rute pelayaran militer (SLOC) negara-negara dunia. Dia melanjutkan dalam rangkaian AMAN Exercise negara-negara peserta juga akan berdialog berdiskusi membahas ancaman-ancaman dan potensi ancaman non-tradisional yang dapat tumbuh di kawasan.

    “Penting untuk memahami akar ancaman di kawasan Samudera Hindia (IOR), dan bagaimana itu berkembang, juga penting bagi kita untuk memahami kemampuan pasukan yang menjaga perairan internasional ini dalam bekerja sama,” sambung Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan.

    Oleh karena itu, AMAN Exercise pun menjadi salah satu cara untuk mempertemukan berbagai pengalaman, gagasan dan pikiran, sekaligus meminggirkan perbedaan.

    “Terkadang, negara-negara yang berkompetisi pada akhirnya dapat menjadi dekat dan bekerja sama, karena mereka meyakini ada tujuan bersama yaitu menciptakan stabilitas di laut,” kata Laksamana Muda Munib.

    AMAN-25 diikuti oleh kurang lebih 60 negara, termasuk Indonesia. TNI Angkatan Laut yang mewakili Indonesia dalam latihan multilateral itu mengirimkan satu kapal fregat ringan serbaguna-nya (MRLF) KRI Bung Tomo-357 untuk berlatih bersama-sama dengan 30 kapal perang dari Angkatan Laut Pakistan dan negara-negara peserta.

    Dari 60 negara peserta, ada 11 kapal asing yang turut serta, yaitu BNS Somudra Joy (Bangladesh), PLANS Baotou-133 dan PLANS Gaoyouhu-966 (China), KRI Bung Tomo-357 (Indonesia), JS Murasame (Jepang), HMS Jazan dan HMS Hail (Arab Saudi), KD Terengganu-174 (Malaysia), RNOV Sadh (Oman), SLNS Vijayabahu (Sri Lanka), USS Lewis B. Puller (Amerika Serikat), IRIS Jamaran-76 (Iran), dan Abu Dhabi P-191 (Uni Emirat Arab).

    Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko, Komandan KRI Bung Tomo sekaligus Komandan Satgas Latma AMAN Exercise 2025 TNI AL (tujuh kiri), berfoto bersama delegasi angkatan laut dari berbagai negara saat acara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/am.

    Sementara itu, negara-negara peserta AMAN-25 mencakup Australia, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Belarusia, Brazil, Brunei, Burundi, Kamboja, Kanada, China, Komoros, Ceko, Djibouti, Mesir, Fiji, Perancis, Jerman, Indonesia, Iran, Irak, Italia, Jepang, dan Yordania.

    Kemudian, ada pula Kazakhstan, Kenya, Arab Saudi, Kuwait, Libya, Malaysia, Maladewa, Maroko, Myanmar, Belanda, Nigeria, Oman, Palestina, Filipina, Qatar, Romania, Rusia, Rwanda, Seychelles, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, dan Sri Lanka.

    Negara-negara lain yang juga turut serta mencakup Swiss, Tajikistan, Tanzania, Thailand, Timor Leste, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Uganda, Inggris, Amerika Serikat, dan Zimbabwe.

    Dalam rangkaian AMAN-25, Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko yang saat ini menjabat sebagai Komandan KRI Bung Tomo, bertindak sebagai Komandan Satgas Latma AMAN Exercise 2025 TNI AL. Kolonel Dedi turut menghadiri upacara pembukaan AMAN-25 di Karachi, Jumat, bersama Atase Pertahanan (Athan) RI untuk Pakistan Kolonel Inf. Henru Hidayat Susanto.

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • AMAN Exercise Ke-9 resmi dibuka, diikuti 60 negara dan 30 kapal perang

    AMAN Exercise Ke-9 resmi dibuka, diikuti 60 negara dan 30 kapal perang

    Karachi (ANTARA) – Latihan perang multilateral AMAN Exercise Ke-9 resmi dibuka di pangkalan Angkatan Laut Pakistan di Karachi, Pakistan, Jumat, diikuti oleh angkatan laut dari 60 negara dan kurang lebih 30 kapal perang dari berbagai negara termasuk Indonesia.

