Negara: Arab Saudi

  • Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus    
        Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Washington DC

    Ketika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, dia diperkirakan akan berusaha memperbaiki hubungan yang renggang dengan Gedung Putih di bawah mantan Presiden Joe Biden.

    Netanyahu akan menjadi pemimpin asing pertama yang dijamu Trump di Gedung Putih sejak dia dilantik pada 20 Januari lalu.

    Dalam pertemuan itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (4/2/2025), keduanya diperkirakan akan membahas masa depan gencatan senjata Gaza dan upaya untuk mengakhiri perang Gaza, juga cara-cara untuk melawan Iran.

    Namun di sisi lain, Netanyahu juga bisa mendapat tekanan dari Trump yang sangat pro-Israel, yang kebijakannya untuk Timur Tengah mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan Netanyahu.

    Pertemuan keduanya digelar bertepatan dengan dilanjutkannya perundingan tidak langsung pada pekan ini antara Israel dan Hamas untuk membahas tahap kedua gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza.

    Trump dan Netanyahu diperkirakan akan mengadakan konferensi pers bersama.

    Sebelum pertemuan itu digelar, Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu (2/2) bahwa diskusi dengan Israel dan negara-negara lainnya di Timur Tengah “sedang berkembang”. Namun dia tidak memberikan rinciannya.

    Kawasan Timur Tengah berada pada titik kritis, dengan rapuhnya gencatan senjata Gaza, dan situasi serupa di Lebanon ketika gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hampir berakhir dalam beberapa pekan mendatang.

    Kekhawatiran mengenai ambisi nuklir Iran tetap ada, meskipun negara tersebut dinilai melemah.

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberikan serangkaian keberhasilan kepada Netanyahu, termasuk pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.

    Trump tetap menjadi pendukung kuat Israel, dan menuai pujian karena membantu mewujudkan kesepakatan gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas di Gaza bahkan sebelum dia kembali menjabat. Trump juga bersikeras mengatakan ingin mengakhiri perang di Timur Tengah.

    Tidak hanya itu, Trump juga mengharapkan untuk memperbarui upaya menuju normalisasi bersejarah antara Israel dan Arab Saudi. Hal ini menciptakan ketidakpastian mengenai seberapa besar kelonggaran yang akan diberikan Trump kepada Netanyahu.

    Selain bertemu Trump, Netanyahu juga bertemu jajaran pejabat senior pemerintahan Trump dan para pemimpin Kongres AS.

    Dia juga diperkirakan akan mencari jaminan untuk kelanjutan pasokan senjata AS ke Israel. Dalam beberapa setelah kembali ke Gedung Putih, Trump menyetujui pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Tel Aviv, yang sebelumnya diblokir oleh pemerintahan Biden.

    Netanyahu, sebelum terbang ke AS, sempat mengatakan bahwa dirinya berharap pembicaraannya dengan Trump akan membantu menata kembali peta kawasan Timur Tengah.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bahas Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza, Israel Akan Kirim Delegasi ke Doha Pekan Ini – Halaman all

    Bahas Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza, Israel Akan Kirim Delegasi ke Doha Pekan Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel akan mengirim delegasi ke Doha, Qatar pada pekan ini.

    Pengiriman delegasi itu untuk membicarakan tahap kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Hal ini sebagaimana disampaikan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Selasa (4/2/2025).

    “Israel sedang mempersiapkan keberangkatan delegasi tingkat kerja ke Doha pada akhir minggu ini untuk membahas rincian teknis terkait kelanjutan penerapan perjanjian tersebut,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan, Selasa, dilansir Arab News.

    Sementara itu, Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu pada hari Selasa.

    Trump bersikap waspada terhadap prospek jangka panjang gencatan senjata, meskipun ia mengaku berjasa menekan Hamas dan Israel agar menandatangani perjanjian penyanderaan dan gencatan senjata.

    “Saya tidak memiliki jaminan bahwa perdamaian akan terwujud,” kata Trump kepada wartawan, Senin (3/2/2025), dikutip dari AP News.

    Pembicaraan para pemimpin tersebut diperkirakan akan menyentuh pada kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi yang telah lama dinantikan dan kekhawatiran mengenai program nuklir Iran.

    Namun, penyelesaian tahap kedua dari kesepakatan penyanderaan akan menjadi agenda utama.

    Sebagai informasi, kedatangan Netanyahu di Washington untuk kunjungan pertama pemimpin asing dalam masa jabatan kedua Trump terjadi saat dukungan rakyat terhadap perdana menteri sedang menurun.

    Netanyahu tengah menjalani kesaksian selama berminggu-minggu dalam persidangan korupsi yang sedang berlangsung yang berpusat pada tuduhan bahwa ia bertukar bantuan dengan tokoh media dan rekan-rekannya yang kaya.

    Netanyahu telah mengecam tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa ia adalah korban dari ‘perburuan penyihir’.

