Jakarta (ANTARA) – Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia Jarot Mahendra mengatakan museum sebaiknya mempunyai program untuk anak dan orang tua guna membantu menguatkan ikatan (bonding) antara anak dan orang tuanya yang terasa jauh karena gawai.
“Harusnya yang menjadi fokus dalam aktivitas itu adalah bagaimana kita menguatkan bonding, ikatan antara anak dan keluarga,” kata dia di Jakarta, Selasa.
Hal ini menjadi hal penting dalam membuat sebuah program anak. “Dan museum memang harus merambah ke sana,” katanya.
Inilah yang kemudian menginspirasi Galeri Nasional Indonesia dalam menciptakan program temporer bernama Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga. Ruang ini terbagi menjadi beberapa bagian salah satunya ruang sensorik motorik.
Di dalam ruangan ini, anak-anak dapat beraktivitas menggunakan barang-barang yang tersedia di ruangan.
“Karena konsepnya itu pameran tentang ekologi. Jadi kita mengambil daun-daun bekas, anak bisa membuat kolase di sini, membuat gambar. Kemudian hasilnya kita pamerkan.
Di sini pihaknya memberikan beberapa kursi untuk anak dan orang tuanya yang bisa bersama beraktivitas.
Pengelola juga menyediakan ruang bagi anak untuk menuliskan komentar ataupun pendapat mereka, lalu menempelkannya di dinding.
“Ada quote-quote yang mereka bisa tulis, pesan dan tempel di mana saja. Jadi memang seperti tadi, anak itu bisa dibebaskan, tapi dengan bimbingan orang tua. Makanya perlu adanya orang tua di situ,” kata dia.
Lalu, pengelola pun menyediakan fasilitas agar anak bisa beraktivitas bersama orang tua seperti permainan papan. Misalnya, “puzzle”, “scrabble” atau rumah-rumahan untuk anak bermain dengan keluarganya.
Jarot mengatakan perlu waktu sekitar enam bulan guna menyiapkan ruang aktivitas anak dan orang tua tersebut, dengan didahului riset yang relatif cukup lama.
“Ini tergantung dari usia anak yang mau kita sasar. Kalau risetnya sih cukup lama. Persiapan pameran itu sekitar enam bulan,” kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024