    Sebanyak 100 lebih delegasi dari berbagai negara dan pejabat utama Angkatan Laut Pakistan menyaksikan langsung acara pembukaan, termasuk upacara kenaikan bendera (flag hoisting) negara-negara peserta.

    Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda (Laksda) Abdul Munib dalam sambutannya menjelaskan tujuan utama AMAN Exercise ialah untuk menyatukan angkatan laut dari berbagai negara untuk bersama-sama mengatasi ancaman di lautan.

    “Latihan bersama AMAN Exercise yang kesembilan tahun ini dijadwalkan berlangsung pada 7–11 Februari, yang diikuti lebih dari 60 negara, termasuk kapal-kapal perang, pesawat, pasukan khusus, pasukan penjinak bom, dan pengamat. Latihan terbagi atas dua tahapan, yaitu (fase) pangkalan dan (fase) laut,” kata Laksda Abdul Munib dalam sambutannya saat acara.

    Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda Abdul Munib (dua kiri) menggelar jumpa pers selepas upacara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.

    Tahap pangkalan berlangsung pada 7–9 Februari di Karachi. Kegiatan selama tahap pangkalan mencakup seminar, diskusi operasi, demonstrasi kemampuan, pertemuan antarangkatan laut, dan kompetisi olahraga.

    “Fase laut yang berlangsung pada 10–11 Februari akan diisi dengan latihan manuver taktis, serta rangkaian latihan yang berkaitan dengan keamanan maritim seperti operasi kontraterorisme dan kontrabajak laut, latihan pencarian dan penyelamatan (SAR), serta penembakan senjata,” kata Abdul Munib.

    Dalam upacara pembukaan, delegasi Indonesia dipimpin oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Latihan Bersama Aman Exercise 2025 Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko, yang juga bertugas sebagai Komandan KRI Bung Tomo-357. Ada pula Atase Pertahanan RI untuk Pakistan Kolonel Inf. Henru Hidayat Susanto.

    KRI Bung Tomo, yang merupakan kapal berjenis fregat ringan multi fungsi (MRLF) dari Komando Armada I TNI Angkatan Laut, sandar di Karachi, Kamis (6/2) setelah berlayar selama kurang lebih 10 hari dari Belawan, Sumatera Utara. Kedatangan KRI Bung Tomo di Karachi disambut langsung oleh Atase Pertahanan RI Kolonel Inf. Henru, yang sehari-hari berkantor di Islamabad.

    Kolonel Dedi, saat ditemui selepas upacara, menjelaskan KRI Bung Tomo dua kali mengikuti AMAN Exercise yang digelar oleh Angkatan Laut Pakistan (PAK Navy) di Karachi. “Pertama kali pada 2021,” kata Dansatgas Latma AMAN Exercis 2025.

    Komandan KRI Bung Tomo-357 sekaligus Komandan Satgas Latma AMAN Exercise 2025 TNI AL Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko (dua kiri) bersama Atase Pertahanan (Athan) RI untuk Pakistan Kolonel Inf. Henru Hidayat Susanto (kiri) menjawab pertanyaan wartawan selepas upacara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.

    Dalam kesempatan yang sama, Kolonel Dedi menilai keikutsertaan TNI AL di AMAN Exercise dapat menjadi kesempatan untuk melihat kemampuan dan belajar dari pengalaman negara-negara peserta.

    “Untuk peningkatan kekuatan, kami dapat belajar dari negara peserta. Sekarang ada sekitar 11 kapal negara lain, dengan Pakistan ada 20 (kapal perang), ya kami bisa belajar dari mereka,” kata Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan.

    11 kapal perang, di luar kapal-kapal Pakistan, yang terlibat dalam AMAN Exercise 2025 mencakup BNS Somudra Joy (Bangladesh), PLANS Baotou-133 dan PLANS Gaoyouhu-966 (China), KRI Bung Tomo-357 (Indonesia), JS Murasame (Jepang), HMS Jazan dan HMS Hail (Arab Saudi), KD Terengganu-174 (Malaysia), RNOV Sadh (Oman), SLNS Vijayabahu (Sri Lanka), USS Lewis B. Puller (Amerika Serikat), IRIS Jamaran-76 (Iran), dan Abu Dhabi P-191 (Uni Emirat Arab).