    Terlihat bersama Trump, yang populer di Israel, dapat membantu mengalihkan perhatian publik dari persidangan dan meningkatkan posisi Netanyahu.

    Ini adalah perjalanan pertama Netanyahu ke luar Israel sejak Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November untuknya, mantan menteri pertahanannya, dan kepala militer Hamas yang terbunuh, dengan tuduhan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang di Gaza.

    Di sisi lain, Hamas yang telah menegaskan kembali kendali atas Gaza sejak gencatan senjata dimulai bulan lalu, telah mengatakan tidak akan membebaskan sandera pada tahap kedua tanpa mengakhiri perang dan penarikan penuh pasukan Israel.

    Sementara itu, Netanyahu menegaskan bahwa Israel berkomitmen untuk meraih kemenangan atas Hamas dan memulangkan semua sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang.

    Netanyahu juga diharapkan menekan Trump untuk mengambil tindakan tegas terhadap Iran.

    Teheran telah menghadapi serangkaian kemunduran militer, termasuk pasukan Israel yang secara signifikan melemahkan Hamas di Gaza dan militan Hizbullah di Lebanon, serta operasi yang menghancurkan pertahanan udara Iran.

    Netanyahu percaya, momen ini telah menciptakan peluang untuk secara tegas mengatasi program nuklir Teheran.

    “Ini adalah salah satu pertemuan paling penting dan kritis antara presiden Amerika dan perdana menteri Israel,” kata Eytan Gilboa, pakar hubungan AS-Israel di Universitas Bar-Ilan di dekat kota Tel Aviv, Israel.

    “Yang dipertaruhkan di sini bukan hanya hubungan bilateral antara Israel dan Amerika Serikat, tetapi juga pembentukan kembali Timur Tengah,” katanya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • 5 Negara Arab Tolak Rencana Trump Relokasi Warga Palestina dari Gaza

    5 Negara Arab Tolak Rencana Trump Relokasi Warga Palestina dari Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza mendapat penentangan dari negara-negara Arab. Hal ini terlihat dari surat bersama yang dikirimkan ke pemerintahannya.

    Melansir Reuters pada Selasa (4/2/2025), lima menteri luar negeri Arab dan seorang pejabat senior Palestina mengirim surat bersama berisi penentangan kepada Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

    Surat itu dikirim pada Senin, 3 Januari 2025 dan ditandatangani oleh menteri luar negeri Yordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA), serta penasihat presiden Palestina Hussein al-Sheikh. Laporan itu pertama kali dilaporkan oleh Axios, yang mengatakan para diplomat top bertemu di Kairo selama akhir pekan.

    “Rekonstruksi di Gaza harus melalui keterlibatan langsung dengan dan partisipasi rakyat Gaza. Palestina akan tinggal di tanah mereka dan membantu membangunnya kembali,” kata surat itu.

    “Dan mereka tidak boleh dilucuti dari agensi mereka selama rekonstruksi karena mereka harus mengambil kepemilikan proses dengan dukungan masyarakat internasional.”

    Trump pertama kali melontarkan saran Yordania dan Mesir untuk menerima orang Palestina dari Gaza pada tanggal 25 Januari. Ketika ditanya apakah ia menyarankan bahwa sebagai solusi jangka panjang atau jangka pendek, Trump mengatakan: “Bisa saja.”

    Komentar presiden AS itu menggemakan ketakutan lama warga Palestina yang diusir secara permanen dari rumah mereka dan dicap sebagai proposal pembersihan etnis oleh para kritikus. Yordania, Mesir dan negara-negara Arab lainnya menentang usulan tersebut.

    Adapun pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel, menewaskan 1.200 dan mengambil sekitar 250 sandera, menurut penghitungan Israel.

    Sementara itu, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan menyebabkan tuduhan genosida serta kejahatan perang yang dibantah Israel. Pertempuran saat ini telah berhenti di tengah gencatan senjata yang rapuh.

    (luc/luc)

  • Gedung Tertinggi Dunia Dibangun Arab Saudi, Kalahkan Burj Khalifa

    Gedung Tertinggi Dunia Dibangun Arab Saudi, Kalahkan Burj Khalifa

    Jakarta

    Proyek ambisius gedung pencakar langit Jeddah Tower di Arab Saudi, resmi dilanjutkan pada pekan ini. Jika bangunan tersebut selesai dibangun, maka akan dinobatkan sebagai gedung tertinggi di dunia dan mengalahkan Burj Khalifa di Uni Emirat Arab.

    Sebagai gambaran, Burj Khalifa sampai saat ini menjadi ikonik gedung tertinggi di dunia yang mencapai 828 meter. Sedangkan, Jeddah Tower diperkirakan nantinya akan memiliki ketinggian 173 meter lebih tinggi dari Burj Khalifa atau total bisa menyentuh 1.001 meter.

    “Pembangunan Jeddah Tower, simbol ambisi dan kemajuan global, telah resmi dimulai kembali, ujar pengembang Kingdom Holding Company dikutip dari Dezeen, Senin (3/2/2025).

