Naik 8,2 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus US$ 431,5 Miliar

Naik 8,2 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus US$ 431,5 Miliar

Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 431,5 miliar pada April 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 8,2% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,4%.

“Perkembangan posisi ULN April 2025 bersumber dari sektor publik. Kenaikan posisi ULN juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Senin (16/6/2025).

Ramdan menambahkan, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) menurun menjadi 30,3% dari sebelumnya 30,6% pada Maret 2025. ULN Indonesia tetap didominasi utang jangka panjang, yang mencapai 85,1% dari total. “Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” imbuhnya.

ULN pemerintah tercatat US$ 208,8 miliar pada April 2025, tumbuh 10,4% (yoy). Peningkatan ini didorong penarikan pinjaman dan meningkatnya aliran modal asing ke surat berharga negara (SBN) domestik, yang mencerminkan optimisme investor terhadap perekonomian Indonesia.

Pemerintah tetap mengelola ULN secara hati-hati dan akuntabel, serta diarahkan untuk mendukung belanja prioritas dan pembangunan nasional.

Beberapa sektor yang paling banyak menyerap ULN pemerintah:
1. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 22,3%
2. Administrasi pemerintah dan jaminan sosial 18,7%
3. Jasa pendidikan 16,4%
4. Konstruksi 12,0%
5. Transportasi dan pergudangan 8,7%

Ramdan menegaskan, hampir seluruh ULN pemerintah (99,9%) adalah utang jangka panjang.

Sementara itu, ULN swasta tercatat US$ 194,8 miliar, atau turun 0,6% yoy, melanjutkan kontraksi dari bulan sebelumnya yang mencapai 1%. Namun, kontraksi ini tertahan oleh kenaikan ULN lembaga keuangan yang tumbuh 2,9%, setelah sebelumnya minus 2,2%.

Sebanyak empat sektor utama penyumbang ULN swasta, yaitu industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian. Keempatnya menyumbang 80% dari total ULN swasta, yang juga didominasi utang jangka panjang sebesar 76,9%.

Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna menjaga struktur utang tetap sehat dan optimal. ULN akan terus dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan nasional tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.

“Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” tutup Ramdan.