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • China Mau Bikin Bendungan Raksasa, India dan Bangladesh Ketakutan

    China Mau Bikin Bendungan Raksasa, India dan Bangladesh Ketakutan

    Jakarta

    Bendungan raksasa yang diusulkan di daerah Medog, China, akan menjadi proyek hidroelektrik terbesar di dunia, bahkan melampaui Bendungan Tiga Ngarai China, yang saat ini merupakan bendungan terbesar di dunia.

    Sungai Yarlung Tsangpo, yang berasal dari Dataran Tinggi Tibet, mengalir ke India sebagai Sungai Brahmaputra dan berlanjut ke Bangladesh sebagai Sungai Jamuna. Tidak mengherankan, ambisi China telah membuat khawatir negara-negara di hilir sungai ini.

    Dikutip dari The Interpreter, Jumat (7/2/2025) laporan menunjukkan bahwa bendungan ini dapat mengubah pola aliran air secara signifikan, yang akan memengaruhi jutaan orang yang bergantung pada sungai untuk pertanian, perikanan, dan konsumsi sehari-hari.

    Menurut sumber resmi di China, proyek ini bertujuan memanfaatkan potensi tenaga air Tibet yang melimpah sekaligus mengurangi ketergantungan pada batu bara dan sejalan dengan tujuan energi hijau dan target netralitas karbon pada 2060. Bendungan ini, yang diproyeksikan menghasilkan listrik sebesar 60 gigawatt, dengan biaya sebesar USD 137 miliar, akan memiliki kapasitas hampir tiga kali lipat dari Bendungan Tiga Ngarai.

    Foto: China News Service via The Interpreter

    India, yang sangat bergantung pada Sungai Brahmaputra, kemungkinan akan menghadapi tantangan hidrologi yang serius. Sungai tersebut menyediakan air bagi Assam, Arunachal Pradesh, dan negara bagian timur laut lainnya, yang menghidupi hampir 130 juta orang dan enam juta hektar lahan pertanian.

    Jika China mengalihkan atau mengendalikan aliran sungai, India dapat mengalami banjir yang tidak terduga selama musim hujan dan kekeringan parah pada bulan-bulan kering.

    Sebuah studi di 2024 yang diterbitkan dalam Journal of Indo-Pacific Affairs memperingatkan bahwa China dapat memanipulasi pelepasan air, yang berpotensi memengaruhi kepentingan ekonomi dan strategis India. Ahli hidrologi India telah menyatakan kekhawatiran bahwa aliran sedimen, yang penting bagi pertanian, dapat terhalang oleh bendungan, yang mengurangi kesuburan tanah di dataran timur laut.

    (rns/rns)

  • Brutalnya Bus Kota di Bangladesh: Saling Serempet dan Sundul Sudah Biasa

    Brutalnya Bus Kota di Bangladesh: Saling Serempet dan Sundul Sudah Biasa

    Jakarta

    Bus perkotaan di negara Bangladesh ternyata memiliki kehidupan yang keras. Saking kerasnya, bus-bus di perkotaan Bangladesh sudah terbiasa saling serempet dan sundul.

    Video bus perkotaan di Bangladesh salah satunya diunggah oleh akun TikTok Firemo. Dalam salah satu video diperlihatkan ada tiga bus yang saling serempet. Kondisi-kondisi bus tersebut sudah tidak karuan dan terlihat tidak layak untuk standar transportasi umum di zaman modern.

    Bus-bus itu ada yang kaca depannya pecah dan sebagian besar bodinya sudah terlihat berkarat, terutama di area muka. Mirisnya lagi, bodi samping bus-bus tersebut tampak lecet-lecet, membentuk baretan yang panjang, itu lantaran bus-bus tersebut saling serempetan.

    Video tersebut pun viral dan telah ditonton lebih dari 30 juta kali, mendapatkan 330,6 ribu like, dan mendapatkan lebih dari 8.000 komentar. Warganet Indonesia pun turut meramaikan kolom komentar postingan tersebut.

    “di sini asuransi kendaraan g kepake 😂,” kata akun @haia***.

    “kalo di Konoha spion mobil aja dikit kesentu ribut apalagi body,” bilang akun @yusri***.

    “bus Bangladesh memang bedah mantab😎,” ujar akun @jan***.