    Jeddah Tower yang dirancang oleh Adrian Smith + Gill Gordon Architecture pertama kali diumumkan pada 2011 dan proyeknya dikerjakan sejak 2013. Semula gedung ini akan selesai pada 2020, namun rupanya tertunda dan sempat dihentikan pada 2018 dengan kondisi struktur bangunan sudah mencapai lantai ke-63.

    Bangunan ini kemudian kembali dikerjakan pada pekan ini. Oerwakilan pengembang proyek pada pekan lalu mengatakan Jeddah Tower mampu merampungkan satu lantai setiap harinya sehingga diharapkan Jeddah Tower dapat selesai pada 2028.

    Setelah selesai, Jeddah Tower akan menjadi pusat perhatian di distrik baru yang sedang dibangun di sebelah utara kota Arab Saudi. Gedung pencakar langit ini akan berisikan hotel Four Seasons, apartemen, kantor, dan titik pandang tertinggi di dunia di lantai 157.

    Adapun, berdasarkan render bangunan tersebut menunjukkan struktur ramping berlapis kaca yang meruncing ke puncak dengan tapak bercabang tiga.

    Proyek ambisius gedung yang akan jadi tertinggi di dunia, Jeddah Tower, kembali dilanjutkan dan nantinya mengalahkan tingginya Burj Khalifa. Foto: Dezeen

    Proyek ini merupakan salah satu dari sejumlah skema besar yang saat ini tengah dikembangkan di Arab Saudi. Baru-baru ini, pembangunan gedung terbesar di dunia dimulai, yaitu gedung pencakar langit super tinggi Mukaab yang berbentuk kubus setinggi 400 meter di Riyadh .

    Sementara itu, studio Inggris Foster + Partners dilaporkan tengah merancang gedung pencakar langit setinggi dua kilometer di kota tersebut , yang akan menyalip Jeddah Tower sebagai gedung tertinggi di dunia jika suatu saat dibangun.

    (agt/fay)

  • Ahmed al-Sharaa: Pemilu Suriah Bisa Memakan Waktu hingga Lima Tahun – Halaman all

    Ahmed al-Sharaa: Pemilu Suriah Bisa Memakan Waktu hingga Lima Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa menyatakan, penyelenggaraan pemilu di negara tersebut bisa memakan waktu hingga lima tahun.

    Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara pra-rekaman yang ditayangkan di sebuah saluran televisi swasta Suriah pada Senin (3/2/2025).

    “Perkiraan saya, masa waktunya kira-kira antara empat dan lima tahun hingga pemilu,” ujar al-Sharaa, dikutip dari Al-Arabiya.

    Pernyataan ini sejalan dengan komentarnya sebelumnya pada akhir Desember kepada Al Arabiya, di mana ia memperkirakan bahwa proses pemilu dapat berlangsung selama empat tahun.

    Alasan utama di balik estimasi waktu tersebut adalah perlunya membangun kembali infrastruktur yang diperlukan untuk proses pemungutan suara.

    “Infrastruktur untuk mengumpulkan suara perlu dibangun kembali, dan ini membutuhkan waktu,” tambahnya.

    Dalam upayanya untuk membangun sistem politik yang lebih demokratis, al-Sharaa menjanjikan pembentukan ‘undang-undang yang mengatur partai politik’.

    Tidak hanya itu, ia juga menegaskan Suriah akan menjadi “sebuah republik dengan parlemen dan pemerintahan eksekutif.”

    Hal ini menandakan rencana besar pemerintah sementara untuk menciptakan sistem politik yang lebih terbuka dan terstruktur di masa depan.

    Selain itu, al-Sharaa juga mengungkapkan bahwa Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh kelompok Kurdi, telah menyatakan kesiapannya untuk menyerahkan senjata mereka kepada otoritas negara pusat.

    Namun, ia mengakui bahwa masih terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai rincian kesepakatan ini.

    Sebagai informasi, Al-Sharaa telah ditunjuk sebagai presiden sementara Suriah oleh komandan militer pada Rabu (29/1/2025).

    Penunjukan Al-Sharaa disambut baik oleh pemain regional utama Arab Saudi, Mesir, Qatar dan Turki.

    Setelah resmi ditunjuk sebagai presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa menggelar pidato pertamanya pada hari Kamis (30/1/2025).

    Dalam pidatonya, Al-Sharaa menjelaskan langkah pertama dalam proses transisi ini adalah pembentukan dua komite utama. 

    Komite pertama bertugas untuk memilih parlemen yang lebih kecil yang akan menjalankan fungsi legislatif sementara selama periode transisi.

    Komite kedua, yang tidak kalah penting, akan mempersiapkan konferensi dialog nasional, yang diharapkan menjadi platform untuk diskusi mendalam tentang masa depan politik Suriah.

    Kemudian ia menekankan bahwa selama kepemimpinannya, ia akan berjanji menerapkan pemerintahan transisi yang komprehensif.

