Jakarta, CNN Indonesia —
Wahana antariksa Voyager 1 akhirnya kembali ‘bersuara’ setelah tim NASA berhasil memulihkan komunikasi dengan wahana tersebut.
Voyager 1, yang berada sejauh 24,9 miliar kilometer dari Bumi, kembali beroperasi normal setelah mengalami gangguan selama beberapa minggu. Gangguan mulai muncul pada Oktober 2024 ketika Voyager 1 secara otomatis mengganti pemancar radionya dari X-band ke S-band yang jauh lebih lemah.
Perubahan ini dilakukan secara mandiri oleh komputer di dalam wahana setelah mendeteksi kekurangan daya. Hal tersebut diakibatkan oleh perintah dari tim misi di Bumi untuk mengaktifkan salah satu pemanasnya.
Keputusan tersebut ternyata membawa konsekuensi besar. TimNASA tidak lagi menerima data dari Voyager 1, baik informasi status wahana maupun data ilmiah yang dikumpulkan. Selama hampir satu bulan, komunikasi antara Voyager 1 dan timnya benar-benar terputus.
“Wahana ini tidak dirancang untuk dioperasikan seperti ini dan tim terus mempelajari hal-hal baru setiap hari,” kata kata Kareem Badaruddin, manajer misi Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California dalam sebuah email, melansir CNN, Selasa (3/12).
Setelah melakukan berbagai upaya pemecahan masalah, tim NASA akhirnya berhasil mengembalikan Voyager 1 ke pemancar X-band pada pertengahan November.
“Untungnya mereka mampu mengatasi masalah ini dan mempelajari beberapa hal,” imbuhnya.
Dengan pemancar ini, data dari wahana kembali mengalir ke Bumi, memungkinkan para ilmuwan melanjutkan penelitian mereka tentang wilayah antarbintang yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.
Voyager 1 diluncurkan pada 1977 bersama kembarannya, Voyager 2. Awalnya misi mereka hanya dirancang untuk berlangsung selama empat tahun, dengan tujuan mempelajari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus.
Namun, setelah lebih dari 47 tahun, kedua wahana ini masih aktif dan kini menjelajahi ruang antarbintang, jauh melampaui batas heliosfer (gelembung medan magnet dan partikel yang mengelilingi tata surya).
Voyager 1 dan 2 mendapatkan daya dari panas yang dihasilkan oleh peluruhan plutonium, yang diubah menjadi listrik. Setiap tahun, daya yang dihasilkan menurun sekitar 4 watt atau setara dengan daya sebuah lampu hemat energi kecil.
“Kami sudah tahu bahwa daya hampir habis [di dalam] kedua Voyager sejak lama,” ucap Kareem.
“Tahun ini, hal itu memaksa misi untuk mematikan instrumen sains di Voyager 2. Namun, wahana ini bertahan jauh lebih lama dari yang diantisipasi siapa pun, dan sungguh menakjubkan bahwa kami memanfaatkan setiap daya yang tersisa dari wahana ini,” tambahnya.
Menurut Bruce Waggoner, manajer jaminan misi Voyager, sejak lima tahun terakhir, tim Voyager mulai mematikan sistem yang dianggap tidak esensial untuk menghemat daya. Salah satunya adalah pemanas yang dirancang untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah. Yang mengejutkan, meskipun suhunya jauh di bawah batas yang diuji, instrumen-instrumen tersebut tetap berfungsi dengan baik.
Namun, pada 16 Oktober, perintah untuk menyalakan pemanas memicu sistem perlindungan otomatis Voyager 1. SIstem perlindungan otomatis ini dirancang untuk mematikan sistem non-esensial jika daya terlalu rendah.
Akibatnya, wahana beralih ke pemancar S-band, yang sinyalnya jauh lebih lemah daripada X-band.
Proses pemulihan komunikasi dengan Voyager 1 tidak mudah, tim NASA harus menemukan sinyal lemah dari pemancar S-band yang terakhir digunakan pada 1981. Setelh menemukan sinyal tersebut, mereka berhasil mengirimkan perintah untuk kembali menggunakan pemancar X-band pada 7 November. Data ilmiah pun kembali diterima sekitar 11 hari kemudian.
Salah satu langkah penting yang masih dilakukan adalah menyinkronkan tiga komputer di dalam Voyager 1, memastikan sistemnya bekerja seperti sebelum masalah terjadi.
Temuan Misi Eksplorasi Rover Opportunity. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)Mendorong batas kemampuan Voyager 1
Gangguan pemancar ini hanyalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi tim Voyager dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, mereka harus menghidupkan kembali pendorong tua untuk menjaga antena tetap mengarah ke bumi dan mengatasi gangguan komputer yang sempat menghentikan aliran data selama berbulan-bulan.
Kareem menambahkan bahwa masalah ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam model daya yang digunakan untuk memperkirakan berapa banyak sistem dan instrumen yang masih bisa dioperasikan.
Saat ini, Voyager 1 hanya memiliki empat instrumen yang masih aktif, digunakan untuk mempelajari plasma, medan magnet, dan partikel di ruang antarbintang. Data yang dikirimkan terus membantu para ilmuwan memahami lingkungan yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.
“Masalah yang lebih besar adalah berapa lama kita dapat mempertahankan instrumen sains tersebut dengan daya listrik yang tersedia saat ini,” kata Kareem.
(wnu/dmi)
[Gambas:Video CNN]