    Memang jika diperhatikan, bus-bus yang saling sundul dan serempet di video tersebut tidak berujung pada pertikaian antar-sopir bus. Seolah-olah serempetan dan sundulan tersebut sudah menjadi hal yang biasa di sana, hal yang membudaya.

    Bahkan uniknya lagi, dalam sebuah video ada yang memperlihatkan bus-bus tersebut sedang dipukuli menggunakan tongkat oleh seseorang. Dan sopir bus pun tampak tidak mempedulikannya.

    @jgg1900

    Buses in Bangladesh!

    ♬ JSS硬曲 (XGPRMI Remix) – XGPRMI

    (lua/rgr)

  • Fakta Satuan Siber TNI, Rekrut Ahli IT hingga Hacker

    Fakta Satuan Siber TNI, Rekrut Ahli IT hingga Hacker

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan kedudukan satuan siber di TNI. Ia menjelaskan bahwa satuan ini bukan matra seperti halnya angkatan laut, angkatan darat, maupun angkatan udara.

    Hal ini dijelaskannya dalam rapat kerja di DPR RI. Saat itu. Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal menanyakan perkembangan matra siber kepada Menhan Sjafrie. “Sudah sampai di mana perencanaan angkatan matra keempat, Angkatan Siber?” kata Rizal meminta keterangan.

    Karena bukan sebagai matra, Menhan Sjafrie pun menjelaskan satuan siber tak memiliki organisasi yang sekompleks ketiga matra tersebut. Namun, ditempatkan di antara jabatan Kepala staf dan Panglima di setiap matra. “Akan tetapi, di antara para kepala staf dan Panglima itu ada Satuan Siber,” ujarnya.

    Tugas satuan ini serupa dengan Pusat Pertahanan Siber di Kementerian Pertahanan. Posisi stafnya diisi oleh tenaga profesional, bukan tentara aktif. Beberapa di antaranya ada yang berasal dari kalangan hacker atau peretas.

    Menhan Sjafrie pun mengungkapkan bahwa satuan ini berfokus kepada teknologi dan sumber daya manusia yang tinggi. Karenanya, tak membutuhkan banyak orang. “Sebetulnya Satuan Siber itu yang dibutuhkan teknologi, bukan padat karya, bukan perlu orang yang banyak,” ujarnya.

    Satuan Siber dibentuk pada tahun 2020. Saat itu, TNI di bawah kepemimpinan Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo. Ia menyambut baik pembentukannya, karena perkembangan teknologi informasi bisa saja menjadi ancaman. “… sehingga hal ini (satuan siber) diharapkan mampu menjadi alternatif dalam memunculkan solusinya,” ujarnya.

    Sementara itu, dilansir dari laman Sciencefocus, Amerika Serikat, Denmark, dan United Kingdom menjadi tiga negara dengan sistem cyber security terbaik di dunia Sedangkan posisi tiga terbawah diisi oleh China, Bangladesh, dan Iran.

    Ancaman Siber dalam Dunia Global

    Dalam kajian hubungan internasional, ancaman siber termasuk ke dalam ancaman nontradisional yang tak boleh dipandang remeh oleh negara mana pun.

    “Ini masuknya ke ancaman nontradisional yang harus diperhatikan pemerintah. Negara-negara di dunia harus beradaptasi” ujar Ikang yang merupakan Sarjana Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan.

    Ancaman nontradisional berbeda dengan ancaman tradisional yang menekankan kekuatan senjata. “Kalau dulu, negara takut dengan senjata negara lain. Sekarang ancamannya berbeda. Bukan lagi senjata. Bisa apa saja, bisa kerusakan lingkungan, budaya, kejahatan lintas batas, banyak jenisnya,” jelas Ikang.

    Ikang lalu menjelaskan bahwa peristiwa Ransomware Wannacry yang terjadi tahun 2017 silam menjadi contoh berbahayanya kejahatan siber. Tak hanya bagi Indonesia, tetapi juga negara-negara lain. Ransomware Wannacry saat itu mengganggu pelayanan publik yang vital.

    “Kalau dulu kan tahun 2017 ada Ransomware yang dampaknya berdampak ke dunia global. Sekarang Ransomware masih berkeliaran. Ini bisa juga termasuk kejahatan siber. Perlu ada cara pencegahannya khususnya oleh Menhan dan TNI. Perlu ada kerja sama antarnegara,” ujarnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News