    Al-Sharaa juga menjelaskan bahwa setelah pembentukan komite-komite tersebut, langkah selanjutnya adalah penyusunan deklarasi konstitusional yang akan menjadi dasar hukum bagi seluruh proses transisi. 

    Al-Sharaa telah menjadi penguasa de facto Suriah sejak memimpin penggulingan presiden Bashar Al-Assad pada Desember.

    Setelah al-Assad terguling, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan al-Sharaa menjadi partai yang memerintah secara de facto.

    (Tribunnews.com/Farrah)

     

  • Turki Berencana Bangun 2 Pangkalan Militer di Suriah, Bagaimana Nasib Rusia? – Halaman all

    Turki Berencana Bangun 2 Pangkalan Militer di Suriah, Bagaimana Nasib Rusia? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Turki berencana membangun dua pangkalan militer baru di Suriah yang akan digunakan untuk melatih angkatan bersenjata baru negara tersebut.

    Laporan ini bersumber dari informasi yang dikutip oleh surat kabar Türkiye Newspaper pada 3 Februari 2025 dari beberapa sumber Arab yang tidak disebutkan namanya.

    “Turki akan melatih anggota militer di dua pangkalan yang akan dibangun di Suriah,” menurut laporan tersebut.

    “Turki dan Suriah akan menandatangani perjanjian pertahanan bersama.”

    Laporan itu juga menambahkan, “Berdasarkan perjanjian yang diharapkan segera ditandatangani, Turki akan membantu Suriah jika negara tersebut menghadapi ancaman mendadak.”

    Militer Turki akan melatih tentara Suriah, termasuk pilot, dengan tujuan membangun angkatan udara untuk Suriah.

    Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Turki akan menempatkan 50 pesawat tempur F-16 di dua pangkalan baru tersebut hingga Angkatan Udara Suriah terbentuk sepenuhnya.

    “Langkah ini bertujuan untuk mencegah serangan apapun terhadap kedaulatan Suriah.”

    Selain itu, pihak berwenang Suriah juga dilaporkan meminta agar Turki mengerahkan pesawat nirawak, radar, dan sistem perang elektronik di sepanjang perbatasan Suriah dengan Israel.

    Mengutip The Cradle, setelah Ahmad al-Sharaa dilantik sebagai Presiden Suriah, diumumkan bahwa semua faksi bersenjata, termasuk kelompok ekstremis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), akan dibubarkan dan digabungkan ke dalam institusi negara, termasuk militer.

    Banyak pejuang asing datang ke Suriah pasca-2011 untuk melawan pemerintahan mantan Presiden Bashar al-Assad.

    Mereka berasal dari Uighur Tiongkok, Albania, Turki, dan Yordania.

    Setelah Assad digulingkan, banyak dari mereka yang diberi posisi tinggi di militer baru Suriah, meskipun sebelumnya mereka adalah anggota ISIS atau faksi yang berhubungan dengan Al-Qaeda.

    Laporan ini muncul sehari sebelum Al-Sharaa (yang sebelumnya dikenal sebagai Abu Mohammad al-Julani), mantan pemimpin Al-Qaeda dan ISIS, dijadwalkan melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Turki setelah perjalanannya ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohamed bin Salman (MBS).

    Sharaa diperkirakan akan bertemu dengan pejabat dan pemimpin Turki untuk membahas sejumlah isu, termasuk pemulihan ekonomi dan keamanan.

    “Kami yakin hubungan antara Turki dan Suriah, yang telah kembali terbangun setelah pembebasan Suriah, akan semakin kuat dan berkembang dengan kunjungan Ahmad al-Sharaa dan delegasinya,” ujar Fahrettin Altun, Kepala Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.

    Turki telah lama mendukung HTS dan berperan dalam operasi militer yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Assad pada 8 Desember 2024.

    Militer Turki telah berada di Suriah sejak 2016, terutama untuk memerangi pasukan Kurdi yang didukung AS.

    Bagaimana dengan Rusia?

    Selama pemerintahan Bashar al-Assad, Rusia memiliki dua pangkalan militer di Suriah, yakni Pangkalan Udara Khmeimim dan pangkalan angkatan laut di Tartus.

    PANGKALAN MILITER RUSIA – Kapal angkatan laut Rusia terlihat di Tartus pada tanggal 5 Desember (atas). Kapal-kapal tersebut hilang dalam gambar tanggal 10 Desember. (Maxar Technologies)

    Namun, situasi berubah setelah Assad digulingkan oleh kelompok yang dipimpin oleh Sharaa.

    Assad melarikan diri ke sekutunya, Rusia.

    Setelah itu, Rusia dilaporkan telah memindahkan peralatan militernya dari kedua pangkalan tersebut, meski tidak jelas apakah pemindahan itu hanya sementara atau permanen.

    Pada akhir Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan ada “pembicaraan terbuka” terkait isu pangkalan militer ini, menurut Reuters.

    Kedua pihak masih melakukan kontak untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut.

    Diplomat Rusia kemudian dikirim ke Damaskus untuk merundingkan masalah tersebut.

    Menurut laporan The New York Times pada 2 Februari 2025, delegasi diplomat Rusia tiba pada Selasa (28/1/2025) untuk menghadiri pertemuan di Damaskus.

    Namun pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan.

    Pertemuan ini mencerminkan tawar-menawar geopolitik yang telah berlangsung pasca-perang saudara Suriah — dengan potensi membentuk kembali Timur Tengah, tulis The New York Times.

    Kekuatan-kekuatan dunia bersaing memperebutkan pengaruh, sementara pemimpin muda Suriah berupaya memperoleh legitimasi, keamanan, dan bantuan melalui pendekatan realpolitik yang pragmatis.

    “Saya rasa suasana umum di Damaskus saat ini adalah, ‘Kami orang Suriah tidak perlu bertengkar dengan siapa pun, termasuk mantan musuh kami,’” kata Charles Lister, peneliti senior di Middle East Institute di Washington.

    “Jadi, de-eskalasi dan pragmatisme adalah kuncinya.”

    Namun, Rusia diminta untuk membuat konsesi.

    Al-Sharaa menekankan bahwa setiap hubungan baru dengan Rusia harus menyelesaikan kesalahan masa lalu terlebih dahulu.

    Dia meminta kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh Rusia dan menuntut agar Assad serta rekan-rekannya diserahkan untuk diadili, menurut dua pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, kemungkinan besar tidak akan setuju.

    Ketika ditanya mengenai ekstradisi Assad sehari setelah pertemuan para diplomat tersebut, juru bicara Putin menolak berkomentar.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Sosok Iwan Fals, dari Pengamen hingga Jadi Musisi Ternama Tanah Air

    Sosok Iwan Fals, dari Pengamen hingga Jadi Musisi Ternama Tanah Air

    Jakarta, Beritsatu.com – Nama Iwan Fals telah melegenda di dunia musik Indonesia. Dikenal sebagai musisi yang selalu menyuarakan kritik sosial melalui lagu-lagunya, ternyata memiliki perjalanan karier tidak mudah.

    Mengawali hidup sebagai pengamen jalanan, ia menembus kerasnya dunia musik dengan penuh perjuangan dan tekad yang kuat. Berkat suara khas dan lirik-lirik yang tajam, Iwan Fals berhasil mencuri perhatian masyarakat hingga menjadi salah satu ikon musik Tanah Air yang dihormati hingga kini.

    Lantas, bagaimana perjalanan karier, profil, hingga kini menjadi sosok musisi kebanggaan Indonesia? Berikut ulasannya!

    Profil Singkat

    Iwan Fals, penyanyi legendaris Indonesia yang telah menginspirasi banyak generasi, memiliki perjalanan hidup yang sarat makna. Lahir dengan nama asli Virgiawan Listanto di Jakarta pada 3 September 1961, Iwan adalah putra dari pasangan Haryoso dan Lies. Sejak kecil, ia memiliki minat besar terhadap olahraga dan seni musik.

    Dalam kehidupan pribadi, Iwan Fals menikah dengan Rosana dan dikaruniai tiga anak: Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Raya Rambu Rabbani. Keharmonisan keluarga selalu menjadi penopang perjalanan kariernya.

    Masa Kecil

    Sejak usia dini, Iwan Fals sudah aktif di berbagai bidang olahraga seperti karate, silat, yudo, sepak bola, basket, dan voli. Bakatnya yang menonjol membuatnya meraih prestasi, seperti juara II Karate tingkat nasional dan juara IV pada tingkat yang sama. Bahkan, ia sempat menjadi pelatih karate di Sekolah Tinggi Publisistik.

    Meski mencintai olahraga, dunia musik juga telah menarik perhatiannya sejak remaja. Ketika bersekolah di Jeddah, Arab Saudi, selama delapan bulan, ia membawa pulang gitar yang kemudian mempertemukannya dengan pramugari yang mengajarkan lagu legendaris Bob Dylan, Blowing in the Wind. Saat kembali ke Indonesia, Iwan Fals mulai aktif mengamen sejak duduk di bangku SMP.

    Perjalanan Karier Musik

    Berbekal gitar dan suara merdu, Iwan Fals mengamen di berbagai hajatan seperti pernikahan dan acara sunatan. Ia selalu ditemani oleh Engkus, seorang tukang bengkel motor yang mengetahui banyak informasi tentang acara yang bisa mereka datangi.

    Penampilan Iwan yang membawakan lagu-lagu ciptaannya sendiri dengan lirik yang unik dan penuh humor menarik perhatian Bambang Bule, yang akhirnya menawarkan rekaman. Bersama Toto Gunarto, Helmi, dan Bambang Bule, mereka merekam album pertama di Istana Music Records Jakarta. Sayangnya, album tersebut kurang diminati pasar.

    Meski sempat gagal, Iwan Fals tidak menyerah. Ia kembali mengamen dan ikut festival musik hingga akhirnya rekaman di Musica Studio. Album Sarjana Muda menjadi awal kesuksesannya di dunia musik profesional. Dengan lirik yang kuat dan suara khasnya, karya-karya Iwan mulai dikenal luas.

    Karya dan Penghargaan

    Sebagai musisi produktif, Iwan Fals telah merilis puluhan album dan single yang masih dikenang hingga saat ini. Album seperti Sarjana Muda (1981), Opini (1982), Mata Dewa (1989), dan Raya (2013) adalah sebagian kecil dari katalog musiknya.

    Iwan Fals juga memiliki banyak penghargaan yang membuktikan kualitasnya di dunia musik. Di antaranya adalah Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Artis Solo Pria Pop Terbaik (2003) dan Lifetime Achievement Award (2021). Dedikasinya dalam berkarya membuatnya menjadi sosok legendaris yang dihormati.

    Perjalanan Iwan Fals dari pengamen hingga menjadi musisi ternama adalah bukti bahwa kerja keras dan keteguhan hati dapat membawa seseorang meraih mimpi. Dengan lagu-lagu yang sarat makna dan kritis terhadap realitas sosial, Iwan Fals tetap menjadi suara rakyat yang tak tergantikan di belantika musik Indonesia.

    Melalui karyanya yang tak lekang oleh waktu, Iwan Fals tidak hanya menyumbangkan hiburan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk selalu berpikir kritis dan menjaga semangat hidup yang sederhana namun penuh makna.

  • 5 Negara Arab Surati AS, Tolak Relokasi Warga Palestina dari Gaza

    5 Negara Arab Surati AS, Tolak Relokasi Warga Palestina dari Gaza

    Jakarta

    Lima menteri luar negeri negara Arab dan seorang pejabat senior Palestina mengirim surat bersama kepada Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Kelima negara arab tersebut menentang rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza, seperti yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir Reuters, Selasa (4/2/2025), surat tersebut dikirim pada hari Senin. Surat tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Yordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan UEA, serta penasihat presiden Palestina Hussein al-Sheikh. Surat tersebut pertama kali dilaporkan oleh Axios, yang mengatakan para diplomat tinggi bertemu di Kairo selama akhir pekan.

    Surat itu berisi permintaan agar rekonstruksi di Gaza dibangun berdasarkan partisipasi warganya. Selain itu, surat itu juga mengingatkan agar hak warga Gaza selama rekonstruksi tidak boleh diganggu.

    “Rekonstruksi di Gaza harus dilakukan melalui keterlibatan langsung dan partisipasi rakyat Gaza. Warga Palestina akan tinggal di tanah mereka dan membantu membangunnya kembali,” kata surat itu.

    “Dan mereka tidak boleh dilucuti haknya selama rekonstruksi karena mereka harus mengambil alih proses tersebut dengan dukungan masyarakat internasional,” sambungnya.

    Diketahui, Trump pertama kali melontarkan usul agar Yordania dan Mesir menerima warga Palestina dari Gaza pada tanggal 25 Januari. Ketika ditanya apakah ia menyarankan hal itu sebagai solusi jangka panjang atau jangka pendek, presiden berkata: “Bisa jadi salah satunya.”

    Pernyataan Trump tersebut menggemakan ketakutan lama warga Palestina terkait pengusiran permanen dari rumah mereka dan dicap sebagai usulan pembersihan etnis oleh para kritikus. Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya menentang usulan tersebut.

    Serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza. Israel dituduh melakukan genosida dan kejahatan perang yang telah dibantah Israel. Pertempuran saat ini telah terhenti di tengah gencatan senjata yang rapuh.

    Lihat juga Video Lima Negara Arab Tolak Ide Trump Relokasi Warga Gaza

    (yld/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Warga Gaza pada Dasarnya Jahat dan Tidak Layak Diberi Ampun

    Warga Gaza pada Dasarnya Jahat dan Tidak Layak Diberi Ampun

    PIKIRAN RAKYAT – Seorang anggota dewan yang ditunjuk Trump untuk United States Holocaust Memorial Council melancarkan serangan pedas terhadap warga Palestina di Gaza, dengan mengatakan bahwa mereka pada dasarnya jahat dan tidak layak untuk diberi ampun.

    Dalam tajuk rencana di surat kabar The Jerusalem Post, Martin Oliner, yang terpilih menjadi anggota dewan beberapa hari sebelum kerusuhan 6 Januari, membela pernyataan presiden AS baru-baru ini yang menyerukan pembersihan etnis warga Palestina dari Gaza hingga negara-negara Arab seperti Mesir dan Yordania.

    Oliner, yang menjabat sebagai ketua Religious Zionists of America, presiden Culture for Peace Institute, dan juga sering menjadi kolumnis di The Jerusalem Post, mengatakan bahwa mereka yang peduli dengan penderitaan rakyat Palestina seharusnya memberikan pujian yang melimpah kepada Trump karena cukup peduli untuk menemukan solusi positif bagi masalah mereka saat ini.

    “Dan mereka seperti saya yang tidak percaya bahwa warga Gaza layak mendapatkan belas kasihan juga seharusnya menyambutnya. Jangan berbasa-basi di sini. Rakyat Gaza bersalah secara kolektif,” tulisnya.

    “Tindakan rakyat Gaza membuktikan bahwa mereka membutuhkan pendidikan detoksifikasi sebelum rekonstruksi dapat dimulai. Mereka pada dasarnya jahat, dan mereka harus membayar harga atas tindakan mereka,” ia menambahkan.

    Pandangan Rasis dan Penuh Kebencian

    Pernyataan Oliner menuai kritik keras dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (Cair), yang meminta Trump untuk segera mencopotnya dari jabatannya di Dewan Peringatan Holocaust Amerika Serikat.

    “Tidak dapat diterima bagi siapa pun yang percaya bahwa semua anak dan setiap orang lain dalam suatu populasi ‘pada dasarnya jahat’ dan tidak layak mendapatkan ‘belas kasihan’ untuk memegang jabatan di organisasi mana pun, baik entitas swasta maupun publik,” kata Cair.

    “Pandangan rasis dan penuh kebencian seperti inilah yang mengarah pada kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk genosida di Gaza,” jelasnya.

    Pengusiran Rakyat Palestina

    Minggu lalu, beberapa hari setelah gencatan senjata diberlakukan di Gaza, yang mengakhiri perang selama 15 bulan, Trump menggambarkan Gaza sebagai lokasi pembongkaran dan mengatakan akan lebih baik jika dibersihkan semuanya.

    “Saya ingin Mesir menerima orang. Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita bersihkan saja semuanya dan berkata: ‘Anda tahu, ini sudah berakhir’,” kata Trump saat itu.

    Mesir dan Yordania, sekutu utama AS di kawasan tersebut, telah berulang kali menolak usulan Trump, dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan warga Mesir akan turun ke jalan untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.

    “Pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kami lakukan,” kata Sisi.

    Pada hari Sabtu, menteri luar negeri dan pejabat dari Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Otoritas Palestina, dan Liga Arab mengatakan usulan Trump akan mengancam stabilitas di kawasan tersebut, menyebarkan konflik, dan merusak prospek perdamaian.

    “Kami menegaskan penolakan kami terhadap setiap upaya untuk mengkompromikan hak-hak Palestina yang tidak dapat dicabut, baik melalui kegiatan permukiman, atau penggusuran atau pencaplokan tanah atau melalui pengosongan tanah dari pemiliknya,” kata mereka dalam pernyataan bersama.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama – Halaman all

    Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama – Halaman all

    Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan (Menhan) Pendudukan Israel, Israel Katz, mengomentari pembebasan tahanan Zakaria Zubeidi, dengan menulis di X, Minggu (2/2/2025):

    “Zakaria Zubeidi, Anda dibebaskan berdasarkan kesepakatan pembebasan sandera Israel.”

    Ia lalu memperingatkan, “Satu kesalahan, dan Anda akan bertemu kembali dengan teman-teman lama.”

    Israel Katz jelas menjadi satu di antara banyak orang Israel yang cemas atas pembebasan Zakaria Zubeidi hingga harus memberikan ancaman langsung terhadap yang bersangkutan.

    Meski mendekam di penjara Israel, perjuangan Zubeidi nyatanya mengilhami banyak warga Palestina di Tepi Barat, khususnya Jenin, untuk melawan pendudukan Israel. 

    “Di Ramallah, Tepi Barat, kerumunan besar berkumpul untuk merayakan kembalinya Zubeidi, bergabung dalam kegembiraan yang meluas menyusul pembebasan 110 tahanan pada tahap ketiga kesepakatan pertukaran,” tulis laporan RNTV, dikutip Selasa (3/2/2025).

    Saat tiba, kata-kata pertama Zubeidi adalah: “Semoga Tuhan mengasihani para martir kami, menyembuhkan yang terluka di Gaza, dan mengembalikan penduduknya dengan selamat ke rumah mereka. Semoga Dia mengasihani kamp Jenin dan penduduknya.”

    Ia melanjutkan, “Apa yang Anda saksikan hari ini adalah sebuah pernyataan kepercayaan publik terhadap perlawanan. Terima kasih kepada semua orang yang mendukung rakyat Palestina dalam krisis ini.”

     Zubeidi mengakhiri dengan pesan yang menantang: “Naga itu milik daratan, dan pemburu harus pergi.”

    Saatnya Pendudukan Israel Diakhiri

    Zakaria Al-Zubaidi, mengatakan bahwa sudah saatnya pendudukan Israel di Tepi Barat diakhiri agar warga Palestina dapat memiliki negara mereka sendiri.

    Al-Zubaidi adalah seorang komandan Brigade Syuhada Al-Aqsa, yang merupakan sayap militer dari gerakan Fatah.

    Mengutip The New Arab, Al-Zubaidi dipandang sebagai ikon perjuangan Palestina, yang telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya keluar masuk penjara Israel.

    Al-Zubaidi juga menyerukan agar semua tahanan Palestina yang tersisa segera dibebaskan.

    Al-Zubaidi termasuk di antara 110 tahanan yang dibebaskan pada Kamis (30/1/2025) sebagai pertukaran dengan dua tahanan Israel dan lima tahanan Thailand yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

    Gencatan senjata mulai berlaku di Gaza sejak 19 Januari setelah 15 bulan serangan Israel yang menewaskan lebih dari 47.000 orang.

    Berbicara kepada wartawan dan pendukung yang datang untuk menyambutnya di kota Al-Bireh, Tepi Barat yang diduduki, pada Jumat (31/1/2025), Al-Zubaidi mengatakan bahwa ia dipenjara demi rakyat Palestina.

    Namun, ia menegaskan bahwa kebebasannya tidak lengkap jika Palestina belum mendapatkan kemerdekaannya.

    Setelah banyak pengorbanan, sudah saatnya mendirikan negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, tambahnya.

    “Jika tidak ada persatuan nasional, kita tidak akan pernah memperoleh kebebasan,” kata anggota Fatah tersebut.

    Fatah, yang memimpin Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat, merupakan pesaing lama Hamas yang menguasai Gaza.

    Kondisi Menyedihkan di Penjara Israel

    Al-Zubaidi, yang kehilangan ibu, saudara laki-laki, dan putranya dalam serangan Israel, adalah salah satu dari lima tahanan Palestina yang berhasil melarikan diri dari penjara Gilboa pada September 2021.

    Namun, mereka ditangkap kembali beberapa hari kemudian.

    Ketika ditanya oleh situs saudara The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, tentang pengalamannya di penjara, Al-Zubaidi tidak banyak bercerita.

    Ia hanya mengatakan bahwa kondisi di sana sangat buruk, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    “Pendudukan Israel membalas dendam kepada seluruh rakyat Palestina,” katanya.

    “Kami memohon kepada Tuhan agar bermurah hati kepada rakyat kami di Jalur Gaza, mengembalikan mereka dengan selamat ke rumah mereka, dan agar mengasihani kamp Jenin serta Tepi Barat, karena seluruh rakyat Palestina sedang diserang.”

    Israel telah melakukan operasi militer brutal di kamp Jenin sejak bulan lalu, yang telah menewaskan dan melukai puluhan warga Palestina.

    Kamp Jenin, tempat Al-Zubaidi dilahirkan, telah lama menjadi sasaran serangan tentara Israel.

    Meskipun tidak banyak berbicara tentang pengalamannya sendiri, Al-Zubaidi berbicara secara umum tentang kondisi tahanan Palestina.

    Ia menyatakan bahwa para tahanan menjadi sasaran perlakuan brutal oleh penjaga penjara.

    “Situasinya sangat, sangat buruk, dan kami berharap semua pihak yang peduli dengan isu-isu kebebasan dan kemanusiaan akan memperhatikan tahanan kami, karena situasinya sangat sulit dalam segala aspek,” katanya.

    “Jatah makanan yang sedikit, kondisi sel yang buruk, tidak ada akses membaca, tidak ada komunikasi, tidak ada televisi, dan tidak ada berita.”

    “Mereka benar-benar diisolasi dari dunia luar.”

    Pesan untuk Komunitas Internasional

    Al-Zubaidi kemudian menyampaikan pesan kepada masyarakat internasional.

    “Dunia yang memberi pendudukan ini hak atas tanah saya harus memberi saya kebebasan.”

    “Hidup saya tanpa kebebasan tidak ada artinya, dan mereka yang merampas kebebasan saya serta anak-anak saya harus mengembalikannya,” katanya, terutama menyebut Inggris, Prancis, dan AS sebagai sekutu Israel.

    “Mereka harus memikirkan kesalahan mereka, dan memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan terhadap saya dan anak-anak saya.”

    Meskipun secara terbuka mendukung solusi dua negara, ketiga negara tersebut memberikan dukungan kepada Israel, baik secara diplomatik maupun melalui bantuan militer, khususnya AS.

    Pemerintah garis keras Israel saat ini sepenuhnya menolak status negara Palestina.

    Israel terus memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dua wilayah yang diharapkan banyak warga Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka, serta Jalur Gaza yang telah hancur akibat perang.

    Arab Saudi, yang selama bertahun-tahun didesak oleh AS untuk ikut serta dalam kesepakatan normalisasi dengan Israel, menyatakan hanya akan menyetujui kesepakatan tersebut setelah Palestina diberikan status kenegaraan.

     

    (oln/rntv/tribunnews/*)